Вы находитесь на странице: 1из 17

PNEUMOTHORAKS

(MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH RESPIRATORY)

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

IKANG FAUZI

KRISMAS E. SAPUTRA

FRANSISKO AMARAL

SHULTON

BASILIUS y. Weu

Ria PARAMITA JARWO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA

2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan salah satu organ terpenting dari bagian tubuh manusia
setelah kardiovaskuler, sehingga bila terjadi gangguan sistem pernafasan akan mempengaruhi
semua organ yang lain yang akan mengganggu pada aktivitas manusia.
Seiring dengan kemajuan zaman, semakin banyaknya transportasi dan pola hidup
yang kurang baik dapat menjadi suatu masalah kesehatan jiwa, salah satunya yaitu gangguan
sistem pernafasan yang serius dan membahayakan jiwa, keadaan ini akan menimbulkan
berbagai penyakit primer yang mengenai sistem bronkopulmoner seperti hemoptisis masif,
pneumotorak ventil status asmatikus dan pneumotorak berat. Sedangkan gangguan fungsi
paru yang sekunder terhadap gangguan organ lain seperti keracunan obat yang menimbulkan
depresi pusat pernafasan. Di Amerika Serikat, insidens pneumothoraks spontan primer pada
laki-laki adalah 7,4 kasus per 100.000 orang tiap tahunnya sementara pada wanita
insidensnya adalah 1,2 kasus per 100.000 orang. Sedangkan insidens pneumothoraks spontan
sekunder pada laki-laki adalah 6,3 kasus per 100.000 orang dan wanita 2,0 per 100.000
orang. Pneumothoraks traumatik lebih sering terjadi daripada pneumothoraks spontan dengan
laju yang semakin meningkat.Insidens pneumothoraks di seluruh dunia belum diketahui. The
Global Initiative for Pneumothorax, 2004).

Rasio laki-laki dan wanita pada kasus pneumothoraks spontan primer adalah 6,2
berbanding 1 sedangkan untuk kasus pneumothoraks spontan sekunder adalah 3,2 berbanding
1.Pneumothoraks spontan primer terjadi pada usia 20 – 30 tahun dengan puncak insidens
pada usia awal 20-an sedangkan pneumothoraks spontan sekunder lebih sering terjadi pada
usia 60 – 65 tahun.

Menurut data yang penulis dapatkan (dinkes.jatimprov.go.id ) dari bulan Juni s/d
September 2008 berjumlah 151 klien dengan masalah Tumor Paru sebanyak 42 klien ( 27,81
% ), TB Paru 40 klien ( 26,49 % ), Pneumonia 29 klien ( 19,21 % ), Pneumotoraks 17 klien (
11,26 % ), Effusi Pleura 15 klien ( 9.93 % ), PPOK 5 klien ( 3,31 % ), Abses Paru 3 klien (
1,99 % ).
Dari data diatas penyakit pneumotoraks berada pada urutan keempat. Meskipun
terdapat pada urutan keempat namun jika penyakit pneumotoraks tidak segara ditanggulangi
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti : Tension Pneumotoraks, Piopneumotoraks,
Hidropneumotoraks, Pneumotoraks kronik, Hemopneumotoraks, Pneumotoraks mediastinum,
Pneumothoraks stimultan bilateral. (dinkes.jatimprov.go.id)

Untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi maka diperlukan peran perawat yang
optimal dan profesional yaitu secara promotif perawat dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga dan klien berupa pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan,
pengobatan, pencegahan pneumotoraks, manfaat gizi bagi kesehatan dan kebersihan
lingkungan, secara preventif perawat dapat memberikan informasi pada keluarga tentang cara
untuk menghindari terjadinya pneumotoraks salah satunya dengan cara menghindari diri dari
budaya merokok, secara kuratif perawat dapat memberikan asuhan keperawatan sehingga

Page | 1
klien tidak mengalami pneumotoraks yang lebih lanjut dan secara rehabilitatif yaitu dengan
memulihkan klien sehingga dapat berfungsi secara optimal kembali setelah sakit, seperti
perlunya penjelasan pada keluarga atau klien tentang pentingnya istirahat yang cukup,
mengkonsumsi makan - makanan yang bergizi serta menghindari kebiasaan merokok.

Dari data diatas bahwa penyakit Pneumotoraks perlu mendapatkan perhatian khusus.

