Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Pembimbing:
Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, S.H, M.Kes, Sp.F
2.1. Definisi
A. pengertian ilmu kedokteran forensik
Ada beberapa pengertiaan yang dikemukakan oleh ahli kedokteran forensik,
diantaranya :
Sidney Smith mendefinisikan ”Forensic medicine may be defined as the body of
medical and paramedical scientific knowledge which may services in the
adminitration of the law”, yang maksudnya ilmu kedokteran forensik
merupakan kumpulan ilmu pengetahuan medis yang menunjang pelaksanaan
penegakan hukum. Prof.Dr.Amri Amir,Sp.F (2007) mendefinisikan Ilmu
Kedokteran Forensik sebagai penggunaan pengetahuan dan keterampilan di
bidang kedokteran untuk kepentingan hukum dan peradilan. Sedangkan
menurut Prof.Dr.Budi Sampurna,Sp.F (2009) mendefinisikan Ilmu Kedokteran
Forensik adalah salah satu cabang spesialistik ilmu kedokteran yang
memanfaatkan ilmu kedokteran untuk membantu penegakan hukum, keadilan
dan memecahkan masalah-masalah di bidang hukum.
B. pengertian dokter
Dokter adalah dokter lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.Institusi Pendidikan (Profesi Dokter) adalah
institusi yang melaksanakan pendidikan profesi dokter baik dalam bentuk
fakultas, jurusan atau program studi yang merupakan pendidikan universitas.
Profesi Kedokteran adalah suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
yang berjenjang, serta kode etik yang bersifat melayani masyarakat sesuai UU
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Standar Profesi Dokter adalah
standar keilmuan dan keterampilan minimal yang harus dikuasai dokter dalam
menjalankan praktek kedokteran. Standar Kompetensi adalah kualifikasi yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP 19/2005).
Berdasarkan pengertian diatas standar prosedur konsul dokter di bidang
kedokteran forensik dapat kita definisikan sebagai standar keilmuan dan
keterampilan minimal yang harus dikuasai seorang dokter dalam mengunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran untuk membantu penegakan
hukum, keadilan, dan memecahkan masalah-masalah hukum.
1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada keluarga korban.
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menjelaskan dengan sejelas-
jelasnya tentang maksud dan tujuan dilakukan pembedahan tersebut.
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang perlu diberi tahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang.
• Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik
secara lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi
kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran.
• Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi
kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran. Seorang dokter umum harus
merujuk korban apabila apa yang dimintakan penyidik bukan kompetensi
dokter umum. Misalnya, identifikasi tulang, identifikasi gigi (odontologi),
pemeriksaan DNA, dan lain-lain.
• Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas, demi
kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran.
•
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
Tingkat kemampuan 2
Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik
konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan
sebagainya). Selain itu, selama pendidikan pernah melihat atau pernah
didemonstrasikan keterampilan ini. Contohnya autopsi, exhumasi, identifikasi
tulang dan gigi.
Tingkat kemampuan 3
Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik
konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan
sebagainya). Selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan
keterampilan ini, dan pernah. menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah
supervisi. Contohnya: Pemeriksaan luar Jenazah, termasuk label mayat, sebab-
sebab kematian, tanatologi,menentukan lama kematian dan lain sebgainya.
Tingkat kemampuan 4
Mampu melakukan secara mandiri
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik
konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan
sebagainya). Selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan
ketrampilan ini, dan pernah menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah
supervisi serta memiliki pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan
keterampilan ini dalam konteks praktik dokter secara mandiri. Contohnya dokter
•
harus mampu memeriksa korban hidup dan membuat Visum et Repertum korban
kecelakaan lalu lintas penganiyaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain
sebagainya.
Kompetensi Inti
Dokter umum harus mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang
penyelesaian masalah kesehatan dan hukum secara ilmiah menurut ilmu
kedokteran kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum dan dalam
upaya maksimal menghadirkan keadilan seobyektif mungkin.
