Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. E
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Usia : 49 tahun
d. Pekerjaan : Tukang cuci pakaian
e. Alamat : RT.03 Tanjung Raden

II. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak :3
c. Status ekonomi keluarga : Menengah
d. Kondisi rumah :
Pasien tinggal di rumah beratap seng, berdinding beton permanen dan
berlantai keramik. Terdapat 3 jendela pada bagian samping rumah yang
jarang dibuka sehingga pencahayaan disiang hari kurang baik. Rumah
terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 4 kamar tidur, dapur, dan 1
kamar mandi yang terdapat 1 buah jamban leher angsa. Pintu masuk
terdapat di depan disertai dengan 3 buah jendela di depan rumah yang
jarang dibuka. Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air
PDAM, air yang digunakan bersih, sedangkan untuk minum menggunakan
air PDAM yang dimasak. Keadaan rumah cukup bersih dan rapih.

1
Pasien tinggal di rumah dengan
atap seng, dinding rumah
terbuat dari beton dan berlantai
keramik. Di sebelah teras
rumah, pasien menjemur
pakaian.

Kondisi rumah pasien kurang


tertata rapi. Ventilasi kurang
cukup, penerangan di ruang
tamu cukup oleh sinar matahari.

Kondisi kamar tidur pasien


kurang tertata rapi, ventilasi dan
penerangan cukup memadai.

2
Terdapat 1 kamar mandi dengan
jamban leher angsa. Air bak
mandi cukup bersih dan
dibersihkan 1 kali sebulan.

e. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :


Pasien tinggal di pinggir jalan raya dan di lingkungan padat
penduduk. Tidak ada pabrik di sekitar lingkungan rumah pasien dan jauh
dari tempat pembuangan sampah. Keadaan di sekitar rumah pasien cukup
bersih.

III. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga


Hubungan pasien dengan keluarganya baik.

IV. Keluhan Utama


Kesemutan pada tangan kanan sejak ± 4 bulan yang lalu.

V. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang berobat ke Puskesmas Olak Kemang dengan keluhan
kesemutan pada tangan kanan sejak ± 4 bulan yang lalu dan memberat 3 hari
sebelum datang ke puskesmas. Kesemutan dirasakan hilang timbul.
Kesemutan lebih sering dirasakan pada telapak tangan kanan, lalu bagian ibu
jari, jari telunjuk dan jari tengah. Kesemutan dirasakan semakin memberat
saat tangan dipakai melakukan pekerjaan sehari hari ataupun pada saat

3
malam hari dan berkurang saat istirahat dan saat tangan dikibas-kibaskan.
Pasien mengatakan keluhan disertai timbul rasa nyeri sesekali di
pergelangan tangannya. Pasien juga mengatakan pasien jadi susah tidur
karena kesemutan dan rasa nyeri di tangan kanannya pada saat malam hari.
Riwayat bengkak dan rasa panas pada tangan disangkal. Riwayat jatuh
menumpu pada tangan disangkal, Riwayat kelemahan anggota gerak
disangkal. BAK dan BAB normal tidak ada keluhan. Demam (-), mual (-),
muntah (-).

VI. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat sakit dengan keluhan yang sama (-)
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat DM (-), hipertensi (-), maag (-)
- Riwayat pengobatan jangka panjang (-)

VII. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
- Riwayat DM (-), hipertensi (-)

VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan yang relevan
Pasien merupakan dimana mencuci pakaian setiap hari
menggunakan mesin cuci. Pasien juga mengerjakan pekerjaan rumah seperti
memasak, mengantar anak ke sekolah, mencuci, menyetrika pakaian dan
membersihkan rumah. Pasien mengatakan berkerja dan beraktivitas
menggunakan tangan kanannya.

IX. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah: 120/70 mmHg
Pernafasan : 20x/menit

4
Nadi : 79x/menit
Suhu : 36,50 C
BB : 45 kg
TB : 157 cm
IMT : 18,25 kg/m2

Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk : Normocephal
Ekspresi : Biasa
2. Mata :
Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)

3. Hidung : Tidak ada kelainan


4. Telinga : Tidak ada kelainan
5. Mulut :
Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : Putih kotor (-), ulkus (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)

5
Thoraks
Pulmo :

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Simetris Simetris

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)


Wheezing (-/-), rhonki Wheezing (-/-), rhonki
(-/-) (-/-)

Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula sinistra,


tidak kuat angkat.

