Вы находитесь на странице: 1из 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

FISTULA GENETALIA
Dosen pengampu :
Yuniar Angelia Puspa Dewi

Disusun oleh :

Agustino Aryanto Egor 1507.14201.381


Alif Nur Aini 1507.14201.382
Diana Ekasari Rieuwpassa 1507.14201.395
Evlin M. Jela 1507.14201.403
Ni kadek ayu 1507.14201.429
Noviana Rambu Hammu 1507.14201.433
Rofiatul Mkhilah 1507.14201.439
Winne Astria 1507.14201.451
Wahyudistira Irawan 1507.14201449
Heppy Juwita Apriani 1507.14201.410
Herdian Yudhana 1507.14201.411
Olivia Niko Lina 1507.14201.436

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN ( STIKES ) WIDYAGAMA
HUSADA
MALANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, Mei-24 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fistula urogenital adalah hubungan abnormal antara saluran reproduksi
wanita dan saluran kemih yang dapat mengakibatkan kebocoran urin. Fistula
urogenital dapat menimbulkan dampak fisik maupun psikososial.
Fistula genitalia banyak ditemukan di Negara berkembang sebagai akibat
persalinan yang lama maupun penanganan yang kurang baik.Dinegara maju
kasus ini terbanyak disebabkan oleh tindakan operasi hiterektomi maupun
secara abdominal (Sarwono,2009).
Pasien yang mengalami fistula genetalia ,mudah juga terserang
ISK, namun memiliki dampak psikologis yang disarankan lebih
menyakitkan. Penderita merasa terisolasi dari pergaulan, keluarga,
dan lingkungannya karena terkadang sipenderita mengeluarkan
urine dan bau yang tidak sedap setiap saat. Tidak jarang suami
meninggalkan nya dengan alas an tidak terpenuhi kebutuhan
biologisnya (Sarwono,2009). Kasus ini sering dialami oleh para
wanita dari kalangan ekonomi yang rendah dimana pada saat
kehamilan dan persalinan tidak mendapat pelayanan yang
memadai.
Problem persalinan masih menjadi penyebab utama kejadian fistel
urogenital di negara berkembang, dimana di dapatkan 50.000 –
100.000 kasus baru setiap tahun seperti di Asia dan Afrika.

1.2 Tujuan

a. Tujuan umum

Mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan


Endometriosis

b. Tujuan Kusus
 Untuk mengetahui pengertian dari fistula genetalia
 Untuk mengetahui etiologi dari fistula genetalia
 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari fistula genetalia
 Untuk mengetahui pathofisiologi dari fistula genetalia
 Untuk mengetahui pathway dari fistula genetalia
 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari fistula genetalia
 Untuk mengetahui pencegahan dari fistula genetalia
 Untuk mengetahui asuhan keperawatan fistula genetalia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Fistula urogenital didefinisikan sebagai hubungan abnormal antara


saluran reproduksi wanita dan saluran kemih yang dapat mengakibatkan
kebocoran urin.1Fistula urogenital merupakan komplikasi yang buruk dan ditakuti
wanita karena memberikan dampak mendalam, baik secara fisik maupun
psikososial.(Ngesti Anggita Mukti,2015).

2.2 Etiologi
a. Sebab Obstetrik
Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepala bayi dalam waktu lama,
seperti pada partus lama iskemia kemudian nekrosis lambat, atau
akibat terjepit oleh alat pada persalinan buatan. Partus dengan
tindakan, eperti pada tindakan SC, kranioklasi, dekapitasi, ekstraksi
dengan cunam, seksiso-histerektomia.
b. Sebab Ginekologik
1. Proses keganasan/carcinoma terutama carcinoma cervix,
radiasi/penyinaran, trauma operasi atau kelainan congenital.
2. Histerektomi totalis
3. Lokasi terbanyak pada apeks vagina ukuran 1-2 mm, terjadi akibat
terjepit oleh klem atau terkait oleh jahitan.
c. Sebab Trauma
Terjadi karena trauma (abortus kriminalis)

