Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Tempat Penelitian


Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah di wilayah kerja
Puskesmas Kemiling yang berada di Kecamatan Kemiling Kota Bandar
Lampung. Kecamatan Kemiling merupakan kecamatan hasil pemekaran dari
Kecamatan Tanjung Karang Barat, adapun batas wilayah kecamatan kemiling
adalah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan kecamatan raja basa,
sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan teluk betung utara, sebelah timur
berbatasan dengan kecamatan tanjung karang barat, sebelah barat berbatasan
dengan kecamatan gedong tataan Kabupaten Pesawaran.

Pada tahun 2012 luas wilayah sebesar 2.765 Ha. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang Penataan dan
Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, wilayah Kecamatan Kemiling
dibagi menjadi 9 (sembilan) kelurahan, yaitu Sumber Agung, Kedaung,
Pinang Jaya, Beringin Raya, Sumber Rejo, Kemiling Permai, Sumber Rejo
Sejahtera, Beringin Jaya dan Kemiling Raya. Luas wilayah Kecamatan
Kemiling yaitu 25,03 km2 dengan jumlah penduduk laki-laki mencapai
36.403 jiwa dan perempuan 36.178 jiwa. (BPS, 2013). Penelitian ini di
laksanakan pada tanggal 06 Juli - 22 Juli 2018 dengan jumlah sampel
sebanyak 79 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada seluruh responden.

4.1.1 Karakteristik Responden


Karakteristik responden penelitian merupakan identitas responden yang
digunakan dalam penelitian meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden
di Puskemas Kemiling sebagai berikut:

42
43

Table 4.1
Karakteristik Responden, Usia, Pendidikan dan Pekerjaan
Usia F Persentase (%)
Dewasa Awal (20-35) 28 35,4
Dewasa Tengah (36-60) 51 64,6
Jumlah 79 100,0

Pendidikan F %
SD 9 11,4
SMP 18 22,8
SMA 35 44,3
Perguruan Tinggi 17 21,5
Jumlah 79 100,0

Pekerjaan F %
Buruh 28 35,4
Wiraswasta 19 24,1
Swasta 22 27,8
PNS 10 12,7
Jumlah 79 100,0

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 79 responden di Puskesmas


Kemiling diketahui sebagian besar umur responden 36-60 tahun 51
(64,6%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden paling banyak
adalah SMA yaitu 35 (44,3%), sedangkan berdasarkan pekerjaan
sebanyak 28 responden (35,4%) memiliki pekerjaan sebagai Buruh.

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Analisi Univariat
a. Lama Merokok
Table 4.2
Distribusi frekuensi berdasarkan lama merokok
Lama Merokok Frekuensi Persentase (%)
< 10 Tahun 35 44,3
≥ 10 Tahun 44 55,7
Jumlah 79 100,0
44

Berdasarkan tabel di atas menunjukan distribusi lama merokok


responden di Puskesmas Kemiling, sebanyak 44 responden (55,7%)
menghisap rokok lebih dari sama dengan 10 tahun, sebanyak 35
responden (44,3%) menghisap rokok kurang dari 10 tahun.

b. Derajat Hipertensi
Table 4.3
Distribusi frekuensi berdasarkan derajat hipertensi
Derajat Hipertensi Frekuensi Persentase (%)
Derajat I 32 40,5
Derajat II 47 59,5
Jumlah 79 100,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukan distribusi Tekanan Darah


responden di Puskesmas Kemiling dari 79 responden terdapat 47
responden (59,5%) memiliki tekanan darah Derajat II
(>160/>100mmHg), sebanyak 32 responden (40,5%) memiliki tekanan
darah Derajat I (140-159/90-99mmHg).