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II sinistra
Kanan : Linea sternalis dekstra
Kiri : ICS IV linea midclavicula sinistra

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)

Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),


splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

6
Ekstremitas Atas : Akral hangat, CRT <2 detik, Edema (-),
deformitas (-)

Ekstremitas Bawah : Akral hangat, CRT <2 detik, Edema (-),


deformitas (-)

Pemeriksaan Neurologis
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Kuantitatif : GCS 15, ( E 4, V 5, M 6 )
3. Kualitatif : Tingkah laku : baik
Perasaan hati : baik
4. Orientasi : Tempat: Baik, Waktu: Baik, Orang: baik,
Sekitar: baik
5. Jalan Pikiran : Realistik
6. Kecerdasan : Baik
7. Daya ingat baru : Baik
8. Daya ingat lama : Baik
9. Kemampuan bicara : Baik
10. Cara berjalan : Baik
11. Gerakan abnormal :-

Badan
- Atrofi otot punggung : normal
- Atrofi otot dada : normal
Vertebra
- Bentuk : Kesan normal skoliosis (-), lordosis (-),
kifosis (-)
- Nyeri tekan :-

7
Anggota Gerak Atas
Inspeksi Kanan Kiri
Drop hand - -
Pitcher’s hand - -
Warna Kulit Sesuai warna sekitar Sesuai warna sekitar
Claw hand - -
Kontraktur - -

Ekstremitas Atas Kanan Kiri


Gerakan Normal Normal
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus Eutoni Eutoni
Sensibilitas Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Termis Normal Normal
Diskriminasi Normal Normal

Reflek fisiologis + Normal + Normal


Biceps
Triceps
+ Normal + Normal

Anggota Gerak Bawah


Inspeksi Kanan Kiri
Drop foot - -
Warna Kulit Sama seperti warna sekitar Sama seperti warna
sekitar
Kontraktur - -

Ekstremitas bawah Kanan Kiri


Gerakan Normal Normal
Kekuatan 5/5/5 5/5/5

8
Tonus Eutoni Eutoni
Sensibilitas Normal Normal
Nyeri - -
Termis Normal Normal
Diskriminatif + Normal + Normal

Refleks Fisiologis :
1. Patella +/ Normal +/ Normal
2. Achilles +/ Normal +/ Normal

Refleks Patologis :
Refleks Patologis :
1. Babinski - -
2. Chaddock - -
3. Oppenheim - -
4. Gordon - -
5. Schafner - -
6. Mendel Becterew - -
7. Rossolimo - -
8. Gonda - -
9. Klonus Paha - -
10. Klonus Kaki - -
Refleks rangsal meningeal
11. Kaku kuduk - -
12. Kernig sign - -
13. Burdzinski I - -
14. Burdzinski II - -
15. Lasegue - -
Refleks rangsang radikuler

9
16. Lasegue - -
17. Kontra lasegue - -
18. Neri’s sign - -
19. Valsava - -
20. Naffziger - -
21. Patrick - -
22. Kontra patrick - -

IX. Pemeriksaan khusus:


- Tinel’s sign : (+/-)
- Phalen’s test : (+/-)
- Flick’s sign : (+/-)
- Thenar wasting : (-/-)
- Finkelstein's test : (-/-)

X. Pemeriksaan Penunjang Anjuran:


- Pemeriksaan rontgen manus dekstra AP lateral
- Elektromyelografi (EMG)

XI. Diagnosa Kerja


Carpal tunnel syndrome Manus dextra (G56.0)

XII. Diagnosa Banding


- Cervical Radiculopaty (M50.1)
- De Quervain's syndrome (M65.4)

10
XIII. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan pada pasien mengenai carpal tunnel syndrome serta
penanggulangannya.
 Menjelaskan cara penggunaan obat yang benar.
 Mengistirahatkan tangan dari aktifitas yang berulang
 Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi

b. Preventif :
 Mengurangi aktivitas dengan tangan kanan

c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Kibas-kibaskan tangan selama kurang lebih 15 kali kibas selama ½
jam lakukan 3 kali sehari
 Memakai bidai/splint ketika tidur
 Melakukan gerakan Nerve gliding secara rutin

Farmakologi
 Ibuprofen 400 mg 3x1 (jika nyeri)
 Vitamin B complex tablet 1x1

Obat tradisional: Ekstrak Gamat Emas / teripang emas dalam bentuk


larutan diminum 3 kali sehari.

d. Rehabilitatif
Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah
sakit bila keluhan timbul kembali, tidak berkurang atau memberat.

