Вы находитесь на странице: 1из 69

KETETAPAN

MUSYAWARAH KERJA VIII

IKATAN KELUARGA MAHASISWA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
KETETAPAN
MUSYAWARAH KERJA VIII

IKATAN KELUARGA MAHASISWA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBUKAAN

Bahwa sesungguhnya Mahasiswa adalah manusia terdidik penerus bangsa


yang didasari oleh semangat perjuangan bersama, cita – cita luhur para pendahulu,
dan Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka diperlukan suatu wadah perjuangan bagi
mahasiswa agar terciptanya kehidupan yang positif, harmonis, dan saling
membangun sebagai suatu keluarga di dalamnya.

Perjuangan mencapai cita – cita serta proses pendewasaan yang dilalui oleh
Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia telah sampailah pada awal
perubahan yang menyatukan perbedaan di dalamnya.

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
satu sikap moral bersama yang bertujuan untuk membentuk Mahasiswa yang
berguna bagi agama, bangsa, dan negara, maka dengan ini kami menyatakan
terbentuknya Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia
(IKM FTUI).

Kemudian daripada itu, disusunlah IKM FTUI itu dalam suatu Garis – garis
Besar Haluan Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
Peraturan Dasar, dan Peraturan Rumah Tangga Ikatan Keluarga Mahasiswa
Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang berdasar kepada iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, komitmen yang tinggi pada dunia pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Bangsa Indonesia, kepedulian
yang tinggi terhadap perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan di masyarakat, semangat kebersamaan, kekeluargaan, persatuan
dan kesatuan IKM FTUI yang didasari hukum, serta penghormatan terhadap
almamater dan seluruh warga FTUI.
KODE ETIK
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

1. Anggota IKM FTUI merupakan insan yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

2. Anggota IKM FTUI merupakan insan terpelajar yang selalu menunjukkan


komitmen yang tinggi pada dunia pendidikan.

3. Anggota IKM FTUI merupakan mahasiswa yang berperan aktif dalam


pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Bangsa Indonesia.

4. Anggota IKM FTUI merupakan insan yang berjiwa kemanusiaan tinggi dan
peka terhadap perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan di masyarakat.

5. Anggota IKM FTUI menjunjung tinggi semangat kebersamaan, kekeluargaan,


persatuan dan kesatuan IKM FTUI sesuai dengan hukum yang berlaku di
lingkungan IKM FTUI.

6. Anggota IKM FTUI selalu menghormati dan menjunjung tinggi serta menjaga
nama baik almamater dan warga FTUI.
PENJELASAN KODE ETIK
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

1. Anggota IKM FTUI merupakan insan yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga segala sikap dan tindakannya harus
mencerminkan manusia yang beragama dan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Anggota IKM FTUI berusaha dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan


proses pendidikan akademis dan proses pendidikan non- akademis guna
meningkatkan keilmuannya.

3. Anggota IKM FTUI menunjukkan disiplin yang tinggi pada pengembangan


dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki perhatian
penuh pada teknologi berbasis kerakyatan.

4. Anggota IKM FTUI senantiasa peka dan berkontribusi dalam kegiatan-


kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan yang
dinaungi oleh IKM FTUI.
5. a. Anggota IKM FTUI memiliki tujuan bersama dalam IKM FTUI.

b. Anggota IKM FTUI selalu menjaga kerukunan antar sesamanya dan


tolong-menolong dalam kebaikan dan kebenaran.

c. Anggota IKM FTUI mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam


setiap penyelesaian masalah untuk menjaga keutuhan IKM FTUI.

d. Anggota IKM FTUI memiliki kedudukan yang sama dalam hukum yang
berlaku di lingkungan IKM FTUI.

e. Anggota IKM FTUI harus menaati dan menjunjung tinggi hukum yang
berlaku di lingkungan IKM FTUI.
6. a. Anggota IKM FTUI bangga pada almamaternya tanpa menimbulkan
arogansi.
b. Anggota IKM FTUI selalu menjaga hubungan baik dengan seluruh warga
FTUI.
c. Anggota IKM FTUI selalu menghormati norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
d. Anggota IKM FTUI selalu menaati hukum-hukum yang berlaku di
masyarakat.
GARIS-GARIS BESAR HALUAN
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

I. Definisi
Garis-garis Besar Haluan Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, selanjutnya disebut GBHI, adalah arahan umum
pelaksanaan kegiatan lembaga di IKM FTUI. GBHI berisi strategi
pencapaiannya IKM FTUI selama 4 (empat) tahun yang diturunkan dari
tujuan dan usaha IKM FTUI. Setiap tahunnya, GBHI diejawantahkan dalam
bentuk Garis-garis Besar Program Kerja (GBPK) yang dibuat oleh MPM
FTUI.

II. Strategi
Strategi GBHI adalah sebagai berikut:

1. Melayani kebutuhan dan meningkatkan pemahaman dalam


aspek kerohanian.
Uraian: Mewujudkan kegiatan kelembagaan IKM FTUI yang
memberikan nilai tambah bagi peningkatan nilai Ketuhanan anggota
IKM FTUI sesuai dengan agama – agama di Indonesia.

2. Melayani kebutuhan dan mengembangkan potensi intelektual


yang mengarah kepada peningkatan proses pendidikan
akademis dan non-akademis.
Uraian:
a. Memperjuangkan hak-hak anggota IKM FTUI sebagai mahasiswa
ataupun mitra pendidikan.
b. Meningkatkan fungsi lembaga sebagai mediator dan penunjang
terselenggaranya proses pendidikan.

3. Melayani kebutuhan dan mengembangkan potensi dalam


penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis
kerakyatan.
Uraian:
Akademis:
a. Mengusahakan dan memfasilitasi keterlibatan langsung anggota
IKM FTUI dalam rangka mengaplikasikan keilmuannya.
b. Mengembangkan budaya keilmiahan di lingkungan FTUI dengan
kegiatan riset yang terpadu dan berkesinambungan.
Non-akademis:
a. Memfasilitasi pengembangan minat, kreativitas, dan potensi
anggota IKM FTUI yang menunjang pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b. Mengaplikasikan disiplin ilmu dalam aspek ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai kontribusi anggota IKM FTUI.
4. Membangun kepekaan dan meningkatkan potensi dalam
aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan.
Uraian:
a. Akademis: menjalin hubungan baik dengan pihak penyelenggara
pendidikan dalam rangka penentuan sikap terhadap aspek
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.
b. Non-akademis: peka dan tanggap terhadap permasalahan di
masyarakat yang langsung diaplikasikan melalui kontribusi nyata
untuk masyarakat.

5. Mengoptimalkan interaksi antar anggota IKM FTUI, antara


anggota IKM FTUI dengan lembaga kemahasiswaan di IKM
FTUI, dan antar lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI.
Uraian: Mengoptimalkan sinergi antar lembaga IKM FTUI sebagai satu
kesatuan wadah perjuangan.

6. Memperluas dan memelihara silaturahmi antara anggota IKM


FTUI dan lembaga di IKM FTUI dengan masyarakat.

7. Mengembangkan sistem organisasi berdasarkan fungsi


lembaga-lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI.
Uraian: Mengupayakan pola kegiatan bersifat pelayanan dan pembinaan
yang konsisten, dinamis dan berkesinambungan yang menjalani fungsi
evaluasi, perencanaan, dan eksekusi dengan menjunjung tinggi Kode
Etik IKM FTUI.

8. Mempersiapkan anggota IKM FTUI untuk menghadapi


dinamika kehidupan pascakampus.
Uraian: Membekali anggota IKM FTUI dengan wawasan dan pola pikir
mengenai kompetensi dasar, pengembangan karier, dan hubungan
almamater FTUI

9. Mengoptimalkan aspek pembinaan dan kaderisasi di IKM


FTUI.
Uraian:
a. Memaksimalkan metode pembinaan komunal serta personal
antar anggota IKM FTUI.
b. Membudayakan iklim kaderisasi yang berkesinambungan dengan
memanfaatkan sistem evaluasi.
PERATURAN DASAR
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I
NAMA, DEFINISI, BENTUK, WAKTU,
KEDAULATAN, DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama dari wadah kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas Indonesia adalah
Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, yang
selanjutnya disebut IKM FTUI.

Pasal 2
IKM FTUI adalah satu-satunya wadah perjuangan bersama yang menghimpun
kelompok mahasiswa FTUI dalam satu ikatan dan satu sikap moral.

Pasal 3
Bentuk IKM FTUI adalah wadah kemahasiswaan dengan konsep trias politika yang
disesuaikan dengan kebutuhan dalam kehidupan kemahasiswaan di FTUI.

Pasal 4
IKM FTUI didirikan pada tanggal 15 September 1971 di Tugu, Puncak, Jawa Barat.

Pasal 5
Kedaulatan berada di tangan mahasiswa FTUI, dilaksanakan sepenuhnya oleh
mahasiswa FTUI, dan dikomandoi oleh lembaga tertinggi IKM FTUI.

Pasal 6
IKM FTUI berkedudukan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

BAB II
LANDASAN, STATUS, DAN SIFAT

Pasal 7
(1) IKM FTUI memiliki landasan ideologi, landasan konstitusional dan landasan
operasional.
(2) Landasan ideologi IKM FTUI adalah Kode Etik IKM FTUI dan Pancasila.
(3) Landasan konstitusional IKM FTUI adalah Peraturan Dasar dan Peraturan
Rumah Tangga IKM FTUI.
(4) Landasan operasional IKM FTUI adalah peraturandi IKM FTUI selain landasan
konstitusional, sementara landasan operasional empat tahunan IKM FTUI
adalah Garis-garis Besar Haluan IKM FTUI.

Pasal 8
Status IKM FTUI adalah sebagai wadah tunggal dari kesatuan kemahasiswaan di
FTUI.
Pasal 9
Sifat IKM FTUI adalah independen, kekeluargaan, dan kemahasiswaan.

BAB III
USAHA IKM FTUI

Pasal 10
Usaha dari IKM FTUI adalah:
1. Menciptakan kehidupan kemahasiswaan yang dinamis, madani, dan
berkesinambungan.
2. Memfasilitasi peningkatan kualitas dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan.
3. Menciptakan suasana yang kondusif untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4. Membekali anggota IKM FTUI untuk menghadapi dinamika kehidupan
pascakampus.
BAB IV
IDENTITAS

Pasal 11
Identitas IKM FTUI adalah bentuk - bentuk yang menunjukkan atau
melambangkan jati diri IKM FTUI terdiri dari:
1. Bendera IKM FTUI.
2. Mars Teknik UI.
3. Yel Teknik UI.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 12
(1) Keanggotaan IKM FTUI terdiri dari anggota muda dan anggota aktif.
(2) Anggota muda yaitu setiap mahasiswa FTUI yang terdaftar di FTUI, meliputi
S1 Reguler, S1 Paralel, S1 Paralel (Ekstensi), dan S1 Program Internasional.
(3) Anggota aktif yaitu anggota muda yang telah lulus proses pembinaan yang
ditetapkan dan disahkan MPM FTUI dengan keterlibatan semua lembaga IKM
FTUI sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan.

BAB VI
KELEMBAGAAN

Pasal 13
Kelengkapan lembaga IKM FTUI terdiri dari :
1. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, selanjutnya disebut MPM FTUI, adalah lembaga tertinggi dalam
IKM FTUI dan pemegang kekuasaan legislatif dan yudikatif.
2. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
selanjutnya disebut BEM FTUI, adalah lembaga eksekutif tingkat fakultas
dan koordinator tertinggi lembaga eksekutif IKM FTUI.
3. Badan Otonom Fakultas Teknik Universitas Indonesia, selanjutnya disebut
BO FTUI, adalah lembaga eksekutif IKM FTUI yang menampung,
mengembangkan, dan menyalurkan aspirasi, minat, bakat, dan kreasi
anggota IKM FTUI yang menunjang tujuan dan usaha IKM FTUI.
4. Badan Otonom Keagamaan Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
selanjutnya disebut BOK FTUI, adalah lembaga eksekutif IKM FTUI yang
menampung, mengembangkan, dan menyalurkan keagamaan dan aspirasi
anggota IKM FTUI.
5. Badan Semi Otonom Fakultas Teknik Universitas Indonesia, selanjutnya
disebut BSO FTUI, adalah lembaga eksekutif IKM FTUI yang menampung,
mengembangkan, dan menyalurkan aspirasi, minat, bakat, dan kreasi
anggota IKM FTUI yang menunjang tujuan dan usaha IKM FTUI, yang
mendapatkan pembinaan dari BEM FTUI.
6. Ikatan Mahasiswa Departemen Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
selanjutnya disebut IMD FTUI, adalah lembaga eksekutif tingkat
departemen FTUI.
7. Ikatan Mahasiswa Program Internasional Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, selanjutnya disebut IMPI FTUI, adalah lembaga eksekutif pada
Program Internasional FTUI.
8. Kelompok Peminatan Departemen Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
selanjutnya disebut KPD FTUI, adalah lembaga eksekutif IKM FTUI yang
merupakan wadah untuk menampung, mengembangkan, dan menyalurkan
peminatan anggota IKM FTUI sesuai dengan kompetensi departemen
tempat KPD tersebut didirikan.

BAB VII
FORUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN TATA URUTAN
PERUNDANGAN
Pasal 14
Forum Pengambilan Keputusan IKM FTUI terdiri dari :
1. Musyawarah Kerja IKM FTUI.
2. Sidang Terbuka IKM FTUI.
3. Sidang MPM FTUI.
4. Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI.
5. Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI.
6. Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen atau Program Internasional
IKM FTUI.
7. Rapat Lembaga Eksekutif IKM FTUI.
Pasal 15
Tata Urutan Peraturan IKM FTUI adalah :
1. Ketetapan Musyawarah Kerja IKM FTUI.
2. Ketetapan Sidang Terbuka IKM FTUI.
3. Ketetapan dan Peraturan MPM FTUI.
4. Ketetapan Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI.
5. Ketetapan Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI.
6. Peraturan Lembaga Eksekutif tingkat fakultas.
7. Ketetapan dan Peraturan MPM FTUI Fraksi.
8. Ketetapan Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen atau Program
Internasional IKM FTUI.
9. Peraturan Lembaga Eksekutif tingkat departemen atau program
internasional.

BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 16
Sistem keuangan lembaga kemahasiswaan IKM FTUI mencakup 3 fungsi, yaitu
kebendaharaan (Treasurer), pengawasan (Controller), dan pencarian dana (Fund
Raiser) yang berdasarkan pada prinsip transparansi, tanggung jawab, integritas,
keadilan, efektivitas, dan efisiensi.

Pasal 17
Sumber Dana IKM FTUI diperoleh dari :
1. Iuran anggota aktif IKM FTUI.
2. Iuran Lembaga Kemahasiswaan IKM FTUI.
3. Usaha-usaha dan sumber yang sah serta tidak bertentangan dengan landasan
landasan IKM FTUI.
4. Dana-dana dan sumbangan lain yang tidak mengikat dan tidak bertentangan
dengan landasan-landasan IKM FTUI.

BAB IX
PEMILIHAN UMUM DAN PERIODISASI

Pasal 18
(1) Pemilihan Umum dilakukan untuk memilih anggota MPM FTUI, Ketua BEM
FTUI, serta Ketua IMD dan IMPI FTUI dengan mekanisme pemilihan yang
ditetapkan oleh MPM FTUI.
(2) Mekanisme pemilihan pimpinan lembaga eksekutif selain lembaga diatas
diatur secara otonom oleh lembaga bersangkutan.

