Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Alat Berat dan Pemindahan Tanah
Mekanis di Semester 6
Disusun Oleh:
3 Sipil 1 Pagi
PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Besar Alat Berat
dan Pemindahan Tanah Mekanis tepat pada waktunya. Tugas besar ini berisikan
mengenai alat pancang tiang. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi syarat mata
kuliah alat berat dan pemindahan tanah mekanis di semester VI.
Penulis berharap agar tugas besar ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada
umumnya dan Jurusan Teknik Sipil pada khususnya. Penulis juga ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Bapak Kusumo selaku dosen mata kuliah alat berat dan pemindahan tanah
mekanis.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moral, material
maupun spritual.
4. Dan semua orang yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyusun tugas
besar ini.
Penulis menyadari bahwa tugas besar ini masih jauh darikata sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata semoga Tuhan merahmati semua orang yang telah membantu
penyusunan tugas ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
ii
Depok, Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
iii
2.3.2 Metode Pemancangan ..........................................................................
17
DAFTAR TABEL
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Alat berat merupakan salah satu aset yang sangat penting yang dapat dimiliki oleh
suatu perusahaan konstruksi. Alat berat yang dimiliki sendiri oleh perusahaan
konstruksi akan sangat menguntungkan dalam memenangkan tender proyek
konstruksi dan menyelesaikan proyek yang dikerjakannya. Akan tetapi, dalam
kepemilikan alat berat perlu suatu pertimbangan, apakah perusahaan akan
menggunakannya secara kontinu atau tidak. Hal ini berkaitan dengan biaya pengadaan
alat berat yang tinggi.
Alat untuk tiang pancang merupakan salah satu alat berat yang digunakan dalam
proses pemancangan. Alat tiang pancang biasa digunakan pada proses pemancangan
pada pekerjaan gedung, jembatan, dan lain-lain.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui secara umum tentang alat tiang pancang.
2. Menjelaskan metode kerja dengan alat tiang pancang.
3. Mengetahui produktivitas alat tiang pancang.
1
2. Metode kerja alat tiang pancang.
3. Produktivitas alat tiang pancang.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penulisan makalah, tujuan
penulisan makalah, dan batasan masalah dalam makalah ini.
BAB II
2.1 Umum
Pesatnya perkembangan proyek konstruksi di Indonesia berbanding lurus dengan alat-
alat yang diciptakan dan dikembangkan untuk membantu dan mempermudah aktivitas
dalam pengerjaan proyek konstruksi tersebut. Alat tidak lagi sepenuhnya
menggunakan tenaga manusia tetapi manusia hanya menjadi bagian untuk proses
pengoperasian alat tersebut. Di kota-kota besar di Indonesia, bangunan tinggi adalah
salah satu jenis konstruksi yang selalu menjadi kebutuhan tiap tahun. Terbatasnya
lahan di kota-kota besar menjadi alasan utama dalam pembangunan konstruksi
bangunan tinggi. Sehingga dibutuhkan teknologi khusus agar dapat memudahkan
pelaksaan pembangunan tersebut.
2
Jika berbicara mengenai bangunan tinggi, maka hal tersebut tidak lepas dari pondasi
tiang pancang. Pondasi tiang pancang adalah bagian dari suatu konstruksi yang dibuat
dari kayu, baja, atau beton yang dipakai untuk meneruskan beban – beban dari struktur
bangunan atas kelapisan tanah pendukung dibawahnya pada kedalaman tertentu.
Secara umum pemakaian pondasi tiang pancang dipergunakan apabila tanah dasar
dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul
berat bangunan dan beban diatasnya, dan juga bila letak tanah keras yang memiliki
daya dukung yang cukup untuk memikul berat dari beban bangunan diatasnya terletak
pada posisi yang sangat dalam.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang
berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity)
yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono
HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk
memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang
sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles, 1991).
Untuk memasukkan tiang pancang ke dalam tanah,ada dua cara yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara tekan (jack in pile) dan dengan cara pukul (hammer). Karena
banyaknya cara untuk memasukkan tiang ke dalam tanah, maka penulis hanya akan
membahas berbagai metode pemancangan, tipe tipe alat pancang, metode kerja, dan
analisa produktivitasnya.