11
RESEP

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI


PUSKESMAS OLAK KEMANG PUSKESMAS OLAK KEMANG
Dokter : Weny Astika Dewi Dokter : Weny Astika Dewi
SIP : G1A216089 SIP : G1A216089
Tanggal Tanggal

R/ R/

Pro : Pro :
BB: BB:
Alamat : Alamat :

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI


PUSKESMAS OLAK KEMANG PUSKESMAS OLAK KEMANG
Dokter : Weny Astika Dewi Dokter : Weny Astika Dewi
SIP : G1A216089 SIP : G1A216089
Tanggal Tanggal

R/ R/

Pro : Pro :
BB: BB:
Alamat : Alamat :

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi1
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical Guideline,
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gejala neuropati kompresi dari N.
medianus di tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan
tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Pada
CTS terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada
terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan
sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus di pergelangan tangan.
Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan dan
disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit lokal.

2.2 Etiologi2,3,4

Beberapa penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian


CTS antara lain :
1. Herediter, neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma, dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.
3. Pekerjaan, gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
yang berulang-ulang.
4. Infeksi, tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
5. Metabolik, amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan, khususnya
CTS juga terjadi karena penebalan ligamen dan tendon dari simpanan zat
yang disebut mukopolisakarida.
6. Endokrin, akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroid, kehamilan.

13
7. Neoplasma, kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8. Penyakit kolagen vascular, artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
9. Degeneratif, osteoartritis.
10. Iatrogenik, punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
12. Inflamasi, Inflamasi dari membran mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan CTS.

2.3 Patogenesis3,5
Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk
menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling populer
adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori getaran. Menurut
teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus di
terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan
konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari
kompresi mekanik. Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti
ketegangan, tenaga berlebihan, hiperfungsi, ekstensi pergelangan tangan
berkepanjangan atau berulang.
Teori insufisiensi mikrovaskular menyatakan bahwa kurangnya pasokan
darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan ia
perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf. Skar dan
jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalam saraf. Tergantung pada keparahan
cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala CTS,
terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan
konduksi saraf akut dan reversibel dianggap gejala untuk iskemia. Seiler et al
menunjukkan (dengan Doppler laser flowmetry ) bahwa normalnya aliran darah
berdenyut di dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum
karpal transversal dilepaskan. Sejumlah penelitian eksperimental mendukung teori
iskemia akibat kompresi diterapkan secara eksternal dan karena peningkatan
tekanan di terowongan karpal. Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas

14
suplai darah dari saraf dan tekanan darah sistolik. Kiernan dkk menemukan bahwa
konduksi melambat pada nervus medianus dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik
saja dan mungkin tidak selalu disebabkan mielinisasi yang terganggu.
Menurut teori getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari
penggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di terowongan
karpal. Lundborg et al mencatat edema epineural pada saraf median dalam
beberapa hari berikut paparan alat getar genggam. Selanjutnya, terjadi perubahan
serupa mengikuti mekanik, iskemik dan trauma kimia.
Hipotesis lain dari CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara
kronis di mana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan
terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi
intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan
endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang
timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang
terlibat digerak-gerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan
sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi
fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi
atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus
medianus terganggu secara menyeluruh.
Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler
akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan
iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang
menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi
yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat
terjadi kerusakan pada saraf tersebut.
Penelitian yang telah dilakukan Kouyoumdjian yang menyatakan CTS
terjadi karena kompresi saraf median di bawah ligamentum karpal transversal

15
berhubungan dengan naiknya berat badan dan IMT. IMT yang rendah merupakan
kondisi kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi nervus medianus. Pekerja
dengan IMT minimal ≥25 lebih mungkin untuk terkena CTS dibandingkan dengan
pekerjaan yang mempunyai berat badan ramping. American Obesity Association
menemukan bahwa 70% dari penderita CTS memiliki kelebihan berat badan.
Setiap peningkatan nilai IMT 8% resiko CTS meningkat.

2.4 Manifestasi Klinis6,7

Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.


Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya
berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran
listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan
distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai
seluruh jari-jari .
Komar dan Ford membahas dua bentuk carpal tunnel syndrome : akut dan
kronis. Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan
tangan atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari
disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai
gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau kehilangan motorik dengan
perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam carpal tunnel syndrome.
Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya adalah
nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering
membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang
bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan
meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang
bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya.
Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang
terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan
juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu
menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (opponen

16
policis dan abduktor policis brevis).dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh
nervus medianus.

2.5 Diagnosis8,9,10

Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di atas


dan perkuat dengan pemeriksaan yaitu :
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita
dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan.
Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan
diagnosa CTS adalah:
a) Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal.
Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif
untuk menegakkan diagnosa CTS.

Gambar 2.1 Phalen’s Test


b) Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet
dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di
atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa.
c) Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

17
Gambar 2.2 Tinel’s Test
d) Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat
dijumpai pada penyakit Raynaud.
e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi
otot-otot thenar.
f) Menilai kekuatan dan keterampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer.
g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka
tes ini menyokong diagnosa CTS.
h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul
gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan
jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak
dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan
mendukung diagnosis.
j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik
(two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosis.

