Вы находитесь на странице: 1из 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA


DIRUANG IGD RSUD. K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik


Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

DISUSUN OLEH :
ENGGAR WIDYANINGSIH
P1337420116012
3A1

DIII KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2019
A. Pengertian

Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa


plasma lebih rendah dari 45 mg/dl– 50 mg/dl.
Bauduceau, dkk mendefinisikan hipoglikemia sebagai keadaan di mana
kadar gula darah di bawah 60 mg/dl disertai adanya gelaja klinis pada
penderita. Pasien diabetes yang tidak terkontrol dapat mengalami gejala
hipoglikemia pada kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang normal, sedangkan pada pasien diabetes dengan pengendalian gula
darah yang ketat (sering mengalami hipoglikemia) dapat mentoleransi kadar
gula darah yang rendah tanpa mengalami gejala hipoglikemia.
Pendekatan diagnosis kejadian hipoglikemia juga dilakukan dengan
bantuan Whipple’s Triad yang meliputi: keluhan yang berhubungan dengan
hipoglikemia, kadar glukosa plasma yang rendah, dan perbaikan kondisi
setelah perbaikan kadar gula darahAdapun batasan hipoglikemia adalah:
Hipoglikemia akut diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, dan berat
menurut gejala klinis yang dialami oleh pasien (Tabel 1)
Tabel 2.1. Klasifikasi Klinis Hipoglikemia Akut 8

Ringan Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan


aktivitas sehari – hari yang nyata

Sedang Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan


aktivitas sehari – hari yang nyata

Berat Sering tidak simtomatik, pasien tidak dapat mengatasi sendiri


karena adanya gangguan kognitif

1. Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak membutuhkan


terapi parenteral

2. Membutuhkan terapi parenteral (glukagon intramuskuler


atau intravena)

3. Disertai kejang atau koma


American Diabetes Association Workgroup on Hypoglycemia
mengklasifikasikan kejadian hipoglikemia menjadi 5 kategori sebagai berikut:

Tabel 2.2. Klasifikasi Hipoglikemia menurut American Diabetes Association


Workgroup on Hypoglycemia tahun 2005

Severe hypoglycemia
Kejadian hipoglikemia yang membutuhkan bantuan dari orang lain

Documented hypoglycemia
Kadar gula darah plasma ≤ 70 mg/dl disertai symptomatic gejala klinis
hipoglikemia

Asymptomatic
Kadar gula darah plasma ≤ 70 mg/dl tanpa hypoglycemia disertai gejala
klinis hipoglikemia

Probable symptomatic
Gejala klinis hipoglikemia tanpa disertai hypoglycemia pengukuran kadar
gula darah plasma

Relative hypoglycemia
Gejala klinis hipoglikemia dengan pengukuran kadar gula darah plasma
70 mg/dl dan terjadi penurunan kadar gula darah

B. Etiologi
Etiologi dari hipoglikemia antara lain
1. Aktivitas fisik yang berat
2. Keterlambatan makanan
3. Puasa
4. Penurunan respon hormonal (adrenergik)
5. Regimen insulin yang tidak fisiologis.
6. Overdosis insulin atau sulfonylurea
7. Gerak badan tanpa kompensasi makanan
8. Penyakit ginjal stadium akhir
9. Penyakit hati stadium akhir
10. Konsumsi alcohol
11. Kebutuhan insulin
12. Penyembuhan dari keadaan stress
13. Penggunaan zat – zat hipoglikemia

C. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen
di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan
kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara
terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf
pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus,
penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun
hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun
hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak
berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :
a. Fase I : gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus sehingga
hormon epinefrin masih dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan
karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang
perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b. Fase II : gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,
karena itu dinamakan gejala neurologis. Pada awalnya tubuh memberikan
respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf.
Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi
jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan
kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah,
lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu
berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen.
Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa
terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering
terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.
Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada
pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah
habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya
hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama
serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
 Pada hipoglikemi ;
a. Neuroglikopeni : pusing, bingung, bicara tidak jelas,
□ perubahan perilaku, dan koma
b. Neurogenic : Adrenergic ( tremor halus, jantung berdebar,
cemas, bingung ), Kolinergik (berkeringat, lapar terus,
tingling)
c. Penurunan Berat Badan

E. PATHWAY
Terlampir
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa
postpradial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl
setelah 5 jam.
2. Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
3. Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin
dua kali negatif terhadap glukosa.
4. EKG: Takikardia.

G. Penatalaksanaan
Untuk terapi hipoglikemik adalah sebagai berikut :
1. Hipoglikemi : Beri pisang/ roti/ karbohidrat lain, bila gagal, Beri teh gula,
bila gagal tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
2. Koma hipoglikemik : Injeksi glukosa 40% IV 25ml, infus glukosa 10%,
bila belum sadar dapat diulang setiap ½ jam sampai sadar (maksimum
6x), bila gagal beri injeksi efedrin bila tidak ada kontraindikasi jantung dll
25-50 mg atau injeksi glukagon 1mg/IM, setelah gula darah stabil, infus
glukosa 10% dilepas bertahap dengan glukosa 5% stop
H. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti,
gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf
otonom, koma hipoglikemi
2. Perubahan sensori perseptual b/d ketidakseimbangan glukosa
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral
4. Kelelahan b/d penurunan energi metabolic

I. Intervensi Keperawatan
1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti,
gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf
otonom, koma hipoglikemi.
 Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
 Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
 Monitor vital sign
 Monitor kesadaran
 Monitor tanda gugup, irritabilitas
 Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
 Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan
hipoglikemi.
 Cek BB setiap hari
 Cek tanda-tanda infeksi
 Hindari terjadinya hipotermi
 Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
 Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit

2. Defisit volume cairan b/d kehilangan gastrik berlebihan.


 Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler
baik, haluaran urin tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam
batas normal.
 Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan ortostatik.
Hipoglikemia dapat dimanifestasikan oleh takikardia.
 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat.
 Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian yang
terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya
dalam memberikan cairan pengganti.
 Catat hal-hal yang sering di laporkan seperti mual, nyeri abdomen,
muntah dan distensi lambung. Kekurangan cairan dan elektrolit
mengubah motilitas lambung, yang seringkali akan menimbulkan
muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan
dan elektrolit.
 Kolaborasi berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi, normal
salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.
Mengembalikan cairan yang adekuat

3. Perubahan sensori perseptual b/d ketidakseimbangan glukosa.


 Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
 Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya
 Lindungi pasien dari cedera (gunakan pengikat) ketika tingkat
kesadaran pasien terganggu.
 Berikan tempat tidur yang lembut.
 Kolaborasi pantau nilai laboratorium, glukosa darah.
Keseimbangan nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi
mental.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral


 Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
 Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
 Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien)
dan elektrolit dengan segera
 Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai
dengan indikasi.
 Konsultasi dengan ahli diet.

5. Kelelahan b/d penurunan energi metabolic


 Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
 Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
 Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media


Aesculapius.
Baradero Mary , SPC , MN. 2009.” Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Endokrin “. Jakarta : EGC.
Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York
Carpenito Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakata : EGC.
Emedicine Journal, Emergency medicine.
http://doctorsjournals.wordpress.com/
Gallo & Hundak. 1996. “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume II
”. Jakarta : EGC.
Hudak, M. Carolyn. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Rumahorbo Hotma , S.kep. 1999. “ Asuhan Keperawatan Klien dengan
Sistem Endokrin “.Jakarta : EGC.
Waspadji S. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding simposium:
penatalaksanaan kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2000. hal.83-4.

Вам также может понравиться