Kebutuhan Air utk Tanaman

Sixty to ninety five percent of active plant is water. Water

is required for such plant processes as (James, 1988):
 Digestion
 Photosynthesis
 Transport of minerals and photosynthates
 Structural support
 Growth
 Transpiration (99%; Wilson et all, 1962)
 Aerodynamic methods
Dalton equation More common method

ET0 = (es – e ) f(u)

 es = vapor prssure at the plant surface

 e = vapor pressure above the plant
 f(u) = function of the horizontal wind
velocity

ET = Kc x ET0
 energy balance methods
ET = Qn + AD – S – A – C - P

 Qn = net radiation
 AD = advection
 S = heat flux to the soil
 A = heat flux to the air
 C = heat storage in crop
 P = photosynthesis
Combination (Penmann) methods
 Empirical methods
1. Jensen-Haise 2. Blaney-Criddle

ET0 = CT (T – Tx) Rs

 CT = air temperatur coeficient

 T = mean daily air temperature
 Tx = constant for location
 Rs = total solar radiation for period
 Empirical methods
3. Pan Evaporation

ET0 = Kp Ep

ET0 = crop evaporation reference

Kp = pan coeficient
Ep = pan evaporation
 transpiration

 absorption

Consumptive use & evapotranspiration
 Evapotranspiration (ET)= Transpiration (T)+ Evaporation (E)

 Consumptive use (CU) = all water required by plant

= ET + (digestion, photosyntesis, etc.)
= ET (99 %) + (1 %)
= ET
 Faktor yg mempengaruhi ET
 The plants
 stomata (type of plant, stage of growth)
 The soil
 texture, structure, available water
 The atmosphere
 net radiation
 temperature
 humidity of air surrounding the plant
 humidity of air carried to plant by wind
 Calculating/Estimasi ET
 Direct measurement
 Field water balances
 Lysimeter
 Evapotranspiration Chambers
 Calculated from crop and climate data
 Aerodynamic methods
 Energy balances methods
 Combination methods
 Empirical methods
 field water balance

ET = I + P + SFi + Li + GW – RO – LO – L – DP - Drz(θf -θi)

 Contoh soal / Tugas
Hasil pengukuran kandungan air tanah
pada pagi hari adalah 15,6% sehingga
pada pagi tersebut diberi air irigasi 5
mm. Pada malam harinya terjadi
hujan sebesar 14 mm. Pada lima hari
berikutnya dilakukan pengukuran
kandungan air adalah 11,1%. Hitung
besarnya evapotranspirasi selama lima
hari terebut.
Hasil pengukuran kandungan air
tanah pada pagi hari adalah 18,4%
Pada siang harinya terjadi hujan
singkat sebesar 14 mm sehingga
terjadi aliran permukaan sebesar 9
mm. Pada tujuh hari berikutnya
dilakukan pengukuran kandungan
air adalah 13,5%. Hitung besarnya
evapotranspirasi selama tujuh hari
tersebut.
Say, the Vwc = 25%.
That means that 1/4 of a strata is water,
by volume.
That means that if it was 1 meter high
then: 1000 mm x 0.25 = 250 mm.
 FAO
"The soil moisture content
can be expressed in percent
of volume. For example, 1 m3
of soil (e.g. with a depth of 1
m, and a surface area of 1 m2)
contains 0.150 m3 of water
(e.g. with a depth of 150 mm
= 0.150 m and a surface area
of 1 m2). This results in a soil
moisture content in volume
percent of: 15%
Thus, a moisture content of
100 mm/m corresponds to a
moisture content of 10
volume percent. "
 To convert mass moisture
(kg/kg) to volume moisture
(m3/m3) do the following:
 Volume moisture (m3/m3) =
Mass moisture (kg/kg) x (bulk
density (kg/m3)/water
density(kg/m3).
 To convert to depth units
(m/m):
 Volume moisture (m3/m3) x
depth of soil (m)
 lysimeter
Lysimeter timbang Lysimeter non timbang

ET = Wf -Wi ET = Drz(θf -θi)

