Вы находитесь на странице: 1из 38

ALAT BERAT DAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

ALAT TIANG PANCANG

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Alat Berat dan Pemindahan Tanah
Mekanis di Semester 6

Disusun Oleh:

Dita Amanda Amelia Putri


1113020037

3 Sipil 1 Pagi
PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Besar Alat Berat
dan Pemindahan Tanah Mekanis tepat pada waktunya. Tugas besar ini berisikan
mengenai alat pancang tiang. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi syarat mata
kuliah alat berat dan pemindahan tanah mekanis di semester VI.

Penulis berharap agar tugas besar ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada
umumnya dan Jurusan Teknik Sipil pada khususnya. Penulis juga ingin menyampaikan
terimakasih kepada :

1. Bapak Kusumo selaku dosen mata kuliah alat berat dan pemindahan tanah
mekanis.

2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moral, material
maupun spritual.

3. Sahabat-sahabat, teman satu angkatan yang selalu membantu penulis dalam


menyelesaikan laporan.

4. Dan semua orang yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyusun tugas
besar ini.

Penulis menyadari bahwa tugas besar ini masih jauh darikata sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata semoga Tuhan merahmati semua orang yang telah membantu
penyusunan tugas ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

ii
Depok, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

ALAT BERAT DAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS ...................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1

1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 1

1.4 Sistematika Penulisan .................................................................................... 2

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 3

2.1 Umum ............................................................................................................ 3

2.2 Metode Kerja Alat Tiang Pancang ................................................................ 4

2.2.1 Metode Jack in Pile ................................................................................


4

2.2.2 Metode Hammer.....................................................................................


6

2.2.3 Metode Vibratory Pile Drive ................................................................


14

2.3 Metode Pelaksanaan Alat Tiang Pancang ................................................... 15

2.3.1 Metode Pemancangan Jack in Pile .......................................................


15

iii
2.3.2 Metode Pemancangan ..........................................................................
17

BAB III ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN BIAYA ........................................... 24

3.1 Produktivitas Alat Pancang Tiang ............................................................... 24

3.1.1 Energi yang Dihasilkan ........................................................................


25

3.1.2 Energi yang Hilang ..............................................................................


26

3.2 Contoh Perhitungan Produktivitas dan Biaya ............................................. 29

BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 33

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai Energi Hammer .................................................................................... 25


Tabel 2 Nilai Koefisien Restitusi ............................................................................... 26
Tabel 3 Nilai Koefisien C1 ........................................................................................ 27
Tabel 4 Nilai Koefisien C2 ........................................................................................ 28
Tabel 5 Nilai Koefisien C3 ........................................................................................ 29
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hydraulic Jack in Pile .................................................................................. 5


Gambar 2 Mobilisasi Jack in Pile.................................................................................. 5
Gambar 3 Drop Hammer............................................................................................... 7
Gambar 4 Diesel Hammer ............................................................................................. 9
Gambar 5 Single Acting Steam Hammer .................................................................... 10
Gambar 6 Double Acting Steam Hammer .................................................................. 10
Gambar 7 Hydraulic Hammer ..................................................................................... 12
Gambar 8 Prinsip Kerja Hydraulic Hammer ............................................................... 13
Gambar 9 Pile Driver .................................................................................................. 14
Gambar 10 Mobilisasi Pile Driver .............................................................................. 15

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang teknik sipil, alat-alat berat digunakan untuk membantu manusia dalam
melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Saat ini alat berat
merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi dengan
skala atau volume yang besar. Tujuan penggunaan alat-alat berat tersebut diharapkan
dapat memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat.

Alat berat merupakan salah satu aset yang sangat penting yang dapat dimiliki oleh
suatu perusahaan konstruksi. Alat berat yang dimiliki sendiri oleh perusahaan
konstruksi akan sangat menguntungkan dalam memenangkan tender proyek
konstruksi dan menyelesaikan proyek yang dikerjakannya. Akan tetapi, dalam
kepemilikan alat berat perlu suatu pertimbangan, apakah perusahaan akan
menggunakannya secara kontinu atau tidak. Hal ini berkaitan dengan biaya pengadaan
alat berat yang tinggi.

Alat untuk tiang pancang merupakan salah satu alat berat yang digunakan dalam
proses pemancangan. Alat tiang pancang biasa digunakan pada proses pemancangan
pada pekerjaan gedung, jembatan, dan lain-lain.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui secara umum tentang alat tiang pancang.
2. Menjelaskan metode kerja dengan alat tiang pancang.
3. Mengetahui produktivitas alat tiang pancang.

1.3 Batasan Masalah


Pembatasan masalah yang diangkat yaitu:
1. Spesifikasi alat tiang pancang.

1
2. Metode kerja alat tiang pancang.
3. Produktivitas alat tiang pancang.

1.4 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah penulisan makalah ini, digunakan sistematika penulisan
sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penulisan makalah, tujuan
penulisan makalah, dan batasan masalah dalam makalah ini.

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat tiang pancang, metode kerja alat tiang
pancang, dan perhitungan produktivitas alat tiang pancang.

BAB III PENUTUP


Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran mengenai isi dari
makalah ini.

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Umum
Pesatnya perkembangan proyek konstruksi di Indonesia berbanding lurus dengan alat-
alat yang diciptakan dan dikembangkan untuk membantu dan mempermudah aktivitas
dalam pengerjaan proyek konstruksi tersebut. Alat tidak lagi sepenuhnya
menggunakan tenaga manusia tetapi manusia hanya menjadi bagian untuk proses
pengoperasian alat tersebut. Di kota-kota besar di Indonesia, bangunan tinggi adalah
salah satu jenis konstruksi yang selalu menjadi kebutuhan tiap tahun. Terbatasnya
lahan di kota-kota besar menjadi alasan utama dalam pembangunan konstruksi
bangunan tinggi. Sehingga dibutuhkan teknologi khusus agar dapat memudahkan
pelaksaan pembangunan tersebut.