Pasal 19
(1) Periodisasi kepengurusan MPM, BEM, BOK, BSO, IMD, IMPI, dan KPD FTUI
adalah satu periode yaitu dari Januari hingga Desember.
(2) Periodisasi BO ditentukan oleh kebijakan otonom lembaga bersangkutan
dengan syarat dan ketentuan yang ditentukan oleh MPM dan BEM FTUI.
BAB X
PENUTUP

BAGIAN PERTAMA
PEMBUBARAN IKM FTUI

Pasal 20
Pembubaran IKM FTUI hanya dapat dilaksanakan melalui referendum atas
kebijakan Musyawarah Kerja IKM FTUI yang hasilnya akan disahkan dalam
Musyawarah Kerja IKM FTUI.

BAGIAN KEDUA
PERUBAHAN PERATURAN DASAR

Pasal 21
Perubahan Peraturan Dasar hanya dapat dilaksanakan pada Musyawarah Kerja
IKM FTUI.

BAGIAN KETIGA
ATURAN PERALIHAN

Pasal 22
(1) Masa peralihan adalah masa sejak Peraturan Dasar disahkan sampai dengan
berlakunya secara keseluruhan.
(2) Hal-hal yang menyangkut berlakunya Peraturan Dasar secara keseluruhan
diatur dalam hasil ketetapan Musyawarah Kerja IKM FTUI.
(3) Peraturan Dasar yang ada masih tetap berlaku hingga berlakunya Peraturan
Dasar yang telah diperbaharui dan disahkan dalam Musyawarah Kerja VIII
IKM FTUI.

BAGIAN KEEMPAT
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 23
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Dasar akan ditetapkan dalam
Peraturan Rumah Tangga dan/atau peraturanlainnya sesuai dengan tata urutan
peraturan IKM FTUI dan tidak bertentangan dengan Peraturan Dasar IKM FTUI.
BAGIAN KELIMA
PENGESAHAN

Pasal 24
(1) Peraturan Dasar IKM FTUI ini disusun oleh Musyawarah I FTUI di Tugu,
Puncak, Jawa Barat pada tanggal 14 September 1971 dan diubah serta
disempurnakan pada Musyawarah Mahasiswa II FTUI di Tugu, Puncak, Jawa
barat pada tanggal 18 April 1974; pada Musyawarah Kerja III IKM FTUI di
Wisma Departemen Sosial, Puncak, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei 1976 yang
dilanjutkan di kampus FTUI, Jakarta; pada Musyawarah Kerja IV IKM FTUI
yang dilaksanakan di Puncak pada tanggal 26-29 April 1995 dan dilanjutkan
di kampus FTUI, Depok, pada tanggal 1-6 Mei 1995, dilanjutkan 12-13 Mei
1995, dilanjutkan pada tanggal 30 Mei 1995 – 3 Juli 1995; pada Musyawarah
Kerja V IKM FTUI di Kampus FTUI, Depok, Jawa Barat, pada tanggal 6
Januari sampai 28 Februari 2003; pada Musyawarah Kerja VI IKM FTUI yang
dilaksanakan di kampus FTUI, Depok, pada tanggal 10-26 Januari 2007; pada
Musyawarah Kerja VII IKM FTUI yang dilaksanakan di Kampus FTUI, Depok,
pada 24 Januari – 6 Februari 2011 dan dilanjutkan pada tanggal 6-8 Juni 2011;
dan ditetapkan kembali dalam Musyawarah Kerja VIII IKM FTUI yang
dilaksanakan di Kantin FTUI pada 9 April - 8 Mei 2015.
(2) Peraturan Dasar IKM FTUI ini sah sejak ditandatangani oleh pimpinan sidang
Musyawarah Kerja IKM FTUI.
(3) Semua ketentuan dan peraturan yang bertentangan dengan Peraturan Dasar
IKM FTUI ini dinyatakan tidak berlaku.
PENJELASAN PERATURAN DASAR
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I
NAMA, DEFINISI, BENTUK, WAKTU,
KEDAULATAN DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
Ikatan berarti sekumpulan dari berbagai kelompok atau wadah kegiatan
kemahasiswaan yang ada.

Pasal 2
(1) Wadah perjuangan bersama berarti seluruh mahasiswa FTUI mempunyai satu
sikap moral bersama dalam melaksanakan tujuan IKM FTUI dan fungsi
mahasiswa.
(2) Satu sikap moral berarti satu kesepahaman perjuangan yang berlandaskan
Kode Etik IKM FTUI.
(3) Fungsi Mahasiswa yang dimaksud adalah iron stock, moral force, dan agent
of change.

Pasal 3
Trias politika adalah sistem pemerintahan yang terdiri dari fungsi legislatif,
eksekutif, dan yudikatif; trias politika yang disesuaikan tersebut mencakup
kekuatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta didistribusikan dalam lembaga-
lembaga yang berada dalam IKM FTUI.

Pasal 5
Mahasiswa yang dimaksud adalah anggota aktif dan anggota muda IKM FTUI;
Lembaga tertinggi yang dimaksud adalah MPM FTUI.

BAB II
LANDASAN, STATUS, DAN SIFAT

Pasal 7
(1) Ketiga hal tersebut merupakan landasan berpikir dan bertindak bagi seluruh
anggota IKM FTUI.
(4) Peraturan IKM FTUI yang dimaksud adalah yang tertuang dalam tata urutan
perundangan IKM FTUI.

Pasal 8
Wadah tunggal kemahasiswaan berarti tempat seluruh aktivitas mahasiswa untuk
mencapai tujuan IKM FTUI berada dalam satu wadah yang terdiri dari elemen yang
saling mendukung.
Pasal 9
Independen berarti mandiri, tidak terikat, dan tidak bergantung dengan lembaga
mana pun dan obyektif dalam berpikir serta bertindak; Kekeluargaan berarti saling
menghargai dan menghormati dalam semangat persaudaraan; Kemahasiswaan
berarti seluruh aktivitas mahasiswa yang sesuai dengan Kode Etik IKM FTUI.
BAB III
USAHA IKM FTUI
Pasal 10
Poin 1: Dinamis berarti cepat menyesuaikan dengan keadaan; Madani berarti
menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu,
dan teknologi yang berperadaban; Berkesinambungan berarti bertahap dan
berkelanjutan;
Poin 2: Pendidikan dan kesejahteraan yang dimaksud adalah untuk IKM FTUI
dan/atau luar IKM FTUI.
Poin 3: Kondusif yang dimaksud adalah memberi peluang pada hasil yang
diinginkan yang bersifat mendukung.

BAB IV
IDENTITAS
Pasal 11
Poin 1: Bendera IKM FTUI berwarna dasar biru (#000139), berisikan makara UI
dan bertuliskan IKM FTUI; Makara UI dan tulisan IKM FTUI berwarna kuning dan
terletak di bagian tengah bendera; Warna kuning Makara UI dasn tulisan IKM FTUI
sesuai dengan standar format Makara yang disahkan; Tulisan IKM FTUI
menggunakan jenis huruf Arial; Perbandingan ukuran panjang dan lebar bendera
yakni tiga berbanding dua; Warna biru menunjukkan warna dasar FTUI, warna
kuning pada makara dan tulisan IKM FTUI menunjukkan warna UI.
Poin 2: Mars Teknik UI dinyanyikan dalam posisi berdiri tegak dengan
mengepalkan salah satu tangan ke udara. Mars Teknik UI memiliki lirik sebagai
berikut:
Kami Mahasiswa Teknik UI
Semangat gembira jiwa kami
Belajar dan berkarya
Menuju satu cita
Maju kita maju
Hidup Teknik UI
Hidup Teknik UI
Fakultas Teknik yang kucintai
Hidup Teknik UI
Hidup Teknik UI
Fakultas Teknik yang kucintai
(Dinyanyikan dua kali)
Poin 3: Yel Teknik UI dikumandangkan dalam posisi berdiri tegak dengan
mengepalkan salah satu tangan ke udara. Isi dari Yel Teknik UI adalah sebagai
berikut:
Teknik
Yahud
Ho hi ho ha ha
Teknik paling jaya
Ho hi ho ha ha
Teknik paling gaya
(Diserukan dua kali)
BAB VIII
KEUANGAN

Pasal 16
Fungsi kebendaharaan (Treasurer) yang dimaksud adalah pengelolaan dan
pembukuan kas. Fungsi pengawasan (Controller) yang dimaksud adalah
pengauditan internal dan pembuatan laporan keuangan. Fungsi pencarian dana
(Fund Raiser) yang dimaksud adalah usaha atau kegiatan untuk mendapatkan
pemasukan atau peningkatan kas Transparansi berarti keterbukaan dan
kejelasan dalam pencarian dan pengelolaan keuangan; Tanggung jawab berarti
keadaan wajib untuk menanggung segala sesuatunya, jika ada permasalahan bisa
dituntut; Integritas berarti perilaku yang menunjukan kemampuan dalam
pengelolaan keuangan; Keadilan berarti pengelolaan seusai dengan prioritas dan
kebutuhan yang ada; Efektivitas berarti membawa hasil atau berhasil guna, tepat
pada sasaran; Efisiensi berarti ketepatan cara usaha dan kerja dengan tidak
membuang-buang waktu dan biaya.

Pasal 17
Poin 3: Sah berarti aktivitas dilakukan menurut aturan yang berlaku di IKM
FTUI.
Poin 4: Tidak mengikat berarti aktivitas yang dilakukan tidak sampai mengubah
landasan IKM FTUI serta tidak mengganggu IKM FTUI.
PERATURAN RUMAH TANGGA
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I
KEANGGOTAAN

BAGIAN PERTAMA
KEWAJIBAN ANGGOTA

Pasal 1
(1) Menaati dan mengamalkan Landasan-landasan, peraturandan ketentuan
dalam IKM FTUI.
(2) Menjaga dan ikut serta menjunjung tinggi nama baik almamater FTUI.
(3) Membayar iuran anggota IKM FTUI sekali selama masa studi yang
mekanismenya diserahkan kepada MPM FTUI.
(4) Berperan aktif dalam minimal satu kegiatan yang bermanfaat bagi IKM FTUI.
(5) Setiap anggota muda mempunyai kewajiban yang sama dengan anggota,
kecuali membayar iuran anggota dan mengikuti kepanitiaan dan/atau
organisasi.

BAGIAN KEDUA
HAK ANGGOTA

Pasal 2
(1) Setiap anggota aktif berhak mendapatkan pelayanan yang disediakan oleh
IKM FTUI dan fasilitas yang digunakan oleh IKM FTUI menurut prosedur
yang berlaku.
(2) Setiap anggota aktif berhak untuk mengeluarkan pendapat secara lisan
maupun tulisan.
(3) Setiap anggota aktif berhak untuk memilih dan dipilih.
(4) Setiap anggota aktif berhak untuk membela diri dan/atau dibela jika
dikenakan sanksi dan/atau tuntutan di dalam ataupun di luar lingkungan
FTUI selama tidak melanggar landasan IKM FTUI dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
(5) Setiap anggota aktif berhak untuk melakukan tuntutan kepada anggota IKM
FTUI yang lain dan/atau lembaga kemahasiswaan di dalam lingkungan FTUI
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(6) Setiap anggota aktif berhak untuk berpartisipasi dalam semua kegiatan IKM
FTUI menurut prosedur yang berlaku.
Pasal 3
(1) Setiap anggota muda berhak untuk mengikuti prosedur menjadi anggota aktif.
(2) Setiap anggota muda mempunyai hak yang sama dengan anggota aktif,
kecuali:
1. hak dipilih.
2. hak untuk bergabung dalam kepanitiaan di IKM FTUI, kecuali yang
ditujukan untuk anggota muda yang sedang mengikuti prosedur menjadi
anggota aktif.
3. hak untuk bergabung dalam lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI kecuali
menjadi anggota BO, BOK, BSO, dan/atau KPD FTUI.

Pasal 4
Pemenuhan hak-hak anggota harus sesuai dengan Landasan-landasan, peraturan
dan ketentuan dalam IKM FTUI.

BAGIAN KETIGA
PEMBINAAN ANGGOTA

Pasal 5
(1) Pembinaan anggota diperuntukkan bagi anggota IKM FTUI.
(2) Pembinaan anggota merupakan tanggung jawab seluruh lembaga
kemahasiswaan IKM FTUI dan dikoordinasikan oleh MPM FTUI.
(3) Tujuan pembinaan anggota adalah untuk mewujudkan tujuan IKM FTUI.

Pasal 6
Pembinaan anggota bersifat berkesinambungan untuk jangka waktu selama masa
keanggotaannya masih berlaku.

BAGIAN KEEMPAT
SANKSI

Pasal 7
(1) Anggota IKM FTUI dapat diberi sanksi karena melanggar peraturan dan
ketentuan dalam IKM FTUI
(2) Anggota IKM FTUI diberi sanksi sesuai dengan prosedur yang berlaku
(3) Pembuatan prosedur dan penjatuhan sanksi diserahkan kepada MPM FTUI.

BAGIAN KELIMA
TUNTUTAN DAN PEMBELAAN

Pasal 8
(1) Peraturan tentang tuntutan dan pembelaan dibuat oleh MPM FTUI.
(2) Pemeriksaan tuntutan dilakukan oleh MPM FTUI.
BAGIAN KEENAM
KEHILANGAN KEANGGOTAAN

Pasal 9
Setiap anggota IKM FTUI kehilangan keanggotaan jika :
1. Lulus dari FTUI.
2. Keluar dari FTUI.
3. Meninggal dunia.

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAHASISWA

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN DASAR

Pasal 10
Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
selanjutnya disebut MPM FTUI, adalah lembaga tertinggi dalam IKM FTUI dan
pemegang kekuasaan legislatif dan yudikatif.

Pasal 11
Anggota MPM FTUI terdiri dari anggota-anggota MPM FTUI Fraksi yang dipilih
secara langsung oleh anggota IKM FTUI pada masing-masing departemen dan
program internasional.

BAGIAN KEDUA
KELENGKAPAN MPM FTUI

Pasal 12
Dalam melaksanakan tugasnya, kelengkapan MPM FTUI terdiri dari :
1. Pimpinan MPM FTUI, yaitu Ketua dan Sekretaris Umum.
2. Komisi.
3. Fraksi.
4. Staf.

Pasal 13
(1) Pemimpin MPM FTUI dipilih dalam Sidang Pleno yang dipimpin oleh
Pemimpin Sementara Sidang Pleno.
(2) Pemimpin Sementara Sidang Pleno adalah anggota MPM FTUI dengan usia
tertua dan termuda.
(3) Tata Tertib pemilihan pemimpin MPM FTUI disahkan dalam Sidang Pleno.
(4) Pemimpin MPM FTUI tidak menjadi anggota komisi.

Pasal 14
(1) Komisi adalah kelengkapan MPM FTUI yang dibentuk untuk menjalankan
tugas MPM FTUI.
(2) Pembagian komisi dan anggota komisi ditentukan dan disahkan dalam Sidang
Pleno.
(3) Komisi dipimpin oleh Ketua Komisi.
(4) Ketua Komisi dipilih oleh anggota komisi dalam Sidang Komisi.