3
1. Menghasilkan daya dukung gesek tanah yang lebih baik karena metode
hydraulic jack in (metode penetrasi tekan statis) sehingga tanah yang tadinya
mendorong ke samping akibat penetrasi tiang, dalam beberapa jam tanah
yang terdorong akan kembali menjepit tiang dan memberikan daya dukung
tambahan (friksi tanah terhadap tiang akan semakin besar).
5. Tidak diperlukan loading test beban aksial, karena mesin hydraulic jack in
dilengkapi dengan pressure gauge (MPA) sehingga beban aksial dapat
diketahui dari pembacaan nilai MPA pada pressure gauge di instrumen
mesin.
Sedangkan kekurangan jack in pile yaitu sebagai berikut:
1. Tidak maksimal pengerjaannya jika terjadi hujan karena bila tiang
diperlukan welding/pengelasan sambungan maka proses penyambungan
tiang pancang butuh waktu lebih lama.
4
Gambar 1 Hydraulic Jack in Pile
3. Pada saat mobilisasi mesin ke lokasi proyek, mesin hydraulic jack in sangat
tergantung terhadap ketersediaan tronton dan mobile crane. Dalam proses
pemancangan, harus disediakan mobile crane sebagai alat untuk memasang
tiang pancang dan memasukannya ke dalam penjepit hyrdraulic jack in dan
pemancangan pun dapat dilakukan.
Ada beberapa jenis alat pancang untuk pelaksanaan metode hammer, diantaranya
yaitu:
1. Drop hammer
3. Steam Hammer
5
4. Hydraulic hammer (pemancang hidrolis)
Palu dijatuhkan sepanjang alurnya. Pada bagian atas palu terdapat kabel yang
berfungsi untuk menahan palu agar palu tidak jatuh lebih jauh. Ukuran umum palu
berkisar antara 250 kg sampai dengan 1500 kg. Tinggi jatuh palu berkisar antara 1.5
m sampai 7 m tergantung dengan jenis bahan dasar pondasi. Jika diperlukan energi
yang besar untuk memancang tiang pondasi maka sebaiknya menggunakan palu yang
berat dengan tinggi yang jauh lebih kecil daripada palu yang lebih ringan dengan tinggi
jatuh yang besar.
Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya per palu per
menit (blow per minute) dibatasi pada 4 sampai dengan 8 kali. Jika jumlah tiang yang
akan dipancang tidak banyak maka jenis alat pancang ini efisien untuk digunakan.
6
3. Berbahaya bagi bangunan di sekitar proyek karena getaran akibat
pemancangan cukup besar.
7
2. Ekonomis dalam pengoperasiannya. Bahan bakar yang diperlukan untuk
24000 ft lb hammer adalah 3 galon/jam jika dioperasikan. Akan tetapi,
diesel hammer ini tidak terus menerus dioperasikan.
3. Diesel hammer dapat dioperasikan pada daerah dingin, sampai 00F, di mana
pada suhu tersebut tidak mungkin untuk mengoperasikan uap.
4. Diesel hammer sangan efektif dioperasikan dalam area yang terbatas, karena
menggunakan minyak solar sebagai sumber energi.
8
Gambar 4 Diesel Hammer
9
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik
oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram
disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama
dengan berat ram dikalikan dengan tinggi jatuh.
10
Differential acting steam hammer , adalah modifikasi dari double acting
steam hammer dalam tekanan uap yang digunakan mengangkat ram. Dan
pada percepatan saat jatuhram mempunyai piston besar yang beroperasi
dalam sebuah silinder dan sebuah piston kecil dengan operasi dalam silinder
rendah. Mengangkat ram adalah efektif dengan perbedaan dalam aksi daya
tekanan pada dua piston. Jumlah pukulan per menit adalah dibandingkan
double acting steam hammer, ketika berat dan kesamaannya dengan jatuh
bebas dari ram adalah sebanding dengan hal yang sama pada single acting
steam hammer.
11
tidak terhambat dan dapat dioperasikan secara teratur. Massanya antara 3 ton sampai
dengan 7 ton, dan tinggi jatuh antara 1 m sampai dengan 1.5 m. Efisiensi tinggi jatuh
tergantung pada pengangkatan hidroliknya.
Konstruksi pada hydraulic pile hammer berbeda dalam hal tidak adanya piston bawah.