2
Jika berbicara mengenai bangunan tinggi, maka hal tersebut tidak lepas dari pondasi
tiang pancang. Pondasi tiang pancang adalah bagian dari suatu konstruksi yang dibuat
dari kayu, baja, atau beton yang dipakai untuk meneruskan beban – beban dari struktur
bangunan atas kelapisan tanah pendukung dibawahnya pada kedalaman tertentu.
Secara umum pemakaian pondasi tiang pancang dipergunakan apabila tanah dasar
dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul
berat bangunan dan beban diatasnya, dan juga bila letak tanah keras yang memiliki
daya dukung yang cukup untuk memikul berat dari beban bangunan diatasnya terletak
pada posisi yang sangat dalam.

Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang
berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity)
yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono
HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk
memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang
sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles, 1991).

Untuk memasukkan tiang pancang ke dalam tanah,ada dua cara yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara tekan (jack in pile) dan dengan cara pukul (hammer). Karena
banyaknya cara untuk memasukkan tiang ke dalam tanah, maka penulis hanya akan
membahas berbagai metode pemancangan, tipe tipe alat pancang, metode kerja, dan
analisa produktivitasnya.

2.2 Metode Kerja Alat Tiang Pancang

2.2.1 Metode Jack in Pile


Metode jack in pile adalah metode pemancangan dengan menggunakan Mesin
Pancang Hidrolik di mana proses pemancangan tiang pancang dengan memberikan
tekanan beban secara statis (beban tetap, baik besarnya atau intensitasnya, titik
bekerjanya, dan arah garis kerjanya) pada tiang pancang, penekanan pemancangan
tiang akan berhenti bila tiang telah mencapai tanah keras (sesuai data sondir report
dengan kedalaman kurang lebih sama dengan kedalaman sondir).

Metode jack in pile memiliki kelebihan antara lain:

3
1. Menghasilkan daya dukung gesek tanah yang lebih baik karena metode
hydraulic jack in (metode penetrasi tekan statis) sehingga tanah yang tadinya
mendorong ke samping akibat penetrasi tiang, dalam beberapa jam tanah
yang terdorong akan kembali menjepit tiang dan memberikan daya dukung
tambahan (friksi tanah terhadap tiang akan semakin besar).

2. Tidak menghasilkan suara bising (umumnya menggunakan silent genset


sebagai main power untuk aktivitas mesin hydraulic jack in) sehingga tidak
menghasilkan polusi asap yang cukup berarti.

3. Output pekerjaan atau produktivitas kerjanya lebih baik daripada hammer


(untuk pekerjaan dimana penetrasi maksimum adalah rata tanah, minimum
300 m/hari dengan 10 jam kerja/hari).

4. Tidak menimbulkan getaran di sekeliling sehingga aman untuk bangunan di


dekatnya (minim retak struktural pada bangunan sekitar).

5. Tidak diperlukan loading test beban aksial, karena mesin hydraulic jack in
dilengkapi dengan pressure gauge (MPA) sehingga beban aksial dapat
diketahui dari pembacaan nilai MPA pada pressure gauge di instrumen
mesin.
Sedangkan kekurangan jack in pile yaitu sebagai berikut:
1. Tidak maksimal pengerjaannya jika terjadi hujan karena bila tiang
diperlukan welding/pengelasan sambungan maka proses penyambungan
tiang pancang butuh waktu lebih lama.

2. Jika menggunakan mesin hydraulic jack in robot lambat untuk berpindah


dari satu titik ke titik pemancangan yang lain, sedangkan jika menggunakan
mesin hydraulic jack in dengan roda crawler, cepat untuk berpindah dari
satu titik ke titik pemancangan lain tetapi tidak terlalu baik dalam pressure
pemancangan dan kurang siku (tergantung permukaan tanah yang menjadi
landasan).

4
Gambar 1 Hydraulic Jack in Pile

3. Pada saat mobilisasi mesin ke lokasi proyek, mesin hydraulic jack in sangat
tergantung terhadap ketersediaan tronton dan mobile crane. Dalam proses
pemancangan, harus disediakan mobile crane sebagai alat untuk memasang
tiang pancang dan memasukannya ke dalam penjepit hyrdraulic jack in dan
pemancangan pun dapat dilakukan.

Gambar 2 Mobilisasi Jack in Pile


2.2.2 Metode Hammer
Proses pemancang tiang pancang dengan menggunakan metode hammer yaitu dengan
memberikan tekanan beban secara Dinamik pada bagian ujung tiang dengan cara
menjatuhkan beban ke tiang pancang seperti dipukul secara berulang ulang hingga
penetrasi tiang pancang sudah maksimum.

Ada beberapa jenis alat pancang untuk pelaksanaan metode hammer, diantaranya
yaitu:

1. Drop hammer

2. Diesel hammer (pemancang diesel)

3. Steam Hammer

5
4. Hydraulic hammer (pemancang hidrolis)

2.2.2.1 Drop Hammer


Drop hammer merupakan palu yang berat yang diletakkan di atas ketinggiantertentu
di atas tiang pancang. Palu tersebut kemudian dilepaskan dan jatuh mengenai bagian
atas tiang pancang. Untuk menghindari tiang menjadi rusak akibat penumbukan ini,
pada kepala tiang dipasangkan semacam topi atau cap sebagai penahan energi atau
shock absorber. Cap biasanya terbuat dari kayu.