Pasal 15
(1) Fraksi adalah kelengkapan MPM FTUI yang dibentuk untuk menjalankan
tugas MPM FTUI dalam lingkup departemen yang bersangkutan atau program
internasional.
(2) Anggota Fraksi adalah anggota MPM FTUI yang mewakili departemen yang
bersangkutan atau program internasional.
(3) Fraksi dipimpin oleh Ketua Fraksi.
(4) Ketua Fraksi dipilih oleh anggota fraksi dalam Sidang Fraksi.

Pasal 16
(1) Staf adalah kelengkapan MPM FTUI yang bertugas membantu tugas MPM
FTUI.
(2) Mekanisme pemilihan staf diatur dalam peraturan yang ditetapkan MPM
FTUI.
(3) Tugas staf diatur oleh Ketetapan MPM FTUI yang disahkan dalam Sidang
Pleno.

BAGIAN KETIGA
KEWAJIBAN MPM FTUI
Pasal 17
(1) Menaati dan melaksanakan Landasan-landasan IKM FTUI serta Ketetapan
Musyawarah Kerja dan Sidang Terbuka IKM FTUI.
(2) Menampung dan mempertimbangkan segala aspirasi anggota IKM FTUI yang
disampaikan kepada MPM FTUI.
(3) Mempertimbangkan dan mengesahkan rancangan program kerja dan
rancangan anggaran lembaga eksekutif IKM FTUI.
(4) Mengawasi pelaksanaan program kerja dan anggaran lembaga eksekutif IKM
FTUI.
(5) Mengawasi pelaksanaan Ketetapan Musyawarah Kerja, Sidang Terbuka, dan
Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI.
(6) Mempertimbangkan, menetapkan, dan mengesahkan peraturan yang
diajukan BEM FTUI kepada MPM FTUI.
(7) Menyelesaikan masalah yang timbul dalam IKM FTUI.
(8) Membuat dan mengesahkan prosedur pembinaan anggota IKM FTUI.
(9) Mengesahkan dan melantik anggota IKM FTUI.
(10) Bertanggung jawab atas terselengaranya Pemilihan Umum IKM FTUI.
(11) Memberikan mandat kepada masing-masing ketua terpilih sebagai Ketua
Umum BEM, BO, BOK, BSO, IMD, IMPI dan/atau KPD FTUI.
(12) Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Ketua Umum BEM, IMD dan
IMPI FTUI pada akhir masa jabatan.
(13) Menyusun dan mengesahkan Garis-garis Besar Program Kerja (GBPK) BEM,
BO, BOK, BSO, IMD, IMPI dan KPD FTUI.
(14) Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban masing-masing BO, BOK, BSO
dan KPD FTUI pada akhir masa jabatan.
(15) Bertanggung jawab atas terselenggaranya Musyawarah Kerja IKM FTUI dan
Sidang Terbuka IKM FTUI.
(16) Bertanggung jawab atas terselenggaranya Rapat Koordinasi Lembaga IKM
FTUI.
(18) Mengesahkan BO, BOK, BSO atau KPD yang berada dalam IKM FTUI.
(19) Mensosialisasikan laporan pertanggungjawaban yang telah disahkan oleh
MPM FTUI kepada anggota IKM FTUI selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
setelah disahkan.
(20) Membela anggota IKM FTUI yang akan atau telah dikenakan sanksi di dalam
dan/atau di luar lingkungan FTUI selama tidak melanggar landasan IKM
FTUI.
(21) Mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan oleh fungsionaris
lembaga kemahasiswaan di lingkungan FTUI.
(22) Mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga kemahasiswaan di lingkungan FTUI.
(23) Mengevaluasi keberadaan dan/atau status BO, BOK, BSO dan KPD FTUI
setiap 1 tahun sekali sejak pendirian.
(24) Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas MPM FTUI dalam
satu periode kepengurusan kepada anggota IKM FTUI di akhir masa jabatan.
(25) Mengkoordinasikan, menetapkan dan mengevaluasi pelaksanaan pembinaan
anggota.
(26) Bertanggungjawab atas pengrasipan segala kegiatan di IKM FTUI.
BAGIAN KEEMPAT
HAK MPM FTUI

Pasal 18
(1) Hak Legislasi, Yudikasi, Budget, Interpelasi, Angket, dan Grasi.
(2) Mencabut mandat Ketua Umum BEM, BO, BOK, BSO, IMD, IMPI, dan/atau
KPD FTUI.
(3) Menerima atau menolak peraturanyang diajukan BEM, BO, BOK, BSO, IMD,
IMPI, dan/atau KPD FTUI.
(4) Mengesahkan atau menolak permohonan BO, BOK, BSO, dan/atau KPD yang
akan berdiri atau berubah status dalam IKM FTUI.
(5) Mencabut kembali pengesahan BO, BOK, BSO, dan/atau KPD yang berstatus
dalam IKM FTUI.
(6) Menolak atau menerima pengunduran diri Ketua Umum BEM, IMD, dan/atau
IMPI FTUI.
(7) Menolak atau menerima laporan pertanggungjawaban lembaga eksekutif di
lingkungan IKM FTUI.
(8) Memberikan sanksi kepada fungsionaris dan/atau lembaga-lembaga
kemahasiswaan IKM FTUI.
(9) Setiap anggota MPM FTUI berhak untuk mengundurkan diri sesuai dengan
prosedur yang berlaku.

BAGIAN KELIMA
MEKANISME PENCALONAN DAN PEMILIHAN ANGGOTA MPM FTUI

Pasal 19
Persyaratan calon anggota MPM FTUI adalah :
1. Anggota aktif IKM FTUI.
2. Tidak dicabut haknya untuk dipilih.
3. Bersedia mencalonkan diri.
4. Tidak terancam drop out ketika pemilihan berlangsung.
5. Bersedia untuk tidak menjabat dan/atau terlibat dalam kepengurusan
dan/atau kepanitiaan apapun dalam lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI,
UI dan/atau organisasi apapun di luar UI, kecuali jabatan dan/atau
kepanitiaan yang disebabkan posisinya sebagai anggota MPM FTUI.
6. Lulus dari Standar Kelayakan.

Pasal 20
(1) Pemilihan anggota MPM FTUI diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan
Umum IKM FTUI.
(2) Anggota MPM FTUI dipilih secara langsung oleh departemen masing-masing
atau program internasional.
(3) Jumlah minimal anggota MPM FTUI untuk setiap departemen adalah 5 (lima)
orang.
(4) Jika calon kurang dari jumlah minimal, maka departemen yang bersangkutan
diwakili 5 (lima) orang untuk menjadi anggota MPM FTUI yang
mekanismenya diserahkan kepada MPM FTUI Fraksi departemen tersebut.
(5) Untuk menjadi anggota MPM FTUI, setiap calon harus mendapatkan minimal
10% suara dari departemennya.
(6) Jika calon yang mendapatkan 10% suara kurang dari jumlah minimal, maka
dipilih 5 (lima) orang yang memperoleh suara terbanyak.
(7) Jika jumlah suaranya sama, maka mekanisme pemilihannya diserahkan pada
MPM FTUI Fraksi departemen tersebut.
(8) Jumlah minimal anggota MPM FTUI untuk program internasional adalah 4
(empat) orang.
(9) Jika calon kurang dari jumlah minimal, maka Program Internasional diwakili
4 (empat) orang untuk menjadi anggota MPM FTUI yang mekanismenya
diserahkan kepada MPM FTUI Fraksi Program Internasional.
(10) Untuk menjadi anggota MPM FTUI, setiap calon harus mendapatkan minimal
10% suara dari Program Internasional.
(11) Jika calon yang mendapatkan 10% suara kurang dari jumlah minimal, maka
dipilih 4 (empat) orang yang memperoleh suara terbanyak.
(12) Jika jumlah suaranya sama, maka mekanisme pemilihannya diserahkan pada
MPM FTUI Fraksi Program Internasional.

BAGIAN KEENAM
MEKANISME PEMBERHENTIAN DAN PENGUNDURAN DIRI
ANGGOTA MPM FTUI

Pasal 21
Setiap anggota MPM FTUI dapat diberhentikan apabila:
1. Tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai anggota MPM FTUI.
2. Melanggar Ketetapan Musyawarah Kerja IKM FTUI.
3. Melakukan perbuatan kejahatan yang bertentangan dengan Undang-
Undang dan peraturan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
diputuskan bersalah oleh pengadilan.
Pasal 22
Mekanisme pemberhentian anggota MPM FTUI adalah :
1. Seorang anggota MPM FTUI yang dipilih melalui Pemilihan Umum dapat
diberikan mosi tidak percaya yang diajukan oleh anggota IKM FTUI
departemennya atau program internasional sebanyak suara yang diperoleh
ketika Pemilihan Umum ditambah 1 (satu) serta dibuktikan dengan tanda
tangan.
2. Anggota MPM FTUI yang diberikan mosi tidak percaya dapat melakukan
pembelaan.
3. Apabila mosi tidak percaya tersebut ditolak, maka anggota MPM FTUI yang
bersangkutan wajib memberikan penjelasan kepada departemennya atau
program internasional.
4. Apabila mosi tidak percaya tersebut diterima, maka anggota MPM FTUI
yang bersangkutan diberhentikan.
5. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah keputusan
pemberhentian dijatuhkan maka departemen atau program internasional
yang diwakilinya harus mengajukan pengganti yang mekanisme
pemilihannya diserahkan kepada MPM FTUI.

Pasal 23
Mekanisme pengunduran diri anggota MPM FTUI adalah :
1. Mengajukan surat pengunduran diri kepada MPM FTUI.
2. Mendapatkan persetujuan dari MPM FTUI Fraksi yang diwakilinya.
3. Mendapatkan persetujuan dari anggota IKM FTUI departemennya atau
program internasional sebanyak suara yang diperoleh ketika Pemilihan
Umum ditambah 1 (satu) serta dibuktikan dengan tanda tangan dan fotokopi
Kartu Tanda Mahasiswa (KTM).
4. Disahkan dalam Sidang Pleno.
5. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah pengunduran diri
diterima, maka departemen atau program internasional yang diwakilinya
harus mengajukan pengganti yang mekanisme pemilihannya diserahkan
kepada MPM FTUI.

BAB III
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN DASAR

Pasal 24
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, selanjutnya
disebut BEM FTUI, adalah lembaga eksekutif tingkat fakultas dan koordinator
tertinggi lembaga eksekutif IKM FTUI.

BAGIAN KEDUA
STRUKTUR BEM FTUI

Pasal 25
Struktur BEM FTUI terdiri dari :
1. Ketua Umum BEM FTUI.
2. Badan Pengurus Harian, selanjutnya disebut BPH, BEM FTUI yaitu
sekurang-kurangnya terdiri dari Sekretaris Umum, Bendahara Umum,
Ketua-ketua Bidang.
3. Badan Pengurus, selanjutnya disebut BP, BEM FTUI.

Pasal 26
Persyaratan BPH BEM FTUI adalah :
1. Anggota aktif IKM FTUI.
2. Dipilih oleh Ketua Umum BEM FTUI.
3. Tidak dicabut haknya untuk dipilih.
4. Tidak terancam drop out ketika akan diangkat menjadi BPH BEM FTUI.
5. Bersedia untuk tidak menjabat dan/atau terlibat dalam kepengurusan
dan/atau kepanitiaan apapun dalam lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI,
UI dan/atau organisasi apapun di luar UI, kecuali jabatan dan/atau
kepanitiaan yang disebabkan posisinya sebagai BPH BEM FTUI.

BAGIAN KETIGA
KEWAJIBAN BEM FTUI

Pasal 27
(1) Menaati dan melaksanakan Landasan-landasan IKM FTUI serta ketetapan
Musyawarah Kerja IKM FTUI, Sidang Terbuka IKM FTUI, dan MPM FTUI.
(2) Mengkoordinasikan arah gerak kegiatan kemahasiswaan BO, BOK, BSO, IMD
dan IMPI FTUI.
(3) Mengkoordinasikan sikap keluar yang mengatasnamakan FTUI terhadap BO,
BOK, BSO, IMD dan IMPI FTUI.
(4) Menyerahkan rencana program kerja dan anggaran belanja BEM FTUI
kepada MPM FTUI.
(5) Mempublikasikan program kerja dan anggaran belanja BEM FTUI yang telah
disahkan oleh MPM FTUI.
(6) Memberikan laporan kepada MPM FTUI tentang perkembangan program
kerja dan anggaran belanja BEM FTUI sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali atau jika diminta.
(7) Memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diajukan oleh MPM FTUI.
(8) Memberikan laporan pertanggungjawaban ketika masa jabatan berakhir atau
jika diminta sewaktu-waktu.
(9) Mengontrol kepanitiaan-kepanitiaan yang telah dibentuk oleh BEM FTUI.
(10) Membina BSO FTUI dalam hal kaderisasi.
(11) Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan keagamaan yang belum memiliki
BOK di IKM FTUI.

BAGIAN KEEMPAT
HAK BEM FTUI
Pasal 28
(1) Memberikan rekomendasi arah gerak kegiatan kemahasiswaan kepada MPM
FTUI.
(2) Membentuk kepanitiaan-kepanitiaan yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas-tugas BEM FTUI.
(3) Meminta laporan pertanggungjawaban dari kepanitiaan-kepanitiaan yang
telah dibentuk BEM FTUI.
(4) Membubarkan kepanitiaan yang telah menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan atau bila diperlukan.
(5) Mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan oleh kepanitiaan-
kepanitiaan yang dibentuk oleh BEM FTUI.
(6) Mengajukan keberatan terhadap putusan MPM FTUI.
(7) Mengajukan usulan-usulan kepada Ketua lembaga eksekutif lain dan MPM
FTUI.
(8) Memberikan penghargaan kepada orang yang dianggap berjasa kepada IKM
FTUI dengan persetujuan MPM FTUI.
(9) Melakukan pembelaan terhadap tuntutan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

BAGIAN KELIMA
RAPAT BEM FTUI
Pasal 29
Rapat BEM FTUI diatur secara rinci dalam peraturan BEM FTUI.

BAGIAN KEENAM
MEKANISME PEMILIHAN KETUA UMUM BEM FTUI

Pasal 30
(1) Proses pemilihan diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan Umum IKM FTUI.
(2) Ketua Umum BEM FTUI dipilih langsung oleh anggota IKM FTUI.
(3) Pemilihan ketua dapat dilakukan bila terdapat 2 (dua) calon atau lebih.
(4) Apabila ayat (3) di atas tidak terpenuhi, maka masing-masing departemen
wajib mengajukan calon yang kemudian dalam pemilihan tidak lagi
mengatasnamakan departemen.
(5) Calon Ketua Umum BEM FTUI yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan
menjadi Ketua BEM FTUI terpilih.

Pasal 31
Persyaratan calon Ketua Umum BEM FTUI adalah :
1. Anggota IKM FTUI.
2. Minimal duduk di tingkat III.
3. Tidak dicabut haknya untuk dipilih.
4. Bersedia dicalonkan dan/atau mencalonkan diri.
5. Bersedia melepaskan jabatan kepanitiaan dan/atau kelembagaan di IKM
FTUI, UI dan/atau organisasi apapun di luar UI.
6. Pernah aktif dalam kepanitiaan-kepanitiaan dan/atau lembaga-lembaga
kemahasiswaan di IKM FTUI.
7. Tidak mencalonkan diri sebagai pengurus lembaga-lembaga kemahasiswaan
lain yang berada di lingkungan FTUI dan/atau UI.
8. Tidak terancam drop out selama pemilihan dan tidak akan menyelesaikan
studi selama menjabat.
9. Bersedia untuk tidak menjabat dan/atau terlibat dalam kepengurusan
dan/atau kepanitiaan apapun dalam lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI,
UI dan/atau organisasi apapun di luar UI, selama memegang jabatan sebagai
Ketua Umum BEM FTUI.
10. Lulus dari Standar Kelayakan.

