Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pada tahun 2012 luas wilayah sebesar 2.765 Ha. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang Penataan dan
Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, wilayah Kecamatan Kemiling
dibagi menjadi 9 (sembilan) kelurahan, yaitu Sumber Agung, Kedaung,
Pinang Jaya, Beringin Raya, Sumber Rejo, Kemiling Permai, Sumber Rejo
Sejahtera, Beringin Jaya dan Kemiling Raya. Luas wilayah Kecamatan
Kemiling yaitu 25,03 km2 dengan jumlah penduduk laki-laki mencapai
36.403 jiwa dan perempuan 36.178 jiwa. (BPS, 2013). Penelitian ini di
laksanakan pada tanggal 06 Juli - 22 Juli 2018 dengan jumlah sampel
sebanyak 79 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada seluruh responden.
42
43
Table 4.1
Karakteristik Responden, Usia, Pendidikan dan Pekerjaan
Usia F Persentase (%)
Dewasa Awal (20-35) 28 35,4
Dewasa Tengah (36-60) 51 64,6
Jumlah 79 100,0
Pendidikan F %
SD 9 11,4
SMP 18 22,8
SMA 35 44,3
Perguruan Tinggi 17 21,5
Jumlah 79 100,0
Pekerjaan F %
Buruh 28 35,4
Wiraswasta 19 24,1
Swasta 22 27,8
PNS 10 12,7
Jumlah 79 100,0
b. Derajat Hipertensi
Table 4.3
Distribusi frekuensi berdasarkan derajat hipertensi
Derajat Hipertensi Frekuensi Persentase (%)
Derajat I 32 40,5
Derajat II 47 59,5
Jumlah 79 100,0
4.3 Pembahasan
4.3.1 Gambaran Karakteristik Responden
Menurut karaktristik umur, mayoritas responden (64,6%) memiliki tingkat
umur antara 36-60 tahun. Tidak dapat dipungkiri faktor usia merupakan
salah satu penyebab seseorang terkena tekanan darah tinggi. Semakin
bertambah usia seseorang semakin berkurang elastisitas pembuluh
darahnya sehingga tekanan darah didalam tubuh orang yang sudah lanjut
usia akan mengalami kenaikan dan dapat melebihi batas normalnya.
(Abdul Majid, 2017).
Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum
agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga
orang lain akan terkena penyakit kanker. Hal tersebut sejalan dengan
pernyataan M. Bustam dalam Nur hikmah (2017), walaupun dibutuhkan
waktu 10-20 tahun, tetapi merokok terbukti mengakibatkan 80% kanker
paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan
kesuburan. Dampak rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga
perokok pasif. Jika kondisi ini mengenai seseorang yang berusia produktif
maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi, yaitu tidak dapat
melakukan aktifitas secara optimal karena efek rokok yang
ditimbulkannya. Dengan melihat begitu luas dan fatalnya dampak negative
merokok terhadap kesehatan juga ekonomi yang tentunya akan berdampak
pada kelanggengan pembangunan bangsa, maka seharusnya merokok
bukan menjadi pilihan setiap orang.
secara nyata dampak rokok berupa derajat hipertensi akan muncul 10-20
tahun pasca di gunakan. Akibat negatif dari rokok sebenarnya sudah terasa
saat orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara
karena dihisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga
menghasilkan karbon monoksida, yang disamping asapnya sendiri, tar dan
nikotin (yang terjadi dari pembakaran tembakau tersebut) masuk kedalam
jalan nafas. (Aggie & Herbert, 2012).
Hal ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan Astuti (2012), bahwa usia
pertama kali merokok terbanyak pada usia 12 tahun. Selain itu, didukung
oleh hasil penelitian Salaudeen, Musa, Akande dan Bolarinwa (2013),
yang didapatkan usia pertama kali merokok paling banyak pada usia
kurang dari 15 tahun sebanyak 35 (71,4%). Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata responden pertama kali merokok adalah saat
responden selesai dikhitan yaitu antara usia 12 sampai 15 tahun sehingga
usia tersebut sangat rentan untuk berpengaruh mengonsumsi rokok. Pada
usia tersebut anak kurang terpapar informasi terkait bahaya merokok,
bahwa semakin bertambah usia seseorang maka semakin matang dan
dewasa dalam berpikir. (Astuti,2012)
Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa
plak. Ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Kandungan nikotinnya Bisa meningkatkan
hormon dan meningkatkan tekanan darah, meningkatkan hormone
epinefrin yang bisa menyempitkan pembulu darah arteri. Karbon
monoksidanya dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk
menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung yang
lebih keras tentu dapat meningkatkan tekanan darah. Berbagai penelitian
membuktikan rokok beresiko terhadap jantung dan pembulu darah.