Palu dijatuhkan sepanjang alurnya. Pada bagian atas palu terdapat kabel yang
berfungsi untuk menahan palu agar palu tidak jatuh lebih jauh. Ukuran umum palu
berkisar antara 250 kg sampai dengan 1500 kg. Tinggi jatuh palu berkisar antara 1.5
m sampai 7 m tergantung dengan jenis bahan dasar pondasi. Jika diperlukan energi
yang besar untuk memancang tiang pondasi maka sebaiknya menggunakan palu yang
berat dengan tinggi yang jauh lebih kecil daripada palu yang lebih ringan dengan tinggi
jatuh yang besar.

Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya per palu per
menit (blow per minute) dibatasi pada 4 sampai dengan 8 kali. Jika jumlah tiang yang
akan dipancang tidak banyak maka jenis alat pancang ini efisien untuk digunakan.

Penggunaan drop hammer memiliki beberapa keunggulan yaitu:


1. Investasi lebih murah.
2. Mudah dalam pengoperasiannya.
3. Tersedia dengan berbagai variasi pukulan dan berbagai variasi tinggi jatuh.

Sedangkan kekurangan penggunaan drop hammer adalah:


1. Bekerja lambat.
2. Berbahaya jika hammer diangkat terlalu tinggi karena dapat merusak tiang
pancang.

6
3. Berbahaya bagi bangunan di sekitar proyek karena getaran akibat
pemancangan cukup besar.

4. Tidak dapat digunakan secara langsung untuk pemancangan dalam air.

Gambar 3 Drop Hammer

2.2.2.2 Diesel Hammer


Pemancangan pondasi dengan diesel hammer adalah pemancangan dengan ram yang
bergerak sendiri oleh mesin diesel tanpa memerlukan sumber daya dari luar, seperti
boiler atau compressor udara. Hammer ini sederhana dan mudah bergerak dari satu
lokasi ke lokasi yang lain. Sebuah unit diesel hammer terdiri atas silinder vertikal,
sebuah piston atau ram, sebuah anvil, tangki minyak dan pelumas, pompa solar,
injector, dan pelumas mekanik.

Keuntungan penggunaan diesel hammer yaitu:


1. Diesel hammer hampir tidak memerlukan sumber energi dari luar. Jadi
hammer ini lebih mudah dalam mobilisasinya.

7
2. Ekonomis dalam pengoperasiannya. Bahan bakar yang diperlukan untuk
24000 ft lb hammer adalah 3 galon/jam jika dioperasikan. Akan tetapi,
diesel hammer ini tidak terus menerus dioperasikan.

3. Diesel hammer dapat dioperasikan pada daerah dingin, sampai 00F, di mana
pada suhu tersebut tidak mungkin untuk mengoperasikan uap.

4. Diesel hammer sangan efektif dioperasikan dalam area yang terbatas, karena
menggunakan minyak solar sebagai sumber energi.

5. Berat diesel hammer lebih ringan.


6. Perawatan dan service bisa lebih cepat dan murah.

Sedangkan kerugian penggunaan diesel hammer adalah:


1. Sukar menentukan energi dari tiap pukulan.
2. Tidak dapat dioperasikan dengan baik jika pemancangan pada tanah lunak.
3. Jumlah pukulan pada tiap menitnya lebih sedikit daripada steam hammer.
4. Panjang diesel hammer relatif lebih besar ditinjau dari tingkat energinya.

8
Gambar 4 Diesel Hammer

2.2.2.3 Steam Hammer


Steam hammer adalah sebuah palu atau disebut juga ram. Ram ini dijatuhkan secara
bebas, mengangkatnya dengan uap atau compressor udara. Gerakan diatur oleh piston
yang bergerak turun naik dengan tekanan uap/udara yang diatur melalui katup. Sistem
hammer ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Single Acting Steam Hammer

9
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik
oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram
disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama
dengan berat ram dikalikan dengan tinggi jatuh.

Gambar 5 Single Acting Steam Hammer

2. Double Acting Steam Hammer


Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram
dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya. Kecepatan pukulan dan
energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.

Gambar 6 Double Acting Steam Hammer

3. Differential Acting Steam Hammer

10
Differential acting steam hammer , adalah modifikasi dari double acting
steam hammer dalam tekanan uap yang digunakan mengangkat ram. Dan
pada percepatan saat jatuhram mempunyai piston besar yang beroperasi
dalam sebuah silinder dan sebuah piston kecil dengan operasi dalam silinder
rendah. Mengangkat ram adalah efektif dengan perbedaan dalam aksi daya
tekanan pada dua piston. Jumlah pukulan per menit adalah dibandingkan
double acting steam hammer, ketika berat dan kesamaannya dengan jatuh
bebas dari ram adalah sebanding dengan hal yang sama pada single acting
steam hammer.

Maka dari itu hammer jenis ini mempunyai keuntungan dibandingkan


dengan single atau double acting steam hammer. Dalam hal ini dijelaskan
bahwa hammer mampu memancang pondasi dalam setengah dari waktu
yang diperlukan oleh ukuran yang sama dari single acting steam hammer
dan dalam pelaksanaannya akan menggunakan 25 sampai 35 persen uap
lebih sedikit. Hammer ini tersedia dalam jenis terbuka atau tertutup. Nilai
yang diberikan dalam tabel untuk tingkat energi per pukulan adalah usulan
yang benar tekanan uap adalah cukup untuk memproduksi yang
diindikasikan pada pukulan normal per menit.