Fistula biasanya berkembang ketika terjadi penekanan persalinan yang


lama, anak yang belum lahir begitu erat dijalan lahir yang di potong aliran darah
ke jaringan sekitarnya yang necrotize dan akhirnya membusuk. Cedera ini dapat
disebabkan oleh pemotongan kelamin perempuan, aborsi, atau panggul patah
tulang. Penyebab lainnya yang secara langsung potensial untuk
penegembangan fistula obstetric adalah pelecahan seksual dan perkosaan,
terutama dalam konflik/pasca konflik daerah, trauma bedah lainnya, kanker
ginekologi atau radioterapi pengobatan terkait lainnya.
Penyeban distal yang dapat menyebabkan perkembangan isu-isu
kepedulian fistula obstetric yaitu kemiskinan, kurangnya pendidikan, pernikahan
dini dan melahirkan, peran dan status perempuan dinegara berkembang, dan
praktek-praktek tradisional yang berbahaya dan kekerasan seksual. Akses ke
perawatan darurat kebidanan merupakan salah satu tantangan utama
dalammencegah perkembangan fistula obstetric.

2.3 Manifestasi Klinis

Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor
secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau
feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung pada saluran fistula. Fistula
yang tidak teratsi dapat menyebabkan infeksi sistemik disertai gejala yang
berhubungan.

Gangguan yang dihasilkan biasanya mencakup:


a. Inkontinensia urine
b. Infeksi parah dan ulserasi pada saluran vagina
c. Wanita merasa tidak nyaman
d. Haid terganggu, amenorrhoe sekunder
e. Kulit sekitar anus tebal
f. Infeksi pada jalan lahir
g. Pada pemeriksaan speculum terlihat dinding vesika menonjol keluar
h. Flatus dari vagina, keluar cairan dari rectum.

2.4 Pathofisiologi

Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah pembedahan.biasanya


karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi bedah yang
merusak abdomen .maka kuman akan masuk ke dalam peritenium hingga
terjadinya peradangan pada peritenium sehingga keluarnya eksudat vibrinosa,
terbentuknya abses biasanya di sertai dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi
abses.

Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan paru dalam bentuk pita jaringan
karena adanya perlengketan maka akan terjadinya kebocoran pada permukaan
tubuh yang mengalami perlengketan sehingga akan menjadi sambungan
abnormal di antara dua permukaan tubuh.maka dari dalam fistel akan
mengeluarkan veses.

Karena teradinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami


perlengketan maka akan menymbat usus dan gerakan paristaltik usus akan
berkurang sehingga cairan akan tertahan di dalam usus halus dan besar. Jika
tidak di tangani secara cepat maka cairan akan meresbes ke peritonium
sehingga mengalami dehidrasi.
2.5. Phatway

 Ginekologi
 Obstetric
 Trauma


Fistula genetalia

Tergantung lokasi kebocoran

Vesiko vagina Uretro vagina uretrovesikouterina Vesiko uterina Multiple

Adanya luka bekas


Pembedahan
operasi dan pemsangan
 Ngompol terus menerus tapi
alat bantu
tidak ingin miksi lagi
Kurangnya ketidaksterilan
 Ngompol sedikit-sedikit
 Menouria Resiko tinggi
 Tidak ngompol tpi kencing Bakteri masuk infeksi
keluar dari vagina

Terjadinya peradangan

Inkontinensia urin Kurangnya Keluarnya eksudat fibrosa


pengetahuan
Terbentuknya abses
Gangguan
eliminasi urin
Demam dan nyeri

Gangguan rasa
nyaman nyeri
2.6. Komplikasi
- Infeksi
- Gangguan perfusi reproduksi
- Gangguan dalam berkemih
- Gangguan dalam defekasi
- Ruptur / perforasi organ yang terkait
2.7 Penatalaksanaan

Pembedahan selalu di anjurkan karena beberapa fistula sembuh scara


spontan. Fistulektomy (eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan.
Usus bawah dievakuasi secara seksama dengan enema yang diprogramkan.

Selama pembedahan, saluran sinus diidentikasi dengan memasang alat


kedalamnya atau dengan menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen.
Fistula didiseksi keluar atau dibiarkan terbuka, dan inisiasi lubang rektalnya
mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan kasa.

Keperawatan
 Pra operasi : persiapan fisik, Lab, antibiotika profilaksi.
 Waktu operasi, tergantung sebab :
- Trauma operasi segera, saat operasi tsb, atau ditunda jika lihat pasca Op.
- Obstetrik 3 bulan pasca persalinan, kecuali fistula fekalis dilakukan setelah
3-6 bulan.
 Pasca operasi : drainase urin kateter pasang.

