Вы находитесь на странице: 1из 29

KEPERAWATAN ANAK FISIOLOGIS

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA ANAK DAN KELUARGA

Diampu : GALUH KUMALASARI, S.Kep, Ns.

Oleh :

AVIVATUS SHOLIKHAH
HUSNIAWATI
IQBAL YUSRIL
IRA RISMADHANI
M. ADIB
NUR CAHYATI
PUJI WAHYUNINGSIH
PUPUT RATNA SARI
SEPTI AYU
SLAMET BAHRUL A
SUKMA DWI A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN& NERS

STIKES KEPANJEN

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul Pendidikan kesehatan pada anak dan

keluarga ini dapat diselesaikan tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas pendidikan mata kuliah Keperawan Anak Fiologis

yang diampu oleh Ibu Dosen GALUH KUMALASARI, S.Kep, Ns.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang pendidikan kesehatan

kepada anak dan keluarga ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi pembaca.

2
Kepanjen, November 2018

Penyusun

Kelompok 2

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep family created

2.2 Sibling

2.3 Health Promotion Pada Anak Pra Sekolah

2.4 Toilet Training

2.5 Konsep Komunikasi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam

kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

kehidupannya. Keluarga membentuk suatu hubungan yang sangat erat antara

ayah, ibu, maupun anak. Hubungan tersebut terjadi dimana antar anggota

keluarga saling berinteraksi. Interaksi tersebut menjadikan suatu keakraban

yang terjalin di dalam keluarga, dalam keadaan yang normal maka lingkungan

yang pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara

saudaranya serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui

lingkungan itulah anak mulai mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan

hidup yang berlaku sehari-hari; melalui lingkungan itulah anak mengalami

proses sosialisasi awal (Soerjono, 2004: 70-71).

Anak menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan oleh keluarga, dalam

kehidupannya anak perlu mendapat perhatian khusus dari orang tua baik ayah

maupun ibu, hal itu dikarenakan keluarga merupakan tempat pertama yang

menerima anak lahir didunia. Tidak hanya hal itu keluarga juga menjad tempat

bagaimana anak belajar dalam berkehidupan yaitu dari awal cara makan

sampai anak belajar hidup dalam masyarakat. Keluarga menjadi hal yang

terpenting dalam membawa anak untuk menjadi seorang individu yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep family center care?

5
Apa yang dimaksud sibiling?

Apa yang dimaksud health promotion pada pra-sekolah?

Apa yang dimaksud tiolet training?

Bagaimana konsep komunikasi pada anak?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui konsep family center care

Untuk mengetahui yang dimaksud sibiling

Untuk mengetahui yang dimaksud health promotion pada pra-sekolah

Untuk mengetahui yang dimaksud tiolet training

Untuk mengetahui konsep komunikasi pada anak

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Family Centerd Care

A. Pengertian

Family-Centered Care didefinisikan oleh Association for the Care of

Children's Health (ACCH) sebagai filosofi dimana pemberi perawatan

mementingkan dan melibatkan peran penting dari keluarga, dukungan

keluarga akan membangun kekuatan, membantu untuk membuat suatu

pilihan yang terbaik, dan meningkatkan pola normal yang ada dalam

kesehariannya selama anak sakit dan menjalani penyembuhan (Johnson,

Jeppson, & Redburn, 1992)

Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit

keluarga. Berikut beberapa alasan mengapa keluarga harus dilakukan

kerjasama dalam perawatan:

a. Disfungsi dalam satu anggota keluargaakan mempengaruhi yang

lain.

b. Ada hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatannya.

c. Melalui perawatan bersama dengan keluarga yang berfokus pada

peningkatan, perawatan diri, pendidikan kesehatan dan konseling

keluarga dapat mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup

dan bahaya lingkungan.

d. Upaya menemukan masalah.

7
e. Keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-

individu.

B. Alasan dilakukan Family-Centered Care :

1. Membangun sistem kolaborasi daripadakontrol.

2. Berfokus pada kekuatan dan sumber-sumber keluarga daripada

kelemahan keluarga.