18
k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada
perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah
inervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa CTS.

Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test yang
patognomonis untuk CTS.

2) Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar.
Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa
normal pada 31% kasus CTS. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25%
kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten
distal memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi saraf di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.

3) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher
berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan
dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG
dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel
proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome.

4) Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

19
2.6 Diagnosis Banding7,8

 Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher


diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan
sensorik sesuai dermatomnya.
 Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain
otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan
dan lengan bawah.
 Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di
telapak tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit
telapak tangan tidak melalui terowongan karpal.
 de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor
pollicis longus dan ekstensor policis brevis, biasanya akibat gerakan
tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada
pergelangan tangan di dekat ibu jari. Kecepatan Hantar Saraf normal.
Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu
jari, positif bila nyeri bertambah.

2.7 Tatalaksana5,10

Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi


gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder
untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer
harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS) dan menggunakan penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan
tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari
atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi
steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang
cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi.
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu :

20
1) Terapi langsung terhadap CTS
a) Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM) latihan dari
ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan dan gerakan
membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas atas. Latihan-
latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf perifer
dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan dan meluncur saraf
mungkin memiliki efek pada neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran
pembuluh darah. Latihan dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh
pasien setelah instruksi singkat.

Gambar 2.3 Nerve Gliding

4. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau


metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan
karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah
proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus
palmaris longus. Sementara suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari
untuk total tiga atau empat suntikan,. Tindakan operasi dapat

21
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali
suntikan. Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk pasien di bawah
usia 30 tahun.
5. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
6 . Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.

b) Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau
adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama
dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan
operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak
dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar,
sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang
persisten. Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan
anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara
endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini
dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi
tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada
saraf. Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau anomali maupun
tenosinovitis padaterowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.

2) Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS


Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS harus ditanggulangi,
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CTS kembali. Pada keadaan di
mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya antara lain :

22
a. Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif, getaran
peralatan tangan pada saat bekerja.
b. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.
c. Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan.
d. Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta mengupayakan
rotasi kerja.
e. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini CTS sehingga
pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih dini.

2.8 Prognosis5
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa
baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan
operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena
operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita CTS
penyembuhan post operatifnya bertahap.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan
maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini :
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus
medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat
edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup
baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi
kembali.

23
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Keadaan rumah dan lingkungan sekitar rumah pasien bersih. Sehingga
pada pasien ini tidak terdapat hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan
lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga
Pada kasus ini juga tidak didapatkan hubungan penyakit dengan keadaan
keluarga dan hubungan dalam keluarga. Hal ini karena carpal tunnel syndrome
merupakan penyakit yang bukan disebabkan psikis. Melainkan terjadi cedera
maupun penekanan pada N. Medianus.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Diagnosis pasien pada kasus ini berhubungan dengan aktifitas pasien yang
merupakan seorang tukang cuci pakaian yang setiap hari mencuci pakaian dan
menyetrika pakaian. Selain itu pasien juga ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-
hari mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mengantar anak ke sekolah,
dan membersihkan rumah. Kegiatan yang sering dilakukan seperti menyetrika dan
mencuci baju menggunakan tangan yang merupakan faktor resiko timbulnya
keluhan pada pasien ini.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
ini
- Penggunaan tangan secara berlebihan dalam aktifitas sehari-hari.
- Penggunaan tangan pada aktifitas yang sama secara berulang dan terus-
menerus.

24
- Tekanan yang berulang-ulang pada saat mencuci baju menggunakan tangan
akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler.

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
- Mengistirahatkan tangan/mengurangi aktifitas berulang seperti mencuci baju
menggunakan tangan.
- Hindarkan dari penggunaan tangan secara berlebihan.
- Menjaga kesehatan dan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi.

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, perjalanan penyakit dan
tatalaksana yang dapat mengurangi keluhan pasien.
- Mengistirahatkan tangan dari aktifitas untuk sementara waktu.
- Rajin melakukan latihan tangan / nerve glidding
- Mengkonsumsi obat tepat waktu dan sesuai aturan pakai.
- Menjelaskan kepada pasien untuk segera datang berobat apabila keluhan tidak
membaik untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta, Priguna. Neurologi Dasar Klinis. Jakarta: Dian Rakyat, 2004.