2.8. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan cara :
a. Pemeriksaan scara rutin ke spesialis kandungan.
b.
2.9. Pemeriksaan Penunjang Fistula Genetalia
a. Darah lengkap
b. CT
c. BT
d. Golongan darah
e. Uriumcreatium
f. Protein
g. Albumin
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus

Ny. W usia 44 tahun datang ke poli Obstetri dan Ginekologi dengan


keluhan rembesan buang air kecil dari kemaluan sejak 3 bulan yang lalu.
Keluhan dirasakan hilang timbul, berbau pesing, keluhan dirasakan 7 hari
setelah menjalani operasi histerektomi 3 bulan yang lalu, riwayat demam tidak
ada, riwayat nyeri perut bagian bawah tidak ada dan riwayat buang air kecil tidak
ada, riwayat infeksi saluran kemih berulang tidak ada. Riwayat trauma panggung
tidak ada, riwayat pengbatan radiasi tidak ada, riwayat keganasan tidak ada.
Saat kontrol ulang pasien dianjurkan rujuk ke ahli urgonekologi.
Hasil pemeriksaan status generalis keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran komposmentis, pernafasan 18x permenit nadi 86x permenit tekanan
darah 110/70 mmhg, suhu 36,9. Pemeriksaan genetallia vulva uretra tenang,
tidak ada tanda inflamasi, tidak ada masa, tidak ada laserasi, portio tenang,
tampak cairan urin menumpuk di formix posterior. Dilakukan tes methylen blue,
hasil (+) di puncak vagina anterior, ukuran 1-1,5 cm jumlah fistula.
Pada saat dilakukan pemeriksaan laboratarium didapati :EKG, Ro Thorax dan
darah lengkap dalam batas normal
Dilakukan fistulorraphy vesikovagina dalam spinal anasthesi, pasien
posisi lithotomi, dilakukan dengan teknik latzko. Terapi yang diberikan IVFD RL 8
Jam/kolf, injeksi Ceftiaxon 2x1 intravena dengan skin test, selama 1 hari. Dan
pasien dianjarkan rawat inap selama 14 hari, pemasangan cateter theeway dan
perawatan kateter selama 14 hari. Terapi oral cefixime 2x200 mg peroral, betrix
1x1500 mg per oral, asam mefenamat 2x500 mg peroral, vitamin c1x1000 mg
peroral.
Selama perawatan pasien tidak ada demam, tidak ada mual, tidak ada
nyeri berkemih, tidak ada komplikasi pasca fitulorrhaphy. Pada hari ke 14
pasca operasi, chateter threeway dilepas.Nyeritidak ada, demamtidakada.
Pemeriksaan genitalluka operasitenang.Pasien diobservasiselama 2-3 hari,tidak
adarembesan urin darikemaluan,pasienboleh pulang.Anjurankontrol
tigaminggupascarawat inap.
3.2. Pengkajian
- Aktiitas dan Istirahat
- Sirkulasi
- Integritas Kulit
- Eliminasi
Pasien tampak cairan urin menumpuk di formix posterior, ada
rembesan urin dari kemaluan.
- Makanan dan Cairan
- Hygiene
- Nyeri dan kenyamaan
- Keamanan
- Seksualitas
- Interaksi sosial
Kurangnya pengetahuan atau informasi tentang penyakit pasien

Biodata

Nama : Ny. W
Usia : 44 th
Diagnosa :
 Gangguan eliminasi urin b/d infeksi saluran kemih terjadinya
rembesan urin keluar dari kemaluan
 Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya informasi/ kurangnya minat
untuk belajar
3.3. Intervensi dan Rasional
Diagnosa : Gangguan eliminasi urin b/d terjadinya rembesan urin keluar dari
kemaluan
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
klien dapat mengatasi disfungsi eliminasi urin
Dengan Kriteria Hasil : klien dapat mengatasi terjadinya urin output, kandungan
kemih kosong, intake cairan dalam batas normal, balance cairan seimbang
Intervensi Rasional