3. Mengakui keahlian keluarga dalam merawat anak seperti

sebagaimana profesional.

4. Membangun pemberdayaan dari pada ketergantungan.

5. Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien,

keluarga dan pemberi pelayanan dari pada informasi hanya

diketahui oleh professional.

6. Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku.

Terdapat 9 element Family-Centered Care yang teridentifikasi oleh ACCH

(Shclton etal., 1987), yaitu :

1. Keluarga dipandang sebagai unsur yang konstan sementara

kehadiran profesi kesehatan fluktuatif.

2. Memfasilitasi kolaborasi orang tua professional pada semua level

perawatan kesehatan.

3. Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan

metode-metode alternative dalam koping.

4. Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit

oleh orang tua tentang perawatan anaknya yang tepat.

8
5. Menimbulkan kelompok support antara orang tua.

6. Mengerti dan memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan dalam

memenuhi kebutuhan perkembangan bayi, anak, dewasa dan

keluarganya.

7. Melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif

meliputi dukungan emosional dan financial dalam memenuhi

kebutuhan kesehatan keluarganya.

8. Menunjukkan desain transportasi perawatan kesehatan fleksibel,

accessible, dan responsive terhadap kebutuhan pasien.

9. Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif

meliputi dukungan emosional dengan staff.

C. Konsep dari Family Centered Care :

1. Martabat dan kehormatan

Praktisi keperawatan mendengarkandan menghormati pandangan dan

pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar belakang

budaya pasien dan keluarga bergabung dalam rencana dan intervensi

keperawatan.

2. Berbagi informasi

Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan informasi

yang berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak

memihak kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima

9
informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi

dalam perawatan dan pengambilan keputusan.

3. Partisipasi

Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan

dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah

mereka buat.

4. Kolaborasi

Pasien dan keluarga juga termasuk kedalam komponen dasar

kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga

dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan program,

implementasi dan evaluasi, desain fasilitas kesehatan dan

pendidikan profesional terutama dalam pemberian perawatan.

D. Aspek penting

Enabling : bahwa keluarga mempunyai andil dalam asuhan yang

diberikan

Empowering : perawat dapat melibatkan keluarga dalam ha pengambilan

keputusan terhadap tindakan yang dilakukan

E. Traumatic care

Yaitu Asuhan yang tidak menyebabkan trauma pada anak contohnya

seorang perawat harus mampu memberikan askep terapeutik melalui

pelaksanaan intervensi keperawatan.

10
(Arie Kusumaningrum. Aplikasi Dan Strategi Konsep Family Centered Care

Pada Hospitalisasi Anak Pra Sekolah. PSIK Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya. 2010. )

2.2 SIBLING

A. PENGERTIAN SIBLING

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran

antara saudara laki laki dan saudara perempuan .Hal ini terjadi pada

semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih. Sibling viralry

atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak usia 5-11 tahun.

B. PENYEBAB SIBLING

1. Sikap pilih kasih

Tanpa sadar orang tua melakukan sikap pilih kasih. Misalkan dengan

menganak emaskan salah satunya atau secara tanpa sadar

membandingkan anak satu dengan satunya. Hal dapat menimbulkan

ketidak nyamanan, membangkitkan rasa iri, menanamkan

kekecewaan dan membuat mereka merasa rendah diri.

2. Urutan kelahiran

Orang tua yang memiliki anak banyak biasanya akan menempatkan

hak dan tanggung jawab berdasar kelahiran. Misalkan anak tertua

yang wajib menjadi contoh untuk adik-adiknya, anak yang di tenggah

11
yang sering tak punta peran dan beban tumpuan tugas rumah, maupun

anak bungsu yang diringankan dari segala kewajiban dirumah. Hal ini

dapat menciptakan jarak dalam persaudaraan mereka, dan akan terjadi

sibling.

3. Jenis kelamin

Setiap anak memiliki reaksi yang berbeda tehadap saudara

saudaranya. Bisanya persaingan akan terasa kuat pada anak berjenis

kelamin sama. Namun ada kalanya juga jika anak perempuan lebih

mudah mengalami sibling rivalry karena banyak melibatkan emosi

dan perasaannnya.

