Вы находитесь на странице: 1из 34

Dengan menyebut nama Allah

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


MOHAMMAD YAZID

MINGGU 4
 Chapter 5 Buku International Tax Policy and
Double Tax Treaties
 Bab 2 Buku Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda
Chapter 5: Structure of Double Tax Treaties
 Introduction
 General framework
 Application articles
 Distribution rules
 Active income
 Passive income
 Other income
 Elimination of double taxation
 Prevention tax avoidance and fiscal evasion
 Miscellaneous matters
 Schedular nature of distribution rules
 Ordering rules
 Prosedural aspects of double tax treaties
 Stages in the life of a double tax treaties
 Conclusion
 Review questions
 Dalam dunia perpajakan internasional,
dikenal dua model utama P3B, yaitu OECD
Model dan UN Model.
 OECD Model dibuat berdasarkan perspektif
atau kepentingan negara-negara maju
 UN Model dibuat berdasarkan perspektif atau
kepentingan negara-negara berkembang.
 Baik OECD Model maupun UN Model
mempunyai susunan chapter dan article yang
hampir sama.
OECD Models 2014

CHAPTER I: Scope of the Convention


Article 1: Personal Scope
Article 2: Taxes Covered

CHAPTER II: Definitions


Article 3: General Definitions
Article 4: Resident
Article 5: Permanent Establishment
CHAPTER III: Taxation of Income
Article 6: Income from Immovable Property
Article 7: Business Profits
Article 8: Shipping, Inland Waterways Transport,
and Air Transport
Article 9: Associated Enterprises
Article 10: Dividends
Article 11: Interest
Article 12: Royalties
Article 13: Capital Gains
Article 14: Independent Personal Services
Article 15: Income From Employment
CHAPTER III: Taxation of Income
Article 16: Directors’ Fees
Article 17: Artistes and Athletes
Article 18: Pensions
Article 19: Government Service
Article 20: Students
Article 21: Other Income

CHAPTER IV: Taxation of Capital


Article 22: Capital

CHAPTER V: Methods for Elimination of Double Taxation


Article 23 A: Exemption Method
Article 23 B: Credit Method
CHAPTER VI: Special Provisions
Article 24: Non-Discrimination
Article 25: Mutual Agreement Procedure
Article 26: Exchange of Information
Article 27: Assistance in collection of taxes
Article 28: Diplomatic Agents and Consular
Officers
Article 29: Territorial Extension

CHAPTER VII: Final Provisions


Article 30: Entry into Force
Article 31: Termination
UN Model 2011

CHAPTER I: Scope of the Convention


Article 1: Personal Scope
Article 2: Taxes Covered

CHAPTER II: Definitions


Article 3: General Definitions
Article 4: Resident
Article 5: Permanent Establishment
CHAPTER III: Taxation of Income
Article 6: Income from Immovable Property
Article 7: Business Profits
Article 8: Shipping, Inland Waterways Transport,
and Air Transport
Article 9: Associated Enterprises
Article 10: Dividends
Article 11: Interest
Article 12: Royalties
Article 13: Capital Gains
Article 14: Independent Personal Services
Article 15: Income From Employment
CHAPTER III: Taxation of Income
Article 16: Directors’ Fees
Article 17: Artistes and Athletes
Article 18: Pensions
Article 19: Government Service
Article 20: Students
Article 21: Other Income

CHAPTER IV: Taxation of Capital


Article 22: Capital

CHAPTER V: Methods for Elimination of Double Taxation


Article 23 A: Exemption Method
Article 23 B: Credit Method
CHAPTER VI: Special Provisions
Article 24: Non-Discrimination
Article 25: Mutual Agreement Procedure
Article 26: Exchange of Information
Article 27: Assistance in collection of taxes
Article 28: Diplomatic Agents and Consular
Officers

CHAPTER VII: Final Provisions


Article 29: Entry into Force
Article 30: Termination
Secara garis besar, sistematika ketentuan P3B terdiri
dari:
 bagian pendahuluan yang mengatur ruang lingkup
P3B dan beberapa definisi;
 bagian tentang perlakuan perpajakan atas jenis-jenis
penghasilan dan metode penghindaran pajak
berganda yang merupakan bagian utama P3B;
 bagian pengaturan khusus, seperti
 non-discrimination,
 mutual agreement procedure,
 exchange of information, dan
 diplomatic agents and consular officers; dan
 ketentuan mengenai temporal scope, yang meliputi
saat mulai berlaku dan tata cara terminasi.
Distributive rules
 Active income
 Passive income
 Other income
 Elimination of double taxation
 Prevention tax avoidance and fiscal evasion
 Miscellaneous matters
Active income
 Article 7: Business Profits
 Article 8: Shipping, Inland Waterways
Transport, and Air Transport
 Article 14: Independent Personal Services
 Article 15: Income From Employment
 Article 16: Directors’ Fees
 Article 17: Artistes and Athletes
 Article 19: Government Service
 Article 20: Students
Passive income
 Article 6: Income from Immovable Property
 Article 10: Dividends
 Article 11: Interest
 Article 12: Royalties
 Article 13: Capital Gains
 Article 18: Pensions
Other income
 Article 21: Other Income