4.2.2 Analisis Bivariat


a. Hubungan Lama Merokok dengan Derajat Hipertensi
Tabel 4.4
Tabulasi silang antara lama merokok dengan derajat hipertensi
Derajat Hipertensi
Total
Lama merokok Derajat I Derajat II p-value OR
f % f % f % CI 95%
< 10 Tahun 20 57,1 15 42,9 35 100 0,014 3,556
≥ 10 Tahun 12 27,3 32 72,7 44 100 (1,385-9,125)
Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100
Keterangan Crosstabulation *Uji chi square

Berdasarkan data pada tabel diatas hasil uji bivariat menunjukkan


responden yang menderita hipertensi derajat II dengan lama merokok
>10 tahun sebanyak 72,7% dan responden yang menderita hipertensi
deajat II dengan lama merokok <10 tahun sebanyak 42,9%.
45

Hasil uji chi-square didapatkan terdapat hubungan yang signifikan


antara lama merokok dengan derajat hipertensi pada laki-laki perokok di
Puskesmas Kemiling. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis yang
memperoleh nilai p = 0,014 (< 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bemakna antara lama merokok dengan derajat
hipertensi. Dengan nilai OR 3,556 yang berarti responden yang merokok
> 10 tahun memiliki peluang 3,556 kali lebih besar menderita hipertensi
derajat II dibandingkan dengan responden yang lama merokok < 10
tahun.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Gambaran Karakteristik Responden
Menurut karaktristik umur, mayoritas responden (64,6%) memiliki tingkat
umur antara 36-60 tahun. Tidak dapat dipungkiri faktor usia merupakan
salah satu penyebab seseorang terkena tekanan darah tinggi. Semakin
bertambah usia seseorang semakin berkurang elastisitas pembuluh
darahnya sehingga tekanan darah didalam tubuh orang yang sudah lanjut
usia akan mengalami kenaikan dan dapat melebihi batas normalnya.
(Abdul Majid, 2017).

Pada usia 35 tahun pria berisiko lebih tinggi terkena hipertensi


dibandingkan wanita. Hal ini didukung oleh penelitian (Pradono dalam
Lintanasri, 2012) menunjukan hubungan yang bermakna antara faktor
resiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit tidak menular yaitu pada
golongan umur 54-64 tahun mempunyai resiko 7,45 kali untuk terkena
hipertensi dibandingkan golongan 25-34 tahun.

Menurut Edward D Frohlich, seorang pria dewasa akan mempunyai


peluang lebih besar yakni satu di antara lima untuk mengidap hipertensi.
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden
hipertensi yang makin meningkat dengan bertambahnya usia, disebabkan
46

oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,


pembuluh darah dan hormon. (Mingga Sari, 2010).

Hipertensi pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden


penyakit arteri koroner dan kematian Faktor yang dapat meningkatkan
potensi terjadinya hipertensi salah satunya adalah rokok. Beberapa laporan
hasil penelitian mengenai rokok menemukan bahwa sampai saat ini
perilaku merokok masih disukai banyak orang dari berbagai kalangan, dari
mulai anak-anak, remaja, pemuda dan orang tua sehingga merokok
merupakan masalah kesehatan dalam masyarakat. Faktor risiko penyakit
hipertensi lainnya adalah merokok. Dari Hasil Riskesdas tahun 2013
tampak bahwa proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-
34 tahun sebesar 33,4 %, umur 35-39 tahun 32,2 %, sedangkan proporsi
perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak di bandingkan perokok
perempuan (47,5% banding 1,1%).(Riskesda, 2013).

Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 4-10 batang


rokok. Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri
menyempit, dan lapisan menjadi tebal dan kasar selain itu keadaan paru-
paru dan jantung pada perokok tidak dapat bekerja secara efisien juga
merupakan salah satu penyebab gangguan kesehatan dan penyebab
kematian (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Berdasarkan Karakteristik Pendidikan sebagian besar responden yakni


(44,3%) berpendidikan SMA. Dari pernyataan beberapa resonden
menyatakan bahwa tidak pernah diberikan penyuluhan oleh petugas
kesehatan terutama tentang dampak rokok terhadap kesehatan sehingga ini
hampir pasti dapat berdampak negatif pada perilakunya. Sikap negatif
mengenai merokok masih dapat diubah bila individu mendapat masukan-
masukan, pengalaman, atau perilaku lingkungan positif yang tidak
mendukung perilaku merokok (Linda, 2010).
47

Dalam peran dan fungsinya perawat dapat bertindak sebagai educator,


perawat dapat memfasilitasi perubahan dalam diri manusia (perokok),
melalui berbagai macam bentuk pemberian informasi kesehatan, karena
fasilitasi perubahan pribadi merupakan suatu hal yang penting dalam
kesehatan mental. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang mahir dalam
berhubungan terapeutik, dapat menjadi fasilitator yang tepat dalam
memberikan alternatif- alternatif pemecahan masalah yang sesuai untuk
klien. (Linda, 2010)