BAGIAN KETUJUH
MEKANISME PEMBERHENTIAN, PENGUNDURAN DIRI, DAN
PEMILIHAN KEMBALI KETUA UMUM BEM FTUI

Pasal 32
Persyaratan pemberhentian Ketua Umum BEM FTUI adalah :
1. Melakukan perbuatan kejahatan yang bertentangan dengan Undang-
Undang dan peraturan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
diputuskan bersalah oleh pengadilan.
2. Tidak menjaga nama baik IKM FTUI.
3. Melanggar Landasan-landasan IKM FTUI dan/atau Ketetapan MPM FTUI.
4. Tidak dapat menjalankan program kerja BEM FTUI dengan alasan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan.
5. Tidak dapat memberikan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI
selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah waktu yang ditentukan oleh
MPM FTUI.

Pasal 33
Mekanisme pemberhentian Ketua BEM FTUI adalah :
1. MPM FTUI mengeluarkan Surat Peringatan kepada Ketua Umum BEM
FTUI apabila dianggap telah memenuhi persyaratan pemberhentian Ketua
Umum BEM FTUI.
2. Setelah Surat Peringatan 3 diputuskan, maka MPM FTUI mengeluarkan
putusan pelaksanaan Sidang Istimewa MPM FTUI.
3. Ketua Umum BEM FTUI menyampaikan pertanggungjawaban pada Sidang
Istimewa MPM FTUI.
4. Selama masa demisioner, pimpinan tertinggi diambil alih oleh MPM FTUI.
5. Setelah Ketua Umum BEM FTUI diberhentikan, maka MPM FTUI
menetapkan Pejabat sementara (Pjs.) Ketua Umum BEM FTUI.
6. Pjs. Ketua Umum BEM FTUI tidak berhak membuat kebijakan baru.
7. Pjs. Ketua Umum BEM FTUI menjabat hingga terpilihnya Ketua Umum
BEM FTUI yang baru.

Pasal 34
Mekanisme pengunduran diri Ketua Umum BEM FTUI adalah:
1. Mengajukan surat pengunduran diri kepada MPM FTUI.
2. Menyampaikan alasan pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum BEM
FTUI kepada MPM FTUI dan anggota IKM FTUI pada Sidang Istimewa
MPM FTUI.
3. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban dirinya sebagai Ketua Umum
BEM FTUI kepada MPM FTUI dan anggota IKM FTUI pada Sidang Istimewa
MPM FTUI.
4. Mendapatkan persetujuan dari MPM FTUI atas pengunduran dirinya.
5. Selama masa demisioner, pimpinan tertinggi diambil alih oleh MPM FTUI.
6. Setelah Ketua Umum BEM FTUI mengundurkan diri, maka MPM FTUI
menetapkan Pejabat sementara (Pjs.) Ketua Umum BEM FTUI pada Sidang
Istimewa MPM FTUI.
7. Pjs. Ketua Umum BEM FTUI tidak berhak membuat kebijakan baru.
8. Pjs. Ketua Umum BEM FTUI menjabat hingga terpilihnya Ketua Umum
BEM FTUI yang baru.

Pasal 35
Mekanisme pemilihan Ketua Umum BEM FTUI pasca pemberhentian atau
pengunduran diri Ketua Umum BEM FTUI adalah :
1. Ketua Umum BEM FTUI yang telah diberhentikan atau diterima
pengunduran dirinya tidak boleh mencalonkan diri sebagai Ketua Umum
BEM FTUI.
2. Pemilihan Ketua Umum BEM FTUI diatur oleh MPM FTUI yaitu melalui
proses Pemilihan Umum Khusus.
3. Selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan setelah penjatuhan Ketua
Umum BEM FTUI, Ketua Umum BEM FTUI pengganti harus sudah terpilih.
4. Jika masa jabatan Ketua Umum BEM FTUI yang dijatuhkan tinggal dua
bulan menjelang berakhirnya masa jabatan, maka tidak diadakan Pemilihan
Umum Khusus.
5. Untuk membantu penyelenggaraan Pemilihan Ketua Umum BEM FTUI,
maka dibentuk Panitia Pemilihan Umum Khusus.
6. Persyaratan dan mekanisme Pemilihan Umum Khusus selain di atas sama
dengan persyaratan dan mekanisme Pemilihan Umum.
7. Panitia Pemilihan Umum Khusus dapat menetapkan peraturan lain
sepanjang tidak bertentangan dengan tata urutan peraturan IKM FTUI.
8. Ketua Umum BEM FTUI yang terpilih melalui Pemilihan Umum Khusus
hanya diperkenankan untuk melanjutkan kebijakan yang telah dibuat oleh
Ketua Umum BEM FTUI yang telah diberhentikan atau diterima
pengunduran dirinya, kecuali apabila terjadi dalam 3 (tiga) bulan awal
kepengurusan.

BAB IV
BADAN OTONOM

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN DASAR

Pasal 36
(1) Badan Otonom Fakultas Teknik Universitas Indonesia, selanjutnya disebut
BO FTUI, adalah lembaga eksekutif IKM FTUI yang menampung,
mengembangkan, dan menyalurkan aspirasi minat, bakat, dan kreasi anggota
IKM FTUI yang menunjang tujuan dan usaha IKM FTUI.
(2) BO FTUI adalah lembaga eksekutif tingkat fakultas yang keanggotaannya
terbuka bagi seluruh anggota IKM FTUI dan sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh BO FTUI yang bersangkutan.
BAGIAN KEDUA
KEWAJIBAN BO FTUI
Pasal 37
(1) Menaati dan melaksanakan Landasan-landasan IKM FTUI dan Ketetapan
MPM FTUI.
(2) Memiliki PD/PRT yang tidak menyimpang dari Landasan-landasan IKM FTUI
dan Ketetapan MPM FTUI.
(3) Melaporkan rencana program kerja, anggaran, dan pengurus kepada MPM
FTUI.
(4) Memberikan laporan perkembangan program kerja dan anggaran pendapatan
dan belanja kepada MPM FTUI pada waktu yang disepakati sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan sekali atau jika diminta.
(5) Memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diajukan oleh MPM FTUI.
(6) Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI ketika masa
jabatan berakhir atau jika diminta sewaktu-waktu.

BAGIAN KETIGA
HAK BO FTUI

Pasal 38
(1) Menggunakan fasilitas IKM FTUI sesuai dengan prosedur yang berlaku.
(2) Mendapatkan sumbangan baik internal maupun eksternal selama tidak
bertentangan dengan Landasan-landasan IKM FTUI dan Ketetapan MPM
FTUI.
(3) Menentukan rencana program kerja dan anggaran.
(4) Mewakili IKM FTUI dalam kegiatan-kegiatan keluar dalam bidang masing-
masing.
(5) Memiliki otonomi dalam menentukan hal-hal yang bersifat internal dari BO
FTUI itu sendiri.
(6) Mengajukan rancangan peraturan kepada MPM FTUI.
(7) Melakukan pembelaan terhadap tuntutan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

BAGIAN KEEMPAT
MEKANISME PENDIRIAN DAN PERUBAHAN STATUS BO FTUI

Pasal 39
Mekanisme pendirian BO FTUI seperti berikut:
1. Mengajukan permohonan untuk menjadi BO FTUI dengan mengirimkan
PD/PRT BO FTUI, daftar usulan program kerja, daftar calon pengurus, dan
daftar anggota kepada MPM FTUI.
2. Telah menjadi BSO FTUI selama minimal 3 (tiga) tahun periode
kepengurusan.
3. Laporan pertanggungjawabannya sebagai BSO FTUI diterima oleh MPM
FTUI selama minimal 3 (tiga) tahun periode kepengurusan berturut-turut.
4. Mendapatkan rekomendasi dari BEM FTUI pada saat menjadi BSO FTUI di
kepengurusan sebelumnya.
5. Tidak mengalami hambatan dalam hal kaderisasi berdasarkan hasil
penilaian MPM FTUI.
6. Keanggotaannya terbuka bagi seluruh anggota IKM FTUI.
7. Dibuktikan dengan dukungan minimal 70 (tujuh puluh) orang anggota BSO
FTUI tersebut dengan adanya perwakilan dari setiap departemen yang
dibuktikan dengan verifikasi sah oleh MPM FTUI.
8. Persyaratan pengesahan peraturan verifikasi anggota ditetapkan oleh MPM
FTUI.
9. Disahkan oleh MPM FTUI melalui Sidang Terbuka yang melibatkan BO
FTUI yang bersangkutan.
10. Memiliki kepengurusan sesuai PD/PRT BO FTUI bersangkutan setelah BO
FTUI disahkan oleh MPM FTUI dan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari setelah tanggal pengesahan.

Pasal 40
(1) Jika salah satu mekanisme pendirian BO FTUI tidak terpenuhi, maka
pendirian BO FTUI dapat ditolak atau dicabut kembali pengesahannya.
(2) BO FTUI dapat berubah status kembali menjadi BSO FTUI jika memenuhi
seluruh kriteria perubahan status BO FTUI menjadi BSO FTUI dan telah
disahkan oleh MPM FTUI sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Pasal 41
Kriteria perubahan status kembali BO FTUI menjadi BSO FTUI adalah:
1. Tidak melaksanakan minimal 3 (tiga) program kerja selama 2 (dua) tahun
periode kepengurusan berturut-turut.
2. Tidak menyerahkan laporan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI
selama 2 (dua) tahun periode kepengurusan berturut-turut.
3. Mengalami hambatan dalam hal kaderisasi berdasarkan hasil penilaian
MPM FTUI.
4. Mengalami kesulitan dalam merekrut anggota.

BAGIAN KELIMA
PEMBUBARAN BO FTUI

Pasal 42
BO FTUI dapat dinyatakan bubar setelah memenuhi kriteria pembubaran BO FTUI
dan telah disahkan oleh MPM FTUI sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Pasal 43
Kriteria pembubaran BO FTUI adalah :
1. Tidak melaksanakan dan/atau memiliki program kerja selama 2 (dua) tahun
periode kepengurusan berturut-turut.
2. Tidak memiliki kepengurusan.
3. Melanggar Landasan-landasan IKM FTUI dan/atau peraturandalam IKM
FTUI.
4. Kesepakatan internal BO FTUI tersebut untuk membubarkan diri.
BAB V
BADAN OTONOM KEAGAMAAN

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN DASAR

Pasal 44
(1) Badan Otonom Keagamaan Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
selanjutnya disebut BOK FTUI, adalah lembaga eksekutif IKM FTUI yang
menampung, mengembangkan, dan menyalurkan keagamaan dan aspirasi
anggota IKM FTUI.
(2) BOK FTUI adalah lembaga eksekutif tingkat fakultas yang keanggotaannya
terbuka bagi seluruh anggota IKM FTUI sesuai dengan agama yang
bersangkutan dan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh BOK FTUI
yang bersangkutan.
BAGIAN KEDUA
KEWAJIBAN BOK FTUI

Pasal 45
(1) Menaati dan melaksanakan Landasan-landasan IKM FTUI dan Ketetapan
MPM FTUI.
(2) Memiliki PD/PRT yang tidak menyimpang dari Landasan-landasan IKM FTUI
dan Ketetapan MPM FTUI.
(3) Melaporkan rencana program kerja, anggaran, dan pengurus kepada MPM
FTUI.
(4) Mengkoordinasikan kondisi dan aktivitas lembaga yang diwakilinya yang
berkaitan dengan aktivitas kemahasiswaan IKM FTUI kepada MPM FTUI.
(5) Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI ketika masa
jabatan berakhir atau jika diminta sewaktu-waktu.
BAGIAN KETIGA
HAK BOK FTUI
Pasal 46
(1) Melakukan koordinasi dengan Badan Khusus Kerohanian IMD dan/atau IMPI
dalam hal pembinaan dan kegiatan keagamaan
(2) Mendapatkan sumbangan baik internal maupun eksternal selama tidak
bertentangan dengan Landasan-landasan IKM FTUI dan Ketetapan MPM
FTUI.
(3) Menentukan rencana program kerja dan anggaran.
(4) Mewakili IKM FTUI dalam kegiatan-kegiatan keluar dalam bidang
keagamaan masing-masing.
(5) Memiliki otonomi dalam menentukan hal-hal yang bersifat internal dari BOK
FTUI itu sendiri.
(6) Mengajukan rancangan peraturan kepada MPM FTUI.
(7) Melakukan pembelaan terhadap tuntutan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
BAGIAN KEEMPAT
MEKANISME PENDIRIAN BOK FTUI

Pasal 47
(1) Mengajukan permohonan untuk menjadi BOK FTUI dengan mengirimkan
PD/PRT BOK FTUI, daftar usulan program kerja, daftar calon pengurus dan
daftar calon anggota kepada MPM FTUI.
(2) Memiliki ruang lingkup dalam keagamaan yang berbeda dengan BOK FTUI
yang telah ada, dimana keagamaan tersebut merupakan agama yang diakui
oleh Pemerintah Republik Indonesia.
(3) Telah melakukan koordinasi dengan BEM FTUI.
(4) Disahkan oleh MPM FTUI melalui Sidang Pleno yang melibatkan BOK FTUI
yang bersangkutan.
(5) Memiliki kepengurusan sesuai PD/PRT BOK FTUI bersangkutan setelah BOK
FTUI disahkan oleh MPM FTUI dan selambat-lambatnya 30 hari setelah
tanggal pengesahan.

Pasal 48
Jika salah satu mekanisme pendirian BOK tidak terpenuhi, maka pendirian BOK
FTUI tersebut dapat ditolak atau dicabut kembali pengesahannya.

BAGIAN KELIMA
PEMBUBARAN BOK FTUI
Pasal 49
BOK FTUI dapat dinyatakan bubar setelah memenuhi kriteria pembubaran BOK
FTUI dan telah disahkan oleh MPM FTUI sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Pasal 50
Kriteria pembubaran BOK FTUI adalah:
1. Tidak melaksanakan dan/atau memiliki program kerja selama 2 (dua) tahun
periode kepengurusan berturut-turut.
2. Tidak memiliki kepengurusan.
3. Melanggar Landasan-landasan IKM FTUI dan/atau peraturandalam IKM
FTUI.
4. Kesepakatan internal BOK FTUI tersebut untuk membubarkan diri.

BAB VI
BADAN SEMI OTONOM

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN DASAR
Pasal 51
(1) Badan Semi Otonom Fakultas Teknik Universitas Indonesia, selanjutnya
disebut BSO FTUI, adalah lembaga eksekutif IKM FTUI yang menampung,
mengembangkan, dan menyalurkan aspirasi minat, bakat, dan kreasi anggota
IKM FTUI yang menunjang tujuan dan usaha IKM FTUI, yang mendapatkan
pembinaan dari BEM FTUI.
(2) BSO FTUI adalah lembaga eksekutif tingkat fakultas yang keanggotaannya
terbuka bagi seluruh anggota IKM FTUI dan sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh BSO FTUI yang bersangkutan.