B. Rumusan masalah

1. Apa pneumothoraks itu?

2. Apa penyebab atau etiologi pneumothoraks?

3. Bagaimana patofisiologi pneumothoraks?

4. Apa sajakah tanda dan gejala pneumothoraks?

5. Bagaimana penatalaksanaan pneumothoraks?

6. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik yang dilakukan?

7. Apakah komplikasi yang sering terjadi?

8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pneumothoraks?

C. Tujuan umum sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi pneumothoraks.

2. Untuk mengetahui penyebab pneumothoraks.

3. Untuk mengetahui patofisiologi pneumothoraks .

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumothoraks.

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pneumothoraks .

6. Agar mengerti pemeriksaan penunjang pada pasien pneumothoraks .

7. Agar mengetahui komplikasi yang terjadi pada pneumothoraks .

8. Agar mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks.

D. Tujuan khusus sebagai berikut:

 Mahasiswa mampu menerapkan definisi Pneumotharaks

 Mahasiswa mampu mengetahui metelogi pada penyakit Pneumotharaks

 Mahasiswa mampu menifestasi klinis pada Pneumotharaks

Page | 2
 Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang pada Pneumotharaks

 Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi yang terjadi pada klien Pneumotharaks

 Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada Pneumotharaks

 Mahasiswa mampu memahami patofisiologi pada Pneumotharaks

 Mahasiswa mampu menerapkan askep

 Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian yang di lakukan

 Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan fisik pada Pneumotharaks

 Mahasiswa mampu melakukan diagnose keperawatan yang muncul

 Mahasiswa mampu menerapkan tujuan pada Pneumotharaks

 Mahasiswa mampu memahami criteria hasil pada Pneumotharaks

 Mahasiswa mampu mengetahui intervensi

 Mahasiswa mampu mengetaui rasional pada Pneumotharaks

Page | 3
BAB II
KONSEP TEORI

1. PENGERTIAN
Pneumotarks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara
atau gas lain masuk ke keruangan pleura yang mengelilingi paru.(Elizabeth, Patofisiologi
EGC, 2009)

Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (DR.
Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).

- Klasifikasi

Pneumothoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yag berumur sekitar 40
tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Pneumothorax sering dijumpai pada musim
penyakit batuk.

Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya:

1. Pneumotoraks spontan

Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada
penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh
pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla.
Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor
predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama.
Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya
penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk
rejan). .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

2. Pneumotoraks traumatik

Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka
tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor). Pneumotoraks
juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis).
.(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

3. Pneumotoraks karena tekanan

Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami


kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung
secara efektif sehingga terjadi syok. .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

2. ETIOLOGI
Pneumothoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara
melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkhus. Pelebaran
alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut
granulomatus fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab tersaring

Page | 4
terjadinya pneumothoraks, karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi
empisema.
 Nyeri mendadak di daerah dada akibat trauma pleura.
 Pernapasan yang cepat dan dangkal (Takipneu) serta dispneu umum terjadi.
Apabila pnemotarks meluas, atau apabila yang terjadi adalah tension pnemotoraks dan
udara menumpuk di ruang pleura jantung dan pembuluh besar dapat bergeser ke paru yang
sehat sehingga dada tanpak asimetris. Defiasi trakea juga dapat terjadi. .(Elizabeth,
Patofisiologi EGC, 2009)

3. MANIFESTASI KLINIK

a. Sesak dapat sampai berat, kadang bisa sampai hilang dalam 24 jam apabila
sebagian paru yang kolaps sudah mengembang kembali.
b. Distres pernapasan berat, agitasi, sianosis, dan takipnea berat.
c. Takikardi dan peningkatan awal TD diikuti dengan hipotensi sesuai dengan
penurunan curah jantung.
d. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1. Hidung tampak kemerahan
2. Cemas, stres, tegang
3. Tekanan darah rendah (hipotensi)
4. Nyeri dada

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnose pneumotoraks,


diantaranya:

- Foto rontgen

Gambaran radiologis yang tampak pada fotoröntgen kasus pneumotoraks antara lain:

* Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis
yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan
tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

* Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massaradio opaque yang berada di
daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak
selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.

* Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals melebar,
diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke
arah paru yang sehat, kemungkinan besar telahterjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan
intra pleura yangtinggi.

* Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai berikut

Page | 5
* Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis
sampai keapeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga
udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.

* Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit. Hal ini biasanya
merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum
lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar
leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah
udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan
sampai ke daerah dada depan dan belakang

* Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,maka akan tampak permukaan cairan
sebagai garis datar di atas diafragma Foto Rö pneumotoraks (PA)

- Analisa Gas Darah

Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada
kebanyakan pasien sering tidakdiperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang berat secara
signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.