Pengoperasiannya pada dasarnya sama dengan steam hammer selama gerakan ke
bawah, ruang silinder baik di atas maupun di bawah piston terbuka untuk tekanan
penggerak dan karena itu bertekanan sama. Gaya percepatan dalam kasus ini
dihasilkan dari perbedaan luas daerah bagian atas dan bawah piston (perbedaan itu
sama dengan luas penampang badan piston). Hydraulic hammer dapat didesain dengan
piston tunggal karena tekanan penggerak yang sangat tinggi yaitu sangat dapat
menghasilkan suatu gaya efektif pada luas daerah batang piston kecil.
12
1. Pada gerakan ke atas gaya hydraulic Y yang mendorong piston dan beraksi
terhadap bagian bawah silinder mengangkat pembentur tersebut.
3. Gaya hydraulic A pada daerah yang tersisa adalah gaya neto yang
mendorong hammer ke bawah, daerah di mana A bekerja sama dengan luas
penampang batang piston.
Keterangan:
Y = Gaya hydraulic yang mendorong hammer.
Z = Gaya hydraulic yang mengimbangi Y untuk turun atau naik.
A = Gaya neto sehingga hammer dapat turun.
13
yang kohesif. Pemancangan dengan vibratory dilengkapi shaft horizontal untuk
memberikan beban eksentris. Shaft berputar dengan sepasang dengan dorongan
langsung pada kecepatan yang bervariasi sampai mencapai 1,000 rpm (rotasi per
menit). Tenaga yang dihasilkan dengan berat rotasi membuat getaran yang digunakan
untuk memancang tiang pancang pengaruh ke tanah sekitarnya. Jika tanahnya jenuh
air maka akan mengurangi gesekan antara tanah dan pondasi. Kombinasi berat dari
pondasi dan perlengkapan pemancangan yang ditempatkan di atas pondasi akan
mempercepat pemancangannya. Pada pengoperasian dengan alat ini biasanya lead atau
pengatur letak tiang tidak digunakan dengan demikian maka biasanya alat ini
dipasangkan pada crane dengan ukuran yang kecil. Tenaga yang diperlukan untuk
penggetaran alat dihasilkan dari tenaga listrik atau tenaga hidrolis.
Efektifitas penggunaan alat ini tergantung pada beberapa faktor yaitu amplitude,
momen eksentrisitas, frekuensi, berat bagian bergetar, dan berat lain yang tidak
bergetar. Amplitude adalah gerakan vertikal alat pada saat bergetar yang dihitung
adalah milimeter. Dengan diketahuinya momen eksentrisitas, maka ukuran alat dapat
diketahui. Nilai eksentrisitas merupakan hasil perkalian dari berat eksentris dikalikan
dengan jarak antara pusat rotasi dengan titik pusat gravitasi eksentris. Frekuensi
merupakan banyaknya gerakan vertikal alat per menit. Karena pengaruh jenis tanah,
frekuensi alat pada tanah lebih kecil daripada jika alat digunakan pada tanah berpasir.
Yang dimaksud dengan bagian yang tidak ikut bergetar adalah motor penggerak dan
mekanisme suspensi.
1. Persiapan
14
a. Kontraktor pemancangan harus menerima beberapa dokumentasi
pendukung pekerjaan dari pemberi kerja antara lain sondir report
dan/atau data bor log, lay out drawing titik pancang, dan working load
rencana untuk kemudian diketahui berapa tiang ukuran yang akan
dipakai.
15
statis ke dalam tanah. Apabila menekan tiang pancang menggunakan grip
ujung dengan kapasitas maksimum ±50% dari kemampuan mesin.
Sedangkan bila menggunakan grip tengah maka kapasitas tekan adalah
100% dari kemampuan mesin. Ketika tiang pancang ditekan ke dalam
tanah dapat dibaca nilai MPA pada pressure gauge yang menunjukan
kekuatan daya dukung tanah.
d. Apabila tiang pancang yang kedua tinggal 2 m dari permukaan tanah dan
kedalaman pemancangan sudah mendekati kedalaman sondir dan MPA
bacaan pada pressure gauge sudah mendekati MPA yang diinginkan,
maka untuk tiang berikutnya dimasukkan alat bantu yang berupa baja
solid yang bentuknya sama dengan tiang pancang agar diharapkan tiang
dapat terdorong rata tanah atau terdorong lebih jauh lagi masuk ke dalam
tanah (jika nantinya hendak digali untuk pembangunan basement).