BAGIAN KEDUA
KEWAJIBAN BSO FTUI
Pasal 52
(1) Menaati dan melaksanakan Landasan-landasan IKM FTUI dan Ketetapan
MPM FTUI.
(2) Memiliki PD/PRT yang tidak menyimpang dari Landasan-landasan IKM FTUI
dan Ketetapan MPM FTUI.
(3) Melaporkan rencana program kerja, anggaran, dan pengurus kepada MPM
FTUI.
(4) Memberikan laporan perkembangan program kerja dan anggaran pendapatan
dan belanja kepada MPM FTUI pada waktu yang disepakati sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan sekali atau jika diminta.
(5) Memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diajukan oleh MPM FTUI.
(6) Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI ketika masa
jabatan berakhir atau jika diminta sewaktu-waktu.
(7) Memberikan laporan perkembangan kepada BEM FTUI sekurang-kurangnya
3 (tiga) bulan sekali atau jika diminta sewaktu-waktu.
BAGIAN KETIGA
HAK BSO FTUI

Pasal 53
(1) Menggunakan fasilitas IKM FTUI sesuai dengan prosedur yang berlaku.
(2) Mendapatkan sumbangan baik internal maupun eksternal selama tidak
bertentangan dengan Landasan-landasan IKM FTUI dan Ketetapan MPM
FTUI.
(3) Menentukan rencana program kerja dan anggaran.
(4) Mewakili IKM FTUI dalam kegiatan-kegiatan keluar dalam bidang masing-
masing.
(5) Memiliki otonomi dalam menentukan hal-hal yang bersifat internal dari BSO
FTUI itu sendiri.
(6) Menerima pembinaan dari BEM FTUI dalam hal kaderisasi.
(7) Mengajukan rancangan peraturan kepada MPM FTUI.
(8) Melakukan pembelaan terhadap tuntutan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

BAGIAN KEEMPAT
MEKANISME PENDIRIAN BSO FTUI

Pasal 54
Mekanisme pendirian BSO FTUI adalah:
1. Mengajukan permohonan untuk menjadi BSO FTUI dengan mengirimkan
PD/PRT BSO FTUI, daftar usulan program kerja, daftar calon pengurus, dan
daftar calon anggota kepada MPM FTUI.
2. Memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan BO atau BSO FTUI yang telah
berdiri sebelumnya.
3. Keanggotaannya terbuka bagi seluruh anggota IKM FTUI.
4. Dibuktikan dengan dukungan minimal 5 (lima) orang anggota dari setiap
departemen yang dibuktikan dengan verifikasi sah oleh MPM FTUI.
5. Persyaratan pengesahan peraturan verifikasi anggota ditetapkan oleh MPM
FTUI.
6. Telah melakukan koordinasi dengan BEM FTUI.
7. Disahkan oleh MPM FTUI melalui Sidang Terbuka yang melibatkan BSO
FTUI yang bersangkutan.
8. Memiliki kepengurusan sesuai PD/PRT BSO FTUI bersangkutan setelah
BSO FTUI disahkan oleh MPM FTUI dan selambat-lambatnya 30 hari
setelah tanggal pengesahan.
Pasal 55
Jika salah satu mekanisme pendirian BSO FTUI tidak terpenuhi, maka pendirian
BSO FTUI tersebut dapat ditolak atau dicabut kembali pengesahannya.

BAGIAN KELIMA
PEMBUBARAN BSO FTUI

Pasal 56
BSO FTUI dapat dinyatakan bubar setelah memenuhi kriteria pembubaran BSO
FTUI dan telah disahkan oleh MPM FTUI sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Pasal 57
Kriteria pembubaran BSO FTUI adalah:
1. Tidak melaksanakan dan/atau memiliki program kerja selama 2 (dua) tahun
periode kepengurusan berturut-turut.
2. Tidak memiliki kepengurusan.
3. Melanggar Landasan-landasan IKM FTUI dan/atau peraturandalam IKM
FTUI.
4. Kesepakatan internal BSO FTUI tersebut untuk membubarkan diri.
5. Apabila dalam 8 tahun atau 2 kali Muker IKM FTUI, tidak menjadi BO.

BAB VII
IKATAN MAHASISWA DEPARTEMEN

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN DASAR

Pasal 58
Ikatan Mahasiswa Departemen Fakultas Teknik Universitas Indonesia, selanjutnya
disebut IMD FTUI, adalah lembaga eksekutif tingkat departemen FTUI.
BAGIAN KEDUA
STRUKTUR IMD FTUI

Pasal 59
Struktur IMD FTUI terdiri dari :
1. Ketua Umum IMD FTUI.
2. BPH IMD FTUI, yang sekurang-kurangnya terdiri dari Sekretaris Umum,
Bendahara Umum, dan Ketua-ketua Bidang serta Ketua Bidang Khusus
Keagamaan.
3. BP IMD FTUI.

Pasal 60
Persyaratan BPH IMD FTUI adalah :
1. Anggota aktif IKM FTUI dari departemen yang bersangkutan.
2. Dipilih oleh Ketua Umum IMD FTUI.
3. Tidak dicabut haknya untuk dipilih.
4. Tidak terancam drop out ketika akan diangkat menjadi BPH IMD FTUI.
5. Bersedia untuk tidak menjabat dan/atau terlibat dalam kepengurusan
dan/atau kepanitiaan apapun dalam lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI,
UI dan/atau organisasi apapun di luar UI, kecuali jabatan dan/atau
kepanitiaan yang disebabkan posisinya sebagai BPH IMD FTUI.

BAGIAN KETIGA
KEWAJIBAN IMD FTUI

Pasal 61
(1) Menaati dan melaksanakan Landasan-landasan IKM FTUI serta Ketetapan
Musyawarah Kerja IKM FTUI, Sidang Terbuka IKM FTUI, dan MPM FTUI.
(2) Menyerahkan rencana program kerja dan anggaran belanja IMD FTUI kepada
MPM FTUI.
(3) Mempublikasikan program kerja dan anggaran belanja IMD FTUI yang telah
disahkan oleh MPM FTUI kepada warga departemen masing-masing.
(4) Memberikan laporan kepada MPM FTUI tentang perkembangan program
kerja dan anggaran belanja IMD FTUI sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali atau jika diminta.
(5) Memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diajukan oleh MPM FTUI.
(6) Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI Fraksi
departemen masing-masing ketika masa jabatan berakhir atau jika diminta
sewaktu-waktu.
(7) Mengontrol kepanitiaan-kepanitiaan yang telah dibentuk oleh IMD FTUI.

BAGIAN KEEMPAT
HAK IMD FTUI
Pasal 62
(1) Membentuk kepanitiaan-kepanitiaan yang diperlukan untuk melaksanakan
program-program kerja IMD FTUI.
(2) Meminta laporan pertanggungjawaban dari kepanitiaan-kepanitian yang
telah dibentuk IMD FTUI.
(3) Membubarkan kepanitiaan yang telah menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan atau bila diperlukan.
(4) Mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan oleh kepanitiaan-
kepanitiaan yang dibentuk oleh IMD FTUI.
(5) Mengajukan keberatan terhadap Ketetapan MPM FTUI.
(6) Mengajukan usulan-usulan kepada MPM FTUI.
(7) Memberikan penghargaan kepada orang yang dianggap berjasa kepada IKM
FTUI di lingkup departemen dengan persetujuan MPM FTUI Fraksi
departemen masing-masing.
(8) Melakukan pembelaan terhadap tuntutan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

BAGIAN KELIMA
RAPAT IMD FTUI
Pasal 63
Rapat IMD FTUI diatur secara rinci dalam peraturan IMD FTUI.

BAGIAN KEENAM
MEKANISME PEMILIHAN KETUA UMUM IMD FTUI

Pasal 64
(1) Proses pemilihan diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan Umum IKM FTUI.
(2) Ketua Umum IMD FTUI dipilih langsung oleh anggota IKM FTUI
departemennya.
(3) Pemilihan ketua dapat dilakukan bila terdapat 2 (dua) calon atau lebih.
(4) Apabila ayat (3) di atas tidak terpenuhi, maka mekanisme pencarian calon
Ketua Umum IMD FTUI diserahkan kepada MPM FTUI Fraksi departemen
masing-masing, yang kemudian disahkan oleh panitia Pemilihan Umum.
(5) Calon Ketua Umum IMD FTUI yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan
menjadi Ketua Umum IMD FTUI terpilih.

Pasal 65
Persyaratan calon Ketua Umum IMD FTUI FTUI adalah:
1. Anggota IKM FTUI dari departemen yang bersangkutan.
2. Minimal mahasiswa di tingkat II.
3. Tidak dicabut haknya untuk dipilih.
4. Bersedia dicalonkan dan/atau mencalonkan diri.
5. Bersedia melepaskan jabatan kepanitiaan dan/atau kelembagaan di IKM
FTUI, UI dan/atau organisasi apapun di luar UI.
6. Pernah aktif dalam kepanitiaan-kepanitiaan dan/atau lembaga-lembaga
kemahasiswaan di IKM FTUI.
7. Tidak mencalonkan diri untuk lembaga-lembaga kemahasiswaan lain yang
berada di lingkungan FTUI dan/atau UI.
8. Tidak terancam drop out selama pemilihan dan tidak akan menyelesaikan
studi selama menjabat.
9. Bersedia untuk tidak menjabat dan/atau terlibat dalam kepengurusan
dan/atau kepanitiaan apapun dalam lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI,
UI dan/atau organisasi apapun di luar UI, selama memegang jabatan
sebagai Ketua Umum IMD FTUI.
10. Lulus dari standar kelayakan.

BAGIAN KETUJUH
MEKANISME PEMBERHENTIAN, PENGUNDURAN DIRI, DAN
PEMILIHAN KEMBALI KETUA UMUM IMD FTUI

Pasal 66
Persyaratan pemberhentian Ketua Umum IMD FTUI adalah:
1. Melakukan perbuatan kejahatan yang bertentangan dengan Undang-
Undang dan peraturan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
diputuskan bersalah oleh pengadilan.
2. Tidak menjaga nama baik IKM FTUI.
3. Melanggar Landasan-landasan IKM FTUI dan/atau Ketetapan MPM FTUI.
4. Tidak dapat menjalankan program kerja IMD FTUI dengan alasan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan.
5. Tidak dapat memberikan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI
selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah waktu yang ditentukan oleh
MPM FTUI.

Pasal 67
Mekanisme pemberhentian Ketua Umum IMD FTUI adalah:
1. MPM FTUI mengeluarkan Surat Peringatan kepada Ketua Umum IMD FTUI
apabila dianggap telah memenuhi persyaratan pemberhentian Ketua Umum
IMD FTUI.
2. Setelah Surat Peringatan 3 (tiga) diputuskan, maka MPM FTUI Fraksi
departemen yang bersangkutan mengeluarkan putusan pelaksanaan Sidang
Fraksi.
3. Ketua Umum IMD FTUI menyampaikan laporan pertanggungjawaban pada
Sidang Fraksi.
4. Selama masa demisioner, pimpinan tertinggi diambil alih oleh MPM FTUI
Fraksi departemen yang bersangkutan.
5. Setelah Ketua Umum IMD FTUI diberhentikan, maka MPM FTUI Fraksi
departemen yang bersangkutan menetapkan Pejabat sementara (Pjs.) Ketua
Umum IMD FTUI.
6. Pjs. Ketua Umum IMD FTUI tidak berhak membuat kebijakan baru.
7. Pjs. Ketua Umum IMD FTUI menjabat hingga terpilihnya Ketua Umum IMD
FTUI yang baru.

Pasal 68
Mekanisme pengunduran diri Ketua Umum IMD FTUI adalah:
1. Mengajukan surat pengunduran diri kepada MPM FTUI.
2. Menyampaikan alasan pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum IMD
FTUI kepada MPM FTUI Fraksi dan anggota IKM FTUI departemennya
pada Sidang Fraksi.
3. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban dirinya sebagai Ketua Umum
IMD FTUI kepada MPM Fraksi dan anggota IKM FTUI departemennya
dalam Sidang Fraksi.
4. Mendapatkan persetujuan dari MPM FTUI Fraksi atas pengunduran dirinya.
5. Selama masa demisioner, pimpinan tertinggi diambil alih oleh MPM FTUI
Fraksi departemen yang bersangkutan.
6. Setelah Ketua Umum IMD FTUI mengundurkan diri, maka MPM FTUI
fraksi departemen yang bersangkutan menetapkan Pejabat sementara (Pjs.)
Ketua Umum IMD FTUI.
7. Pjs. Ketua Umum IMD FTUI tidak berhak membuat kebijakan baru.
8. Pjs. Ketua Umum IMD FTUI menjabat hingga terpilihnya Ketua Umum IMD
FTUI yang baru.

Pasal 69
Mekanisme pemilihan Ketua Umum IMD FTUI pasca pemberhentian atau
pengunduran diri Ketua Umum IMD FTUI adalah :
1. Ketua Umum IMD FTUI yang telah diberhentikan atau diterima
pengunduran dirinya tidak boleh mencalonkan diri sebagai Ketua Umum
IMD FTUI.
2. Pemilihan Ketua Umum IMD FTUI diatur oleh MPM FTUI Fraksi
departemen yang bersangkutan melalui proses Pemilihan Umum Khusus.
3. Selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan setelah pemberhentian
atau pengunduran diri Ketua Umum IMD FTUI, Ketua Umum IMD FTUI
pengganti harus sudah terpilih.
4. Jika masa jabatan Ketua Umum IMD FTUI yang diberhentikan atau
diterima pengunduran dirinya hanya tersisa dua bulan menjelang
berakhirnya masa jabatan, maka tidak diadakan Pemilihan Umum Khusus.
5. Untuk membantu penyelenggaraan pemilihan Ketua Umum IMD FTUI,
maka dibentuk Panitia Pemilihan Umum Khusus.
6. Persyaratan dan mekanisme Pemilihan Umum Khusus selain di atas sama
dengan persyaratan dan mekanisme Pemilihan Umum.
7. Panitia Pemilihan Umum Khusus dapat menetapkan peraturan lain
sepanjang tidak bertentangan dengan tata urutan peraturan IKM FTUI.
8. Ketua Umum IMD FTUI yang terpilih melalui Pemilihan Umum Khusus
hanya diperkenankan untuk melanjutkan kebijakan yang telah dibuat oleh
Ketua Umum IMD FTUI yang telah diberhentikan atau diterima
pengunduran dirinya, kecuali apabila terjadi dalam 3 (tiga) bulan awal
kepengurusan.

BAB VIII
IKATAN MAHASISWA PROGRAM INTERNASIONAL

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN DASAR
Pasal 70
Ikatan Mahasiswa Program Internasional Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
selanjutnya disebut IMPI FTUI, adalah lembaga eksekutif pada Program
Internasional FTUI.
BAGIAN KEDUA
STRUKTUR IMPI FTUI

Pasal 71
Struktur IMPI FTUI terdiri dari :
1. Ketua Umum IMPI FTUI.
2. BPH IMPI FTUI, sekurang-kurangnya terdiri dari Sekretaris Umum,
Bendahara Umum, dan Ketua-ketua Bidang serta Ketua Bidang Khusus
Keagamaan.
3. BP IMPI FTUI.

