Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
DOSEN PENGAMPU :
KOMARUDIN, S.Kp. M.Kep., Sp.Kep.J
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Proposal yang berjudul “ terapi aktivitas kelompok latihan asertif ” ini dengan
lancar. Penulisan proposal ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh Bapak Komarudin, S.Kp. M.Kep., Sp.Kep.J
Proposal ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan “terapi aktivitas kelompok
latihan asertif”, serta infomasi dari internet yang berhubungan dengan terapi
aktivitas kelompok latihan asertif, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
pengajar keperawatan jiwa atas bimbingan dan arahan dalam penulisan proposal
ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan............................................................................................................... 7
1.4 Manfaat............................................................................................................. 8
3
2.2.10 Faktor Predisposisi ............................................................................ 17
4
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 47
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adaah perasaan jengkel yang
timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
(Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini
kadang menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : “Marah
adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang
harus dicapai terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan
fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas
kelompok (TAK) klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi
ini adalah klien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga
saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.
1.3 Tujuan
Mengetahui pengertian TAK ( terapi aktivitas kelompok ).
Mengetahui pengertian TAK latihan asertif.
Mengetahui karakteristik klien perilaku kekerasan.
Mengetahui Tahapan TAK latihan asertif.
7
1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat Mengetahui pengertian TAK (terapi aktivitas kelompok).
Mahasiswa dapat Mengetahui pengertian TAK latihan asertif.
Mahasiswa dapat Mengetahui karakteristik klien perilaku kekerasan.
Mahasiswa dapat Mengetahui Tahapan TAK latihan asertif.
8
BAB II
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
9
mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang
digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor.
Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif
ini.
10
2.2.5 Manfaat Latihan Asertif
Manfaat dari teknik Asertif Training, yaitu:
1. Melatih individu yang tidak dapat menyatakan kemarahan dan
kejengkelan
2. Melatih individu yang mempunyai kesulitan untuk berkata tidak dan
yang membiarkan orang lain memanfaatkannya.
3. Melatih individu yang merasa bahwa dirinya tidak memiliki hak
untuk menyatakan pikiran, kepercayaan, dan perasaan-perasaannya.
4. Melatih individu yang sulit mengungkapkan rasa kasih dan respon-
repon positif yang lain.
5. Meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri.
6. Membantu untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
7. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.
8. Dapat berhubungan dengan orang lain dengan konflik, kekhawatiran
dan penolakan yang lebih sedikit.
11
Diungkapkan perilaku/sikap yang diinginkan konseling
sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi dan harapan-harapan
yang diinginkannya.
3. Menentukan perilaku akhir yang diperlukan dan yang tidak
diperlukan
Dengan kata lain, konselor dapat menentukan perilaku yang
harus dimiliki konseli untuk menyelesaikan masalahnya dan juga
mengenali perilaku-perilaku yang tidak diperlukan yang menjadi
pendukung ketidakasertifannya. Contoh: Dengan mempelajari secara
mendetail kasus yang dialami konselinya, konselor menarik kesimpulan
awal bahwa, konseli tidak perlu menuruti terus ajakan temannya yang
sebenarnya tidak ia sukai. Perilaku yang ia perlukan adalah menolak
dengan jujur, tegas dan sopan ajakan temannya tersebut.
4. Membantu klien untuk membedakan perilaku yang dibutuhkan
dan yang tidak dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan masalahnya
Setelah konselor menentukan perilaku yang dibutuhkan dan yang
tidak dibutuhkan, kemudian ia menjelaskannya pada konseli tentang
apa yang seharusnya dilakukan dan dihindari dalam rangka
menyelesaikan permasalahannya dan memperkuat penjelasannya.
5. Mengungkapkan ide-ide yang tidak rasional, sikap-sikap dan
kesalahpahaman yang ada difikiran konseling
Konselor dapat mengungkap ide-ide konseli yang tidak
rasional yang menjadi penyebab masalahnya, sikap-sikap dan
kesalahpahaman yang mendukung timbulnya masalah tersebut.