16
Pengaturan posisi tiang dengan cara ini menggunakan lead yang terdiri
dari rangkaian baja tiga sisi berkisi seperti boom pada crane dan satu
sisinya terbuka. Sisi terbuka inilah tempat tiang diletakkan. Pada
rangkaian ini terdapat rel (alur) tempat hammer bergerak. Saat
penumbukan tiang, lead diletakkan dengan kemiringan tertentu. Lead
diikat pada alat pemancang tiang yang bagian bawahnya disambung pada
crane atau plat pemancang sehingga posisi tiang menjadi benar.
b. Swing Lead
Jika lead tidak bersambung dengan bagian bawah crane atau plat
pemancang maka lead jenis ini dinamakan swing lead. Penggunaannya
memungkinkan pemancangan tiang dengan jarak relatif jauh dari badan
alat pemancang. Kelemahan tipe ini hanya pada sulitnya mengatur tiang
untuk vertikal.
c. Hydraulic Lead
Metode ini menggunakan silinder hidrolis sebagai pengaku. Silinder
hidrolis tersebut merupakan penghubung bagian bawah lead dengan
bagian pemancang. Dengan sistem ini pengaturan posisi tiang dapat
dilakukan secara lebih cepat dan akurat, tetapi lebih mahal jika
dibandingkan dengan fixed lead. Dengan produktivitas yang besar,
penggunaan sistem ini patut dipertimbangkan terlebih jika sering dipakai.
a. Jenis material, ukuran, berat, dan panjang tiang yang akan dipancang.
b. Kondisi lapangan yang berpengaruh terhadap operasi pemancangan,
seperti lokasi yang terbatas atau pemancangan dalam air.
c. Hammer yang dipilih harus sesuai dengan daya dukung tiang dan
kedalaman pemancangan.
17
d. Pilih alat yang paling ekonomis dan kemampuannya sesuai dengan yang
dibutuhkan.
e. Jika pakai lead, pilih tipe yang sesuai, ukuran rel untuk hammer, panjang
hammer dan tiang yang akan dipancang.
1) Tidak ada yang retak, cacat, dan pecah. Jika ada yang retak, cacat, dan
pecah, maka harus dipisahkan untuk direpair oleh produsen tiang
pancang sebelum digunakan.
3) Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang. Jika masih belum
cukup umur maka dipisahkan dulu dan ditunggu sebelum dipakai.
4. Persiapan Tiang untuk Pemancangan
Tiang pancang harus diberi marking atau tanda dengan cat untuk keperluan
pemantauan pada saat pemancangan dilakukan:
18
d. Tiang sambungan harus selalu diposisikan di dekat titik pancang yang
sedang dikerjakan supaya tidak terlalu lama mengambil tiang sambungan
jika diperlukan penyambungan.
b. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat
pancang. Jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah. Tiang
pancang harus dipantau berkala oleh operator alat pancang dan helper.
20
titik pondasi berikutnya yang berdekatan yang radiusnya tergantung dari
sifat tanah di lokasi pekerjaan.
a. Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2 sampai 4 tiang pancang, tetap
harus diperiksa pile heaving pada pemancangan awal sebagai data awal -
jika tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok tiang pertama diperiksa,
maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random. Namun
jika terjadi pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang
berikutnya.
b. Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok
harus dicatat level top of pile-nya sebelum dilakukan pemancangan
berikutnya (level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat
dan tidak diikat ke titik BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas
yang lain dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari
posisi yang tidak memungkinkan dalam memindahkan acuan BM level
ke tiang yang diukur).
d. Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus
dipukul ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke posisi
semula atau sedikit lebih rendah dari level awal. Untuk pekerjaan redrive
harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan
pengambilan grafik final set lagi.
21
a. Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari dua kali diameter atau
diagonal penampang tiang - ditentukan oleh konsultan desain. Jika terjadi
pile heaving dalam 5 kelompok tiang berturut-turut, maka diinformasikan
kepada project manager untuk diputuskan akan diubah jarak antar tiang
pancang atau tidak.
d. Terjadi kerusakan pada tiang (pecah, retak, patah, dsb) harus dilakukan
penambahan titik pondasi tiang.
b. Data jenis, ukuran, dan kapasitas material tiang pancang yang digunakan.