Pasal 72
Persyaratan Badan Pengurus Harian IMPI FTUI adalah :
1. Anggota aktif IKM FTUI dari Program Internasional.
2. Dipilih oleh Ketua Umum IMPI FTUI.
3. Tidak dicabut haknya untuk dipilih.
4. Masih menjalani masa studi di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
selama menjabat.
5. Tidak terancam drop out ketika akan diangkat menjadi BPH IMPI FTUI.
6. Bersedia untuk tidak menjabat dan/atau terlibat dalam kepengurusan
dan/atau kepanitiaan apapun dalam lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI,
UI dan/atau organisasi apapun di luar UI, kecuali jabatan dan/atau
kepanitiaan yang disebabkan posisinya sebagai BPH IMPI FTUI.

BAGIAN KETIGA
KEWAJIBAN IMPI FTUI
Pasal 73
(1) Menaati dan melaksanakan Landasan-landasan IKM FTUI serta Ketetapan
Musyawarah Kerja IKM FTUI, Sidang Terbuka IKM FTUI, dan MPM FTUI.
(2) Menyerahkan rencana program kerja dan anggaran belanja IMPI FTUI
kepada MPM FTUI.
(3) Mempublikasikan program kerja dan anggaran belanja IMPI FTUI yang telah
disahkan oleh MPM FTUI kepada warga Program Internasional.
(4) Memberikan laporan kepada MPM FTUI tentang perkembangan program
kerja dan anggaran belanja IMPI FTUI sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali atau jika diminta.
(5) Memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diajukan oleh MPM FTUI.
(6) Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI Fraksi
Program Internasional masing-masing ketika masa jabatan berakhir atau jika
diminta sewaktu-waktu.
(7) Mengontrol dan bertanggung jawab atas kepanitiaan-kepanitiaan yang telah
dibentuk oleh IMPI FTUI.
BAGIAN KEEMPAT
HAK IMPI FTUI

Pasal 74
(1) Membentuk kepanitiaan-kepanitiaan yang diperlukan untuk melaksanakan
program-program kerja IMPI FTUI.
(2) Meminta laporan pertanggungjawaban dari kepanitiaan-kepanitian yang
telah dibentuk IMPI FTUI.
(3) Membubarkan kepanitiaan yang telah menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan atau bila diperlukan.
(4) Mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan oleh kepanitiaan-
kepanitiaan yang dibentuk oleh IMPI FTUI.
(5) Mengajukan keberatan terhadap Ketetapan MPM FTUI.
(6) Mengajukan usulan-usulan kepada MPM FTUI.
(7) Memberikan penghargaan kepada orang yang dianggap berjasa kepada IKM
FTUI di lingkup Program Internasional dengan persetujuan MPM FTUI
Fraksi Program Internasional.
(8) Melakukan pembelaan terhadap tuntutan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di IKM FTUI.
BAGIAN KELIMA
RAPAT IMPI FTUI
Pasal 75
Rapat IMPI FTUI diatur secara rinci dalam peraturan IMPI FTUI.

BAGIAN KEENAM
MEKANISME PEMILIHAN KETUA UMUM IMPI FTUI

Pasal 76
(1) Proses pemilihan diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan Umum IKM FTUI.
(2) Ketua Umum IMPI FTUI dipilih langsung oleh anggota IKM FTUI Program
Internasional.
(3) Pemilihan ketua dapat dilakukan bila terdapat 2 (dua) calon atau lebih.
(4) adalah setengah dari jumlah peserta penuh yang harus hadir ditambah satu.
(5) Apabila ayat 3 di atas tidak terpenuhi, maka mekanisme pencarian calon
Ketua Umum IMPI FTUI diserahkan kepada MPM FTUI Fraksi Program
Internasional dan disetujui setengah dari jumlah kuorum ditambah satu, yang
kemudian disahkan oleh panitia Pemilihan Umum.
(6) Calon Ketua Umum IMPI FTUI yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan
menjadi Ketua Umum IMPI FTUI terpilih.

Pasal 77
Persyaratan calon Ketua Umum IMPI FTUI adalah :
1. Anggota IKM FTUI dari Program Internasional.
2. Tidak dicabut haknya untuk dipilih.
3. Bersedia dicalonkan dan/atau mencalonkan diri.
4. Bersedia melepaskan jabatan kepanitiaan dan/atau kelembagaan di IKM
FTUI, UI dan/atau organisasi apapun di luar UI.
5. Masih menjalani masa studi di Indonesia selama pemilihan dan menjabat.
6. Tidak mencalonkan diri untuk lembaga-lembaga kemahasiswaan lain yang
berada di lingkungan FTUI dan/atau UI.
7. Tidak terancam drop out selama pemilihan dan tidak akan menyelesaikan
studi selama menjabat.
8. Bersedia untuk tidak menjabat dan/atau terlibat dalam kepengurusan
dan/atau kepanitiaan apapun dalam lembaga kemahasiswaan di IKM FTUI,
UI dan/atau organisasi apapun di luar UI, selama memegang jabatan sebagai
Ketua Umum IMPI FTUI.

BAGIAN KETUJUH
MEKANISME PEMBERHENTIAN, PENGUNDURAN DIRI, DAN
PEMILIHAN KEMBALI KETUA UMUM IMPI FTUI

Pasal 78
Persyaratan pemberhentian Ketua Umum IMPI FTUI adalah :
1. Melakukan perbuatan kejahatan yang bertentangan dengan Undang-
Undang dan peraturan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
diputuskan bersalah oleh pengadilan.
2. Tidak menjaga nama baik IKM FTUI.
3. Melanggar Landasan-landasan IKM FTUI dan/atau ketetapan MPM FTUI.
4. Tidak dapat menjalankan program kerja IMPI FTUI dengan alasan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan.
5. Tidak dapat memberikan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI
selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah waktu yang ditentukan oleh
MPM FTUI.

Pasal 79
Mekanisme pemberhentian Ketua Umum IMPI FTUI adalah :
1. MPM FTUI mengeluarkan Surat Peringatan kepada Ketua Umum IMPI
FTUI apabila dianggap telah memenuhi persyaratan pemberhentian Ketua
Umum IMPI FTUI.
2. Setelah Surat Peringatan 3 (tiga) diputuskan, maka MPM FTUI Fraksi
Program Internasional dan IMPI FTUI mengeluarkan putusan pelaksanaan
Sidang Fraksi.
3. Ketua Umum IMPI FTUI menyampaikan laporan pertanggungjawaban pada
Sidang Fraksi.
4. Selama masa demisioner, pimpinan tertinggi diambil alih oleh MPM FTUI
Fraksi Program Internasional yang bersangkutan.
5. Setelah Ketua Umum IMPI FTUI diberhentikan, maka MPM FTUI Fraksi
Program Internasional menetapkan Pejabat sementara (Pjs.) Ketua Umum
IMPI FTUI.
6. Pjs. Ketua Umum IMPI FTUI tidak berhak membuat kebijakan baru.
7. Pjs. Ketua Umum IMPI FTUI menjabat hingga terpilihnya Ketua Umum
IMPI FTUI yang baru.
Pasal 80
Mekanisme pengunduran diri Ketua Umum IMPI FTUI adalah:
1. Mengajukan surat pengunduran diri kepada MPM FTUI dan
mengumumkannya kepada warga.
2. Menyampaikan alasan pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum IMPI
FTUI kepada MPM Fraksi dan anggota IKM FTUI Program Internasional
pada Sidang Fraksi.
3. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban dirinya sebagai Ketua Umum
IMPI FTUI kepada MPM FTUI Fraksi dan anggota IKM FTUI Program
Internasional dalam Sidang Fraksi.
4. Mendapatkan persetujuan dari MPM FTUI Fraksi dan anggota IKM FTUI
Program Internasional.
5. Selama masa demisioner, pimpinan tertinggi diambil alih oleh MPM FTUI
Fraksi Program Internasional.
6. Setelah Ketua Umum IMPI FTUI mengundurkan diri, maka MPM FTUI
Fraksi Program Internasional menetapkan Pejabat sementara (Pjs.) Ketua
Umum IMPI FTUI.
7. Pjs. Ketua Umum IMPI FTUI tidak berhak membuat kebijakan baru.
8. Pjs. Ketua Umum IMPI FTUI menjabat hingga terpilihnya Ketua Umum
IMPI FTUI yang baru.

Pasal 81
Mekanisme pemilihan Ketua Umum IMPI FTUI pasca pemberhentian atau
pengunduran diri Ketua Umum IMPI FTUI adalah :
1. Ketua Umum IMPI FTUI yang telah diberhentikan atau diterima
pengunduran dirinya tidak boleh mencalonkan diri sebagai Ketua Umum
IMPI FTUI.
2. Pemilihan Ketua Umum IMPI FTUI diatur oleh MPM FTUI Fraksi Program
Internasional melalui proses Pemilihan Umum Khusus.
3. Selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan setelah pemberhentian atau
pengunduran diri Ketua Umum IMPI FTUI, Ketua Umum IMPI FTUI
pengganti harus sudah terpilih.
4. Jika masa jabatan Ketua Umum IMPI FTUI yang diberhentikan atau
diterima pengunduran dirinya hanya tersisa dua bulan menjelang
berakhirnya masa jabatan, maka tidak diadakan Pemilihan Umum Khusus.
5. Untuk membantu penyelenggaraan pemilihan Ketua Umum IMPI FTUI,
maka dibentuk Panitia Pemilihan Umum Khusus.
6. Persyaratan dan mekanisme Pemilihan Umum Khusus selain di atas sama
dengan persyaratan dan mekanisme Pemilihan Umum.
7. Panitia Pemilihan Umum Khusus dapat menetapkan peraturan lain
sepanjang tidak bertentangan dengan tata urutan peraturan IKM FTUI.
8. Ketua Umum IMPI FTUI yang terpilih melalui Pemilihan Umum Khusus
hanya diperkenankan untuk melanjutkan kebijakan yang telah dibuat oleh
Ketua Umum IMPI FTUI yang telah diberhentikan atau diterima
pengunduran dirinya, kecuali apabila terjadi dalam tiga (3) bulan awal
kepengurusan.
BAB IX
KELOMPOK PEMINATAN DEPARTEMEN

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN UMUM

Pasal 82
(1) Kelompok Peminatan Departemen Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
selanjutnya disebut KPD FTUI, adalah lembaga eksekutif IKM FTUI yang
merupakan wadah untuk menampung, mengembangkan, dan menyalurkan
peminatan anggota IKM FTUI sesuai dengan kompetensi departemen tempat
KPD FTUI tersebut didirikan.
(2) KPD FTUI adalah lembaga eksekutif tingkat departemen IKM FTUI, yang
keanggotaannya terbuka bagi seluruh anggota IKM FTUI dan sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh KPD FTUI yang bersangkutan.

BAGIAN KEDUA
KEWAJIBAN KPD FTUI

Pasal 83
(1) Menaati dan melaksanakan Landasan-landasan IKM FTUI dan Ketetapan
MPM FTUI.
(2) Memiliki PD/PRT sepanjang tidak menyimpang dari PD/PRT IKM FTUI dan
Ketetapan MPM FTUI.
(3) Melaporkan rencana program kerja, anggaran, dan pengurus kepada MPM
FTUI.
(4) Memberikan laporan perkembangan program kerja dan anggaran pendapatan
dan belanja kepada MPM FTUI pada waktu yang disepakati sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan sekali atau jika diminta.
(5) Memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diajukan oleh MPM FTUI.
(6) Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada MPM FTUI ketika masa
jabatan berakhir atau jika diminta sewaktu-waktu.

BAGIAN KETIGA
HAK KPD FTUI

Pasal 84
(1) Menggunakan fasilitas IKM FTUI sesuai dengan prosedur yang berlaku.
(2) Mendapatkan sumbangan baik internal maupun eksternal selama tidak
bertentangan dengan Landasan-landasan IKM FTUI dan Ketetapan MPM
FTUI.
(3) Menentukan rencana program kerja dan anggaran.
(4) Mewakili IKM FTUI dalam kegiatan-kegiatan keluar dalam bidang masing-
masing.
(5) Memiliki otonomi dalam menentukan hal-hal yang bersifat internal dari KPD
FTUI itu sendiri.
(6) Mengajukan usulan-usulan kepada MPM FTUI.
(7) Melakukan pembelaan terhadap tuntutan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
BAGIAN KEEMPAT
MEKANISME PENDIRIAN KPD FTUI

Pasal 85
Mekanisme pendirian KPD FTUI adalah :
1. Mengajukan permohonan untuk menjadi KPD FTUI dengan mengirimkan
PD/PRT KPD, daftar usulan program kerja, daftar calon pengurus, dan
daftar anggota kepada MPM FTUI.
2. Ruang lingkup dari KPD FTUI terkait dengan kompetensi keilmuan
departemen masing-masing.
3. Keanggotaannya terbuka bagi anggota IKM dan sesuai dengan peraturan.
4. Dibuktikan dengan dukungan minimal 20 (dua puluh) anggota departemen
yang bersangkutan dibuktikan dengan verifikasi sah oleh MPM FTUI.
5. Persyaratan pengesahan peraturan verifikasi anggota ditetapkan oleh MPM
FTUI.
6. Telah melakukan koordinasi dengan IMD FTUI tempat KPD FTUI tersebut
akan didirikan.
7. Ditetapkan sebagai KPD FTUI oleh MPM FTUI Fraksi departemen tempat
KPD tersebut akan didirikan melalui Sidang Fraksi yang melibatkan KPD
FTUI yang bersangkutan.
8. Disahkan oleh MPM FTUI melalui Sidang Pleno yang melibatkan MPM FTUI
Fraksi departemen yang bersangkutan.
9. Memiliki kepengurusan sesuai PD/PRT KPD FTUI bersangkutan setelah
KPD FTUI disahkan oleh MPM FTUI selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari setelah tanggal pengesahan.

Pasal 86
Jika salah satu mekanisme pendirian KPD FTUI tidak terpenuhi, maka pendirian
KPD FTUI tersebut dapat ditolak atau dicabut kembali pengesahannya.

BAGIAN KELIMA
PEMBUBARAN KPD FTUI

Pasal 87
KPD FTUI dinyatakan bubar setelah memenuhi kriteria pembubaran KPD FTUI
dan telah disahkan oleh MPM FTUI sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Pasal 88
Kriteria pembubaran KPD FTUI adalah :
1. Tidak melaksanakan dan/atau memiliki program kerja selama 2 (dua) tahun
periode kepengurusan berturut-turut.
2. Tidak memiliki kepengurusan.
3. Melanggar Landasan-landasan IKM FTUI dan/atau peraturandalam IKM
FTUI.
4. Kesepakatan internal KPD FTUI tersebut untuk membubarkan diri.
BAB X
LAMBANG-LAMBANG LEMBAGA KEMAHASISWAAN

Pasal 89
Lambang-lambang lembaga kemahasiswaan merupakan simbol yang menunjukkan
jati diri suatu lembaga IKM FTUI.

Pasal 90
Lambang resmi dari suatu lembaga kemahasiswaan merupakan hak dan wewenang
penuh dari lembaga tersebut.

Pasal 91
Penggunaan lambang lembaga kemahasiswaan oleh pihak selain lembaga
kemahasiswaan yang bersangkutan di dalam maupun di luar lingkup IKM FTUI
harus mendapatkan izin dari lembaga yang bersangkutan.

BAB XI
MASA JABATAN, LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN,
DAN SERAH TERIMA JABATAN

Pasal 92
(1) Masa jabatan MPM, BEM, BO, BOK, BSO, IMD, IMPI dan KPD FTUI adalah
1 (satu) tahun kepengurusan tehitung sejak serah terima jabatan dan setelah
itu dapat dipilih kembali.
(2) Jika Ketua Umum BEM, IMD, atau IMPI FTUI diberhentikan atau diterima
pengunduran dirinya, maka ketua baru meneruskan sisa masa jabatan ketua
yang digantikan.