Kompetensi Inti
Kompetensi Inti
Dokter harus mampu mengelola masalah-masalah yang sering ditemukan dalam ilmu
kedokteran forensik secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan
kolaboratif dalam konteks memberikan pelayanan bantuan hukum terbaik kepada
masyarakat.
Dilihat dari segi pengelolaan masalah kedokteran dan hukum maka lulusan dokter
diharapkan mampu:
11. Menginterpretasi data klinis dan temuan hasil pemeriksaan forensik untuk
merumuskannya menjadi bukti sah penegakan hukum.
12. Menjelaskan penyebab, patogenesis, patofisiologi, dan perubahan-perubahan klinis
yang didapatkan dari korban suatu pelanggaran hukum.
•
13. Mengidentifikasi berbagai pilihan pengelolaan korban sesuai kondisi korban atau
penanganan lanjutan terhadap korban.
14. Melakukan konsultasi mengenai korban bila diperlukan, contohnya pada
pemeriksaan korban pemerkosaan bisa meminta konsultasi dokter ahli kandungan.
15. Merujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang berlaku, tanpa
atau sesudah pemeriksaan.
16. Mengidentifikasi keluarga, lingkungan sosial sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit serta sebagai faktor yang mungkin berpengaruh
terhadap perubahan kondisi korban.
17. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
hukum dan memotivasi masyarakat agar tidak keberatan dilakukan pemeriksaan
forensik pada diri maupun keluarganya demi penegakan hukum dan keadilan.
18. Mengenali keterkaitan yang kompleks antara faktor psikologis, kultur, sosial,
ekonomi, kebijakan, dan faktor lingkungan yang berpengaruh pada suatu masalah
kesehatan yang melibatkan korban dalam masalah hukum.
19. Mengelola sumber daya manusia dan sarana – prasarana secara efektif dan efisien
dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran forensik.
Kompetensi Inti
Dokter harus mampu mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau
mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di bidang kedokteran
forensik di tingkat primer.
Berdasarkan tinjauan pengelolaan informasi maka lulusan dokter harus mampu:
11. Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dan peranannya dalam
penegakan hukum dengan menganalisis arsipnya dan rekam medis untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di bidang kedokteran forensik.
Kompetensi Inti
Dokter harus melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan
dan keterbatasannya, mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan
kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya. Dokter harus belajar
sepanjang hayat dan mampu merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan
profesi secara berkesinambungan.
Berdasarkan kompetensi area mawas diri dan pengembangan diri, maka lulusan dokter
harus mampu:
11. Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi atau evidence untuk
penanganan korban dan justifikasi alasan keputusan yang diambil secara literatur
kedokteran.
Kompetensi Inti
Di dalam praktik kedokteran seorang dokter mempunyai kewajiban antara lain:
Ditinjau dari segi etika, moral, medikolegal, dan Professionalisme serta keselamatan
pasien/korban seorang lulusan Dokter diharapkan mampu:
1. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional dalam masalah
pasien dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme
1. Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif
Kompetensi Inti
11. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan
ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer ·prinsip-
prinsip ilmu kedokteran dasar yang berhubungan dengan terjadinya masalah hukum
sesuai pandangan ilmu kesehatan, beserta patogenesis dan patofisiologinya.
12. Menjelaskan kaitan masalah hukum dan temuan pemeriksaan forensik baik secara
molecular maupun selular melalui pemahaman mekanisme normal dalam tubuh.
13. Menjelaskan faktor-faktor non biologis yang berpengaruh terhadap masalah hukum dan
kesehatan.
14. Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam jenis pemeriksaan
forensik.
15. Menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan kaitan temuan pemeriksaan
forensik dengan kasus yang diusut penyidik baik peran dokter sebagai ahli, atau
melakukan pemeriksaan dan memberi keterangan tertulis.
Kompetensi Inti
Dokter harus mampu mengelola masalah-masalah yang sering ditemukan dalam ilmu
kedokteran forensik secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan
kolaboratif dalam konteks memberikan pelayanan bantuan hukum terbaik kepada
masyarakat.