4. Perbedaan usia

Rentan usia anak yang umumnya berdekatan biasanya lebih rentan

mengalami sibling syndrome karena masih sama-sama membutuhkan

perhatian dari kedu orang tuanya di bandingkan anak berusia jauh.

5. Jumlah saudara

Jumlah saudara yang sedikit akan lebih renatn mengalami sibling

rivalry karena perbedaan sikap orang tuanya akan terasa. Sedangkan

pada anggota keluarga yang berjumlah banyak biasanya akan lebih

santai karena bukan membedakan satu sama lain, tetapi

mengunggulkan salah satunya dari sekian banyak anak yang

dimilikinya.

C. BENTUK SIBLING

 Secara langsung : menciderai fisik

12
 Tidak langsung : mengompol, mengganggu dan mencari

perhatian.

D. CARA MENGATASI SIBLING RIVALRY

Beberapa yang harus perlu diperhatikan orang tua untuk mengatsi sibling

viralry sehingga anak dapat bergaul dengan baik antara lain :

1. Tidak membandingkan anak satu dengan anak sama lain.

2. Membiarkan anak menjadi diri mereka sendiri

3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak anaknya

4. Membuat anak anak mampu bekerja sama dari pada bersaing antara

satu sama lain

5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik

biasa terjadi

6. Mengajarkan anak anak cara cara positif untuk mendapatkan

perhatian dari satu sama lain

7. Bersikap adil tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak

8. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan

kebebasan mereka sendiri

9. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-

tanda kekerasan fisik

10. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak

anak.

13
Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2010. )

2.3 Health Promotion Pada Anak Pra Sekolah

A. Definisi Anak PraSekolah

Anak Prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun,mereka

biasanya mengikuti program prasekolah baik di taman kanak-kanak,

kelompok bermain maupun tempat penitipan anak.Joyce Engel (1999)

Pada usia ini berkembang rasa inisiatif anak. prilaku yang nampak adalah

anak banyak bertanya, banyak meniru aktivitas orang lain dan mencoba

melakukan tugas tertentu. Anak mulai menunjukkan inisiatif misalnya

mandi, membereskan mainannya sendiri, membantu adiknya dan

sebagainya.

Pada usia ini anak juga mulai melibatkan diri dalam aktivitas

bersama. Anak pada usia ini juga mulai menghadapi tuntutan oleh

lingkungannya untuk berprilaku dalam batas tertentu. Ini dapat

menimbulkan krisis, sehingga anak dapat mengalami kekecewaan.

Bersama munculnya inisiatif, anak juga mulai merasakan rasa bersalah

yang dapat mengahambatnya untuk maju. Bila lingkungan tidak kondusif

terhadap inisiatif anak maka rasa bersalah akan menjadi lebih dominan

dalam kehidupan anak selanjutnya

14
B. Ciri-ciri Anak Prasekolah

1. Ciri Sosial

a. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi

sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan

diri secara social

b. Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik,

oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti

c. Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang

lebih besar

2. Ciri Emosional

a. Anak TK cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan

terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.

b. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali

memperebutkan perhatian guru.

3. Ciri kognitif anak prasekolah

a. Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa

b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,

kesempatan, mengagumi dan kasih sayang

15
C. Strategi Promosi Kesehatan sekolah

WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:

a. Advokasi

Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat

ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan

kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat

sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait

tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan

arti penting program kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada

berbagai pihak yang akan menentukan kebijakan program, termasuk

kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan

b. Kerjasama

Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat

bagi jalannya programpromosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini

berbagai pihak dapat saling belajar dan berbagi pengalaman tentang

keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara menggunakan berbagai

sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan

untuk melakukan promosi kesehatan.

c. Penguatan kapasitas

Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah

harus dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait

harus diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat program

promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait

16
dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi program promosi kesehatan sekolah

d. Kemitraan

Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun

usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program promosi

kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat mendorong

mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.

e. Penelitian

Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan

penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian

merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan

di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping untuk

melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.