Bagi individu-individu tertentu seperti perokok berat yang sudah


merasakan kenikmatan merokok, keyakinan-keyakinan tentang akibat
negatif rokok cenderung tertutupi oleh akibat-akibat positif rokok seperti
efek relaksasi, mengurangi stres, membantu konsentrasi, memberi
inspirasi, memudahkan untuk berinteraksi, membawa kearah penerimaan
sebaya dan lain-lain. Hal-hal yang dirasakan oleh perokok tersebut dapat
diubah sedikit demi sedikit jika konseling dapat dicapai oleh hubungan
terapeutik yang terjalin antara perawat dan klien, maka klien akan sadar
dan tahu apa yang baik bagi dirinya sendiri yaitu berhenti merokok.
(Linda, 2010)

Berdasarkan karakteristik pekerjaan sebagian besar responden (35,4%)


memiliki pekerjaan sebagai buruh. Sumber material adalah salah satu alat
ukur untuk melihat status ekonomi seseorang, orang-orang dengan status
ekonomi yang stabil memiliki ketrampilan koping yang lebih konstruktif,
sehingga apabila seseorang dengan status ekonomi baik yang dicerminkan
melalui penghasilan dan pekerjaan, maka dia dapat merespons lebih baik
daripada orang lain dengan staus ekonomi dibawahnya. (Martha. 2012)

Dari pernyataan beberapa responden menyatakan bahwa penghasilan


yang didapatkan hanya bergantung dari hasil buruh yang diperoleh tidak
menentu namun hasil yang diperoleh tidak hanya untuk kebutuhan sehari-
hari tetapi juga digunakan untuk konsumsi rokok sehingga dana
48

kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli


rokok. Mengatasi masalah lingkungan akan lebih mudah bagi individu
yang mempunyai sumber finansial yang memadai karena perasaan
ketidakberdayaan terhadap ancaman menjadi berkurang. Seorang perokok
berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya
terbatas. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum
merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama
dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat
(Suraioka, 2012)

Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum
agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga
orang lain akan terkena penyakit kanker. Hal tersebut sejalan dengan
pernyataan M. Bustam dalam Nur hikmah (2017), walaupun dibutuhkan
waktu 10-20 tahun, tetapi merokok terbukti mengakibatkan 80% kanker
paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan
kesuburan. Dampak rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga
perokok pasif. Jika kondisi ini mengenai seseorang yang berusia produktif
maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi, yaitu tidak dapat
melakukan aktifitas secara optimal karena efek rokok yang
ditimbulkannya. Dengan melihat begitu luas dan fatalnya dampak negative
merokok terhadap kesehatan juga ekonomi yang tentunya akan berdampak
pada kelanggengan pembangunan bangsa, maka seharusnya merokok
bukan menjadi pilihan setiap orang.

4.3.2 Gambaran Distribusi Lama Merokok Pada Responden


Penelitian ini menunjukkan bahwa 55,7% responden dengan lama
merokok > 10 tahun dan 44,3% responden dengan lama merokok < 10
tahun. Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan.
Lama merokok dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok, yang
dikatakan perokok ringan adalah perokok yang < 10 tahun, perokok
sedang 20 tahun, dan perokok berat lebih dari 20 tahun. Dengan demikian
49

secara nyata dampak rokok berupa derajat hipertensi akan muncul 10-20
tahun pasca di gunakan. Akibat negatif dari rokok sebenarnya sudah terasa
saat orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara
karena dihisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga
menghasilkan karbon monoksida, yang disamping asapnya sendiri, tar dan
nikotin (yang terjadi dari pembakaran tembakau tersebut) masuk kedalam
jalan nafas. (Aggie & Herbert, 2012).