2. Viera. Management of Carpal Tunnel Syndrome. American Academy of
Family Physicians, 2003;68(2):265-272.
3. Kao, SY. Carpal Tunnel Syndrome as Occupational Disease. J Am Broard
Fam Pract, 2003;84:85-103
4. Susanto, TS. Kisi-Kisi Neurologi revised 2004. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2004.
5. Aroori S, Spence Roy AJ. Carpal tunnel syndrome. Ulster Med J,
2008;77(1):6-17
6. De Jong, RN. The Neurologic Examination 5th ed. revised by A.F. Haerer.
Philadelphia: J.B. Lippincott, 1992.
7. Davis LE, Molly KK, Jessica LS. Carpal tunnel syndrome in
Fundamentals of Neurologic Disease. New York: Demos Medical
Publishing, 2005. Hal.61-63
8. Astroshi I, Gummeneson C, Johnsson R, Ornstein E, Rosem I. Prevalence
of Carpal Tunnel Syndrome in a general population. JAMA.
1999;282(2):153-158.
9. Gorsché, R. Carpal Tunnel Syndrome. The Canadian Journal of CME,
2001:101-117.
10. Tana, Lusyanawati. Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di
Jakarta. Puslitbang Pemberantasan Penyakit, 2004;32(2):73-82.

26
Lampiran

27

Вам также может понравиться

  • 2429 5992 1 PB
    2429 5992 1 PB
    Документ12 страниц
    2429 5992 1 PB
    Asser Djara
    Оценок пока нет
  • Yytt
    Yytt
    Документ4 страницы
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Yytt
    Yytt
    Документ4 страницы
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Yytt
    Yytt
    Документ4 страницы
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Yytt
    Yytt
    Документ4 страницы
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Yytt
    Yytt
    Документ4 страницы
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Abses Peritonsil
    Abses Peritonsil
    Документ8 страниц
    Abses Peritonsil
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Laringitis
    Laringitis
    Документ25 страниц
    Laringitis
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Kolesteatoma
    Kolesteatoma
    Документ19 страниц
    Kolesteatoma
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Abses Peritonsil
    Abses Peritonsil
    Документ8 страниц
    Abses Peritonsil
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Inflamasi Auricula
    Inflamasi Auricula
    Документ16 страниц
    Inflamasi Auricula
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Otitis Media
    Otitis Media
    Документ1 страница
    Otitis Media
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • CSS
    CSS
    Документ16 страниц
    CSS
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Akut Otitis Media
    Akut Otitis Media
    Документ9 страниц
    Akut Otitis Media
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Cover Css Olan Revisi
    Cover Css Olan Revisi
    Документ5 страниц
    Cover Css Olan Revisi
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Anatomi Fisiologi Telinga
    Anatomi Fisiologi Telinga
    Документ22 страницы
    Anatomi Fisiologi Telinga
    vega wiguna
    Оценок пока нет
  • ARA Trauma Akustik Akut
    ARA Trauma Akustik Akut
    Документ11 страниц
    ARA Trauma Akustik Akut
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Cover BST 2
    Cover BST 2
    Документ3 страницы
    Cover BST 2
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Cover Crs Windy
    Cover Crs Windy
    Документ5 страниц
    Cover Crs Windy
    Windy Claudia Aresta
    Оценок пока нет
  • Trakeitis
    Trakeitis
    Документ13 страниц
    Trakeitis
    Hadiza Pebrama
    0% (1)
  • REFERAT MATA WINDY Fix
    REFERAT MATA WINDY Fix
    Документ33 страницы
    REFERAT MATA WINDY Fix
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Документ4 страницы
    Cover Referat
    Windy Claudia Aresta
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ3 страницы
    Cover
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Rhinitis Alergi
    Rhinitis Alergi
    Документ24 страницы
    Rhinitis Alergi
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Dokumen - Tips - Refrat Ujian Otomikosis
    Dokumen - Tips - Refrat Ujian Otomikosis
    Документ9 страниц
    Dokumen - Tips - Refrat Ujian Otomikosis
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Status Hiperosmolar Hiperglikemi
    Laporan Kasus Status Hiperosmolar Hiperglikemi
    Документ44 страницы
    Laporan Kasus Status Hiperosmolar Hiperglikemi
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • Status Hiperglikemi Hiperosmolar
    Status Hiperglikemi Hiperosmolar
    Документ3 страницы
    Status Hiperglikemi Hiperosmolar
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • COVER
    COVER
    Документ3 страницы
    COVER
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет
  • MP Hpohiperglikemia
    MP Hpohiperglikemia
    Документ5 страниц
    MP Hpohiperglikemia
    twahyuningsih_16
    Оценок пока нет
  • Cover Lapsus BP Windy
    Cover Lapsus BP Windy
    Документ3 страницы
    Cover Lapsus BP Windy
    Hadiza Pebrama
    Оценок пока нет