2.4 Toilet Training

A. Definisi toilet training

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak

agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air

besar. Mengajari anak menggunakan toilet adalah sebuah proses yang

membutuhkan kesabaran, pengertian, kasih sayang dan persiapan.

Mengajari cara buang air paling mudah adalah ketika anak siap

melaksanakan tahapan ini dan dia mau bekerja sama. Memulai sebelum

anak siap hanya akan mengundang masalah dan sering menyebabkan

kecelakaan dalam pemakaian toilet. Mengompol dan buang air besar

17
dicelana biasanya merupakan akibat dari ketidakmampuan anak mengenali

dorongan untuk pergi ke toilet atau mengatur otot-otot pelepasan. Ini bukan

usaha untuk melawan atau tanda ketidakpatuhan. Tampaknya anak juga

akan frustasi jika dia tidak dapat melakukan seperti yang diharapkan

(Dowshen, 2002, p.334).

B. Waktu pembelajaran TT

Sebenarnya mengajari anak toilet training (TT) bisa di mulai sejak

usia 1 tahun. Secara umum, rata-rata anak di usia 1 tahun sudah bisa duduk

dan jongkok. Kalau dilihat dari teori psikoseksual oleh Freud usia 1 -3 tahun

adalah fase dimana kenikmatan berpusat pada anus dan dubur, di sini

rangsangan terbesar adalah ketika buang air besar dan kecil. Oleh karena

itu, ketika pada usia 1 tahun Ayah-Bunda sudah mengenalkan dan mengajari

TT agar anak akan terbiasa dengan pola kebersihan dan kedisiplinan, karena

pola pembiasaan ini akan terbawa sampai ketika anak memasuki usia baligh

dan dewasa. Jangan sampai anak usia 3 tahun masih menggunakan popok

atau diapers. Kecenderungannya, jika sampai usia 3 tahun atau bahkan lebih

masih menggunakan popok, anak anak akan mengalami gangguan pola

perkembangan perilaku lainnya, seperti kedisipilinan yang kurang, tingkat

kebersihan diri yang rendah, dan pola gangguan perkembangan lainnya

C. Tahapan Toilet Training

1. Melihat kesiapan anak, orang tua harus mengetahui kapan waktu yang

tepat bagi anak untuk dilatih buang air dengan benar. Bukan orang tua

18
yang menentukan kapan anak harus memulai proses toilet training akan

tetapi anak harus memperlihatkan tanda kesiapan toilet training. Hal ini

untuk mencegah terjadinya beberapa hal yang tidak diinginkan seperti

pemaksaan dari orang tua atau anak trauma melihat toilet.

2. Persiapan dan perencanaan, prinsipnya ada 4 aspek dalam tahap

persiapan dan perencanaan toilet training yaitu :

a. Gunakan istilah yang mudah dimengerti oleh anak yang menunjukkan

perilaku BAB dan BAK.

b. Orang tua dapat memperlihatkan penggunaan toilet pada anak sebab

pada usia ini anak cepat meniru tingkah laku orang tua.

c. Orang tua hendaknya segera mungkin mengganti celana anak apabila

basah karena enkopresis (mengompol) atau terkena kotoran, sehingga

anak akan merasa risih bila memakai celana yang basah dan kotor.

d. Orang tua meminta pada anak untuk memberitahu atau menunjukkan

bahasa tubuhnya apabila anak ingin BAB atau BAK dan bila anak

mampu mengendalikan dorongan buang air maka jangan lupa berikan

pujian pada anak (Zaivera, 2008).