Hal ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan Astuti (2012), bahwa usia
pertama kali merokok terbanyak pada usia 12 tahun. Selain itu, didukung
oleh hasil penelitian Salaudeen, Musa, Akande dan Bolarinwa (2013),
yang didapatkan usia pertama kali merokok paling banyak pada usia
kurang dari 15 tahun sebanyak 35 (71,4%). Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata responden pertama kali merokok adalah saat
responden selesai dikhitan yaitu antara usia 12 sampai 15 tahun sehingga
usia tersebut sangat rentan untuk berpengaruh mengonsumsi rokok. Pada
usia tersebut anak kurang terpapar informasi terkait bahaya merokok,
bahwa semakin bertambah usia seseorang maka semakin matang dan
dewasa dalam berpikir. (Astuti,2012)

Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa
plak. Ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Kandungan nikotinnya Bisa meningkatkan
hormon dan meningkatkan tekanan darah, meningkatkan hormone
epinefrin yang bisa menyempitkan pembulu darah arteri. Karbon
monoksidanya dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk
menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung yang
lebih keras tentu dapat meningkatkan tekanan darah. Berbagai penelitian
membuktikan rokok beresiko terhadap jantung dan pembulu darah.
(Muhammadun, 2010).
50

Beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditambahkan),


sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan mencapai titik
toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya. Semakin awal
seseorang merokok, makin sulit untuk berhenti merokok. karena tekanan
darah seseorang yang merokok tidak terjaga sehingga akan cenderung
naik. Hormon adrenalin memicu kerja jantung untuk berdetak 10-
20x/menit, dan meningkatkan darah 10-20 skala. Hal ini berakibat volume
darah meningkat dan jantung menjadi cepat lelah. CO (Karbon
monoksida) dapat meningkatkan keasaman sel darah, sehingga dapat
menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah
memompa jantung lebih keras lagi, sehingga tekanan darah meningkat.
(Casey, Aggie, R.N dan Benson, M.D., 2012).

Rokok juga punya dose-respone effect, dimana semakin muda usia


merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena toksin akan menumpuk
lebih banyak pada paru-parunya). Resiko kematian bertambah sehubungan
dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini.
Peningkatan tekanan darah tidak begitu tampak namun dalam waktu yang
lama (10-20 tahun), dampak rokok akan terasa sehingga dapat
mengakibatkan beberapa penyakit yang berbahaya seperti stroke, infark
miokardium, jantung, impotensi, kanker dan lain-lain. (Linda, 2010).

Akibat negatif dari rokok sebenarnya sudah terasa saat orang baru mulai
menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara karena dihisap,
tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan karbon
monoksida, yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotin (yang terjadi
dari pembakaran tembakau tersebut) masuk kedalam jalan nafas. Karbon
monoksida, tar dan nikotin berpengaruh terhadap syaraf yang
menyebabkan : gelisah, tremor, cita rasa pada makanan berkurang, ibu
hamil dapat kemungkinan keguguran. (Muhammadun, 2010)
51

4.3.3 Gambaran Distribusi Derajat Tekanan Darah Responden


Penelitian ini menunjukkan bahwa 40,5% menderita hipertensi pada
Derajat I (140-159/90-99 mmHg). Dan 59,5% responden menderita
hipertensi pada Derajat II (>160/>100 mmHg). Dari pernyataan beberapa
responden menyatakan bahwa mereka sering mengeluh sakit kepala,
jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras, dan mudah
lelah. Klien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakan gejala
hingga bertahun-tahun.

Gejala ada jika menunjukan adanya kerusakan vaskular dengan


manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai peningkatan urinasi pada malam hari dan
peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin. (Reni Y, 2017)

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan


darah yangg tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus. Keterlibatan pembuluh
darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai paralisis sementara atau satu sisi atau gangguan
tajam penglihatan. (Anies, 2018)

Menurut Anies (2018), gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-


masing individu. Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita
hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa
gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi
seperti sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, berdebar
atau detak jantung terasa cepat, telinga berdenging, sukar tidur, sesak
nafas, wajah akan menjadi kemerahan, pandangan mata kabur, mudah
mengalami kelelahan setelah beraktifitas, bahkan sensitif atau mudah
marah terhadap hal-hal yang tidak disukai.
52

Gejala klinis yang muncul yaitu pemeriksaan fisik mungkin tidak


menunjukan kelainan selain tekanan darah tinggi, perubahan retina dengan
pendarahan, eksudat, arteriol yang menyempit, dan infark kecil, dan
papilledema dapat dilihat pada hipertensi berat, Gejala biasanya
menunjukkan kerusakan vaskular yang berhubungan dengan sistem organ
yang difasilitasi oleh pembuluh yang terlibat, Penyakit arteri koroner
dengan angina, hipertrofi ventikel kiri dapat terjadi Gagal jantung kiri,
Perubahan patologis pada ginjal. (Abdul Majid, 2017).