Dilihat dari segi pengelolaan masalah kedokteran dan hukum maka lulusan dokter
diharapkan mampu:
21. Menginterpretasi data klinis dan temuan hasil pemeriksaan forensik untuk
merumuskannya menjadi bukti sah penegakan hukum.
22. Menjelaskan penyebab, patogenesis, patofisiologi, dan perubahan-perubahan klinis yang
didapatkan dari korban suatu pelanggaran hukum.
23. Mengidentifikasi berbagai pilihan pengelolaan korban sesuai kondisi korban atau
penanganan lanjutan terhadap korban.
24. Melakukan konsultasi mengenai korban bila diperlukan, contohnya pada pemeriksaan
korban pemerkosaan bisa meminta konsultasi dokter ahli kandungan.
25. Merujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang berlaku, tanpa
atau sesudah pemeriksaan.
•
26. Mengidentifikasi keluarga, lingkungan sosial sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya penyakit serta sebagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap perubahan
kondisi korban.
27. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hukum
dan memotivasi masyarakat agar tidak keberatan dilakukan pemeriksaan forensik pada
diri maupun keluarganya demi penegakan hukum dan keadilan.
28. Mengenali keterkaitan yang kompleks antara faktor psikologis, kultur, sosial, ekonomi,
kebijakan, dan faktor lingkungan yang berpengaruh pada suatu masalah kesehatan yang
melibatkan korban dalam masalah hukum.
29. Mengelola sumber daya manusia dan sarana – prasarana secara efektif dan efisien dalam
pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran forensik.
30. Menjalankan fungsi managerial (berperan sebagai pemimpin, pemberi informasi, dan
pengambil keputusan) dalam upaya memberikan pelayanan terbaik dalam masalah
hukum.
Kompetensi Inti
Dokter harus mampu mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau
mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di bidang kedokteran
forensik di tingkat primer.
Berdasarkan tinjauan pengelolaan informasi maka lulusan dokter harus mampu:
21. Memanfaatkan informasi kesehatan dan menemukan database dalam praktik kedokteran
secara efisien.
•
22. Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dan peranannya dalam
penegakan hukum dengan menganalisis arsipnya dan rekam medis untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan di bidang kedokteran forensik.
Kompetensi Inti
Dokter harus melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya, mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan
yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya. Dokter harus belajar sepanjang hayat
dan mampu merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara
berkesinambungan.
Berdasarkan kompetensi area mawas diri dan pengembangan diri, maka lulusan dokter
harus mampu:
17. Menerapkan prinsip mawas diri, menilai kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan
dengan praktik kedokterannya dan berkonsultasi bila diperlukan.
18. Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang berkaitan
dengan kesehatannya yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya
19. Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik
kedokteran.
20. Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi.
21. Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang membangun dari
pasien/korban, keluarga korban, sejawat, instruktur, dan masyarakat.
22. Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokteran.
23. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat.
24. Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru.
25. Berperan aktif dalam Program Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan
(PPPKB) dan pengalaman belajar lainnya.
26. Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran berbasis bukti (EvidenceBased
Medicine).
27. Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi atau evidence untuk
penanganan korban dan justifikasi alasan keputusan yang diambil secara literatur
kedokteran.
29. Mengidentifikasi kesenjangan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dan
mengembangkannya menjadi pertanyaan penelitian yang tepat,
Kompetensi Inti
Di dalam praktik kedokteran seorang dokter mempunyai kewajiban antara lain:
Ditinjau dari segi etika, moral, medikolegal, dan Professionalisme serta keselamatan
pasien/korban seorang lulusan Dokter diharapkan mampu:
1. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional dalam masalah
pasien dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme
1. Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif
• Menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan dapat melakukan
suatu perubahan.
• Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim pelayanan kesehatan
lain.
• Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia.
• Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien dan
sejawat.
• Memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender, orientasi seksual,
etnis, kecacatan dan status sosial ekonomi.