Вы находитесь на странице: 1из 15

ANALGESIK DAN ANTIINFLAMASI

A. NYERI
1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial
atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah
suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Hal ini dapat berbeda
dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar,
tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial
atau dalam, terlokalisir atau difus) (Bahrudin, 2017).

2. Patofisiologi Nyeri
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral,
eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi.
Mekanisme nyeri terdapat empat proses, yaitu tranduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi.
a. Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen
menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam
impuls nosiseptif. Tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses
ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon
secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan
sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini
adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses
transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon
terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
b. Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju
kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus
sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim

1
dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya
berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya
berhubungan dengan banyak neuron spinal.
c. Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain
related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis
medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya.
Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat
ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai
jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area
otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata,
selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi
desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok)
sinyal nosiseptif di kornu dorsalis. Persepsi nyeri adalah kesadaran
akan pengalaman nyeri.
d. Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi,
modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor
nyeri disebut juga nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak
bermiyelin dari syaraf aferen (Bahrudin, 2017).

3. Klasifikasi Nyeri
a. Berdasarkan waktu durasi nyeri dibedakan menjadi nyeri akut dan
nyeri kronik. Nyeri akut berlangsung dalam waktu kurang dari 3
bulan secara mendadak akibat trauma atau inflamasi, dan tanda
respon simpatis. Nyeri kronik apabila nyeri lebih dari 3 bulan, hilang

2
timbul atau terus menerus dan merepukan tanda respon parasimpatis
(Amalia, 2014).
b. Menurut etiologinya dibagi ke dalam nyeri nosiseptik serta nyeri
neuropatik. Nyeri nosiseptik ialah nyeri yang ditimbulkan oleh
mediator nyeri, seperti pada pasca trauma-operasi dan luka bakar.
Nyeri neuropatik yaitu nyeri yang ditimbulkan oleh rangsang
kerusakan saraf atau disfungsi saraf seperti pada diabetes mellitus
dan herpes zoster. Nyeri neuropatik dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu nyeri neuropatik perifer dan pusat. Nyeri neuropatik perifer
merupakan nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi sistem
saraf perifer sedangkan nyeri neuropatik pusat merupakan nyeri yang
disebabkan oleh lesi atau disfungsi sistem saraf pusat (Amalia,
2014).

B. Analgesik
1. Pengertian
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Obat
analgetik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioid dan
NSAID. Golongan Opioid bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan
golongan NSAID bekerja di reseptor saraf perier dan sistem saraf pusat
(Amalia, 2014).
2. Mekanisme Kerja Analgesik
a. Analgesik perifer bekerja dengan menghambat pelepasan mediator
sehingga aktivitas enzim sikloosigenase terhambat dan sintesis
prostaglandin tidak terjadi.
b. Analgesik sentral bekerja dengan menempati reseptor di kornu dorsalis
medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan
neutrotransmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.

3
3. Penggolongan Obat Analgetik
No. Klasifikasi Obat
1. Opioid analgesik  Agonists of opioid receptors –
morphine hydrochloride,
promedol, omnopon,
fentanyl, codeine
 Agonists – antagonists and
partial agonists of opioid
receptors – pentazocin,
buprenorphine.

2. Non opioid analgesik  Parasetamol


 Non steroidal anti-
inflammatory drugs –
NSAID’s
 acetylsalicylic acid,
paracetamol, analgin,
indometacin, butadion,
ibuprofen, pyroxicam,
diclofenac-sodium,
ketorolac, ketoprofen.
3. Mixture (Opioid and non  Tremadole
opioid)

4
4. Mekanisme NSAID dan SAID (Glukokortikoid)

Gambar 1. Mekanisme Metabolit Analgesik dan Anti-inflamasi


Sumber : Antiinflamasi

5. Penggolongan Obat NSAID

Obat non steroid, atau yang lebih dikenaldengan sebutan NSAID (Non
Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatugolongan obat yang
memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk
membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki
khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis
narkotika.Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan
isoenzim COX-1(cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2).
Enzim cyclooxygenase iniberperan dalam memacu pembentukan
prostaglandin dan tromboksan dariarachidonic acid. Prostaglandin

5
merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi
(radang).Penggunaan NSAID yaitu untuk penanganan kondisi akut dan
kronisdimana terdapat kehadiran rasa nyeri dan radang. Walaupun
demikian berbagai penelitian sedang dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan obat-obatan ini dapatdigunakan untuk penanganan penyakit
lainnya seperti colorectal cancer, dan penyakit kardiovaskular. NSAID
memliki efek terapeutik, yaitu sebagai analgesic, antiinflamasi,
antidismenore, dan antiplatelet. NSAID merupakan golongan obat yang
relatif aman, namun ada 2 macam efek samping utama yang
ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual,
muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek samping
pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi) . Efek samping
ini tergantung pada dosis yang digunakan dan obat ini tidak disarankan
untuk digunakan oleh wanita hamil, terutama pada trimester ketiga
(Rakhma, 2013).