Responden yang mengalami hipertensi derajat II tidak melakukan kontrol


rutin atau tidak mengkonsumsi obat rutin. Apabila hipertensi ini tidak
ditangani dengan baik, keadaan dapat memburuk sesuai dengan status
kesehatan individu tersebut. Hipertensi menjadi berbahaya bukan hanya
karena tekanan darah yang berlebihan saja, tapi karena penyakit-penyakit
lain yang ikut menyertainya. Penyakit-penyakit tersebut dapat muncul atau
diperparah dengan meningkatnya tekanan darah dalam tubuh kita seperti
stroke, Infrak miokard, gagal ginjal dan kerusakan otak. (Reni Y, 2017)
Oleh sebab itu, disarankan kepada para responden untuk tetap selalu
kontrol rutin dan minum obat teratur sesuai instruksi dokter untuk
menimalisir naiknya tekanan darah.

4.3.4 Hubungan Lama Merokok dengan Derajat Hipertensi


Hasil uji chi-square didapatkan hasil penelitian ada hubungan yang
signifikan lama merokok dengan derajat hipertensi pada laki-laki perokok
di Puskesmas Kemiling. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis yang
memperoleh nilai p = 0,014 (<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bemakna antara lama merokok dengan derajat
hipertensi. ini berarti semakin lama responden merokok dapat
meningkatkan derajat hipertensi, Nilai tersebut berarti Ha diterima dan Ho
ditolak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan R.M.
Suryadi Tjekyan (2014) tentang angka kejadian dan faktor resiko
hipertensi di kota palembang, dari hasil analisis yang memperoleh nilai
53

p = 0,000 < 0,05. Dengan nilai OR 3,556 yang berarti responden yang
merokok > 10 tahun memiliki peluang 3,556 kali lebih besar menderita
hipertensi derajat II dibandingkan dengan responden yang lama merokok <
10 tahun. Hal ini berkaitan dengan semakin lama merokok maka semakin
lama terpapar dengan zat-zat kimia yang terkandung di dalam rokok.

Di dalam asap rokok terkandung berbagai zat kimia terutama nikotin dan
karbonmonoksida sehingga semakin lama merokok memungkinkan
semakin banyak zat-zat kimia yang tertimbun di dalam darah. Nikotin
yang ada di dalam darah dapat memacu pengeluaran adrenalin,
meningkatkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi
trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri. Sehingga
kadar nikotin yang semakin banyak tertimbun dalam darah dapat berakibat
pada meningkatnya tekanan darah. (Tjekyan, 2014)

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Julianty


Pradono (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi di daerah perkotaan, dengan hasil analisis p = 0,000 (<0,05)
yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara lama merokok
dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini berarti semakin lama
responden merokok semakin tinggi tingkat hipertensinya. Dikatakan risiko
tinggi jika responden merokok ≥ 15 batang perhari dan dikatakan risiko
rendah jika responden merokok < 15 batang perhari. Dampak merokok
akan terasa setelah 10-20 tahun.

Dalam penelitian ini kebanyakan lama merokoknya lebih dari >20 tahun.
Sehingga pada penelitian ini diketahui bahwa derajat hipertensi mereka
meningkat sehingga mereka sangat beresiko menderita hipertensi stadium
III. Selain itu, lebih banyak yang merokok >15 batang perhari.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa yang merokok >15
batang. berisiko menderita derajat hipertensi yang lebih tinggi di banding
yang merokok, <15 batang dalam sehari. (Pradono J, 2010).
54

Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa
plak. Ini menyababkan penyempitan pembulu darah arteri yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Kandungan nikotinnya Bisa meningkatkan
hormone epinefrin yang bias menyemptkan pembulu darah arteri.
Karbonmooksidanya dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras
untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung
yang lebih keras tantu dapat meningkatkan tekanan darah. Berbagai
penelitian membuktikan rokok beresiko terhadap jantung dan pembulu
darah (Aggie & Herbert, 2012).

Semakin lama seseorang menghisap rokok maka akan mempunyai


pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini
dapat disebabkan karena gas CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat
berpengaruh besar terhadapap kenaikan tekanan darah. Jika di komsumsi
terus menerus maka akan menumpuk di dalam dinding pembuluh darah
dan menyebabkan pembuluh darah “kramp” sehingga tekanan darah naik,
peningkatan ini terjadi karena nikotin menyempitkan pembuluh darah
sehingga memaksa jantung untuk bekerja keras. Sebagai hasilnya
kecepatan jantung dan tekanan darah meningkat. (Yashinta, 2015).