6. Menentukan respon-respon asertif/sikap yang diperlukan untuk
menyelesaikan permasalahannya (melalui contoh-contoh)
7. Mengadakan pelatihan perilaku asertif dan mengulang-ulangnya
Konselor memandu konseli untuk mempraktikkan perilaku
asertif yang diperlukan, menurut contoh yang diberikan konselor
sebelumnya.
8. Melanjutkan latihan perilaku asertif
12
9. Memberikan tugas kepada konseli secara bertahap untuk
melancarkan perilaku asertif yang dimaksud
Untuk kelancaran dan kesuksesan latihan, konselor
memberikan tugas kepada konseli untuk berlatih sendiri di rumah
ataupun di tempat-tempat lainnya.
10. Memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan
Penguatan dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa konseling
harus dapat bersikap tegas terhadap permintaan orang lain padanya,
sehingga orang lain tidak mengambil mafaat dari kita secara bebas.
Selain itu yang lebih pokok adalah konseli dapat menerapkan apa yang
telah dilatihnya dalam situasi yang nyata.
Ada empat kategori yang dikelompokkan dalam perilaku
asertif (Walker,1996):
1. Kemampuan untuk berinisiasi dengan memulai percakapan,
menyambung dan menghentikan percakapan.
2. Berani berkata “tidak”.
3. Mengajukan suatu pertanyaan dan keinginan.
4. Mengekspresikan perasaan suka dan tidak suka.
Karakteristik asssetiveness (social skills) training, yaitu:
1. Cocok untuk individu yang memiliki kebiasaan respon –
cemas (anxiety-response) dalam hubungan interpersonal,
yang tidak adaptif, sehingga menghambat untuk
mengekspresikan perasaan dan tindakan yang tegas dan tepat.
2. Latihan asertif terdiri dari 3 komponen, yaitu : Role Playing,
Modeling, Social Reward & Coaching
3. Dalam situasi social dan interpersonal, muncul kecemasan
dalam diri individu, seperti:
a. Merasa tidak pantas dalam pergaulan social.
b. Takut untuk ditinggalkan.
c. Kesulitan mengekspresikanperasaan cinta dan afeksinya
terhadap orang-orang disekitarnya.
Ciri dari individu yang Asertif yaitu:
13
1. Mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan
dirinya, baik secara verbal maupun non verbal secara bebas,
tanpa perasaan takut, cemas, dan khawatir.
2. Mampu menyatakan “tidak” pada hal-hal yang memang
dianggap tidak sesuai dengan kata hati atau nuraninya.
3. Mampu menolak permintaan yang dianggap tidak masuk akal,
berbahaya, negatif, tidak diinginkan, atau dapat merugikan
orang lain.
4. Mampu untuk berkomunikasi secara terbuka, langsung, jujur,
terus terang sebagaimana mestinya.
5. Mampu menyatakan perasaannya secara jelas, tegas, jujur, apa
adanya, dan sopan.
6. Mampu untuk meminta tolong pada orang lain pada saat kita
memang membutuhkan pertolongan.
7. Mampu mengekspresikan kemarahan, ketidaksetujuan,
perbedaan pandangan secara proporsional.
8. Tidak mudah tersingung, sensitif, dan emosional.
9. Terbuka untuk ruang kritik.
10. Mudah berkomunikasi, hangat, dan menjalin hubungan sosial
dengan baik.
11. Mampu memberikan pandangan secara terbuka terhadap hal-
hal yang tidak sepaham.
12. Mampu meminta bantuan, pendapat, atau pandangan orang lain
ketika sedang menghadapi masalah.
14
mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula
mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif
marah.
15
2.2.8 Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan
dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik
(Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan
khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-
perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah
(Berkowitz, 1993).
16
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif –
mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai
berikut : (Keliat, 1997, hal 6).
