Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. E
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Usia : 49 tahun
d. Pekerjaan : Tukang cuci pakaian
e. Alamat : RT.03 Tanjung Raden
1
Pasien tinggal di rumah dengan
atap seng, dinding rumah
terbuat dari beton dan berlantai
keramik. Di sebelah teras
rumah, pasien menjemur
pakaian.
2
Terdapat 1 kamar mandi dengan
jamban leher angsa. Air bak
mandi cukup bersih dan
dibersihkan 1 kali sebulan.
3
malam hari dan berkurang saat istirahat dan saat tangan dikibas-kibaskan.
Pasien mengatakan keluhan disertai timbul rasa nyeri sesekali di
pergelangan tangannya. Pasien juga mengatakan pasien jadi susah tidur
karena kesemutan dan rasa nyeri di tangan kanannya pada saat malam hari.
Riwayat bengkak dan rasa panas pada tangan disangkal. Riwayat jatuh
menumpu pada tangan disangkal, Riwayat kelemahan anggota gerak
disangkal. BAK dan BAB normal tidak ada keluhan. Demam (-), mual (-),
muntah (-).
VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan yang relevan
Pasien merupakan dimana mencuci pakaian setiap hari
menggunakan mesin cuci. Pasien juga mengerjakan pekerjaan rumah seperti
memasak, mengantar anak ke sekolah, mencuci, menyetrika pakaian dan
membersihkan rumah. Pasien mengatakan berkerja dan beraktivitas
menggunakan tangan kanannya.
4
Nadi : 79x/menit
Suhu : 36,50 C
BB : 45 kg
TB : 157 cm
IMT : 18,25 kg/m2
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk : Normocephal
Ekspresi : Biasa
2. Mata :
Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
5
Thoraks
Pulmo :
Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Abdomen
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Perkusi Timpani
6
Ekstremitas Atas : Akral hangat, CRT <2 detik, Edema (-),
deformitas (-)
Pemeriksaan Neurologis
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Kuantitatif : GCS 15, ( E 4, V 5, M 6 )
3. Kualitatif : Tingkah laku : baik
Perasaan hati : baik
4. Orientasi : Tempat: Baik, Waktu: Baik, Orang: baik,
Sekitar: baik
5. Jalan Pikiran : Realistik
6. Kecerdasan : Baik
7. Daya ingat baru : Baik
8. Daya ingat lama : Baik
9. Kemampuan bicara : Baik
10. Cara berjalan : Baik
11. Gerakan abnormal :-
Badan
- Atrofi otot punggung : normal
- Atrofi otot dada : normal
Vertebra
- Bentuk : Kesan normal skoliosis (-), lordosis (-),
kifosis (-)
- Nyeri tekan :-
7
Anggota Gerak Atas
Inspeksi Kanan Kiri
Drop hand - -
Pitcher’s hand - -
Warna Kulit Sesuai warna sekitar Sesuai warna sekitar
Claw hand - -
Kontraktur - -
8
Tonus Eutoni Eutoni
Sensibilitas Normal Normal
Nyeri - -
Termis Normal Normal
Diskriminatif + Normal + Normal
Refleks Fisiologis :
1. Patella +/ Normal +/ Normal
2. Achilles +/ Normal +/ Normal
Refleks Patologis :
Refleks Patologis :
1. Babinski - -
2. Chaddock - -
3. Oppenheim - -
4. Gordon - -
5. Schafner - -
6. Mendel Becterew - -
7. Rossolimo - -
8. Gonda - -
9. Klonus Paha - -
10. Klonus Kaki - -
Refleks rangsal meningeal
11. Kaku kuduk - -
12. Kernig sign - -
13. Burdzinski I - -
14. Burdzinski II - -
15. Lasegue - -
Refleks rangsang radikuler
9
16. Lasegue - -
17. Kontra lasegue - -
18. Neri’s sign - -
19. Valsava - -
20. Naffziger - -
21. Patrick - -
22. Kontra patrick - -
10
XIII. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan pada pasien mengenai carpal tunnel syndrome serta
penanggulangannya.
Menjelaskan cara penggunaan obat yang benar.
Mengistirahatkan tangan dari aktifitas yang berulang
Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
b. Preventif :
Mengurangi aktivitas dengan tangan kanan
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Kibas-kibaskan tangan selama kurang lebih 15 kali kibas selama ½
jam lakukan 3 kali sehari
Memakai bidai/splint ketika tidur
Melakukan gerakan Nerve gliding secara rutin
Farmakologi
Ibuprofen 400 mg 3x1 (jika nyeri)
Vitamin B complex tablet 1x1
d. Rehabilitatif
Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah
sakit bila keluhan timbul kembali, tidak berkurang atau memberat.
11
RESEP
R/ R/
Pro : Pro :
BB: BB:
Alamat : Alamat :
R/ R/
Pro : Pro :
BB: BB:
Alamat : Alamat :
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi1
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical Guideline,
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gejala neuropati kompresi dari N.
medianus di tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan
tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Pada
CTS terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada
terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan
sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus di pergelangan tangan.
Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan dan
disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit lokal.
2.2 Etiologi2,3,4
13
7. Neoplasma, kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8. Penyakit kolagen vascular, artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
9. Degeneratif, osteoartritis.
10. Iatrogenik, punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
12. Inflamasi, Inflamasi dari membran mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan CTS.
2.3 Patogenesis3,5
Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk
menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling populer
adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori getaran. Menurut
teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus di
terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan
konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari
kompresi mekanik. Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti
ketegangan, tenaga berlebihan, hiperfungsi, ekstensi pergelangan tangan
berkepanjangan atau berulang.
Teori insufisiensi mikrovaskular menyatakan bahwa kurangnya pasokan
darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan ia
perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf. Skar dan
jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalam saraf. Tergantung pada keparahan
cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala CTS,
terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan
konduksi saraf akut dan reversibel dianggap gejala untuk iskemia. Seiler et al
menunjukkan (dengan Doppler laser flowmetry ) bahwa normalnya aliran darah
berdenyut di dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum
karpal transversal dilepaskan. Sejumlah penelitian eksperimental mendukung teori
iskemia akibat kompresi diterapkan secara eksternal dan karena peningkatan
tekanan di terowongan karpal. Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas
14
suplai darah dari saraf dan tekanan darah sistolik. Kiernan dkk menemukan bahwa
konduksi melambat pada nervus medianus dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik
saja dan mungkin tidak selalu disebabkan mielinisasi yang terganggu.
Menurut teori getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari
penggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di terowongan
karpal. Lundborg et al mencatat edema epineural pada saraf median dalam
beberapa hari berikut paparan alat getar genggam. Selanjutnya, terjadi perubahan
serupa mengikuti mekanik, iskemik dan trauma kimia.
Hipotesis lain dari CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara
kronis di mana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan
terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi
intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan
endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang
timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang
terlibat digerak-gerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan
sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi
fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi
atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus
medianus terganggu secara menyeluruh.
Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler
akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan
iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang
menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi
yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat
terjadi kerusakan pada saraf tersebut.
Penelitian yang telah dilakukan Kouyoumdjian yang menyatakan CTS
terjadi karena kompresi saraf median di bawah ligamentum karpal transversal
15
berhubungan dengan naiknya berat badan dan IMT. IMT yang rendah merupakan
kondisi kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi nervus medianus. Pekerja
dengan IMT minimal ≥25 lebih mungkin untuk terkena CTS dibandingkan dengan
pekerjaan yang mempunyai berat badan ramping. American Obesity Association
menemukan bahwa 70% dari penderita CTS memiliki kelebihan berat badan.
Setiap peningkatan nilai IMT 8% resiko CTS meningkat.
16
policis dan abduktor policis brevis).dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh
nervus medianus.
2.5 Diagnosis8,9,10
17
Gambar 2.2 Tinel’s Test
d) Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat
dijumpai pada penyakit Raynaud.
e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi
otot-otot thenar.
f) Menilai kekuatan dan keterampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer.
g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka
tes ini menyokong diagnosa CTS.
h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul
gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan
jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak
dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan
mendukung diagnosis.
j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik
(two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosis.
18
k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada
perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah
inervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa CTS.
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test yang
patognomonis untuk CTS.
3) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher
berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan
dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG
dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel
proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome.
4) Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
19
2.6 Diagnosis Banding7,8
2.7 Tatalaksana5,10
20
1) Terapi langsung terhadap CTS
a) Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM) latihan dari
ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan dan gerakan
membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas atas. Latihan-
latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf perifer
dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan dan meluncur saraf
mungkin memiliki efek pada neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran
pembuluh darah. Latihan dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh
pasien setelah instruksi singkat.
21
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali
suntikan. Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk pasien di bawah
usia 30 tahun.
5. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
6 . Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.
b) Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau
adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama
dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan
operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak
dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar,
sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang
persisten. Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan
anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara
endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini
dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi
tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada
saraf. Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau anomali maupun
tenosinovitis padaterowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.
22
a. Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif, getaran
peralatan tangan pada saat bekerja.
b. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.
c. Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan.
d. Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta mengupayakan
rotasi kerja.
e. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini CTS sehingga
pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih dini.
2.8 Prognosis5
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa
baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan
operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena
operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita CTS
penyembuhan post operatifnya bertahap.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan
maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini :
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus
medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat
edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup
baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi
kembali.
23
BAB III
ANALISA KASUS
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
ini
- Penggunaan tangan secara berlebihan dalam aktifitas sehari-hari.
- Penggunaan tangan pada aktifitas yang sama secara berulang dan terus-
menerus.
24
- Tekanan yang berulang-ulang pada saat mencuci baju menggunakan tangan
akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Lampiran
27