Elimination of double taxation


 Article 23 A: Exemption Method
 Article 23 B: Credit Method
Prevention tax avoidance and fiscal evasion
 Article 9: Associated Enterprises
 Article 26: Exchange of Information
 Article 27: Assistance in collection of taxes
Miscellaneous matters
 Article 24: Non-Discrimination
 Article 25: Mutual Agreement Procedure
 Article 28: Diplomatic Agents and Consular
Officers
 Article 29: Territorial Extension
Dasar Hukum P3B
Vienna Convention on the Law of Treaties
(VCLT)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina
Mengenai Hubungan Diplomatik Beserta
Protokol Opsionalnya Mengenai Hak
Memperoleh Kewarganegaraan
UUD 45 [Pasal 11 (1)]
UU PPh (Pasal 32A)
UU No.24 tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional
Ketentuan Terkait
1. Pasal 32A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
61/PJ./2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-10/PJ./2017
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
62/PJ./2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-10/PJ./2017
 SUATU perjanjian penghindaran pajak
berganda (P3B/Tax treaty) akan dianggap
sebagai sumber hukum di suatu negara harus
melalui proses ratifikasi atau pengesahan.
 Proses ratifikasi ini dilakukan atas dasar
ketentuan hukum perjanjian internasional di
masing-masing negara yang mengadakan
perjanjian.
 Di banyak negara, proses ratifikasi P3B harus
melalui persetujuan lembaga perwakilan
rakyat atau parlemen.
 Ketika P3B sudah diratifikasi oleh suatu
negara maka harus diberitahukan kepada
negara mitranya.
 Pada umumnya, ratifikasi P3B di banyak
negara dilakukan melalui persetujuan
lembaga perwakilan rakyat atau parlemen.
 Contoh seperti yang dilakukan oleh negara
Kanada, Inggris, Amerika Serikat, Belgia,
Luxemburg, Jerman, Austria, Meksiko,
Belanda, Finlandia, Yunani, Spanyol, Swedia,
dan Norwegia.
 Indonesia, berdasarkan Pasal 11 ayat (1) UU
No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional, proses ratifikasi P3B tidak
melalui persetujuan oleh DPR
 Tetapi cukup dilakukan dengan penerbitan
Keputusan Presiden yang kemudian
diberitahukan kepada DPR.
 Pengesahan P3B yang tidak melalui
persetujuan DPR ini sebenarnya tidak sesuai
dengan semangat Pasal 11 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa Presiden dengan
persetujuan DPR menyatakan perang,
membuat perdamaian, dan perjanjian dengan
negara lain.
 Apabila terdapat benturan antara P3B dan
undang-undang pajak domestik terhadap
ketentuan yang mengatur hal-hal yang sama
maka yang diberlakukan adalah ketentuan P3B.
Alasannya:
 Pertama, P3B adalah perjanjian internasional
yang mengikat pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian yang tunduk dengan hukum perjanjian
internasional.
 Oleh karena itu, ketentuan-ketentuan yang
disepakati bersama dalam P3B harus
dilaksanakan dengan niat baik (good faith).
 Kedua, P3B merupakan rekonsiliasi antara
ketentuan perundang-undangan domestik
masing-masing negara yang mengadakan
perjanjian.
 Selain itu, tujuan dari P3B adalah untuk
membatasi ketentuan yang terdapat dalam
perundang-undangan pajak domestik
masing-masing negara.
 Ketiga, P3B adalah bentuk kompromi masing-
masing negara yang mengadakan perjanjian.
Oleh karena merupakan sebuah kompromi,
apabila terjadi benturan ketentuan, tentunya
P3B yang lebih diutamakan.
 Keempat, P3B pada dasarnya merupakan
ketentuan yang bersifat spesialis terhadap
ketentuan perpajakan dari negara yang
mengadakan perjanjian.
 Jadi, berdasarkan prinsip ”lex specialis
derogat legi generali”, kedudukan P3B berada
di atas ketentuan perpajakan domestik.
 Tax treaty merupakan perjanjian yang
bersifat lex specialis terhadap ketentuan PPh
(lex generalis).
 Artinya, kedudukan P3B berada di atas
ketentuan PPh
 Kendati demikian, perlu diketahui bahwa tax
treaty ini tidak memberikan hak pemajakan
baru kepada negara yang mengadakan tax
treaty.
Case
Article berapakah dalam OECD atau UN Model
yang mengatur masalah terjadinya pajak
berganda secara yuridis?
Alhamdulillaahirrahmaanirrahiim

Terima kasih

Вам также может понравиться