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan
atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih
dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau
mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus
bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan
perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
17
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive)
d. Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotrasmitter
turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
18
3. Suara keras
4. Bicara kasar, ketus
c. Perilaku
1. Menyerang orang
2. Melukai diri sendiri/orang lain
3. Merusak lingkungan
4. Amuk/agresif
19
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan
sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil
melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun,
pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan
dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif
dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di
samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku
“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
20
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang
tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4
tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.
21
c) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil.
d) Klien tenang dan kooperatif.
e) Kondisi fisik dalam keadaan baik.
f) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas.
2.4. Pengorganisasian
A. Leader :
Bertugas :
1. Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok.
2. Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok.
3. Menetapkan jalannya tata tertib.
4. Menjelaskan tujuan diskusi.
5. Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil
diskusi pada kelompok terapi diskusi tersebut.
6. Kontrak waktu.
7. Menyimpulkan hasil kegiatan.
8. Menutup acara.
B. Co leader
Bertugas :
1. Mendampingi leader jika terjadi bloking.
2. Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan.
3. Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah.
C. Observer
Bertugas :
1. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal
sampai akhir.
2. Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok.
3. Mengobservasi perilaku pasien.
D. Fasilitator
Bertugas :
22
1. Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan.
2. Mendampingi peserta TAK.
3. Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok.
4. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan.
23
2.6. Aktivitas
A. Sesi 1 : mengenal perilaku kekerasan yang bisa di lakukan.
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
b. Membuka kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai papan
nama)
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama)
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku
kekerasan yang bisa dilakukan.
2. Menjelaskan aturan berikut:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus mintak izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
1. Tanyakan pengalaman tiap klien.
2. Tulis di papan tulis/ flipchart/ whiteboard.
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat
terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan
terjadi.
24
1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab
(tanda dan gejala).
2. Tulis di papan tulis/ flipchart/ whiteboard.
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
klien (verbal, merusak lingkungan, mencederai/ memukul
orang lain, dan memukul diri sendiri).
1. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
2. Tulis di papan tulis/ flipchart/ whiteboard.
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang
paling sering dilakukan untuk diperagakan.
e. Melakukan bermain peran/ simulasi untuk perilaku kekerasan
yang tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan
klien yang melakukan perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/
simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/ akibat perilaku kekerasan.
1. Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2. Tulis di papan tulis/ flipchart/ whiteboard.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku
kekerasan; dan akibat peilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang
sehat menghadapi kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
2. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien
yang positif.
b. Tindak lanjut
25
1. Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan
yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien mengingat penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan dan akibatnya yg belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan dating
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
c. Kontrak
1.Menjelaskan tujuan kegiatan , yaitu cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2.Menjelaskan aturan main berikut:
jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis.
lama kegiatan 45 menit.
26
setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir.
3. Tahap kerja
a) Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
1. Menanyakan kegiatan: rumah tangga ,harian, dan olahraga
yang biasa dilakukan.
2. Tulis di papan tulis /flipchart/whiteboard.
b) Menjelaskan kegiatan fisik yang dapatdigunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat: tarik nafas dalam,
menjemur/memukul kasur/bantal, meniat kamar mandi, main
bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan memukul
gendang
c) Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d) Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dapat
dilakukan
1. Terapis mempraktikan.
2. Klien melakukan rekomendasi.
e) Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara
penyaluran kemarahan.
f) Memberikan pujian pada peran serta klien.
g) Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan erasaan klien setelah mengikuti
TAK.
2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah
perilaku kekerasan.
b) Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah
dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien melatih seara teratur cara yang
telah dipelajari.
27
3. Memasukan pada jadwal kegiatan harian klien.
c) Kontrak yang akan dating
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu
interaksi social yang asertif.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
A. Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial.
1. Persiapan
a) Mengikatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2 .
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan .
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien .
2. Klien dan terapis memakai papan nama .
b) Evaluasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini .
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah , tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan .
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan sudah dilakukan .
c) Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan , yaitu cara social untuk
mencegah perilaku kekerasan .
