Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Hukum
1. Pengertian Hukum
a. Hukum diartikan sebagai produk keputusan penguasa, perangkat peraturan yang
ditetapkan penguasa seperti Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan lain-lain.
b. Hukum diartikan sebagai produk keputusan hakim, putusan-putusan yang
dikeluarkan hakim dalam menghukum suatu perkara yang dikenal dengan
jurisprudence (yurisprudensi).
c. Hukum diartikan sebagai sistem norma/kaidah. Kaidah/norma adalah aturan yang
hidup ditengah masyarakat. Kaidah/norma ini dapat berupa norma kesopanan,
kesusilaan, agama, dan hukum (yang tertulis) yang berlakunya mengikat kepada
seluruh anggota masyarakat dan mendapat sanksi bagi pelanggar.
2. Sumber Hukum
a. Sumber Hukum Materiil
Sumber hukum yang menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang
mengikat setiap orang.
b. Sumber Hukum Formil
Sumber hukum formil yang dikenal dalam ilmu hukum berasal dari 6 (enam)
macam, yaitu: Undang-Undang, Kebiasaan, Traktat, Yurisprudensi, Doktrin, dan
Hukum Agama.
3. Subjek Hukum
a. Manusia
Manusia yang cakap melakukan perbuatan hukum adalah orang dewasa menurut
hukum (telah berusia 21 tahun) dan berakal sehat .
b. Badan Hukum
Badan hukum dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu;
1) Badan Hukum Publik
Badan hukum yg didirikan berdasarkan hukum publik atau yang menyangkut
kepentingan publik atau orang banyak atau negara pada umumnya.
2) Badan Hukum Privat
Badan hukum yg didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang
menyangkut kepentingan pribadi orang banyak di dalam badan hukum itu.
4. Hal-hal yang terkait dengan hukum:
a. Objek Hukum
Menurut Pasal 499 KUH Perdata obyek hukum yaitu benda. Benda yaitu segala
sesuatu yg berguna bagi subyek hukum atau segala sesuatu yng menjadi pokok
permasalahan dan kepentingan bagi para subyek hukum.
b. Tujuan dan Fungsi Hukum
Suatu sarana yang diciptakan oleh pejabat yang berwenang (legislatif) untuk
membuat peraturan yang memberikan kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum
bagi masyarakat.
c. Peristiwa Hukum
Suatu rechtsfeit atau kejadian hukum atau suatu kejadian biasa dalam kehidupan
sehari-hari yang akibatnya diatur oleh hukum.
d. Fakta Hukum
Fakta hukum adalah fakta-fakta yang mempunyai akibat hukum.
1
Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum, (Makassar: Pustaka Refleksi, 2014), hal. 41.
kewenangan, maka kaidah tidak dapat dilihat sebagai “benar” atau “salah”. Juga
terungkap bahwa suatu kaidah hukum mempunyai sifat mengharuskan yang normatif.
Kelsen menganggap pada tingkat hierarkis tertentu suatu kaidah mengatur pula sanksi
sebagai akibat perilaku yang bertentangan dengan kaidah hukum.2
Purmadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, menyimpulkan pernyataan dari
Kelsen tentang kaidah hukum sebagai berikut:3
a. Suatu kaidah hukum merupakan sistem kaidah-kaidah hukum secara hierarkis.
b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat terbawah
hingga keatas adalah:
1) Kaidah-kaidah individuil dari badan-badan pelaksana hukum, terutama
pengadilan.
2) Kaidah-kaidah umum di dalam undang-undang atau kebiasaan.
3) Kaidah-kaidah daripada konstitusi.
Emile Durkheim, sosiolog dan antropolog yang banyak menyumbangkan karyanya
bagi ilmu hukum fungsional, mempunyai pandangan bahwa kaidah hukum dilihatnya
dalam hubungan jenis-jenis solidaritas yang terdapat dalam suatu masyarakat. Suatu
kaidah hukum yang dilihatnya juga sebagai suatu kaidah yang bersanksi, yang berat
ringannya tergantung pada suatu pelanggaran, anggapan-anggapan serta keyakinan
masyakarat tentang baik-buruknya suatu tindakan, dan peranan sanksi-sanksi tersebut
dalam masyarakat. Menurutnya kaidah hukum ini diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
yaitu, laidah-kaidah hukum yang represif dan kaidah-kaidah hukum yang restitutif.4
2
Suadamara Ananda, “Tentang Kaidah Hukum”, Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2008, Vol. 26 No. 01,
hal. 72-73 dalam https://media.neliti.com/media/publications/13143-ID-tentang-kaidah-hukum.pdf diakses pada
tanggal 07 Maret 2018 pukul 21.35 WIB.
3
Ibid, hal. 75.
4
Ibid, hal. 78.
2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan ialah peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari
manusia. Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat
penyesalan. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh
umat manusia. Menurut R.Soeroso, S.H, kaidah kesusilaan adalah kaidah yang paling
tua dan paling asli, dan juga terdapat di dalam sanubari manusia sendiri karena manusia
makhluk bermoral, tanpa melihat kebangsaan atau masyarakat, “tidak mengindahkan
norma susila berarti asusila”. Salah satu ciri kaidah kesusilaan dibandingkan dengan
kaidah hukum adalah sifat kaidah kesusilaan yang otonom, artinya diikuti atau tidaknya
aturan tingkah laku tersebut tergantung pada sikap batin manusianya.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu
sendiri untuk mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat saling
hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela
sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan
itu sendiri. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat.
Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat
khusus dan setempat (regional) dan hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu
saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat
lain tidak demikian.
4. Norma Hukum
Norma hukum ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga
kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan
dengan segala paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya bisa berupa peraturan
perundangundangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama. Keistimewaan
norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa ancaman
hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan-peraturan hukum
bersifat heteronom.