2.2.2.4 Hydraulic Hammer


Hydraulic hammer tidak jauh berbeda dengan double acting steam hammer dan
differential acting steam hammer. Hammer hidrolis ini beroperasi dengan
menggunakan fluida hidrolik, tidak seperti hammer lain yang menggunakan uap atau
compressor udara yang masih konvensional. Salah satu hammer tipe ini dimanfaatkan
untuk memancang pondasi tiang baja H dan pondasi lempengan baja dengan cara
dicengkeram, didorong, dan ditarik. Alat ini baik digunakan jika ada keterbatasan
daerah operasi karena tiang pancang yang dimasukkan cukup pendek.

Untuk memperpanjang tiang maka dilakukan penyambungan pada ujung ujungnya.

Hydraulic pile hammer mempunyai beberapa keuntungan, yaitu tingkat kebisingan


yang relatif rendah, dapat dikontrol tinggi jatuhnya pada tanah lunak, pemakaiannya

11
tidak terhambat dan dapat dioperasikan secara teratur. Massanya antara 3 ton sampai
dengan 7 ton, dan tinggi jatuh antara 1 m sampai dengan 1.5 m. Efisiensi tinggi jatuh
tergantung pada pengangkatan hidroliknya.

Konstruksi pada hydraulic pile hammer berbeda dalam hal tidak adanya piston bawah.
Pengoperasiannya pada dasarnya sama dengan steam hammer selama gerakan ke
bawah, ruang silinder baik di atas maupun di bawah piston terbuka untuk tekanan
penggerak dan karena itu bertekanan sama. Gaya percepatan dalam kasus ini
dihasilkan dari perbedaan luas daerah bagian atas dan bawah piston (perbedaan itu
sama dengan luas penampang badan piston). Hydraulic hammer dapat didesain dengan
piston tunggal karena tekanan penggerak yang sangat tinggi yaitu sangat dapat
menghasilkan suatu gaya efektif pada luas daerah batang piston kecil.

Gambar 7 Hydraulic Hammer

Prinsip kerja alat hydraulic hammer yaitu:

12
1. Pada gerakan ke atas gaya hydraulic Y yang mendorong piston dan beraksi
terhadap bagian bawah silinder mengangkat pembentur tersebut.

2. Sedangkan gerakan ke bawah, gaya hydraulic Y diimbangi oleh gaya Z yang


sama besarnya.

3. Gaya hydraulic A pada daerah yang tersisa adalah gaya neto yang
mendorong hammer ke bawah, daerah di mana A bekerja sama dengan luas
penampang batang piston.

Gambar 8 Prinsip Kerja Hydraulic Hammer

Keterangan:
Y = Gaya hydraulic yang mendorong hammer.
Z = Gaya hydraulic yang mengimbangi Y untuk turun atau naik.
A = Gaya neto sehingga hammer dapat turun.

2.2.3 Metode Vibratory Pile Drive


Pemancangan pondasi dengan vibratory pile drive sangat efektif, yaitu karena
kecepatan produktivitasnya yang tinggi dan juga ekonomis, khususnya pada
pemancangan tanah non-kohesif jenuh air. Dibandingkan pasir kering, tanah keras

13
yang kohesif. Pemancangan dengan vibratory dilengkapi shaft horizontal untuk
memberikan beban eksentris. Shaft berputar dengan sepasang dengan dorongan
langsung pada kecepatan yang bervariasi sampai mencapai 1,000 rpm (rotasi per
menit). Tenaga yang dihasilkan dengan berat rotasi membuat getaran yang digunakan
untuk memancang tiang pancang pengaruh ke tanah sekitarnya. Jika tanahnya jenuh
air maka akan mengurangi gesekan antara tanah dan pondasi. Kombinasi berat dari
pondasi dan perlengkapan pemancangan yang ditempatkan di atas pondasi akan
mempercepat pemancangannya. Pada pengoperasian dengan alat ini biasanya lead atau
pengatur letak tiang tidak digunakan dengan demikian maka biasanya alat ini
dipasangkan pada crane dengan ukuran yang kecil. Tenaga yang diperlukan untuk
penggetaran alat dihasilkan dari tenaga listrik atau tenaga hidrolis.

Efektifitas penggunaan alat ini tergantung pada beberapa faktor yaitu amplitude,
momen eksentrisitas, frekuensi, berat bagian bergetar, dan berat lain yang tidak
bergetar. Amplitude adalah gerakan vertikal alat pada saat bergetar yang dihitung
adalah milimeter. Dengan diketahuinya momen eksentrisitas, maka ukuran alat dapat
diketahui. Nilai eksentrisitas merupakan hasil perkalian dari berat eksentris dikalikan
dengan jarak antara pusat rotasi dengan titik pusat gravitasi eksentris. Frekuensi
merupakan banyaknya gerakan vertikal alat per menit. Karena pengaruh jenis tanah,
frekuensi alat pada tanah lebih kecil daripada jika alat digunakan pada tanah berpasir.
Yang dimaksud dengan bagian yang tidak ikut bergetar adalah motor penggerak dan
mekanisme suspensi.