Kebiasaan merokok dilihat dari berbagai sudut pandang memang sangat


merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Dari
segi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok
seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari
susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan
tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat,
menstimulasi kanker dan berbagai penyakit lain.ini berarti bahwa
responden yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki peluang 6 kali
lebih besar menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang
tidak memiliki kebiasaan merokok.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Nuarima (2012) di Desa Kabongan Kidul yang memperoleh hasil bahwa
kebiasaan merokok terbukti sebagai salah satu faktor resiko terjadinya
55

hipertensi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang dengan


kebiasaan merokok memiliki resiko terserang hipertensi 9,537 kali lebih
besar dibandingkan orang yang tidak merokok. Dalam penelitiannya
meggunakan 36 responden yang memiliki kebiasaan merokok dan
menderita hipertensi sedangkan 38 responden yang lain tidak memiliki
kebiasaan merokok namun juga menderita hipertensi.

Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok merupakan salah satu


pencetus terjadinya penyakit hipertensi, karena meskipun responden yang
tidak memiliki kebiasaan merokok lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang memiliki kebiasaan merokok, namun dapat dilihat pada
penderita hipertensi, 66,7% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan pada
responden yang tidak menderita hipertensi, 75% tidak memiliki kebiasaan
merokok (Nuarima, 2012).

Salah satu zat kimia yang terkandung dalam rokok adalah gas karbon
monoksida (CO) bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam
transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2-
6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling
rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat
meningkatkan kadar karboksi hemoglobin. dalam darah sejumlah 2-16%.
CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah
“kramp” sehingga tekanan darah naik. Selain itu, CO juga dapat
menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran
oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard CO menggantikan
tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan
mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding
pembuluh darah). (Alit et al, 2009)

Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen


dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke
dalam organ dan jaringan tubuh lainnya. Selain yang di sebutkan di atas
ada beberapa Faktor-faktor risiko yang mempergaruhi hipertensi antara
56

lain faktor keturunan (gen), stress pekerjaan, faktor berat badan, faktor
asupan garam, dan aktivitas fisik (olahraga). (Muhammadun, 2010)

Hipertensi menjadi berbahaya bukan hanya karena tekanan darah yang


berlebihan saja, tapi karena penyakit-penyakit lain yang ikut
menyertainya. Penyakit-penyakit tersebut dapat muncul atau diperparah
dengan meningkatnya tekanan darah dalam tubuh kita. daftar penyakit
yang terkait dengan hipertensi salah satunya Atherosclerosis, gagal
jantung, gagal ginjal,karena darah mengalir dalam tubuh kita melalui
pembuluh darah sehingga peningkatan pada tekanan darah dapat
memengaruhi kondisi pembuluh darah itu sendiri, dan kekakuan pada
pembuluh darah arteri sehingga memungkinkannya untuk menjadi rusak.
Efek lanjutan dari kerusakan ini adalah gangguan sirkulasi darah yang
mengarah pada serangan jantung dan stroke. (Reni Y, 2017)

Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian di mana Penyakit darah
tinggi atau hipertensi telah menjadi penyakit yang umum diderita oleh
banyak masyarakat Indonesia. Di Indonesia, ancaman hipertensi tidak
boleh diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kian hari penderita
hipertensi di Indonesia semakin meningkat. Namun sayangnya dari jumlah
total penderita hipertensi tersebut, baru sekitar 50% yang terdeteksi. Dan
diantara penderita tersebut hanya setengahnya yang berobat secara teratur
(Suraioka, 2012).

4.4 Keterbatasan Penelitian


Masih terdapat jawaban kuesioner yang tidak konsisten menurut pengamatan
peneliti. Karena responden yang cenderung kurang teliti terhadap pernyataan
yang ada sehingga terjadi tidak konsisten terhadap jawaban kuesioner. Hal ini
bisa diantisipasi peneliti dengan cara mendampingi dan mengawasi responden
dalam memilih jawaban agar responden fokus dalam menjawab pernyataan
yang ada.

Вам также может понравиться