1. Lakukan penilaian kemih 1. Untuk mengetahui


yang kompherensif berfokus kandungan kemih, tidak ada
pada inkotenensia (Misalnya residu urine 100-200 cc
outut urin, pola berkemih 2. Untuk memantau
kemih, fungsi kognitif dan perubahan dari efek obat
masalah kencing yang diberikan
praeksisten) 3. Untuk merangsang
2. Memonitor efek dai obat- pengeluaran urin
obatan yang diresepkan 4. Untuk mengurangi klien
seperti kalsium agar tidak bolak-balik
3. Merangsang refleks kandung menuju kamar mandi
kemih dengan penerapan 5. Untuk mengatasi
dingin untuk perut, membelai pengeluaran urin dengan
tinggi batin, atau air meminum obat.
4. Sediakan waktu yang cukup Berkolaborasi dengan
untuk mengosongkan dokter dan apoteker dalam
kandung kemih selama 10 pemberian obat sesuai
menit indikasi
- Di anjurkan untuk
pemakaian kateter dan
pembalut
5. Kolaborasi dengan dokter
dan bagian apotik terkait
terapi pemberian obat dan
urin masih merembes keluar

Diagnosa : Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya informasi dan minat


untuk belajar
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan
klien dapat mengetahui penyakit yang diderita
Dengan kriteria hasil : klien memahami proses pengobatan penyakit dan
mengatasi masalah penyakitnya, melakukan pola hidup tertentu.
Intervensi Rasional
1. Membuat pengetahuan dasar
1. Tentukan persepsi pasien dan memberikan kesadaran
tentang penyakit kebutuhan belajar individu
2. Kaji ulang proses penyakt, 2. Faktor pencetus/pemberat
penyebab/efek hubungan individu, sehingga kebutuhan
faktor yang menimbulkan pasien untuk waspada
gejala dan mengidentifikasi terhadap makanan cairan dan
cara penularan, faktor faktor pola idup yang dapat
pendukung mencetuskan gejala
3. Ingatkan klien untuk 3. Steroid dapat digunakan untuk
mengobserfasi efek mengntrol inflammasi dan
samping bila sterod mempengaruhi remisi
diberikan dalam jangka penyakit namun obat dapat
panjang, misalnya : ulkus, menurunkan ketahanan
edema muka, kelemahan terhadap infeksi dan dapat
otot menyebabkan retensi cairan
4. Kaji ulang obat, tujuan, 4. Meningkatkan pemahaman
frekuensi, dosis dan dan dapat meningkatkan
kemungkinan efek samping kerjasama
5. Ajarkan klien pentingnya 5. Menurunkan penyebaran
perawatan kulit, misalnya
cuci tangan dengan baik bakteri dan resiko iritasi kulit/
dan benar kerusakan infeksi
6. Memberikan penyuluhan 6. Membantu klien untuk
terkait penyakit yang menambahkan wawasan dan
diderita oeh klien dan cara pengetahuan terkait penyakit
penanganan atau terapi yang diderita
Non Farmakologi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fistula urogenital didefinisikan sebagai hubungan abnormal antara


saluran reproduksi wanita dan saluran kemih yang dapat mengakibatkan
kebocoran urin.1Fistula urogenital merupakan komplikasi yang buruk dan ditakuti
wanita karena memberikan dampak mendalam, baik secara fisik maupun
psikososial.(Ngesti Anggita Mukti,2015).

Fistula urogenital di sebabkan oleh terjadinya penekanan jalan lahir oleh


kepala bayi dalam waktu lama, seperti pada partus lama iskemia kemudian
nekrosis lambat, atau akibat terjepit oleh alat pada persalinan buatan. Partus
dengan tindakan, eperti pada tindakan SC, kranioklasi, dekapitasi, ekstraksi
dengan cunam, seksiso-histerektomia.

Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor
secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau
feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung pada saluran fistula. Fistula
yang tidak teratsi dapat menyebabkan infeksi sistemik disertai gejala yang
berhubungan.

Pembedahan selalu di anjurkan karena beberapa fistula sembuh scara


spontan. Fistulektomy (eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan.
Usus bawah dievakuasi secara seksama dengan enema yang diprogramkan.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari isi makalah ini yakni diharapkan
dapat meningkatkan kinerja perawat dan dapat memberikan asuhan
keperawatan kegawat daruratan khususnya pada pasien Fistula urogenital
secara cepat dan tepat. Dan diharapkan bagi mahasiswa untuk dapat
menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk serius mencari
pengetahuan dalam perawatan penderita Fistula urogenital

Вам также может понравиться