Вы находитесь на странице: 1из 6

Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan

bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.

Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan
badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang,
mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.

Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam
bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.

h. Riwayat nutrisi.

Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung
dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 %
(gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).

i. Pengkajian persistem.

a) Sistem pernapasan.

Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen

b) Sistem kardiovaskuler.

Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.

c) Sistem persarafan.
Dalam batas normal.

d) Sistem perkemihan.

Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.

e) Sistem pencernaan.

Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia
umbilikalis, prolaps anii.

f) Sistem muskuloskeletal.

Dalam batas normal.

g) Sistem integumen.

Edema periorbital, ascites.

h) Sistem endokrin

Dalam batas normal

i) Sistem reproduksi

Dalam batas normal.


j. Persepsi orang tua

Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Sindrom Nefrotik

a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan
permiabilitas glomerulus.

Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema, ascites, kadar
protein darah meningkat, output urine adekuat 600 – 700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas
normal.

Intervensi :

1. Catat intake dan output secara akurat. Rasional : Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar
penentuan tindakan

2. Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urine. Rasional : Tekanan darah dan BJ urine
dapat menjadi indikator regimen terapi

3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama. Rasional : Estimasi penurunan edema tubuh

4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. Rasional : Mencegah edema bertambah berat

5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Rasional : Pembatasan protein bertujuan untuk meringankan beban
kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal.
b) Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap
kehilangan protein dan penurunan napsu makan.

Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan baik, tidak terjadi
hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.

Intervensi :

1. Catat intake dan output makanan secara akurat. Rasional : Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

2. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare. Rasional : Gangguan nuirisi dapat terjadi secara
perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal

3. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukup. Rasional : Mencegah status nutrisi
menjadi lebih buruk.

c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.

Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda vital dalam batas
normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.

Intervensi :

1. Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung. Rasional :
Meminimalkan masuknya organisme.

2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

4. Lakukan tindakan invasif secara aseptik. Rasional : Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh.
Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.

d) Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).

Tujuan kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif pada tindakan
keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal mengatakan tidak takur.

Intervensi :

1. Validasi perasaan takut atau cemas. Rasional : Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk
tebuka sehingga dapat menghadapinya.

2. Pertahankan kontak dengan klien. Rasional : Memantapkan hubungan, meningkatan ekspresi


perasaan.

3. Upayakan ada keluarga yang menunggu. Rasional : Dukungan yang terus menerus mengurangi
ketakutan atau kecemasan yang dihadapi.

4. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga. Rasional : Meminimalkan
dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.

Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa, EGC, Jakarta

Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta

Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta

Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

——-, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA, Surabaya.

Related Posts

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gastroenteritis

. Asuhan Keperawatan ( Askep ) pada Klien dengan Gastroenteritis ( GE ) Pengertian…

Вам также может понравиться