Вы находитесь на странице: 1из 22

Kelenjar tiroid ( kelenjar gondok) adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.

Terletak di leher, tepat dibawah jakun, dengan diameter sekitar 5 cm. Kedua bagian tiroid dihubungkan
oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.

Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid berukuran kecil, dengan berat hanya 2-4 gram posisinya dileher
depan bagian tengah dan tidak teraba. Sehingga pada leher orang normal tidak tampak tonjolan atau
massa yang mengganggu pemandangan seperti apa yang kita lihat pada penderita gondok.

Fungsi kelenjar tiroid yaitu mengatur metabolisme tubuh, sehingga segala sesuatunya berjalan lancar
dan normal didalam tubuh seseorang.

Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus (terletak
tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan
kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Sesuai dengan namanya, TSH ini
merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah hormon tiroid dalam darah
mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika
kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH.
Hal ini disebut mekanisme umpan balik.

Hormon tiroid sendiri terdapat dalam 2 bentuk yaitu : Pertama. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
dan yang kedua yaitu Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-
iodo-tironin (T3).Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya
dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.

Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu. Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein
tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh
mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme
tetap stabil. Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama
secara benar yaitu hipotalamus, kelenjar hipofisa dan hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam
darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).

Terkait dengan hormon tiroid dikenal beberapa istilah seperti : eutiroid, hipertiroid dan hipotiroid.

Eutiroid adalah keadaan dimana besar dan fungsi kelenjar gondok dalam keadaan normal. Hipertiroid,
berarti kelenjar gondok bekerja melebihi kerja normal sehingga biasanya kelenjar gondok membesar
dan juga akan didapatkan hasil laboratorium untuk hormon TSH, T3 dan T4 yang berada diatas ambang
normal. Hipotiroid kebalikan dari hipertiroid, disini kelenjar gondok bekerja dibawah normal, sehingga
ketiga hormon tadi kadarnya didalam serum dibawah angka normal. Apa gejala dan dampak dari
kelainan kelenjar gondok ini ?
Gejala hipertiroid biasanya : si penderita hiperaktif, gelisah, tidak bisa diam. Badan berkeringat
berlebihan, suhu tubuh hangat, jantung berdebar-debar/ denyutnya cepat, tangan sering gemetar, bola
mata agak menonjol (membengkak, memerah dan menonjol), mata peka terhadap cahaya, mata seakan
menatap, kebingungan. Banyak bicara susah diam, makan banyak akan tetapi badan tetap kurus,
tekanan darah tinggi, sering buang air besar dan diare, sulit tidur serta kulit diatas tulang kering
menonjol dan menebal.

Penderita hipotiroid umumnya badan suhunya dingin, lembab. Orangnya rada obese, malas bergerak
dan malas bicara. Biasanya lidahnya tampak besar dan tebal. Makan tidak banyak, akan tetapi tubuhnya
tambun. Denyut nadi lambat, suara serak, alis mata rontok, kelopak mata turun, tidak tahan cuaca
dingin, susah buang air besar,Rambut kering ( tipis & kasar), Kulit kering ( bersisik, tebal,
kasar),kebingunan, depresi dan demensia (pelupa). Semuanya kebalikan dari gejala hipertiroid.

Pada hipertiroid , peradangan kelenjar tiroid maupun adanya neoplasma atau tumor kelenjar gondok,
maka kelenjar itu akan membesar, berupa benjolan atau massa yang bisa diraba pada leher tengah
bagian depan. Ciri khasnya : benjolan itu akan turut bergerak saat penderita melakukan gerakan
menelan. Artinya bila penderita disuruh melakukan gerakan menelan, maka si benjolan tadi bergerak
keatas dan kebawah, sesuai dan mengikuti irama gerakan menelan si penderita.

Sakitkah benjolan tadi ? Jawabnya : ada yang sakit dan ada yang tidak. Tergantung jenis kelainan yang
ditemukan, biasanya bila akibat peradangan akan dirasakan sakit atau nyeri. Nyeri disini bisa nyeri
spontan, artinya nyeri tanpa dilakukan penekanan terhadap benjolan. Dan atau nyeri tekan, yaitu nyeri
bila benjolan ditekan pada saat dilakukan pemeriksaan.