Pasal 93
Anggota MPM FTUI serta Ketua Umum BEM, BO, BOK, BSO, IMD, IMPI dan KPD
FTUI harus sudah terpilih sebelum akhir periode kepengurusan lembaga.
Pasal 94
(1) Penyampaian laporan pertanggungjawaban Ketua Umum BEM, IMD, dan
IMPI FTUI kepada MPM FTUI dilaksanakan selambat-lambatnya 1 (satu)
minggu sebelum serah terima jabatan MPM FTUI.
(2) MPM FTUI menetapkan waktu pemberian laporan pertanggungjawaban
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelumnya.
Pasal 95
Serah terima jabatan anggota MPM FTUI serta Ketua Umum BEM, IMD, dan IMPI
FTUI dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) minggu setelah Ketua Umum BEM
FTUI terpilih.
BAB XII
HUBUNGAN KELEMBAGAAN

Pasal 96
(1) MPM FTUI merupakan lembaga tertinggi dalam IKM FTUI dan memiliki garis
komando terhadap BEM, BO, BOK, BSO, IMD, IMPI dan KPD FTUI.
(2) BEM FTUI merupakan lembaga eksekutif tertinggi di IKM FTUI dan
mengkoordinasikan segala kegiatan kemahasiswaan BEM, BO, BOK, BSO,
IMD dan IMPI FTUI dalam hal waktu pelaksanaan kegiatan.
(3) BEM FTUI mengkoordinasikan sikap keluar yang mengatasnamakan FTUI
terhadap BO, BOK, BSO, IMD, dan IMPI FTUI.
(4) BEM FTUI memiliki garis koordinasi dengan BSO FTUI dalam hal
mengkoordinasikan pembinaan BSO FTUI.
(5) BOK FTUI memiliki garis koordinasi dengan IMD dan IMPI FTUI dalam hal
mengkoordinasikan kegiatan keagamaan di tingkat departemen atau program
internasional FTUI.
(6) IMD FTUI memiliki garis koordinasi dengan KPD FTUI dalam hal
mengkoordinasikan segala kegiatan kemahasiswaan IMD FTUI dengan KPD
FTUI di departemen masing-masing dalam hal waktu pelaksanaan kegiatan.

BAB XIII
FORUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAGIAN PERTAMA
MUSYAWARAH KERJA IKM FTUI

Pasal 97
Musyawarah Kerja IKM FTUI dilaksanakan setiap 4 (empat) tahun atau
sebelumnya bila dianggap perlu.

Pasal 98
Musyawarah Kerja IKM FTUI mempunyai wewenang :
1. Pembubaran IKM FTUI.
2. Peninjauan atau penyempurnaan peraturanyang telah ada di IKM FTUI.
3. Pengajuan untuk pelaksanaan referendum.

Pasal 99
Pelaksanaan Musyawarah Kerja IKM FTUI dilakukan oleh suatu panitia yang
dibentuk khusus oleh seluruh lembaga FTUI yang dikoordinasikan oleh MPM
FTUI.

Pasal 100
(1) Dalam pelaksanaannya MPM FTUI membentuk Dewan Pengarah
Musyawarah Kerja IKM FTUI yang bertugas untuk membuat materi
Musyawarah Kerja IKM FTUI.
(2) Dewan Pengarah Musyawarah Kerja IKM FTUI terdiri dari satu perwakilan
tiap lembaga IKM FTUI dan anggota IKM yang mendaftar.
Pasal 101
Peserta Penuh Musyawarah Kerja IKM FTUI adalah:
1. Dewan Pengarah Musyawarah Kerja IKM FTUI.
2. Pleno MPM FTUI.
3. Ketua Umum dan BPH BEM FTUI.
4. Ketua Umum dan BPH BO FTUI.
5. Ketua Umum dan BPH BOK FTUI.
6. Ketua Umum dan BPH BSO FTUI.
7. Ketua Umum dan BPH BPH IMD FTUI.
8. Ketua Umum dan BPH BPH IMPI FTUI.
9. Ketua Umum dan BPH KPD FTUI.
10. Anggota IKM FTUI yang mendaftar.

Pasal 102
Peserta Peninjau Musyawarah Kerja IKM FTUI adalah seluruh anggota IKM FTUI
yang bukan sebagai Peserta Penuh Musyawarah Kerja IKM FTUI.

Pasal 103
Peserta Undangan Musyawarah Kerja IKM FTUI adalah pihak-pihak di luar IKM
FTUI yang dianggap perlu dilibatkan.

Pasal 104
Hak-hak peserta Musyawarah Kerja IKM FTUI yaitu :
1. Peserta Penuh memiliki hak suara, hak mengeluarkan pendapat, hak
interupsi, serta hak memilih dan dipilih.
2. Peserta Peninjau memiliki hak mengeluarkan pendapat dan hak interupsi,
tapi tidak memiliki hak suara serta hak memilih dan dipilih.
3. Peserta Undangan tidak memiliki hak suara, hak interupsi, maupun hak
memilih dan dipilih, tapi memiliki hak mengeluarkan pendapat jika diminta.
4. Hak-hak selain yang diatur di atas dapat ditentukan dalam tata tertib siding
Musyawarah Kerja IKM FTUI.

Pasal 105
(1) Kuorum untuk Musyawarah Kerja IKM FTUI adalah dua pertiga dari jumlah
peserta penuh yang harus hadir.
(2) Bila Kuorum tidak tercapai maka dapat diminta persetujuan dua pertiga dari
jumlah peserta penuh yang hadir.

Pasal 106
Hal-hal selain yang diatur di atas dapat ditentukan oleh MPM FTUI atau diatur
kemudian dalam tata tertib sidang Musyawarah Kerja IKM FTUI selama tidak
bertentangan dengan Landasan-landasan IKM FTUI.

BAGIAN KEDUA
SIDANG TERBUKA IKM FTUI

Pasal 107
(1) Sidang Terbuka IKM FTUI dilaksanakan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
(2) Sidang Terbuka IKM FTUI dipimpin oleh MPM FTUI.
Pasal 108
Sidang Terbuka IKM FTUI mempunyai wewenang :
1. Peninjauan dan penyempurnaan Peraturan Rumah Tangga dan Garis-garis
Besar Haluan IKM FTUI.
2. Evaluasi terhadap pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan IKM FTUI.

Pasal 109
Pelaksanaan Sidang Terbuka IKM FTUI dilakukan oleh suatu panitia yang
dibentuk khusus oleh MPM FTUI.

Pasal 110
(1) Dalam pelaksanaannya MPM FTUI membentuk Dewan Pengarah Sidang
Terbuka IKM FTUI yang bertugas untuk membuat materi Sidang Terbuka
IKM FTUI bila dianggap perlu.
(2) Dewan Pengarah Sidang Terbuka IKM FTUI terdiri dari satu perwakilan tiap
lembaga IKM FTUI.
Pasal 111
Peserta Penuh Sidang Terbuka IKM FTUI adalah :
1. Pleno MPM FTUI.
2. Perwakilan BEM FTUI, minimal Ketua Umum dan 2 (dua) orang BPH.
3. Perwakilan BO FTUI, minimal Ketua Umum dan 1 (satu) orang BPH.
4. Perwakilan BOK FTUI, minimal Ketua Umum dan 1 (satu) orang BPH.
5. Perwakilan BSO FTUI, minimal Ketua Umum dan 1 (satu) orang BPH.
6. Perwakilan IMD FTUI, minimal Ketua Umum dan 1 (satu) orang BPH.
7. Perwakilan IMPI FTUI, minimal Ketua Umum dan 1 (satu) orang BPH.
8. Perwakilan KPD FTUI, minimal Ketua Umum dan 1 (satu) orang BPH.

Pasal 112
Peserta Peninjau Sidang Terbuka IKM FTUI adalah seluruh anggota IKM FTUI
yang bukan sebagai peserta penuh sidang Terbuka IKM FTUI.
Pasal 113
Peserta Undangan Sidang Terbuka IKM FTUI adalah pihak-pihak di luar IKM
FTUI yang dianggap perlu dilibatkan.

Pasal 114
Hak-hak peserta Sidang Terbuka IKM FTUI:
1. Peserta Penuh memiliki hak suara, hak mengeluarkan pendapat, hak
interupsi, serta hak memilih dan dipilih.
2. Peserta Peninjau memiliki hak mengeluarkan pendapat dan hak interupsi,
tapi tidak memiliki hak suara serta hak memilih dan dipilih.
3. Peserta Undangan tidak memiliki hak suara, hak interupsi, maupun hak
memilih dan dipilih, tapi memiliki hak mengeluarkan pendapat jika diminta.
4. Hak-hak selain yang diatur di atas dapat ditentukan dalam tata tertib Sidang
Terbuka IKM FTUI.
Pasal 115
(1) Kuorum untuk Sidang Terbuka IKM FTUI adalah setengah dari jumlah
peserta penuh yang harus hadir ditambah satu.
(2) Bila Kuorum tidak tercapai maka dapat diminta persetujuan dua pertiga dari
jumlah peserta penuh yang hadir untuk melanjutkan Sidang Terbuka IKM
FTUI.

Pasal 116
(1) Hal-hal selain yang diatur di atas dapat ditentukan oleh MPM FTUI atau
diatur kemudian dalam tata tertib Sdang Terbuka IKM FTUI selama tidak
bertentangan dengan Landasan-landasan IKM FTUI.
(2) Tata tertib Sidang Terbuka IKM FTUI disahkan sebelum pembahasan agenda
Sidang Terbuka IKM FTUI.

BAGIAN KETIGA
SIDANG MPM FTUI

Pasal 117
Sidang MPM FTUI terdiri dari :
1. Sidang Istimewa.
2. Sidang Umum.
3. Sidang Pleno.
4. Sidang Fraksi.
5. Sidang Komisi.
Pasal 118
(1) Sidang Istimewa memiliki wewenang :
a. Meminta pertanggungjawaban Ketua Umum BEM FTUI sewaktu-waktu
bila dianggap perlu.
b. Mengajukan putusan pemberhentian Ketua Umum BEM FTUI sebelum
masa jabatannya berakhir.
c. Menerima pengunduran diri Ketua Umum BEM FTUI sebelum masa
jabatannya berakhir.
(2) Peserta Sidang Istimewa adalah:
a. Pleno MPM FTUI, memiliki hak bicara dan hak suara.
b. Ketua Umum dan BPH BEM FTUI sebagai undangan wajib, memiliki hak
bicara, tapi tidak hak suara.
c. Anggota IKM FTUI sebagai undangan, memiliki hak bicara, tapi tidak hak
suara.
(3) Sidang Istimewa memiliki ketentuan :
a. Dihadiri minimal oleh tiga per empat dari jumlah anggota MPM FTUI dan
Ketua Umum BEM FTUI.
b. Bila tidak terpenuhi, maka sidang ditunda selambat-lambatnya 48 jam.
c. Bila tidak terpenuhi, maka sidang dinyatakan sah.
d. Semua keputusan diambil secara musyawarah untuk mufakat atau
disetujui oleh dua per tiga dari anggota MPM FTUI yang hadir.
(4) Diadakan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
Pasal 119
(1) Sidang Umum memiliki kewenangan untuk meminta LPJ Ketua Umum BEM
FTUI pada akhir masa jabatan.
(2) Peserta Sidang Umum adalah :
a. Pleno MPM FTUI, memiliki hak bicara dan hak suara.
b. BPH BEM FTUI sebagai undangan wajib, memiliki hak bicara, tapi tidak
hak suara.
c. Anggota IKM FTUI sebagai undangan, memiliki hak bicara, tapi tidak hak
suara.
(3) Sidang Umum memiliki ketentuan :
a. Dihadiri minimal oleh dua per tiga dari jumlah anggota MPM FTUI dan
Ketua Umum BEM FTUI.
b. Bila tidak terpenuhi, maka sidang ditunda selambat-lambatnya 48 jam.
c. Bila tidak terpenuhi, maka sidang dinyatakan sah.
(4) Semua keputusan diambil secara musyawarah untuk mufakat atau disetujui
oleh dua per tiga dari anggota MPM FTUI yang hadir.

Pasal 120
(1) Sidang pleno memiliki kewenangan untuk menetapkan peraturan yang tidak
termasuk kewenangan Sidang Umum dan sidang Istimewa.
(2) Peserta Sidang Pleno adalah :
a. Anggota MPM FTUI.
b. Undangan bila dianggap perlu.
(3) Persyaratan Sidang Pleno adalah :
a. Dihadiri minimal oleh setengah dari jumlah anggota MPM FTUI
ditambah satu.
b. Bila tidak terpenuhi, maka sidang ditunda selambat-lambatnya 1x24 jam.
c. Bila dalam 1x24 jam tidak terpenuhi, maka sidang dinyatakan sah.
(4) Semua keputusan diambil secara musyawarah untuk mufakat atau disetujui
oleh dua per tiga dari anggota MPM FTUI.
(5) Diadakan minimal sebulan sekali.

Pasal 121
(1) Sidang Fraksi memiliki kewenangan:
a. Meminta laporan pertanggungjawaban Ketua Umum IMD atau IMPI
FTUI.
b. Mengajukan putusan pemberhentian Ketua Umum IMD atau IMPI
sebelum masa jabatannya berakhir.
c. Menerima pengunduran diri Ketua Umum IMD atau IMPI sebelum masa
jabatannya berakhir.
(2) Peserta Sidang Fraksi adalah :
a. Anggota MPM FTUI Fraksi, memiliki hak bicara dan hak suara.
b. BPH IMD atau IMPI yang bersangkutan sebagai undangan wajib,
memiliki hak bicara tapi tidak hak suara.
c. Anggota IKM FTUI departemen atau program internasional yang
bersangkutan sebagai undangan, memiliki hak bicara tapi tidak hak suara.
(3) Sidang Fraksi dapat dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
Pasal 122
(1) Sidang Komisi memiliki kewenangan merekomendasikan peraturansesuai
dengan bidang kerjanya kepada Sidang Pleno MPM FTUI.
(2) Peserta Sidang Komisi adalah :
a. Anggota Komisi.
b. Undangan, bila dianggap perlu.
(3) Sidang Komisi dapat dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
(4) Beberapa Komisi dapat melaksanakan Sidang Antar Komisi.

Pasal 123
(1) Sidang Antar Komisi dapat dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
(2) Kedudukan Sidang Antar Komisi adalah sama dengan Sidang Komisi.
(3) Peserta Sidang Antar Komisi adalah :
a. Anggota Komisi-komisi yang bersangkutan.
b. Undangan, bila dianggap perlu.

Pasal 124
(1) Pengambilan keputusan dalam Sidang MPM FTUI dilakukan dengan
musyawarah mufakat.
(2) Jika musyawarah mufakat tidak berhasil, maka dilakukan pemungutan suara.
(3) Keputusan adalah keputusan yang didukung dengan suara terbanyak.

BAGIAN KEEMPAT
RAPAT KOORDINASI LEMBAGA IKM FTUI

Pasal 125
(1) Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI dilaksanakan sewaktu-waktu bila
dianggap perlu.
(2) Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI dipimpin oleh MPM FTUI.