Gambar 9 Pile Driver


2.3 Metode Pelaksanaan Alat Tiang Pancang

2.3.1 Metode Pemancangan Jack in Pile

1. Persiapan

14
a. Kontraktor pemancangan harus menerima beberapa dokumentasi
pendukung pekerjaan dari pemberi kerja antara lain sondir report
dan/atau data bor log, lay out drawing titik pancang, dan working load
rencana untuk kemudian diketahui berapa tiang ukuran yang akan
dipakai.

b. Kontraktor pemancangan memberikan proposal kerja berupa penawaran


(quotation), time schedule produksi tiang dan pelaksanaan, bila diperoleh
kesepakatan maka akan ditindaklanjuti dengan survey lokasi, di mana
harus dipastikan akses ke lokasi cukup baik dan tanah di lokasi harus
merupakan tanah padat untuk menghindari tronton dan crane service
ambles ketika mobilisasi ke lokasi kerja. 2. Mobilisasi Alat

Gambar 10 Mobilisasi Pile Driver


3. Pemancangan
a. Supply/kedatangan tiang pancang ke proyek dipersiapkan sedemikian
mungkin sesuai dengan kebutuhan harian pemancangan.

b. Angkat tiang pancang menggunakan crane dan kemudian masukkan ke


dalam grip (penjepit) pada mesin hydraulic jack in. Tiang ditekan secara

15
statis ke dalam tanah. Apabila menekan tiang pancang menggunakan grip
ujung dengan kapasitas maksimum ±50% dari kemampuan mesin.
Sedangkan bila menggunakan grip tengah maka kapasitas tekan adalah
100% dari kemampuan mesin. Ketika tiang pancang ditekan ke dalam
tanah dapat dibaca nilai MPA pada pressure gauge yang menunjukan
kekuatan daya dukung tanah.

c. Apabila tiang pancang tinggal 2 m dari permukaan tanah dan belum


mencapai MPA yang diinginkan maka tiang disambung dengan tiang
pancang berikutnya. Proses penyambungannya dengan pengelasan
(welding), di mana pada masing-masing ujung tiang pancang terdapat
plat baja yang gunanya untuk media penyambungan.

d. Apabila tiang pancang yang kedua tinggal 2 m dari permukaan tanah dan
kedalaman pemancangan sudah mendekati kedalaman sondir dan MPA
bacaan pada pressure gauge sudah mendekati MPA yang diinginkan,
maka untuk tiang berikutnya dimasukkan alat bantu yang berupa baja
solid yang bentuknya sama dengan tiang pancang agar diharapkan tiang
dapat terdorong rata tanah atau terdorong lebih jauh lagi masuk ke dalam
tanah (jika nantinya hendak digali untuk pembangunan basement).

e. Apabila mesin pancang telah mencapai MPA yang diinginkan, dapat


ditandai dengan bacaan pada pressure gauge dan apabila dorongan mesin
sudah melewati kemampuan mesin maka mesin akan terangkat sebagian
ini pertanda bahwa pemancangan sudah mencapai tanah keras maka
proses pemancangan telah selesai.

2.3.2 Metode Pemancangan


1. Penahan dan Pengatur Letak Tiang
Terdapat beberapa alat yang digunakan untuk mengatur tempat tiang akan
diletakkan sehingga kekeliruan seperti tiang miring atau tidak pada
tempatnya dapat dihindari. Alat tersebut dinamakan lead (bingkai). Lead
yang umum dipakai adalah fixed lead, swing lead, dan hydraulic lead.
Dengan adanya lead ini maka hammer menumbuk tiang tepat di
tengahtengah permukaan atas tiang. a. Fixed Lead

16
Pengaturan posisi tiang dengan cara ini menggunakan lead yang terdiri
dari rangkaian baja tiga sisi berkisi seperti boom pada crane dan satu
sisinya terbuka. Sisi terbuka inilah tempat tiang diletakkan. Pada
rangkaian ini terdapat rel (alur) tempat hammer bergerak. Saat
penumbukan tiang, lead diletakkan dengan kemiringan tertentu. Lead
diikat pada alat pemancang tiang yang bagian bawahnya disambung pada
crane atau plat pemancang sehingga posisi tiang menjadi benar.

b. Swing Lead
Jika lead tidak bersambung dengan bagian bawah crane atau plat
pemancang maka lead jenis ini dinamakan swing lead. Penggunaannya
memungkinkan pemancangan tiang dengan jarak relatif jauh dari badan
alat pemancang. Kelemahan tipe ini hanya pada sulitnya mengatur tiang
untuk vertikal.

c. Hydraulic Lead
Metode ini menggunakan silinder hidrolis sebagai pengaku. Silinder
hidrolis tersebut merupakan penghubung bagian bawah lead dengan
bagian pemancang. Dengan sistem ini pengaturan posisi tiang dapat
dilakukan secara lebih cepat dan akurat, tetapi lebih mahal jika
dibandingkan dengan fixed lead. Dengan produktivitas yang besar,
penggunaan sistem ini patut dipertimbangkan terlebih jika sering dipakai.

2. Pemilihan Alat Pemancang Tiang


Terdapat beberapa kriteria dalam memilih alat pemancang tiang yang akan
digunakan di suatu proyek. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Jenis material, ukuran, berat, dan panjang tiang yang akan dipancang.
b. Kondisi lapangan yang berpengaruh terhadap operasi pemancangan,
seperti lokasi yang terbatas atau pemancangan dalam air.

c. Hammer yang dipilih harus sesuai dengan daya dukung tiang dan
kedalaman pemancangan.

17
d. Pilih alat yang paling ekonomis dan kemampuannya sesuai dengan yang
dibutuhkan.

e. Jika pakai lead, pilih tipe yang sesuai, ukuran rel untuk hammer, panjang
hammer dan tiang yang akan dipancang.

3. Pelaksanaan Pemancangan Tiang


Langkah-langkah dalam pelaksanaan pemancangan tiang: a.
Penyusunan tiang pancang di lapangan

Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang yang disimpan di lapangan


harus memperhatikan titik angkat dan titik tumpu untuk penyimpanan
material, sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen tiang pancang.

b. Pemeriksaan material tiang pancang


Pada waktu kedatangan material, harus dipastikan dilampiri mill sheet
untuk pemantauan kesesuaian material yang diterima dengan spesifikasi
teknis pekerjaan. Harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai
dengan mill sheet yang dilampirkan pada surat pengiriman barang.
Sebelum digunakan, material tiang pancang harus diperiksa kembali:

1) Tidak ada yang retak, cacat, dan pecah. Jika ada yang retak, cacat, dan
pecah, maka harus dipisahkan untuk direpair oleh produsen tiang
pancang sebelum digunakan.

2) Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan


penempatannya pada gambar konstruksi.

3) Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang. Jika masih belum
cukup umur maka dipisahkan dulu dan ditunggu sebelum dipakai.
4. Persiapan Tiang untuk Pemancangan
Tiang pancang harus diberi marking atau tanda dengan cat untuk keperluan
pemantauan pada saat pemancangan dilakukan:

a. Tiap jarak 0.5 m dari ujung tiang pancang sampai ke pangkalnya.


b. Diberi angka pada tiap meternya dari ujung bawah ke pangkal tiang.
c. Untuk tiang sambungan, angka harus melanjutkan angka dari tiang yang
disambung.

18
d. Tiang sambungan harus selalu diposisikan di dekat titik pancang yang
sedang dikerjakan supaya tidak terlalu lama mengambil tiang sambungan
jika diperlukan penyambungan.

5. Pemantauan Pelaksanaan Pemancangan


Pada saat pemancangan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tiang pancang telah diletakkan pada titik rencana dan diperiksa
vertikalitasnya dari 2 arah (X-Y penampang tiang pancang). Toleransi
kemiringan mengikuti ketentuan spesifikasi alat dan spesifikasi teknis.
Pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi
angin tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa
diam/stabil).

b. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat
pancang. Jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah. Tiang
pancang harus dipantau berkala oleh operator alat pancang dan helper.

c. Counter harus mencatat jumlah pukulan per 0.5 m atau per 1 m.


d. Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu
dipantau oleh helper operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau
tiang menjadi miring, maka harus dihentikan dulu pemancangannya.

1) Jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal


kembali.

2) Jika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang,


dilakukan penyesuaian sumbu jatuh hammer supaya sejajar dengan
kemiringan sumbu tiang dan jika kemiringan bertambah semakin
parah di luar toleransi, pemancangan dihentikan.
e. Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer harus
dipantau tidak boleh lebih dari 2.5 m kecuali atas persetujuan
khusus Konsultan Pengawas, namun tidak boleh lebih dari 3
m dalam segala kondisi pelaksanaan.

f. Jika diperlukan penyambungan diusahakan tidak melebihi 3


sambungan tiang.

g. Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan


untuk ditembus dengan tidak mengakibatkan tegangan internal
melebihi spesifikasi material.
19
h. Tinggi jatuh hammer harus dipantau pada saat pengambilan
final set.
1) Harus sesuai dengan syarat dari konsultan desain
(untuk drop hammer).

2) Dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk


diesel hammer dan hydraulic hammer.

i. Pengambilan final set harus dilakukan dengan:


1) Menggunakan kertas milimeter yang masih baru (tidak
boleh berupa fotocopy).

2) Dengan pulpen, supaya garis yang dihasilkan tidak


terlalu tebal dan tidak luntur ketika terkena air dan oli.
Tidak boleh dengan spidol atau pensil yang
memberikan garis yang tebal sehingga menyulitkan
pembacaan garis grafik.

3) Pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak


terpengaruh penurunan tiang saat dipukul.

4) Arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis


milimeter pada kertas record/milimeter.

5) Grafik yang diambil harus jelas, tidak terlalu rapat


garis reboundnya dan tidak miring.

6) Diambil pencatatan final set untuk minimal 10 kali


pukulan.
7) Jika tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka
pemancangan harus dilanjutkan dan diambil lagi final
setnya pada lembar yang sama sampai tercapai final set
yang ditetapkan.

6. Pemeriksaan Terhadap Heaving (Pengangkatan)


Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah
selesai dipancang akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat pemancangan

20
titik pondasi berikutnya yang berdekatan yang radiusnya tergantung dari
sifat tanah di lokasi pekerjaan.

Untuk pemancangan tiang dalam kelompok (2 atau lebih), harus diperiksa


secara berkala apakah terjadi pile heaving atau tidak.

a. Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2 sampai 4 tiang pancang, tetap
harus diperiksa pile heaving pada pemancangan awal sebagai data awal -
jika tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok tiang pertama diperiksa,
maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random. Namun
jika terjadi pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang
berikutnya.

b. Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok
harus dicatat level top of pile-nya sebelum dilakukan pemancangan
berikutnya (level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat
dan tidak diikat ke titik BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas
yang lain dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari
posisi yang tidak memungkinkan dalam memindahkan acuan BM level
ke tiang yang diukur).

c. Setiap selesainya pemancangan 2 sampai 4 tiang berikutnya dalam satu


kelompok tiang, dilakukan pengukuran ulang level tiang pancang yang
telah terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak terjadi pile heaving.

d. Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus
dipukul ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke posisi
semula atau sedikit lebih rendah dari level awal. Untuk pekerjaan redrive
harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan
pengambilan grafik final set lagi.

e. Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh


tiang pancang dalam satu kelompok tiang selesai dipancang. Penetapan
nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk dilakukan redrive
harus mengikuti ketentuan spesifikasi teknis atau persetujuan konsultan
pengawas direkomendasikan nilai 5 mm untuk end bearing pile dan 3 cm
untuk friction pile.
Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat dilakukan
langkah sebagai berikut:

21
a. Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari dua kali diameter atau
diagonal penampang tiang - ditentukan oleh konsultan desain. Jika terjadi
pile heaving dalam 5 kelompok tiang berturut-turut, maka diinformasikan
kepada project manager untuk diputuskan akan diubah jarak antar tiang
pancang atau tidak.

b. Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari posisi


terdalam lalu melingkar ke luar.