Gambar 2. Data Penggolongan Obat Acetaminophen dan NSAID untuk


Nyeri Gigi
Sumber : Antiinflamasi
a. Paracetamol

6
Paracetamol dapat meringankan rasa sakit pada keadaan sakit
kepala, sakit gigi dan menurunkan demam. Obat ini idak dapat
digunakan untuk penderita gangguan fungsi hati yang berat (Sirait,
2017).

Gambar 3. Data Dosis Obat Paracetamol untuk Anak-Anak


Sumber : Antiinflamasi

b. Ibuprofen
Ibuprofen dapat meringankan nyeri pada pada penyakit gigi
atau pencabutan gigi, nyeri setelah operasi dan sakit kepala. Obat
ini idak dapat digunakan untuk penderita ulkus peptikum yang berat
(Sirait, 2017).

7
Gambar 4. Data Dosis Obat Ibuprofen untuk Anak-Anak
Sumber : Antiinflamasi

c. Aspirin
Aspirin dapat meringankan nyeri pada pada penyakit gigi sakit
kepala, nyeri otot dan demam. Obat ini idak dapat digunakan untuk
penderita ulkus peptikum yang berat, asma, dan alergi (Sirait,
2017).

8
Gambar 5. Data Dosis Obat Aspirin untuk Anak-Anak

Sumber : Antiinflamasi
C. Anti-inflamasi
1. Pengertian Inflamasi
Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh
cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan,
mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun
jaringan yang cedera itu (Djati, 2018).
2. Mekanisme Kerja Antiinflamasi

9
Gambar 6. Mekanisme Kerja Anti Inflamasi Non Steroid
Sumber : Farmakologi Klinik

3. Penggolongan Obat Anti Inflamasi


Obat antiinflamasi yang biasa digunakan dibagi menjadi dua, yaitu
antiinflamasi kortikosteroid dan antiinflamasi nonsteroid.
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan suatu kelompok hormone steroid yang
dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas
hormone adrenokortikotropik yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis
atau angiotensin II. Kortikosteroid merupakan agen anti inflamasi
yang digunakan untuk inflamasi disertai infeksi gram negatif (Djati,
2018).
b. Glukokortikoid
Glukokortikoid mempunyai efek adanya penyimpanan glikogen hepar
dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseiimbangan
air dan elektrolit kecil. Mekanisme kerja glukokortikoid sebagai
antiinflamasi dengan menghambat proses radang dengan menurunkan
dan menghambat limfosit dan makrofag perifer dan menghambat
fosfolipase A2. Contohnya adalah deksametason, prednisone, metil

10
prednisone, kortison, triamsinolon, fluokortolon, dan betametason
(Djati, 2018).
c. Mineralkortikoid
Mineralkortikoid mempunyai efek utama untuk keseimbangan air dan
elektrolit. Contohnya yaitu aldosterone dan fludrokortison (Djati,
2018).

11
Gambar 7. Corticosteroid Equivalency Table
Sumber : Antiinflamasi

d. OAINS
Golongan Obat AINS, yaitu turunan para aminofenol (paracetamol),
turunan Salisilat (aspirin), turunan pirazolon (fenilbutazon), turunan
asam fenil propionat (Ibuprofen), turunan indol (Indometasin ),
turunan asam antralinat (asam mefenamat, diklofenak), dan turunan
oksikam (Piroksikam). Namun kedua golongan obat tersebut memiliki
banyak efek samping. Antiinflamasi steroid dapat menyebabkan tukak
peptik, penurunan imunitas terhadap infeksi, osteoporosis, atropi otot
dan jaringan lemak, meningkatkan tekanan intra okular, serta bersifat
diabetik, sedangkan antiinflamasi nonsteroid dapat menyebabkan
tukak lambung hingga pendarahan, gangguan ginjal, dan anemia
(Mansjoer, 2003).
1) Golongan Para Aminofenol
Turunan para aminofenol terdiri dari asetaminofen, fenasetin,
dan asetamilid. Turunan para aminofenol ini mempnyai efek
analgesik dan anti piretik sama kuat dengan asetosal
khususnnya asetaminofen dan fenasetin. Tapi efek anti
inflamasinya sangat lemah. Obat ini dianggap paling aman
karena tidak menyebabkan iritasi lambung yang hebat jika di
konsumsi (Mansjoer, 2003).
2) Golongan Salisilat
Asam asetil salisilat atau asetosal adalah golongan yang
banyak digunakan oleh masyarakat. Salisilat dapat
menghilangkan nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit
kepala, nyeri otot, dan nyeri sendi. Obat ini dapat
menghilangkan rasa nyeri secara perifer melalui penghambatan
pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi. Obat