 Contoh soal / Tugas
Hasil pengamatan lisimeter timbang
pada suatu hari tercatat 987 kg.
Selang 5 hari berikutnya terlihat 1005
kg. Apabila diketahui luas lisimeter
satu meter persegi dengan tinggi 75
cm; dan dalam lima hari pengamatan
tersebut terjadi hujan sebesar 40 mm.
Hitung besarnya evapotranspirasi yang
terjadi selama lima hari tersebut.
Hasil pengamatan kadar air tanah
dalam lisimeter non timbang pada
suatu pagi adalah 20,7%; dan pada pagi
lima hari berikutnya adalah 17,1 %.
Apabila selama pengamatan tersebut
tidak ada air irigasi diberikan dan juga
tidak terjadi adanya hujan; tentukan
besarnya evapotranspirasi tanaman
dalam lisimeter tersebut.
 Perhitungan ET
berdasar ETpotensial atau ETreferen

ET = Kc x ET0

ET = evapotranspiration for spesific crop

ET0 = potensial ET or reference crop ET (to be esimated)
Kc = crop coeficient for spesific crop
Koefisien Tanaman (annual crop)
 Penentuan Kc (Annual crop)

Interval irigasi a b
(hari)
2 1,049 -0,119
4 0,904 -0,216
7 0,742 -0,319
10 0,580 -0,408
20 0,438 -0,455
In Doorenbos and Pruitt (1977) dlm James (1988)
 Contoh soal / Tugas
 Pak Yoso berencana menanam
kedelai sebagai selingan padi yang
biasa ia usahakan di Bengkulu
Utara. Apabila diketahui ETo
daerah tersebut untuk bulan Juni ,
Juli , Agustus dan September
masing-masing sebesar 4, 5, 6 dan 5
mm/hari; perkirakan besar ET
tanaman (ETc) yang diusahakan
selama pertumbuh sampai panen.
 Perkirakan ET tanaman padi
selama pertumbuhannya yang
diusahakan pak Yoso di Bengkulu
Utara dengan musim tanam bulan
Oktober; apabila diketahui ETo
daerah tersebut untuk bulan
Oktober, Nopember, Desember dan
Januari masing-masing 5, 4, 4, dan 3
mm/hari.
Kc for Class A Pan
 Kebutuhan air Irigasi di lahan

I (lahan) = ET + Drz(θf -θi) + DP + L -(Li-Lo) - (SFi-RO) –P - GW

 Kebutuhan air Irigasi di Bendung (Proyek)

 I (primer) = I (sekender) / Efisiensi saluran primer

 I (sekender) = I (tersier) / Efisiensi saluran sekender
 I (tersier) = I (lahan) / Efisiensi saluran tersier
 I (lahan) = ET + Drz(θf -θi) + DP + L -(Li-Lo) - (SFi-RO) –P - GW
Contoh soal /Tugas
 Hitung jumlah air irigasi yang harus
dialirkan dari bendung (Air Lais) untuk
memenuhi kebutuhan tanaman kedelai
pak Toyo dkk seluas 100 Ha di Bengkulu
Utara pada awal musim tanam jika
diketahui pori tanah lahan tsb 35%;
efisiensi saluran primer, sekender dan
tersier masing-masing 80%, 70% dan
60%. Kapan irigasi berikutnya harus
dialirkan apabila tidak ada hujan yang
turun. Asumsikan titik layu permanen
kedelai di lahan tersebut 10%.
 Hitung jumlah dan jadwal pemberian air
irigasi yang harus dialirkan dari
bendung (Air Lais) untuk memenuhi
kebutuhan tanaman padi pak Toyo dkk
seluas 100 Ha di Bengkulu Utara tersebut
selama masa pertumbuhannya; apabila
tidak pernah ada hujan yang turun
selama musim tersebut.
Metode Pengukuran Air Irigasi
 Metode Volumetric (volume-waktu)
 Metode Velocity-Area (kecepatan-luas penampang)
 Metode Measuring Structures (bangunan ukur)
 Metode Dilusi
(1) Metode volumetric
Q=V/T

Q = debit (Lt/det)
V = volume of container (Lt)
T = time to fulfill (det)
(2) Metode kecepatan–luas penampang

Q=VA

Q = debit (m³/det)
A = luas penampang (m²)
V = kecepatan aliran (m/det)
Menghitung luas penampang