3. Ketika orang tua sudah melakukan 2 langkah di atas maka masuk ke

langkah selanjutnya yaitu toilet training. Proses toilet training ada

beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :

a. Membuat jadwal untuk anak

b. Melatih anak untuk duduk di pispotnya

19
c. Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat dengan kemajuan yang

diperlihatkan oleh anak

d. Buatlah bagan untuk anak supaya anak bisa melihat sejauh mana

kemajuan yang bisa dicapainya

D. Hal- hal yang Perlu Diperhatikan Selama Toilet Training

Menurut Hidayat (2005), hal-hal yang harus diperhatikan dalam toilet

training adalah sebagai berikut:

1. Hindari pemakaian popok sekali pakai

2. Ajari anak untuk mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan

buang air kecil dan buang air besar

3. Motivasi anak untuk melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci

tangan dan kaki sebelum tidur dan cuci muka disaat bangun tidur

Jangan marahi anak saat anak melakukan toilet training

E. Cara yang Dilakukan Oleh Orang Tua Dalam Melatih Anak Untuk

Toilet Training

Menurut Hidayat (2008) banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua

dalam melatih anak untuk buang air besar dan buang air kecil diantaranya:

1. Teknik lisan merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara

memberikan instruksi dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air

besar atau kecil.

20
2. Teknik modeling Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan

buang air kecil dan buang air besar dengan cara meniru untuk buang air

kecil dan buang air besar atau memberi contoh.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toilet Training

Menurut Hidayat (2008) faktor yang mempengaruhi keberhasilan program

toilet training sebagai berikut :

a. Motivasi orang tua

b. Kesiapan anak sendiri yaitu kesiapan fisik, psikologis, dan intelektual

2.5 Konsep Komunikasi Pada Anak

A. Definisi komunikasi

Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu

memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang

anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi

dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi

dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi

dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.

1. Usia Bayi (0-1 tahun)

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah

dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat

komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat

dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasipada bayi dapat

dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik,

ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan

21
suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat

dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk

melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah

mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai

menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan

tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-

ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi

terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar

yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu

mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata. Selain

melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang

efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non

verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong,

memangku, dan lain-lain.

2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan

perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu

memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu

200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.

Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu

menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan

seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia

tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,

inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah

22
merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap

komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan

dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam

berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat

dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya,

memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan

yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak

dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana,

hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”,

mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat

komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita

dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya

kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung,

duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu

memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan

sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak

merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar,

menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat

melakukan komunikasi.

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)

Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan

kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan

23
yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran

anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke

delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang

kehidupan.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap

masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu

menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu

yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak

diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan

prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi

dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara

jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat

anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

4. Usia Remaja (11-18 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan

kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara

konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia

sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan

dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke

arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah

masa peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan

pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya,

hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga

24
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya

kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.

B. Cara komunikasi dengan anak.

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam

menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat

memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang

selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan

keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi

dengan anak, antara lain :

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga.

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam

menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara

langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung

yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara

dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang

dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok

pembicaraan.

2. Bercerita.

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat

mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita,

tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang

akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun

gambar

25
3. Memfasilitasi.

Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini

ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam

memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak

boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan

yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan

jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang

jelek pada anak.

4. Biblioterapi.

Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk

mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah

yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.

5. Meminta untuk menyebutkan keinginan.

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan

meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai

keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat

menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.

6. Pilihan pro dan kontra.

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam

menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan

mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan

negatif sesuai dengan pendapat anak.

7. Penggunaan skala.

26
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam

mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan

nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk

mengekspresikan perasaan sakitnya.

8. Menulis

Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada

keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan

pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan

apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.

9. Menggambar.

Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk

mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya

dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan

perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang

ditulisnya.

10. Bermain

Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi,

melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di

sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

C. Prinsip – prinsip dasar komunikasi pada anak

Prinsip – prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers,seperti :

a. Mampu berperan sebagai role model

27
b. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan

komunikasi terapeutik

c. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan apabila dianggap

menggangu

d. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara

manusiawi

e. Berpegang pada etika

f. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap

diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap

orang lain

D. Dampak konmunikasi

Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak

adalah hilangnya fitrah kelembutan. Berdasarkan pengalamannya, anak

yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil sudah terlihat. Karena terbiasa

dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali akan

melakukan sesuatu. Hal itu terjadi karena fitrah kelembutannya sudah

melemah. Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak

memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya.

28
BAB III

KESIMPULAN

29

Вам также может понравиться