- Foto thoraks :

Pada foto tampak hitam yang merata dan bagian lain paru yang kolaps akan tampak
garis yang merupakan tepi dari paru.w

5. KOMPLIKASI

a) Pneumothoraks tension dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps, akibatnya pengisisan


jantung menururn sehingga tekanan darah menurun.
b) Pio-pneumothoraks, hidro pneumothoraks/ hemo-pneumothoraks: henti jantung paru dan
kematian sangat sering terjadi.
c) pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispenia berat, yang menyebabkan kematian
.(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks antara


lain dengan melakukan :

1. Tindakan medis

Page | 6
Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap udara
dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada pneumothoraks tertutup
atau terbuka,sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama yang harus dilakukan
dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat
hubungan udara ke luar. .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)

2. Tindakan dekompresi

Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara

a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan demikian
tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi negatif kerena udara yang
positif dorongga pleura akan berubah menjadi negatif karena udara yang keluar melalui
jarum tersebut.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ven il.

1) Dapat memakai infus set

2) Jarum abbocath

3) Pipa WSD ( Water Sealed Drainage )

Pipa khusus ( thoraks kateter ) steril, dimasukan kerongga pleura dengan perantara
thoakar atau dengan bantuan klem penjepit ( pean ). Pemasukan pipa plastik( thoraks kateter
) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari sela iga ke 4
pada baris aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Swelain itu data pula melalui sela
iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik didada dan pipa kaca
WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainya,posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol
sebaiknya berada 2 cm dibawahpermukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah
keluar melalui tekanan tersebut.

Penghisapan terus – menerus ( continous suction ).

Penghisapan dilakukan terus – menerus apabial tekanan intra pleura tetap positif,
penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan
tujuan agar paru cepat mengembang dan segera teryjadi perlekatan antara pleura viseralis dan
pleura parentalis.

Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain
drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24
jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.

3. Tindakan bedah

Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang
menyebabkan pneumothoraks dan dijahit. Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya
penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan

Page | 7
pengelupasan atau dekortisasi. Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami
robekan atau ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak
dapat dipertahankan kembali. Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara
kedua pleura ditempat fistel.

7. PATOFISIOLOGI
Alveoli disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek,
apabial alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara masuk
dengan mudah menuju kejaringan peribronkovaskuler gerakan nafas yang kuat, infeksi dan
obstruksi endrobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya
robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik
peribronkovaskuler robekan pleura kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulkan
pneumothoraks, sedangkan robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulkan
pneumomediastinum dari mediastinum udara mencari jalan menuju ke atas, ke arah
leher. Diantara organ – organ medistinum terdapat jairngan ikat yang longgar sehingga
mudah ditembus oleh udara . Dari leher udar menyebar merata di bawah kulit leher dan dada
yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis. Emfisema sub kutis dapat meluas ke arah
perut hingga mencapai skretum.

8. PENGKAJIAN FOKUS
A. DEMOGRAFI
Biodata pasien yang meliputi :
1) Identitas pasien :
a) Nama
b) Umur
c) Jenis Kelamin
d) Agama
e) Status perkawinan
f) Pendidikan
g) Pekerjaan
h) Tanggal Masuk
i) No. Register
j) Diagnosa medis
2) Penanggung jawab
a) Nama
b) Umur
c) Jenis Kelamin
d) Pendidikan
e) Pekerjaan
f) Hubungan dengan pasien

B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama semakin berat.
Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri pada

Page | 8
gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah da riwayat trauma yang mengenai rongga
dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan
dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada
atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
2) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana
sering terjadi pada pneumothoraks spontan.
3) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dan lain-
lain.

9. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya penurunan suara


pernafasan pada sisi yang terkena.

Trakea (saluran udara besar yang melewati bagian depan leher) bisa terdorong ke salah satu
sisi karena terjadinya pengempisan paru-paru.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

1. Rontgen dada ( adanya udara diluar paru-paru)

2. Gas Darah Arteri.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kekolapsan paru, pergeseran mediastinum.


2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insersi WSD
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dalam waktu cepat
4. Gangguan mobilitas fisik berhubngan dengan ketidak nyamanan sekunder akibat
pemasangan WSD.
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi terhadap prosedur
tindakan WSD.