2. Menjelaskan aturan main berikut .
Jika ada klien yang meninggalkan kelompaok, harus
meminta izin kepada terapis .
Lama kegiatan 45 menit .
Setiap klien mengikuti dari awal sampai selesai .
3. Tahap Kerja
a) Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu .
b) Menuliskan cara – cara yang disampaikan klien .
c) Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan ,
yaitu “ sayaperlu / ingin / minta yang akan saya gunakan untuk “
28
d) Memilih 2 orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
ada poin c.
e) Ulangi d sampai semua klien mencoba .
f) Memberikan pujian pada peran serta klien .
g) Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa
sakit hati pada oaring lain yaitu “ Saya tidak dapat melakukan “ atau
“ Saya tidak menerima dikatakan “ atau “ Saya kesal dikatakan
seperti “
h) Memilih 2 orang klien secara bergilir mendemontarasikan ulang cara
ada poin d.
i) Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j) Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK .
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari .
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar .
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi
yang asertif , jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi social
yang asetif secara teratur.
3. Memasukkan interaksi social yang asertif pada jadwal kegiatan
harian klien .
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain , yaitu kegaiatan
ibadah .
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya .
29
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah,serta perilaku kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi social yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2. Menjelaskan aturan main berikut
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-
masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang
dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
30
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan atas jawaban yang
benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi
social yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegitan fisik, intraksi social
yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3. Memasukkan kegitan ibadah pada jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar carabaru yang lain, yaitu minum
obat teratur.
2. Memyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
31
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan ).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara
bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard).
h. Mendiskusikan peranan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard).
i. Menjelaskan keuntugan patuh minum obat yaitu salah satu cara cara
mencegah perilaku kekerasan / kambuh.
j. Menjelaskan akibat / kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan / kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntugan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
32
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan , dan disepakati
jika klien perlu TAK yang lain.
2.7. Setting
Waktu
Kegiatan terapi aktivitas kelompok latihan asertif selama 1 hari pada :
Jam : 10 : 30 WIB
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ Flipchart/whiteboard.
2. Kapur/ spidol.
3. Buku catatan dan bullpen.
4. Jadwal kegiatan klien.
Metode
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi dan tanya jawab.
33
3. Bermain peran/ simulasi.
2.8. Peraturan
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2) Berpakaian rapi dan bersih.
3) Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama
kegiatan TAK.
4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan
selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta
tersebut diganti peserta cadangan.
5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti
kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak
dapat diganti oleh peserta cadangan.
6) Paserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.
7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih
dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
34
6) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai
dengan tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila
tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok.
7) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.
Sesi 1: TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan
kemampuan psikologis
35
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui
penyebabperilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri
tanda (√) jika klien mamapu dan (x) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan. klien mampu menyebutkan
penyebab perilaku kekerasanya (disalahkan dan tidak diberi uang),
mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (geregetan dan deg-degan),
perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan
(tangan sakit dan dibawa kerumah sakit jiwa). anjurkan klien mengingat
dan menyampaikan jika semua dirasakan selama dirumah sakit.
36
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien , beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (√) jika klien
mamapu dan (x) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien . contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktikan tarik
nafas dalam, tetapi belum mampu mempraktikan pukul kasur dan bantal.
Anjurkan dan bantu klien mempraktikan di ruang rawat ( buat jadwal).
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 3,
kemampuan klien yang diaharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan
secara social. Formulir evaluasi sebagai berikut:
SESI 3 : TAK
STIMULASI PERSEPSI PERILAKU KEKERASAN
KEMAMPUAN MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN SOSIAL
Memperagakan
Memperagakan Memperagakan Cara
No. Nama Klien Cara Meminta Cara Menolak Mengungkapkan
Tanpa Paksa yang Baik Perasaan yang
Baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
37
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien .
2. Untuk tiap klien , beri penilaian akan kemampuan mempraktikan
pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa ,
menolak dengan baik , mengungkapkan kekesalan dengan baik . Beri
tanda (√) jika klien mamapu dan (x) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien .Contoh : klien mengikuti Sesi 3 , TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan . klien mampu mempragakan cara
meminta tanpa paksa , menolak dengan baik dan mengungkapkan
kekerasan . anjurkan klien mempraktikkan diruang rawat ( buat jadwal ).
Sesi 4: TAK
Stimulasi presepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
Mempraktikan kegiatan ibadah Mempraktikan kegiatan
No Nama klien
pertama ibadah kedua
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk:
38
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
kegiatan ibadah pada saat TAK. Beri tanda (√) jika klien mamapu dan (x)
jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4,
TAKstimulasi prepsepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan
dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur diruangan
(buat jadwal).
39
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima
benar cara minum obat, keuntungan minum obat. Beri tanda (√) jika klien
mamapu dan (x) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 5 , TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan lima
benar cara minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum
obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima
benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntugan minum obat,
dan akibat tidak minum obat.
40
BAB III
APLIKASI
3.3. Pengorganisasian
41
4. Nuraini
3.4. Setting
Waktu
Kegiatan terapi aktivitas kelompok latihan asertif selama 1 hari pada :
Waktu : 30 Menit
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ Flipchart/whiteboard.
2. Kapur/ spidol.
3. Buku catatan dan bullpen.
4. Jadwal kegiatan klien.
Metode
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi dan tanya jawab.
3. Bermain peran/ simulasi.
RICO SHELLY
NURLAILI RAFIKA
FAHRUR NURAINI
KUTSY SYAMSUN
42
KETERANGAN :
Merah : Leader
Biru : Co Leader
Orange : Fasilitator
Hijau : Obsevator
43
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. salam dari terapiskepada klien
2. klien dan terapis pakai papan nama
b. evaluasi / validasi
1. menanyakan perasaan klien saat ini
2. menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan:
penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan serta akibatnya
c. kontrak
1. menjelaskan tujuan kegiatan , yaitu cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
2. menjelaskan aturan main berikut:
jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis
lama kegiatan 45 menit
setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3.Tahap kerja
44
e) Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara penyaluran
kemarahan.
f) Memberikan pujian pada peran serta klien
g) Upayakan semua klien berperan aktif
4.Tahap terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan erasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan
b) Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan
2. Menganjurkan klien melatih seara teratur cara yang telah
dipelajari
3. Memasukan pada jadwal kegiatan harian klien
c) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi
social yang asertif
2. Menyepakati waktu dan tempat
45
Sesi 2
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
NO Nama Mempraktikan cara fisik Mempraktikan cara fisik
klien yang pertama yang kedua
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien
2. Untuk tiap klien beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan
dua cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (√)
jika klien mamapu dan (x) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien . contoh : klien mengikuti sesi 2
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu
mempraktikan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu mempraktikan
pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien mempraktikan di
ruang rawat ( buat jadwal).
46
DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatanjiwaeksdu28.blogspot.com/2013/11/makalah-keperawatan-
jiwa-resiko.html,Di akses tanggal 9 mei 2014.
http://gootoez.blogspot.com/2012/03/proposal-terapi-aktivitas-kelompok.html,Di
akses tanggal 9 mei 2014.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter%20II.pdf,Di
akses tanggal 9 mei 2014.
http://id.scribd.com/doc/32342267/Pengaruh-Terapi-Aktifitas-Kelompok,Di akses
tanggal 9 mei 2014.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19600201198703-
SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/LATIHAN_ASERTIF.pdf,Di akses tanggal
9 mei 2014.
http://irvanhavefun.blogspot.com/2012/03/teknik-asertif-training.html,Di akses
tanggal 9 mei 2014.
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung:PT
Refika Aditama.
Fefendy. (2008). Internet. Pengaruh tarapi aktivitas kelompok; latihan asertif.
Jakarta: http://www.indonesiannursing.com.
Keliat,Budi Anna.2004.Keperawatan Jiwa : terapi aktivitas kelompok. Jakarta
EGC
Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC
47