22
f. Data titik pancang yang berubah vertikalitas tiang pancangnya selamua
pemancangan, dicatat dan ditabelkan sesuai nomor titik pancang pada
gambar konstruksi.
g. Tabel nilai kapasitas ultimate dan ijin tiap titik tiang pancang sesuai
nomor pada gambar konstruksi dengan menggunakan rumus dinamik
yang telah diverifikasi dengan pengujian PDA test atau static loading test.
23
BAB III
Keterangan:
t = waktu pemancangan (menit)
Le = panjang pondasi efektif (meter)
S = masuknya pondasi setiap pukulan (meter) Vb
= kecepatan pemancangan (jumlah pukulan/menit) fo
= faktor operasi
24
Banyak rumus yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya energi yang dihasilkan
oleh hammer pada setiap pukulannya. Energi yang timbul pada gerakan hammer
merupakan energi potensial yang dapat dihitung dengan rumus:
𝐸𝑝 = 𝑚×𝑔×
Keterangan:
Ep = energi potensial m
= massa benda (kg) g =
gravitasi (m/det2) h =
tinggi jatuh (m)
Karena peralatan pancang terdiri dari berbagai model dan ukuran, rumus di atas perlu
dikoreksi dengan mempertimbangkan faktor-faktor gesekan dan lainnya. Jadi
rumusnya harus disesuaikan dengan jenis peralatan masing-masing. Pada alatalat
tertentu, energi yang dihasilkan per pukulan dapat dilihat pada tabel spesifikasi
peralatan pancang. Untuk menentukan besarnya energi yang dihasilkan oleh
masingmasing peralatan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:
Nilai e Keterangan
1.00 Drop hammer yang dijatuhkan cepat
0.50 - 0,75 Drop hammer yang diangkat derek dan kabel
0.75 - 0.90 Single acting steam hammer
0.65 - 0.90 Double acting steam hammer
0.75 - 0.85 Differential acting steam hammer
0.90 - 1.00 Diesel hammer
25
2. Double acting steam hammer dan differential acting steam hammer
𝐸 = 𝑒×𝐸' Keterangan:
Keterangan:
W = berat hammer (lb atau kg) h = tinggi jatuh (inch
atau cm) e = efisiensi hammer p = berat pondasi
beserta aksesorisnya (lb atau kg) k = koefisien
restitusi
26
Keterangan:
CL = cap loss (lb inch atau kg cm) fk
= faktor keamanan
27
Keterangan:
PL = pile loss (lb inch atau kg cm) F
= gaya tiang pancang (lb atau kg)
fk = faktor keamanan
wood or concrete psi (in) 15000 psi 22500 psi 30000 psi
(in) (in) (in)
P2 for steel
Timber 0.004L 0.008L 0.012L 0.016L
Precast concrete 0.002L 0.004L* 0.006L* 0.008L
Sheet steel, pipe
or
0.003L 0.006L 0.009L 0.012L
H pile
Keterangan:
SL = soil loss (lb inch atau kg cm)
F = gaya pondasi (lb atau kg)
fk = faktor keamanan
C3 = koefisien yang dibaca berdasarkan angka P3
A3 = luas dimensi tiang pancang
28
Tabel 5 Nilai Koefisien C3
Keterangan:
US = energi sisa
1. Periksa apakah pemilihan alat sudah memadai. Apabila alat tidak memadai
lanjut ke pemilihan yang lebih besar.
3. Hitung biaya alat berat apabila diketahui sewa Rp 750,000,00/jam dan harga
tiang pancang Rp 1,000,000,00/batang
4. Hitung biaya penawaran (profit dan overhead 10%, dan pajak 15%).
29
PENYELESAIAN
30
31
BAB IV
PENUTUP
1. Alat pemancang adalah suatu alat berat yang digunakan dalam suatu
konstruksi , yaitu konstruksi pondasi tiang pancang. Fungsi alat pancang
(pile driver) adalah untuk memberikan energi yang diperlukan untuk
memancang pondasi.
c. Hammer yang dipilih harus sesuai dengan daya dukung tiang dan
kedalaman pemancangan;
c. Energi sisa.
d. Masuknya pondasi tiap pukulan.
e. Efisiensi dan kapasitas dari alat pemancang
tersebut.
32
DAFTAR PUSTAKA
http://indopile.blogspot.com/2012/11/perbedaan-pancang-dengan-
metodahammer.html
http://rizaldyberbagidata.blogspot.com/2012/06/pondasi-tiang-pancang-
pilefoundation.html
33