11. FOKUS TUJUAN & KRITERIA HASIL, INTERVENSI DAN RASIONAL

Rencana Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Kerusakan Klien memiliki pertukaran 1. Berikan Pengertian akan
pertukaran gas gas yang optimal selama pengertian tentang membawa pada
berhubungan terpasang WSD, dengan prosedur tindakan motivasi untuk
dengan kekolaps kriteria standar : klien WSD, kelancaran berperan aktif
an paru, memiliki tanda–tanda vital dan akibatnya. sehingga tercipta
pergeseran RR 12 – 20 X/menit, suhu perawatan mandiri.

Page | 9
mediastinum. 363 – 37 3 0C, nadi 80 – 100 2. Periksa WSD WSD yang obstruksi
kali/ menit, keutuhanWSD lokasi insersi, akan selalu
terjaga, aliran selang drainage terkontrol karena
(udara/cairan) lancar, dan botol. klien dan keluarga
selang tidak ada obstruksi 3. Observasi tanda kooperatif.
dan tidak terjadi sianosis – tanda vital Adanya kloting
pada klien. merupakan tanda
4. Observasi analisa penyumbatan WSD
blood gas. yang berakibat paru
5. Kaji karakteristik kolaps.
suara pernapasan, Hipertemi,
sianosis terutama takikardi, takipnea
selama fase akut. merupakan tanda –
6. Berikan posisi tanda ketidakoptima
semi fowler (600- lan fungsi paru.
900) Ketidaknormalan
ABG menunjukan
7. Anjurkan klien adanya gangguan
untuk nafas yang pernapasan.
efektif Adanya ronchi,
8. Bila perlu rales dan sianosis
berikan oksigen merupakan tanda –
sesuai advis tanda
ketidakefektifan
fungsi pernapasan
Posisi ini
menggerakan
abdominal jauh dari
diafragma sehingga
memberikan
fasilitas untuk
kontraksi dan
ekspansi paru
maksimal.
Nafas efektif akan
melancarkan proses
pertukaran gas.

Pemberian oksigen
menurunkan kerja
otot – otot
pernafasan dan
memberikan suplai
tambahan oksigen.
Resiko terjadi Klien bebas dari infeksi 1. Berikan Perawatan mandiri
infeksi pada lokasi insersi selama pengertian dan seperti menjaga
berhubungan pemasangan WSD, dengan motivasi tentang luka dari hal yang
dengan insersi kriteria standart : Bebas perawatan WSD septic tercipta bila
WSD dari tanda–tanda infeksi : 2. Kaji tanda – klien memiliki
tidak ada kemerahan, tanda infeksi pengertian yang

Page | 10
purulent, panas, dan nyeri 3. Monitor reukosit optimal
yang meningkat serta dan LED Hipertemi,
fungsiolisa. Tanda – tanda 4. Dorongan untuk kemerahan,
vital dalam batas normal. nutrisi yang purulent,
optimal menunjukan indikasi
5. Berikan infeksi.
perawatan luka Leukositosis dan
dengan teknik LED yang
aseptic dan anti meningkat
septic menunjukan indikasi
6. Bila perlu infeksi.
berikan antibiotik Mempertahankan
sesuai advis. status nutrisi serta
mendukung system
immune
Perawatan luka
yang tidak benar
akan menimbulkan
pertumbuhan
mikroorganisme
Mencegah atau
membunuh
pertumbuhan
mikroorganisme
Defisit volume Klien 1. Catat drainage 40 – 100 ml cairan
cairan mempertahankan keseimba output setiap sangonius pada jam
berhubungan ngan cairan selama jam sampai 8 post op adalah
dengan hilangnya prosedur tindakan WSD, delapan jam normal, tetapi kalau
cairan dalam dengan kriteria standar kemudian 4 – 8 ada peningkatan
waktu cepat :memiliki drainage output jam mungkin
yang optimal, turgor kulit 2. Observasi tanda– menunjukan
spontan tanda–tanda vital tanda defisit indikasi perdarahan.
dalam batas normal, volume cairan
mempertahankan Hb, Hipotensi, takikardi,
hematokrit dan elektrolit 3. Berikan intake takipnea, penurunan
dalam batas normal. yang optimal kesadaran, pucat
Orientasi adekuat dan klien bila perlu melalui diaporosis, gelisah
dapat beristirahat dengan parenteral merupakan tanda–
nyaman. tanda perdarahan
yang mengarah
defisit volume
cairan.
Intake yang optimal
akan kebutuhan
cairan tubuh. Cairan
parenteral
merupakan
suplemen tambahan.
Gangguan mobili Klien memiliki mobilitas 1. Kaji ROMpada Mengetahui tangda
tas fisik fisik yang adekuat selama ekstrimitas atas – tanda