Apakah penderita merasakan demam ? Jawabnya : bisa ya dan bisa tidak. Biasanya demam dirasakan
pada awal kemunculan massa di kelenjar gondok itu dan demam biasa dijumpai pada kasus peradangan.
Sedangkan pada neoplasma atau tumor kelenjar tiroid, biasanya penderita tidak akan merasakan nyeri
maupun demam.

Mengenai tumor tiroid, kita mengenal ada yang jinak dan ada yang ganas. Neoplasma jinak biasanya
jenis struma adenomatosa dan adenoma folikuler tiroid. Sedangkan neoplasma ganas umumnya yang
tersering adalah karsinoma tiroid papilliferum.

Penderita kelainan kelenjar gondok biasanya 80-90 persen adalah kaum hawa. Sedangkan laki-laki
sangat jarang. Namun demikian, prosentase keganasan pada penderita kaum adam cukup tinggi sekitar
60-70 persen dari seluruh kasus penderita kelainan tiroid pada laki-laki. (dari berbagai sumber :
medicastore, wikipedia,sukmamerati, dll)
Hipertiroid Dan Hipotiroid

Gangguan pada kelenjar tiroid


ada dua jcnis yaitu: hipertiroid
dan hipotiroid. Gangguan ini
berupa ketidaknormalan dalam
produksi hormon tiroid yang
bentuknya bisa lebih (hiper)
ataupun kurang (hipo). Hipertiroid
atau Hipotiroid dapat dibedakan
dari gejala masing-masing. Untuk
kasus Hipertiroid, dibutuhkan
multivitamin dan mineral seperti
vitamin B, vitamin E, vitamin C
untuk kondisi tubuh yang stress,
asam lemak essensial, lecithin
dibutuhkan untuk perlindungan
terhadap sel dan organ. Untuk kasus
Hipotiroid, dibutuhkan iodin sebagai bahan dasar dari hormon tiroid, protein khususnya L-
tyrosine, vitamin B kompleks dan riboflavin (B12) untuk meningkatkan energi dan oksigen pada
tingkat sel. Minum hanya air mineral(Hindari air yang mengandung klorin/ kaporit, karena
mengurangi penyerapan iodium yang sangat penting untuk kelenjar tiroid). Hindari produk-
produk susu sapi, kopi, teh, nikotin dan soft drink serta obat-obat antihiscamin (kecuali atas
saran dokter).

Hipertiroid :
- Tidak tahan panas.
- Kelesuan.
- Gugup tanpa sebab.
- Berat badan turun.
- Insomnia (sulit tidur).
- Bola mata menonjol seperti membengkak.
- Rambut rontok.
- Kuku pecah-pecah.
- Mudah tersinggung.
- Keringat berlebihan.
- Tangan gemetar.

Hipotiroid :
- Tidak tahan dingin.
- Kelesuan.
- Kehilangan semangat, depresi.
- Berat badan bertambah.
- Penurunan kosentrasi.
- Siklus menstruasi abnormal.
- Rambut, alis dan bulu mata rontok.
- Kulit kering dan bersisik.
- Keram otot dan nyeri otot.
- Infeksi yang berulang-ulang kambuh.
- Sembelit.
- Bicara sangat lambat

Produk Yang Disarankan :

Produk Dosis/Hari Keterangan

Excellent (Sangat Baik)


