Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH
A11-A
NIM : 17.321.2657
2018/2019
Pertemuan I
Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Konsep diri atau
self concept merupakan pandangan diri yang terkait dengan dimensi fisik, karakteristik
individual, dan motivasi diri. Jenis-jenis konsep diri :
Pertemuan II
Materi : Seksualitas
Seksualitas merupakan sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang
berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Adapun
dimensi dari seksualitas tersebut, antara lain :
1. Dimensi sosiokultural
2. Dimensi agama dan etik
3. Dimensi psikologis
4. Dimensi biologis
Penyimpangan seksualitas :
1. Pervesi seksualitas
2. Abnormalitas seks sebab dorongan seksual yang abnormal
3. Abnormalitas seks sebab partner seks nya
4. Cara-cara abnormal dalam pemuasaan dorongan seksualitas
Pertemuan III
Berduka adalah respon fisik dan psikologis yang terpola spesifik pada individu yang
mengalami kehilangan. Berduka bisa mencakup aspek fisik/psikologis, kognitif dan perilaku.
Pertemuan IV
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi
oleh adat, sikap, emosi, nilai,etika, kekuasaan, dan/atau genetika. Menurut WHO, perubahan
perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial dan menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifi mengharuskan seseorang
individu untuk berespon / melakukan tindakan (selye : 1976), respon ini dpt berupa fisiologis
& psikologis. Stressor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
– Internal berasal dari dalam diri (demam, kehamilan, menopause, rasa bersalah)
– Eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan suhu, perubahan dalam
peran keluarga, tekanan dari pasangan
Pertemuan V
1. Spiritualitas
Spiritualitas, keyakinan dan agama merupakan hal yang terpisah, walau pun seringkali
diartikan sama. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan
untuk memberikan dan mendapatkan maaf.
2. Kepercayaan
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai
komitmen terhadap sesuatu atau seseorang.
3. Agama
Merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisir atau teratur. Agama mempunyai
aturan-aturan tertentu yang diprakktikan dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan
kepuasan bagi yang menjalankannya. Perkembangan keagamaan individu merujuk pada
penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan ritual tertentu.
Karakteristik Spiritual :
- Pengetahuan diri
- Sikap
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal
dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya
yang sama persis.
2. Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya itu diturunkan kepada
generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan.
3. Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah
pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki budaya
hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup bersih dan disiplin sedangkan kebersihan dan
kedisiplinan itu sendiri belum menjadi budaya sehari-hari. Budaya memeriksakan secara dini
kesehatan anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya klien yang datang
ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan sebagai tindakan kuratif
belum didukung sepenuhnya oleh upaya promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada
pencegahan demam berdarah belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan
atau sudah ada yang terkena demam berdarah.
Menanamkan budaya hidup sehat harus sejak dini dengan melibatkan pranata yang ada
di masyarakat, seperti posyandu atau sekolah. Posyandu yang ada di komunitas seharusnya
diberdayakan untuk menanamkan perilaku hidup bersih,sehat, dan berbudaya pada anak.
Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adatistiadat dibentuk untuk
mempertahankan hidup diri sendiri, dan kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai kebiasaan
dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya
reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandangan modern, tidak semua
kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan. Kebiasaan
menyusukan bayi yang lama pada beberapa masyarakat, merupakan contoh baik kebiasaan
yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada ibu-ibu lanjut usia,
tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia berusaha menyusui bayinya, dan
gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian),
bayi dapat mengalami malnutrisi dan mudah terserang infeksi.
Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat professional meliputi:
1. Care giver
Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian
dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi yang benar, menegakkan diagnosis
keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan
sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara
pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukannya.
2. Client advocate
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upeya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya
kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat,
perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.
3. Counsellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pula interaksi ini merupakan dasar dalam
merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan
konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan
masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah
perilaku hidup sehat.
4. Educator
Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya
malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic
yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-
hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain
sebagainya.
5. Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencan maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna memenuhi
kebutuhan kesehatan klien.
6. Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik
materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi
yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai
coordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
c. Mengembangkan system pelayanan keperawatan
d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan
keperawatan pada sarana kesehatan
7. Change agent
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat.
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam
berhubungan dengan klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien
8. Consultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat
dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik
lain. Untuk menghadapi berbagai fenomena kebudayaan yang ada di masyarakat, maka
perawat dalam menjalankan perannya harus dapat memahami tahapan pengembangan
kompetensi budaya, yaitu:
a. Pahami bahwa budaya bersifat dinamis.
b. Hal ini merupakan proses kumulatif dan berkelanjutan
c. Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain.
d. Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh masyarakat
e. Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakana dalam hidup.
f. Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi
g. Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak
Pertemuan VII