A = (Y1 + Y2 + .... + Yn-1) x L

Menentukan kecepatan aliran
 (a) Metode pelampung

V = CF x Vf
V = average stream velocity
CF = correction from table 8.3
Vf = float velocity
Menentukan kecepatan aliran
 (b) Metode current meter  (c) Metode tracer

 Metode satu pengukuran

 jika dalam < 0,3 m
 diukur pd 0,6 kedalaman
 Metode dua pengukuran
 diukur pd 0,2 & 0,8 kedalaman
 Metode multi pengukuran
 jarak antar pengukuran sama
V=X/T
V = kecepatanaliran
X = jarak titik 1 dan titik 2
T = waktu tempuh tracer ke titik 2
(3) Metode bangunan ukur
 Natural control
 Harus sudah ada kurva stage-dischrage pada lokasi
 Thin Plate Weirs
 Full-width weirs
 Contracted rectangular weirs
 Traingular (V-notch) weirs
 Trapezoidal weirs
 Flume
 Parshall flumes
 Cutthroat flumes
 Trapezoidal flumes
 Washington State College flume
 H flumes
 Long-throated flumes
 Orifices
Full width weir
(Plate > 0,3 m; H > 6 cm; H< plate/2)

Q = debit (m3/det)
b= lebar saluran (m)

Jika tinggi aliran > plate/2

ha = tinggi aliran - H (m)

Contracted rectangular weirs

Q= debit (m3/det)
b= lebar lebar saluran (m)

Jika tinggi aliran >plate/2

Traingular (V-notch) weirs

he = H +3,28 K

Q= debit aliran (m3/detik)

Cd = koefisien debit (gambar 8.8)
Θ = sudut potongan plate (derajad)
he = tinggi efektif (m)
K = konstanta (gambar 8.9)
Parshall flumes
Cutthroat flumes
Trapezoidal flume

WSC flume

HS flume

Long-throated flume

Orifices

Q= debit orifice (l/detik)

A= luas bukaan orifice (cm2)

Jika tinggi aliran > plate/2

Jika orofice < lebar saluran

(4) Metode Dilusi
 Diinjeksikan bahan kimia atau 
tracer dalam aliran kontinyu
 Diukur konsentrasi tracer tepat
di hulu lokasi injeksi
 Diukur laju (lt/dt) injeksi tracer
 Diukur konsentrasi tracer
setelah tercampur rata dg aliran
(pd titik jauh di hilir lokasi
injeksi)
 Dihitung debit (Q) dengan
rumus berikut
Contoh pertitungan
1. Tinggi muka air pada titik pengukuran
Full Weir 80 cm. Apabila lebar saluran 1
m dengan tinggi crest (plate) 50 cm,
tentukan besar debit aliran pada saluran
tersebut.
2. Tinggi muka air pada titik pungukuran
contracted Weir 80 cm. Apabila lebar
saluran 1 m dengan tinggi crest (plate)
50 cm, tentukan besar debit aliran pada
saluran tersebut.
3. Tinggi muka air pada titik pungukuran
contracted Weir 60 cm. Apabila lebar
saluran 1 m dengan tinggi crest (plate)
50 cm, tentukan besar debit aliran pada
saluran tersebut.
4. Tinggi muka air pada titik pungukuran
Orifice 80 cm. Apabila lebar saluran 1 m
dengan tinggi crest (plate) 40 cm, tinggi
lobang orifice 30 cm, tentukan besar
debit aliran pada saluran tersebut.
5. Tinggi muka air pada titik pungukuran
Orifice 55 cm. Apabila lebar saluran 1 m
dengan tinggi crest (plate) 40 cm, tinggi
lobang orifice 10 cm, tentukan besar
debit aliran pada saluran tersebut.
6. Cairan berwarna dg konsentrasi 250
g/liter diinjeksikan 2 liter /menit
kedalam aliran air secara kontinyu.
Pada jarak 100 meter hilir, konsentrasi
cairan diukur dan didapat rata-rata
sebesar 100 g/liter. Tentukan debit aliran
air tersebut jika konsentrasi di hulu = 0.