Antioksidan penangkal radikal
bebas penyebab gangguan pada
Niwana SOD 3x 2 sachet (1 SMB)
kelenjar tiroid yang memproduksi
hormon tiroid.
Menyediakan berbagai vitamin
2x 5tablet (1SBM/2
Supergreen Food yang dibutuhkan untuk membantu
STM)
proses pemulihan hipertiroid.
Vitayang Fish Membantu memperbaiki fungsi
2x1 softgel(STMs,m)
Oil+EPO kelenjar tiroid.
Good (Baik)
Antioksidan penangkal radikal
bebas penyebab gangguan pada
Niwana SOD 3x 1 sachet (1 SMB)
kelenjar tiroid yang memproduksi
hormon tiroid.
Menyediakan berbagai vitamin
Supergreen Food 2x 5tablet (1 SBM) yang dibutuhkan untuk membantu
proses pemulihan hipertiroid.
Additional (Pendukung)
Memaksimalkan penyerapan
KK Liforce (Kalung/Belt)
nutrisi/suplemen yang dikonsumsi

Note : Suplemen diatas bukan sebagai pengganti obat/tindakan medis yang disarankan dokter

HIPERTIROID DAN HIPOTIROID


Posted by: kyfi on: Maret 16, 2011

 In: Uncategorized
 Tinggalkan sebuah Komentar

I.Pengertian

a. Hipertiroid

– Pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal
kelenjar tiroid oleh immunoglobulin dalam darah

– Hipertiroidi ialah sekresi hormone tiroid yang berlebihan, dimanifestasikan melalui


peningkatan metabolisme.

b.Hipotiroidisme

– Hipotiroidisme ialah sekresi tiroid yang tidak adekuat selama perkembangan janin dan
neonatus yang nantinya akan menghambat pertumbuhan fisik dan mental (kretinisme), karena
penekanan aktivitas metabolic tubuh secara umum.Pada orang dewasa hipotiroidisme memiliki
gambaran klinik berupa letargi,proses berfikir yang lambat dan perlambatan fungsi yang
menyeluruh

– Keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti
oleh tanda-tanda kegagalan tiroid.

II. Etiologi

a. Hipertiroid

Tiroiditis dan penggunaan hormone tiroid yang berlebihan

b. Hipotiroid

Tiroiditis autoimun (tiroiditis Hashimoto), dimana system imun menyerang kelenjar tiroid.

Tipe
1. hipotiroidisme primer : atau tiroidal yang mengacu pada disfungsi kelenjar tiroid
2. Hipotiroidisme sentral : disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis,
hipotalamus
3. Hipotiroidisme sekunder / pituitaria : sepenuhnya oleh kelainan hipofisis
4. Hipotiroidisne tertier : kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidah
adekuat atau penurunan TRH

III. Patofisiologi

1. Hipotiroid

Kelainan hipotalamus Hipertiroidisme ibu penderita Tiroiditis autoimun

defisiensi tiroid

stimulasi TRH Terapi pembedahan Sistem imun merangsang

preparat antitiroid kelenjar tiroid

Sekresi TSH tidak


sekresi TSH

adekuat
Hipotiroid

1. Hipertiroid

Penyakit Grave Tiroiditis Golter multinodular toksik Tumor

Merangsang Bakteri,jamur, autoimun tiroid Kadar TSH

aktivitas tiroid parasit


Inflamasi pada

kelenjar tiroid

masuk aliran darah

hipertiroidisme

IV. Manifestasi Klinis

1. Hipertiroid
1. Gelisah (peka rangsang berlebihan dengan emosional), mudah marah, ketakutan,
tidak dapat duduk dengan tenang, menderita karena palpitasi, nadi cepat dalam
istirahat dan latihan.
2. Toleransi terhadap panas buruk dan banyak berkeringat, kulit kemerahan dan
mudah menjadi lunak,hangat dan lembab.
3. Pasien lansia mungkin mengeluhkan kulit kering gatal-gatal menyebar
4. Mungkin teramati tremor halus tangan
5. Mungkin menunjukkan eksoftalmus
6. Gejala lain mencangkup peningkatan nafsu makan dan masukan diet, penurunan
berat badan progresif,otot secara abnormal mudah letih, kelemahan,amenore, dan
perubahan fungsi usus (diare)
7. Kisaran nadi antara 90 dan 100 kali permenit, tekanan darah sistolik (bukan
diastolic) meningkat.
8. Mungkin terjadi fibrilasi atrium dan dekompensasi jantung dalam bentuk gagal
jantung kongestif, terutama pada pasien lansia.
9. Osteoporosis dan fraktur