12
golongan salisilat ini juga mampu menurunkan suhu tubuh
dengan cepat dan efektif. Efek penurunan suhu tubuh yang
dilakukan obat ini terjadi karena adanya penghambatan
pembentukan prostaglandin di hipotalamus. Penurunan panas
ini juga didukung dengan mengalirnya aliran darah ke 10
perifer dan pembentukan keringat. Salilsilat bermanfaat untuk
mengobati nyeri yang tidak spesifik misalnya sakit kepala,
nyeri sendi, nyeri haid, mialgia,dan neuralgia (Mansjoer,
2003).
3) Golongan Pirazolon
Turunan pirazolon terdiri atas fenilbutazon, dipiron, antipirin,
apazon, aminopirin, dan oksifenbutazon. Sekarang ini yang
sering dipakai adalah fenilbutazon, yang lain jarang dipakai.
Saat ini dipiron hanya digunakan sebagai analgesic-antipiretik
karena efek anti inflamasi nya lemah. Antipirin dan aminopirin
tidak digunakan lagi karena efek toksiknya melebihi dipiron.
Dikarenakan keamanan obat, sebaiknya dipiron hanya
diberikan bila dibutuhkan analgesik-antipiretik suntikan
(Mansjoer, 2003).
4) Obat Anti Rematik dan Obat AINS Lainnya
Golongan obat ini meliputi indometasin, ibu profen, asam
mefenamat, piroksikam. Indometasin Ankilosis, gout, OA,
spondylitis, rheumatoid arthritis, reumatik, poli mialgia,
gangguang muskuloskelet akut termasuk bursitis, tendinitis,
tenosinovitis, dan sinovitis. Walaupun obat ini efektif tetapi
karena toksik obat ini dibatasi penggunaannya. Indometasi
mempunyai efek anti inflamasi, analgesikantipiretik. Karena
toksisitasnya indometasin tidak dianjurkan diberikan kepada
anak, wanita hamil, asien dengan gangguan psikiatri, dan
pasien dengan penyakit lambung. Ibuprofen merupakan derivat

13
asam fenil propionat, yang diperkenalkan pertama kali
dibanyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti
inflamasi yang tidak terlalu kuat. Indikasi Ibuprofen antara lain
reumatik arthtritis, mengurangi rasa nyeri, kekakuan sendi, dan
pembengkakan. Efek samping terhadap saluran cerna lebih
ringan. Ibuprofen tidak dianjurkan diberikan pada ibu hamil
dan menyusui. Di Indonesia Ibuprofen dijual bebas. Asam
Mefenamat Mengurangi rasa nyeri/sakit dari ringan sampai
sedang pada sakit gigi, sakit telinga, nyeri otot, dismenore,
nyeri setelah melahirkan, dan nyeri trauma. Tetapi kurang
efektif dibandingkan aspirin. Piroksikam Indikasi dari
piroksikam yaitu rheumatoid arthritis dan osteoarthritis sebagai
anti inflamasi dan analgetik. Piroksikam berfungsi hanya untuk
penyakit inflamasi sendi. Pikroksikam tidak dianjurkan pada
wanita hamil, pasien tukak lambung, dan pasien yang sedang
minum antikoagulan (Mansjoer, 2003).

14
DAFTAR PUSTAKA

Djati, F.K.,2018. Analgetik, Komunikasi Pribadi, Fakultas Kedokteran Jurusan


Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Djati, F.K.,2018. Antiinflamasi, Komunikasi Pribadi, Fakultas Kedokteran Jurusan


Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Bahrudin, M.,2017, Patofisiologi Nyeri, Jurnal Farmaka 13(1) : 8-10.

Katzung, Bertram G, 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik , Edisi pertama, Salemba
Medika, Jakarta.

Mansjoer,S.,2003,Mekanisme Kerja Obat Antiradang, Fakultas Kedokteran,


Universitas Sumatera Utara.

15

Вам также может понравиться