7. Penghentian Pekerjaan Pemancangan


Penghentian pemancangan dilakukan jika salah satu kondisi berikut terjadi
yaitu:

a. Final set sudah tercapai (end-bearing pile) atau kedalaman pemancangan


yang disyaratkan sudah dicapai (friction pile).

b. Sudah mencapai maksimal 2,000 pukulan hammer/palu pancang.


c. Telah mencapai batas kelangsingan tiang pancang sesuai spesifikasi
material atau ketentuan konsultan - harus dilakukan penambahan titik
pondasi tiang jika diperlukan.

d. Terjadi kerusakan pada tiang (pecah, retak, patah, dsb) harus dilakukan
penambahan titik pondasi tiang.

e. Terjadi kemiringan di luar toleransi - harus dilakukan penambahan titik


pondasi tiang.

8. Pencatatan Data Pelaksanaan


Pencatatan data pelaksanaan harus dilakukan minimal meliputi: a.
Data jenis dan spesifikasi alat pancang yang digunakan.

b. Data jenis, ukuran, dan kapasitas material tiang pancang yang digunakan.

c. Data pelaksanaan (pile driving record dan grafik final set).


d. Data panjang tertanam termasuk konfigurasi sambungan tiang dan
tanggal pemancangan yang ditabelkan sesuai dengan penomoran titik
pancang pada gambar konstruksi.

e. Data pergeseran titik pancang yang diplotkan pada gambar dan


ditabelkan sesuai dengan penomoran titik pancang.

22
f. Data titik pancang yang berubah vertikalitas tiang pancangnya selamua
pemancangan, dicatat dan ditabelkan sesuai nomor titik pancang pada
gambar konstruksi.

g. Tabel nilai kapasitas ultimate dan ijin tiap titik tiang pancang sesuai
nomor pada gambar konstruksi dengan menggunakan rumus dinamik
yang telah diverifikasi dengan pengujian PDA test atau static loading test.

23
BAB III

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN BIAYA

3.1 Produktivitas Alat Pancang Tiang


Guna menghitung produktivitas pemancangan, yang perlu diperhatikan adalah waktu
pancang tiang yang sesuai dengan kebutuhan struktur. Sebab, biaya pemancangan
sama dengan peralatan lain yang dihitung berdasarkan biaya pemilikan dan
operasional dalam satu jam. Secara sederhana, waktu pemancangan dapat dihitung
dengan cara:

Keterangan:
t = waktu pemancangan (menit)
Le = panjang pondasi efektif (meter)
S = masuknya pondasi setiap pukulan (meter) Vb
= kecepatan pemancangan (jumlah pukulan/menit) fo
= faktor operasi

Untuk menentukan masuknya pondasi setiap pukulan dihitung dengan


menggunakan prinsip besarnya energi yang dihasilkan pukulan dikurangi energi yang
hilang (loose). Selisih dari energi ini merupakan energi yang dapat dimanfaatkan untuk
memasukkan pondasi ke dalam tanah (S).

3.1.1 Energi yang Dihasilkan

24
Banyak rumus yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya energi yang dihasilkan
oleh hammer pada setiap pukulannya. Energi yang timbul pada gerakan hammer
merupakan energi potensial yang dapat dihitung dengan rumus:

𝐸𝑝 = 𝑚×𝑔×𝑕

Keterangan:
Ep = energi potensial m
= massa benda (kg) g =
gravitasi (m/det2) h =
tinggi jatuh (m)

Karena peralatan pancang terdiri dari berbagai model dan ukuran, rumus di atas perlu
dikoreksi dengan mempertimbangkan faktor-faktor gesekan dan lainnya. Jadi
rumusnya harus disesuaikan dengan jenis peralatan masing-masing. Pada alatalat
tertentu, energi yang dihasilkan per pukulan dapat dilihat pada tabel spesifikasi
peralatan pancang. Untuk menentukan besarnya energi yang dihasilkan oleh
masingmasing peralatan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:

1. Drop hammer, single acting steam hammer, dan diesel hammer


𝐸 = 𝑒×𝑊×𝑕
Keterangan:
E = energi yang dihasilkan setiap pukulan (lb inch)
e = energi hammer, energi aktual dibagi dengan energi perhitungan setiap
pukulan . Nilai e ditentukan sebagai berikut:

Tabel 1 Nilai Energi Hammer

Nilai e Keterangan
1.00 Drop hammer yang dijatuhkan cepat
0.50 - 0,75 Drop hammer yang diangkat derek dan kabel
0.75 - 0.90 Single acting steam hammer
0.65 - 0.90 Double acting steam hammer
0.75 - 0.85 Differential acting steam hammer
0.90 - 1.00 Diesel hammer

25
2. Double acting steam hammer dan differential acting steam hammer
𝐸 = 𝑒×𝐸' Keterangan:

E' = energi teoritis yang ada pada tabel spesifikasi peralatan

3.1.2 Energi yang Hilang


1. Akibat pukulan (impact loss)

Keterangan:
W = berat hammer (lb atau kg) h = tinggi jatuh (inch
atau cm) e = efisiensi hammer p = berat pondasi
beserta aksesorisnya (lb atau kg) k = koefisien
restitusi

Tabel 2 Nilai Koefisien Restitusi

Koefisien Restitusi Keterangan


0.55 Steel hammer pada pondasi tanpa bantalan
0.50 Steel hammer pada pondasi dengan bantalan dan
DAS memukul pada anvil baja untuk pondasi baja
dan beton