10. Penyekit dapat ringan dengan eksaserbasi dan remisi, berakhir dengan pemulihan spontan
dalam beberapa bulan atau tahun

11. Mungkin berkembang perilaku tidak mempunyai belas kasihan kelompok menyebabkan
tubuh kurus, sangat gelisah, delirium,disorientasi, akhirnya gagal jantung

12. Gelisah dapat disebabkan oleh pemberian hormone tiroid yang berlebihan untuk mengobati
hipertiroidisme

1. Hipotiroid

Gejala dini hipotiroid tidak spesifik, namun terdapat tanda-tanda dan gejala yang meliputi:

1. Kelelahan yang ekstrim


2. Kerontokan rambut
3. Kuku rapuh
4. kulit kering
5. rasa baal
6. parestasia pada jari-jari tangan
7. suara kasar atau parau
8. gangguan haid (menoragia atau menorrhea) disamping hilangnya libido

Pada hipotiroid berat mengakibatkan:

1. suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal


2. kenaikan berat badan
3. kulit menjadi tebal
4. rambut menipis dan rontok
5. wajah tampak tanpa ekspresi dan mirip topeng
6. rasa dingin meski lingkungan hangat
7. apatis
8. konstipasi
9. kenaikan kadar kolesterol serum, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, fungsi
ventrikel kiri jelek.
Pada hipotiroidisme lanjut dapat menyebabkan dimensia disertai perubahan kognitif dan
kepribadian yang khas.Respirasi dan apnea dapat terjadi.Serta efusi pleura dan efusi pericardial.

Koma miksedema menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling ekstrim dan berat,
dimana pasien mengalami hipotermi dan tak sadarkan diri.

V. Komplikasi

a. Hipertiroid

Terjadi krisis tirotoksik (tyroid storm)

b. Hipotiroid

1. Meningkatkan kolesterol

2. Iskemia / infark miokard

VI. Pemeriksaan Penunjang

a. Hipertiroidisme

| T4 Serum

Ditemukan peningkatan T4 serum pada hipertiroid.T4 serum normal antara 4,5 dan 11,5 mg/dl
(58,5 hingga 150 nmol/L).Kadar T4 serum merupakan tanda yang akurat untuk menunjukkan
adanya hipertiroid.

| T3 Serum

Kadar T3 serum biasanya meningkat.Normal T3 serum adalah 70-220 mg/dl (1,15 hingga 3,10
nmol/L).
| Tes T3 Ambilan Resin

Pada hipertiroid, ambilan T3 lebih besar dari 35% (meningkat).Normal ambilan t3 ialah 25%
hingga 35% (fraksi ambilan relative: 0,25 hingga 0,35).

| Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon)

Pada hipertiroid ditemukan kenaikan kadar TSH serum

| Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)

Tes TRH akan sangat berguna bila Tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa.Pada hipertiroidisme
akan ditemukan penurunan kadar TRH serum.

| Tiroslobulin

Pemeriksaan Tiroslobulin melalui pemeriksaan radio immunoassay.Kadar tiroslobulin meningkat


pada hipertiroid.

b. Hipotiroidisme

| T4 Serum

Penentuan T4 serum dengan tekhnik radio immunoassay pada hipotiroid ditemukan kadar T4
serum normal sampai rendah.Normal kadar T4 serum diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hinnga
150 nmol/L)

| T3 Serum

Kadar T3 serum biasanya dalam keadaan normal-rendah.Normal kadar T3 serum adalah 70


hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L)

| Tes T3 Ambilan Resin

Pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya kurang dari 25% (0,25)

| Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)

Pada hipotiroid yang disebabkan oleh keadaan kelenjar tiroid maka akan ditemukan peningkatan
kadar TSH serum.
VII. Penatalaksanaan

a. Hipertiroidisme

Tidak ada pengobatan yang ditujukan untuk menghilangkan gejala penatalaksanaan bergantung
pada etiologi hipertiroidisme.