Page | 11
sberhubngan pemasangan WSD, dengan tempat insersi awal terjadinya
dengan ketidak kriteria standar : Klien WSD kontraktur,
nyamanan merasakan nyeri berkurang 2. Kaji tingkat nyeri sehingga bias
sekunder akibat selama bernafas dan dan pemenuhan dibatasi.
pemasangan bergerak, klien aktifitas sehari – Nyeri yang
WSD. memiliki range of hari meningkat akan
motion optimal sesuai 3. Dorong membatasi
dengan kemampuannya, exercise ROMaktii pergerakan
mobilitas fisik sehari – hari f atau pasif ada sehingga mobilitas
terpenuhi. lengan dan bahu fisik sehari –hari
dekat tempat mengalami
insersi. gangguan.
4. Dorong klien Mencegah stiffness
untuk exercise dan kontraktur dari
ekstrimitas bawah kurangnya
dan bantu pemakaian lengan
ambulansi dan bahu dekat
5. Berikan tindakan tempat insersi
distraksi dan
relaksasi Mencegah stasis
vena dan kelemahan
otot

Distraksi dan
relaksasi berfungsi
memberikan
kenyamanan untuk
beraktifitas sehari –
hari.
Kurangnya Klien mampu 1. Kaji keadaan Kondisi fisik tidak
pengetahuan memverbalkan pengertian fisik dan nyaman dan ketidak
berhubungan tentang prosedur tindakan emosional klien siapan mental
dengan keterbatas WSD sesuai kemampuan saat akan merupakan factor
an informasi dan bahasa yang dimiliki, dilakukan utama adanya
terhadap prosedur dengan kriteria standar tindakan health halangan
tindakan WSD. :Klien education penyampaian
mampu memverbalkan (penyuluhan) informasi.
alasan tindakan WSD, 2. Berikan
mampu mendemonstrasikan pengertian tentang Pengertian
perawatan WSD prosedur tindakan membawa
minimal mampu kooperatif WSD perubahan
terhadap tindakan yang 3. Demonstrasikan pengetahuan,
dilakukan. perawatan WSD i sikapdan
depan klien dan psikomator.
keluarganya.
Demonstrasi
merupakan suatu
metode yang tepat
dalam penyampaian

Page | 12
suatu informasi
sehingga mudah di
pahami.

12. Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai.


Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam
evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan
tercapai, diantaranya yaitu :

- tidak adanya lubang dalam pleura

- tidak adanya tanda-tanda infeksi tekanan udara dalam pleura kembali normal

- tekanan darah normal

Page | 13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan.

Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara
atau gas lain masuk ke keruangan pleura yang mengelilingi paru.(Elizabeth, Patofisiologi
EGC, 2009)

Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya :

 Pneumothoraks Spontan (primer dan sekunder)

Pneumothoraks spontan primer terjadi tanpa disertai penyakit paru yang mendasarinya,
sedangkan pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya.

 Tension Pneumothoraks

Disebabkan trauma tajam, infeksi paru, resusitasi kardiopulmoner.

Page | 14
Daftar Pustaka

Doenges, M.E. 2005. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system pernapasan.
Jakarta:Salemba Medika
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Doengoes, Marilynn, dkk, (2004), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made
S, EGC, Jakarta.
Tambahan W O C

Etiologi

Inspirasi Ekspirasi

Tekanan intra pleura lebih (-) Tekanan intra pleura lebih


dari tekanan intra bronchial tinggi daritekanan di alveolus

Paru- paru akan berkembang Brochus

Bronchus sampai ke alveoli

Tekanan intra bronchial

Batuk, bersin,dan mengejan

Alveoli yang lemah Bula (Granulomatus fibrosis)

Tekanan di dalam alveoli me


Jaringan Fibrotik Faktor Presipitasi :
peribrokovaskuler
 Gerakan nafas Jaringan bronkovaskuler
yang kuat
 Infeksi
 Obstruksi
endrobronkial
Pneumothorak

 Distress pernapasan berat


 Agitasi
Pneumomediastinum  Sianosis
 Takipnea
 Takikardi
Mediastinum Page | 15
 Hipotensi, dll

Jaringan ikat
Emfisema sub-kutis

Вам также может понравиться