(Muhammadun, 2010).
50
Akibat negatif dari rokok sebenarnya sudah terasa saat orang baru mulai
menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara karena dihisap,
tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan karbon
monoksida, yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotin (yang terjadi
dari pembakaran tembakau tersebut) masuk kedalam jalan nafas. Karbon
monoksida, tar dan nikotin berpengaruh terhadap syaraf yang
menyebabkan : gelisah, tremor, cita rasa pada makanan berkurang, ibu
hamil dapat kemungkinan keguguran. (Muhammadun, 2010)
51
p = 0,000 < 0,05. Dengan nilai OR 3,556 yang berarti responden yang
merokok > 10 tahun memiliki peluang 3,556 kali lebih besar menderita
hipertensi derajat II dibandingkan dengan responden yang lama merokok <
10 tahun. Hal ini berkaitan dengan semakin lama merokok maka semakin
lama terpapar dengan zat-zat kimia yang terkandung di dalam rokok.
Di dalam asap rokok terkandung berbagai zat kimia terutama nikotin dan
karbonmonoksida sehingga semakin lama merokok memungkinkan
semakin banyak zat-zat kimia yang tertimbun di dalam darah. Nikotin
yang ada di dalam darah dapat memacu pengeluaran adrenalin,
meningkatkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi
trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri. Sehingga
kadar nikotin yang semakin banyak tertimbun dalam darah dapat berakibat
pada meningkatnya tekanan darah. (Tjekyan, 2014)
Dalam penelitian ini kebanyakan lama merokoknya lebih dari >20 tahun.
Sehingga pada penelitian ini diketahui bahwa derajat hipertensi mereka
meningkat sehingga mereka sangat beresiko menderita hipertensi stadium
III. Selain itu, lebih banyak yang merokok >15 batang perhari.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa yang merokok >15
batang. berisiko menderita derajat hipertensi yang lebih tinggi di banding
yang merokok, <15 batang dalam sehari. (Pradono J, 2010).
54
Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa
plak. Ini menyababkan penyempitan pembulu darah arteri yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Kandungan nikotinnya Bisa meningkatkan
hormone epinefrin yang bias menyemptkan pembulu darah arteri.
Karbonmooksidanya dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras
untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung
yang lebih keras tantu dapat meningkatkan tekanan darah. Berbagai
penelitian membuktikan rokok beresiko terhadap jantung dan pembulu
darah (Aggie & Herbert, 2012).
Salah satu zat kimia yang terkandung dalam rokok adalah gas karbon
monoksida (CO) bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam
transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2-
6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling
rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat
meningkatkan kadar karboksi hemoglobin. dalam darah sejumlah 2-16%.
CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah
“kramp” sehingga tekanan darah naik. Selain itu, CO juga dapat
menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran
oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard CO menggantikan
tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan
mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding
pembuluh darah). (Alit et al, 2009)
lain faktor keturunan (gen), stress pekerjaan, faktor berat badan, faktor
asupan garam, dan aktivitas fisik (olahraga). (Muhammadun, 2010)
Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian di mana Penyakit darah
tinggi atau hipertensi telah menjadi penyakit yang umum diderita oleh
banyak masyarakat Indonesia. Di Indonesia, ancaman hipertensi tidak
boleh diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kian hari penderita
hipertensi di Indonesia semakin meningkat. Namun sayangnya dari jumlah
total penderita hipertensi tersebut, baru sekitar 50% yang terdeteksi. Dan
diantara penderita tersebut hanya setengahnya yang berobat secara teratur
(Suraioka, 2012).