1. Farmakologi terapi dengan obat antihipertiroid.


2. Iridasi termasuk pemberian I atau I untuk mendapatkan efek destruksi pada
kelenjar tiroid
3. Pembedahan dengan pengangkatan sebagian besar kelenjar tiroid

Farmakoterapi

1. Tujuan farmakoterapi untuk menghambat pelepasan atau sintetis hormone


2. Pengobatan yang paling umum digunakan adalah propitiourasil (propacil, PTU), atau
metimazol (tapazole)
3. Tetapkan dosis rumatan, diikuti dengan penghentian obatan secara bertyahap selama
beberapa bulan.
4. Obat anti tiroid merupakan kontraindikasi pada kehamilan akhir, resiko untuk gondokkan
dan kretinisme pada janin.

Agen Beta-Adrenergik

1. Mungkin digunakan untuk mengontrol efek saraf simpatis yang terjadi pada
hipertiroidisme.
2. Propandol digunakan untuk kegelisahan, takikardi, tremor, ansietas, dan intoleransi panas

Radioaktif Iodin ( I)

1. I diberikan untuk menghancurkan sel-sel tiroid yang overaktif .


2. I merupakan kontraindikasi dalam kehamilan dan ibu menyusui karena radio iodine
menembus plasenta dan sekresikan ke dalam ASI.

b. Hipotiroid

Tujuan primer penatalalaksanaan hipotiroidisme ialah memulihkan metabolisme pasien kembali


kepada keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti hormone yang hilang.Livotiroksin
sintetik (Synthroid atau levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme
dan supresi penyakit goiter nontoksik.Dosis terapi penggantian hormonal berdasarkan pada
konsentrasi TSH dalam serum pasien.Preparat tiroid yang dikeringkan jarang digunakan karena
sering menyebabkan kenaikan sementara konsentrasi T3 dan kadang-kadang disertai dengan
gejala hipertiroidisme.

Hal-hal yang bisa dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain:

| pemeliharaan fungsi vital

| gas darah arteri

| pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air.

| infus larutan glukosa pekat

| terapi kortikosteroid
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertiroidme

I. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : insomnia, sensitivitas meningkat,otot lemah,gangguan koordinasi,

Kelelahan berat.

Tanda : atropi otot


b. Sirkulasi

Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan

tekanan darah, takikardia, sirkulasi kolaps, syok.

c. Eliminasi

Gejala : urin dalam jumlah banyak, diare.

d. Intregitas Ego

Gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.

Tanda : emosi labil, depresi.

e. Makanan / Cairan

Gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,

makan banyak, kehausan, mual, dan muntah

Tanda : pembesaran tiroid, edema non – fitting

f. Pernapasan

Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispnea

g. Seksualitas

Tanda : penurunan libido,hipomenorea,amenore, dan impotent


II. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja
jantung
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang
tidak adekuat.
3. Perubahan suhu tubuh hipertemi berhubungan dengan status hipermetabolik sekunder
terhadap hiperaktivitas kelenjar tiroid.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder akibat laju metabolic.

III. Intervensi

1. Diagnosa I : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan beban kerja jantung

Tujuan : Klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat

KH : Tidak terjadi penurunan curah jantung/ curah jantung adekuat.

Intervensi :

œ Kaji tanda-tanda vital

œ Kaji intake – output cairan dan membrane mukosa kering

œ Kaji pengisian kapiler

œ Timbang berat badan setiap hari

œ Anjurkan untuk tirah baring

œ Batasi aktivitas yang tidak perlu


2. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang tidak adekuat

Tujuan : Klien dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat

sesuai diet makanan

KH : – Berat badan stabil

– Tidak adanya tanda-tanda malnutrisi

Intervensi :

œ Kaji bising usus

œ Kaji pola nutrisi

œ Kaji adanya anoreksia, mual,muntah

œ Berikan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna

œ Hindari makanan yang dapat meningkatan peristaltic usus

œ Timbang berat badan setiap hari

3. Diagnosa III : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik sekunder terhadap hiperaktifitas kelenjar tiroid