0.40 DAS memukul pada anvil baja untuk pondasi kayu


dan memukul pada anvil kayu setengah padat untuk
pondasi baja. SAS atau DH memukul langsung pada

head pondasi beton


0.25 SAS atau DH memukul langsung pada tutup kayu
untuk memancang pondasi beton/langsung pada

kepala pondasi kayu

2. Akibat pondasi (fondation loss)

26
Keterangan:
CL = cap loss (lb inch atau kg cm) fk
= faktor keamanan

C1 = koefisien yang dibaca berdasarkan angka P1 A1


= luas dimensi tiang pancang

Tabel 3 Nilai Koefisien C1

Type of head and Low P1 = 500 Medium P1 = High P1 = Very High PI


cap psi (in) 1000 psi (in) 500 psi = 2000 psi
(in)
(in)
Head for timber pile 0.05 0.10 0.15 0.20
For precast concrete
0.05* 0.10* 0.15* 0.20*
pile Cap on head
3-4 in, packing
0.07* 0.15* 0.22* 0.30*
inside cap

1/2-1 in, mat pad


only on head of 0.025 0.05 0.075 0.10
precast concrete pile

Steel- covered cap,


containing wood
0.04 0.08 0.12 0.16
packing for steel pile
or pipe

Head of steel pile or


0.0 0.0 0.0 0.0
pipe

3. Akibat tiang pancang (pile loss)

27
Keterangan:
PL = pile loss (lb inch atau kg cm) F
= gaya tiang pancang (lb atau kg)
fk = faktor keamanan

C2 = koefisien yang dibaca berdasarkan angka P2 A2


= luas dimensi tiang pancang

Tabel 4 Nilai Koefisien C2

Resistanse to Low 500 Medium High Very High


driving P2 for psi 7500 1000 psi 1500 psi 2000 psi

wood or concrete psi (in) 15000 psi 22500 psi 30000 psi
(in) (in) (in)
P2 for steel
Timber 0.004L 0.008L 0.012L 0.016L
Precast concrete 0.002L 0.004L* 0.006L* 0.008L
Sheet steel, pipe
or
0.003L 0.006L 0.009L 0.012L
H pile

4. Akibat tanah (soil loss)

Keterangan:
SL = soil loss (lb inch atau kg cm)
F = gaya pondasi (lb atau kg)
fk = faktor keamanan
C3 = koefisien yang dibaca berdasarkan angka P3
A3 = luas dimensi tiang pancang

28
Tabel 5 Nilai Koefisien C3

Resistance to Low PI = Medium P1 High PI = Very High

driving Value of 500 psi = 1000 psi 1500 psi P1 = 2000

(in) (in) (in) psi (in)


p3
For pile of
constant cross 0.0 – 0.1 0.1 – 0.2 0.1 – 0.3 0.05 – 0.2
section

Keterangan:
US = energi sisa

3.2 Contoh Perhitungan Produktivitas dan Biaya


Pemancangan pondasi abutmen jembatan sejumlah 120 batang. Ukuran tiang pancang
14 inch dengan panjang 40 ft. Daya dukung pondasi 40 lb dengan faktor keamanan 3.
Berat jenis beton 150 lb/ft3. Alat yang digunakan Vulcan ukuran size 1 SAS. Dalam
tabel diketahui berat hammer 50000 lb, nilai h = 35 inch, nilai efisiensi alat = 0.75,
dan nilai k = 0.25.

1. Periksa apakah pemilihan alat sudah memadai. Apabila alat tidak memadai
lanjut ke pemilihan yang lebih besar.

2. Hitung produksi pemancangan dalam 1 hari apabila diketahui waktu setting


10 menit.

3. Hitung biaya alat berat apabila diketahui sewa Rp 750,000,00/jam dan harga
tiang pancang Rp 1,000,000,00/batang

4. Hitung biaya penawaran (profit dan overhead 10%, dan pajak 15%).

29
PENYELESAIAN

30
31
BAB IV

PENUTUP
1. Alat pemancang adalah suatu alat berat yang digunakan dalam suatu
konstruksi , yaitu konstruksi pondasi tiang pancang. Fungsi alat pancang
(pile driver) adalah untuk memberikan energi yang diperlukan untuk
memancang pondasi.

2. Ada beberapa jenis alat pemancang yang digunakan dalam proyek


konstruksi antara lain :Drop Hammer, Steam Hammer, Diesel Hammer,
Vibratory Pile Driver dan Hydraulic Hammer.

3. Pemilihan alat pemancang untuk suatu pekerjaan tergantung pada :


a. Jenis material, ukuran, berat dan panjang tiang yang akan dipancang;
b. Kondisi lapangan yang berpengaruh terhadap operasi pemancangan,
seperti lokasi yang terbatas atau pemancangan di bawah air;

c. Hammer yang dipilih harus sesuai dengan daya dukung tiang dan
kedalaman pemancangan;

d. Pilh alat yang paling ekonomis dan kermampuannya sesuai yang


dibutuhkan;

4. Pelaksanaan pemancangan tiang harus memperhatikan :


a. Kondisi alat pancang yang akan digunakan,
b. Posisi penahan dan peletak tiang (lead) ,
c. Pemilihan crane yang sesuai dengan kapasitas beban yang diterimanya.

d. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dari penggunaan alat tersebut.


5. Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam penentuan produktivitas
alat pancang adalah :

a. Energi yang dihasilkan oleh alat pemancang tersebut.


b. Energi yang hilang akibat tumbukan, tanah, kepala dan tutup (cap) dan
pondasi.

c. Energi sisa.
d. Masuknya pondasi tiap pukulan.
e. Efisiensi dan kapasitas dari alat pemancang
tersebut.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://indopile.blogspot.com/2012/11/perbedaan-pancang-dengan-
metodahammer.html

http://rizaldyberbagidata.blogspot.com/2012/06/pondasi-tiang-pancang-
pilefoundation.html

33

Вам также может понравиться