Tujuan : Klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

(36-37 C)

KH : Penurunan suhu tubuh sampai batas normal (36- 37 C)

Intervensi :

œ Kaji tanda-tanda vital

œ Pantau suhu tubuh setiap 2-4 jam


œ Anjurkan klien untuk banyak minum

œ Anjurkan untuk mengenakan pakaian yang longgar dan tipis

œ Berikan kompres air biasa

œ Kolaborasi mengenai pemberian terapi

4. Diagnosa IV : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan sekunder

akibat hipermetabolik

Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai kebutuhan secara

mandiri

KH : Klien berpartisipasi dalam melakukan perawatan secara

mandiri

Intervensi :

œ Kaji tanda-tanda vital saat istirahat maupun saat beraktivitas

œ Kaji adanya sianosis, pucat, takipnea, dispnea

œ Anjurkan untuk meningkatkan istirahat

œ Batasi aktifitas klien

œ Berikan lingkungan/ suasana yang tenang

œ Anjurkan untuk melakukan aktifitas pengganti yang tidak melelahkan, seperti membaca,
menonton tv atau mendengarkan radio.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hipotiroid

I. Pengkajian

Kadar elektrolit (Ca2 dan PO34)


Kejang, kesemutan

Tanda chuostek dan Trousseau

Dispnea

Stridor laring, bronkospasme

Sianosis, disritmia

Keadaan kulit kasar,kering, bersisik

Kuku menjadi tipis dan rapuh

Rambut, alis, dan bulu mata jarang dan tipis

Ansietas

Asupan dan keluaran setiap 8 jam

Nausea, vomitus, nyeri abdomen

Adanya ketidaknyamanan (nyeri tulang), lemah, parastesia

Konstipasi, poliuria

II. Diagnosa Keperawatan

1. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi


2. perubahan suhu tubuh, hipotermi berhubungan dengan penurunan status metabolic
sekunder
3. konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal
4. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan kognitif

III. Intervensi

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi


Tujuan : perbaikan status respiratori dan pemeliharaan pola nafas yang

normal

Kriteria Hasil : – memperlihatkan perbaikan status pernafasan dan pemeliharaan

pola nafas yang normal

– menunjukkan kedalaman dan pola respirasi yang normal

– menunjukkan pola nafas yang normal tanpa bising tambahan pada

auskultasi

Intervensi :

– pantau frekuensi kedalaman pola pernapasan : oksimetri denyut nadi

– dorong pasien untuk nafas dalam

– berikan terapi sesuai program

1. Perubahan suhu tubuh , hipotermi berhubungan dengan penurunan status metabolic


sekunder

Tujuan : pemeliharaan suhu tubuh yang normal

Kriteria Hasil : – mempertahankan suhu tubuh normal

– melaporkan rasa hangat yang adekuat dan berkurangnya gejala

menggigil

– menggunakan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut

Intervensi :

– Pantau suhu tubuh normal

– Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar

– Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut


3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal

Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal

Kriteria Hasil : – melaporkan fungsi usus yang normal

– mengenali dan mengkonsumsi makanan kaya serat

– minum cairan sesuai yang dianjurkan setiap hari

– mencapai pemulihan kepada fungsi usus yang normal

Intervensi :

– Pantau fungsi usus

– Berikan makanan kaya serat

– Dorong peningkatan asupan cairan dalam batas-batas retriksi cairan

– Ajarkan kepada klien tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan kognitif

Tujuan : meningkatkan partisipasi dalam aktifitas dan kemandirian

Kriteria Hasil : – melaporkan penurunan tingkat kelelahan

– memperlihatkan perhatian dan kesadaran pada lingkungan

– berpartisipasi dalam aktifitas dan berbagai kejadian dalam

lingkungan

– beraktifitas dalam perawatan mandiri

Intervensi :
– pantau respon klien terhadap peningkatan aktivitas

– berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress

– Bantu aktivitas perawat mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah

Вам также может понравиться