Pasal 126
Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI memiliki kewenangan :
1. Mengkoordinasikan seluruh lembaga dalam IKM FTUI.
2. Mengevaluasi pelaksanaan peraturan, pembinaan, dan program kerja.
3. Mengeluarkan kesepakatan sikap bersama keluar yang tidak bertentangan
dengan Landasan-landasan IKM FTUI.

Pasal 127
Peserta Penuh Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI adalah :
1. Perwakilan MPM FTUI, minimal satu orang dari masing-masing MPM FTUI
Fraksi.
2. Seluruh lembaga eksekutif IKM FTUI, yaitu Ketua Umum atau
perwakilannya.

Pasal 128
Peserta Peninjau Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI adalah seluruh anggota
dan/atau pengurus lembaga eksekutif IKM FTUI.
Pasal 129
Peserta Undangan Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI adalah pihak-pihak yang
dianggap perlu dilibatkan.

Pasal 130
Hak-hak peserta Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI:
1. Peserta Penuh memiliki hak suara, hak mengeluarkan pendapat, hak
interupsi, serta hak memilih dan dipilih.
2. Peserta Peninjau memiliki hak mengeluarkan pendapat dan hak interupsi,
tapi tidak memiliki hak suara serta hak memilih dan dipilih.
3. Peserta Undangan tidak memiliki hak suara, hak interupsi, maupun hak
memilih dan dipilih, tapi memiliki hak mengeluarkan pendapat jika diminta.
4. Hak-hak selain yang diatur di atas dapat ditentukan dalam tata tertib Rapat
Koordinasi Lembaga IKM FTUI.

Pasal 131
(1) Kuorum untuk Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI adalah setengah dari
jumlah peserta penuh yang harus hadir ditambah satu.
(2) Bila Kuorum tidak tercapai maka dapat diminta persetujuan dua pertiga dari
jumlah peserta penuh yang hadir untuk melanjutkan Rapat Koordinasi
Lembaga IKM FTUI.

Pasal 132
Mekanisme Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI secara lebih rinci akan diatur
dalam tata tertib Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI.

Pasal 133
(1) Tata tertib dalam pelaksanaan Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI dapat
disahkan dalam Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI.
(2) Tata tertib yang disahkan tidak boleh bertentangan dengan Landasan-
landasan IKM FTUI.

BAGIAN KELIMA
RAPAT KERJA LEMBAGA EKSEKUTIF IKM FTUI

Pasal 134
(1) Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI dilaksanakan sewaktu-waktu bila
dianggap perlu.
(2) Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI dipimpin oleh BEM FTUI.

Pasal 135
Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI memiliki kewenangan :
1. Mengkoordinasikan seluruh lembaga eksekutif IKM FTUI dalam hal waktu
pelaksanaan program kerja.
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan anggota IKM.

Pasal 136
Peserta Penuh Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI adalah seluruh lembaga
eksekutif IKM FTUI, yaitu Ketua Umum atau perwakilannya.
Pasal 137
Peserta Peninjau Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI adalah seluruh
anggota MPM FTUI dan seluruh anggota dan/atau pengurus lembaga IKM FTUI.

Pasal 138
Peserta Undangan Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI adalah pihak-pihak
yang dianggap perlu dilibatkan.

Pasal 139
Hak-hak peserta Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI yaitu :
1. Peserta penuh memiliki hak suara, hak mengeluarkan pendapat, hak
interupsi, serta hak memilih dan dipilih.
2. Peserta Peninjau memiliki hak mengeluarkan pendapat dan hak interupsi,
tapi tidak memiliki hak suara serta hak memilih dan dipilih.
3. Peserta Undangan tidak memiliki hak suara, hak interupsi, maupun hak
memilih dan dipilih, tapi memiliki hak mengeluarkan pendapat jika diminta.
4. Hak-hak selain yang diatur di atas dapat ditentukan dalam tata tertib Rapat
Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI.

Pasal 140
(1) Kuorum untuk Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI adalah setengah
dari jumlah peserta yang harus hadir ditambah satu.
(2) Bila Kuorum tidak tercapai maka dapat diminta persetujuan dua pertiga dari
jumlah peserta yang hadir untuk melanjutkan Rapat Kerja Lembaga Eksekutif
IKM FTUI.

Pasal 141
Mekanisme Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI secara lebih rinci akan
diatur dalam tata tertib Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI.

Pasal 142
(1) Tata tertib pelaksanaan Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI disahkan
dalam Rapat Kerja Lembaga Eksekutif IKM FTUI.
(2) Tata tertib yang disahkan tidak boleh bertentangan dengan Landasan-
landasan IKM FTUI.

BAGIAN KEENAM
RAPAT KERJA LEMBAGA EKSEKUTIF DEPARTMEN ATAU
PROGRAM INTERNASIONAL IKM FTUI

Pasal 143
(1) Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen atau Program Internasional IKM
FTUI dilaksanakan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
(2) Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen IKM FTUI dipimpin oleh IMD
FTUI.
(3) Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Program Internasional IKM FTUI dipimpin
oleh IMPI FTUI.
Pasal 144
(1) Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen IKM FTUI memiliki kewenangan
mengkoordinasikan seluruh lembaga eksekutif IKM FTUI di departemen yang
bersangkutan dalam hal waktu pelaksanaan program kerja.
(2) Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Program Internasional IKM FTUI memiliki
kewenangan mengkoordinasikan seluruh lembaga eksekutif IKM FTUI di
program internasional dalam hal waktu pelaksanaan program kerja.

Pasal 145
(1) Peserta Penuh Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen IKM FTUI adalah:
a. Ketua Umum dan BPH IMD FTUI.
b. Pimpinan BKK di departemen yang bersangkutan.
c. Ketua Umum atau perwakilan KPD FTUI di departemen yang
bersangkutan.
(2) Peserta Penuh Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Program Internasional IKM
FTUI adalah:
a. Ketua Umum dan BPH IMPI FTUI.
b. Pimpinan BKK di program internasional.

Pasal 146
(1) Peserta Peninjau Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen IKM FTUI
adalah MPM FTUI Fraksi departemen dan seluruh anggota dan/atau
pengurus lembaga eksekutif IKM FTUI di departemen yang bersangkutan.
(2) Peserta Peninjau Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Program Internasional IKM
FTUI adalah MPM Fraksi Program Internasional dan seluruh anggota
dan/atau pengurus lembaga eksekutif IKM FTUI di program internasional.

Pasal 147
(1) Peserta Undangan Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen IKM FTUI
adalah seluruh anggota IKM FTUI di departemen yang bersangkutan.
(2) Peserta Undangan Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Program Internasional
IKM FTUI adalah seluruh anggota IKM FTUI di program internasional.

Pasal 148
Hak-hak peserta Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen atau Program
Internasional IKM FTUI yaitu :
1. Peserta penuh memiliki hak suara, hak mengeluarkan pendapat, hak
interupsi, serta hak memilih dan dipilih.
2. Peserta Peninjau memiliki hak mengeluarkan pendapat dan hak interupsi,
tapi tidak memiliki hak suara serta hak memilih dan dipilih.
3. Peserta Undangan tidak memiliki hak suara, hak interupsi, maupun hak
memilih dan dipilih, tapi memiliki hak mengeluarkan pendapat jika diminta.
4. Hak-hak selain yang diatur di atas dapat ditentukan dalam tata tertib Rapat
Kerja Lembaga Eksekutif Departemen atau Program Internasional IKM
FTUI.

Pasal 149
(1) Kuorum untuk Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen atau Program
Internasional IKM FTUI adalah setengah dari jumlah peserta penuh yang
harus hadir ditambah satu.
(2) Bila Kuorum tidak tercapai maka dapat diminta persetujuan dua pertiga dari
jumlah peserta penuh yang hadir untuk melanjutkan Rapat Kerja Lembaga
Eksekutif Departemen atau Program Internasional IKM FTUI.

Pasal 150
Mekanisme Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen atau Program
Internasional IKM FTUI secara lebih rinci akan diatur dalam tata tertib Rapat Kerja
Lembaga Eksekutif Departemen atau Program Internasional IKM FTUI.

Pasal 151
(1) Tata tertib pelaksanaan Rapat Kerja Lembaga Eksekutif Departemen atau
Program Internasional IKM FTUI disahkan dalam Rapat Kerja Lembaga
Eksekutif departemen atau Program Internasional IKM FTUI.
(2) Tata tertib yang disahkan tidak boleh bertentangan dengan Landasan-
landasan IKM FTUI.

BAGIAN KETUJUH
RAPAT LEMBAGA EKSEKUTIF

Pasal 152
(1) Rapat Lembaga Eksekutif IKM FTUI dilaksanakan sewaktu-waktu bila
dianggap perlu.
(2) Mekanisme Rapat Lembaga Eksekutif IKM FTUI diatur oleh masing-masing
lembaga eksekutif IKM FTUI yang bersangkutan.
(3) Ketetapan Rapat Lembaga Eksekutif IKM FTUI hanya berlaku untuk internal
lembaga itu sendiri.

BAB XIV
KEUANGAN

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN UMUM

Pasal 153
Keuangan IKM FTUI meliputi segala uang tunai, tabungan, surat-surat berharga,
sisa dana, yang pengelolaannya dilakukan sepenuhnya oleh lembaga-lembaga
kemahasiswaan tersebut.

Pasal 154
Pemasukkan dana atas nama IKM FTUI, pembagian dan pengelolaanya diputuskan
melalui Rapat Koordinasi Lembaga IKM FTUI.
Pasal 155
Segala sesuatu yang menyangkut persoalan keuangan dalam fungsi kebendaharaan
dan pengawasan baik yang masuk maupun keluar harus dibukukan dan disertai
bukti yang sah dan dapat dipertanggungjawabka agar dapat digunakan sebagai
data/bahan pertimbangan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
keuangan jika dibutuhkan suatu saat nanti.
BAGIAN KEDUA
IURAN ANGGOTA, LEMBAGA, DAN PENERIMAAN DANA

Pasal 156
(1) Pemungutan iuran anggota IKM dilakukan atas persetujuan MPM FTUI dan
dilaksanakan oleh IMD dan IMPI FTUI.
(2) Pemungutan iuran lembaga IKM FTUI dilakukan atas persetujuan seluruh
lembaga IKM FTUI , dan dilakukan oleh MPM FTUI.
(3) Pengelolaan seluruh pemasukan dana IKM FTUI dilakukan oleh MPM FTUI.

Pasal 157
Seluruh kegiatan lembaga kemahasiswaan IKM FTUI tidak diperkenankan
menerima dana dari partai politik, perusahaan rokok, minuman keras, perjudian,
dan/atau kondom.

BAGIAN KETIGA
LAPORAN KEUANGAN

Pasal 158
(1) Laporan Keuangan atas dana IKM FTUI harus dibuat minimal 2 (dua) kali
dalam satu tahun masa kepengurusan, yaitu pada pertengahan dan akhir
tahun kepengurusan oleh MPM FTUI yang kemudian ditransparasikan
kepada warga IKM FTUI.
(2) Laporan Keuangan lembaga IKM FTUI harus dibuat minimal 2 (dua) kali
dalam satu tahun masa kepengurusan, yaitu pada pertengahan dan akhir
tahun kepengurusan oleh lembaga IKM FTUI yang kemudian
ditransparasikan kepada warga IKM FTUI.
(3) Waktu pengumpulan laporan anggaran pendapatan dan belanja lembaga
eksekutif IKM FTUI kepada MPM FTUI disepakati bersama oleh seluruh
lembaga eksekutif tersebut.
(4) Format laporan keuangan harus sesuai dengan standar laporan keuangan
yang telah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan IKM FTUI.
(5) Format laporan keuangan dibuat oleh MPM FTUI dan harus disepakati
bersama oleh seluruh lembaga IKM FTUI.

BAB XV
PENUTUP

BAGIAN PERTAMA
ATURAN PERALIHAN
Pasal 159
(1) Masa peralihan adalah masa sejak Peraturan Rumah Tangga disahkan sampai
dengan berlakunya secara keseluruhan.
(2) Hal-hal yang menyangkut berlakunya Peraturan Rumah Tangga secara
keseluruhan diatur dalam hasil ketetapan Musyawarah Kerja atau Sidang
Terbuka IKM FTUI.
(3) Peraturan Rumah Tangga yang ada masih tetap berlaku hingga berlakunya
Peraturan Rumah Tangga yang telah diperbaharui dan disahkan dalam
Musyawarah Kerja VII IKM FTUI.
BAGIAN KEDUA
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 160
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Rumah Tangga akan ditetapkan
dalam peraturanlainnya sesuai dengan tata urutan peraturan IKM FTUI dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Rumah Tangga IKM FTUI.

BAGIAN KETIGA
PENGESAHAN

Pasal 161
(1) Peraturan Rumah Tangga IKM FTUI ini disusun oleh Musyawarah I FTUI di
Tugu, Puncak, Jawa Barat pada tanggal 14 September 1971 dan diubah serta
disempurnakan pada Musyawarah mahasiswa II FTUI di Tugu, Puncak, Jawa
barat pada tanggal 18 April 1974, dan ditetapkan kembali dalam Musyawarah
Kerja III IKM FTUI di Wisma departemen Sosial, Puncak, Jawa Barat pada
tanggal 7 Mei 1976 yang dilanjutkan di kampus FTUI, jakarta. Diubah serta
disempurnakan pada Musyawarah Kerja IV IKM FTUI yang dilaksanakan di
Puncak pada tanggal 26-29 April 1995 dan dilanjutkan di kampus FTUI, Depok
pada tanggal 1-6 Mei 1995, dilanjutkan 12-13 Mei 1995, dilanjutkan pada
tanggal 30 Mei 1995 – 3 Juli 1995, diubah serta disempurnakan pada
Musyawarah Kerja V IKM FTUI di Kampus FTUI, Depok, Jawa Barat, pada
tanggal 6 Januari sampai 28 Februari 2003. Diubah serta disempurnakan
pada Musyawarah Kerja VI IKM FTUI di Kampus FTUI, Depok, Jawa Barat
pada tanggal 10 – 26 Januari 2007, yang dilanjutkan pada Rapat Kerja IKM
FTUI yang dilaksanakan di kampus FTUI, Depok, pada tanggal 6-26 Februari
2007; pada Musyawarah Kerja VII IKM FTUI yang dilaksanakan di Kampus
FTUI, Depok, Jawa Barat pada 24 Januari – 6 Februari 2011 dan dilanjutkan
pada tanggal 6-8 Juni 2011; dan ditetapkan kembali dalam Musyawarah Kerja
VIII IKM FTUI yang dilaksanakan di Kampus FTUI, Depok, Jawa Barat pada
9 April – 8 Mei 2015.
(2) Peraturan Rumah Tangga IKM FTUI ini sah sejak ditandatangani oleh
pimpinan sidang.
(3) Semua ketentuan dan peraturanyang bertentangan dengan Peraturan Rumah
Tangga IKM FTUI ini dinyatakan tidak berlaku.
PENJELASAN
PERATURAN RUMAH TANGGA
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
(1) Peraturan dan ketentuan dalam IKM FTUI yang dimaksud adalah peraturan
dan ketentuan yang disebutkan dalam tata urutan perundangan IKM FTUI
serta kebijakan-kebijakan MPM FTUI dan lembaga eksekutif di FTUI.
(4) Kegiatan yang dimaksud adalah organisasi, kepanitiaan, prestasi atau lomba,
dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kemahasiswaan.

Pasal 2
(1) Pelayanan yang dimaksud adalah program kerja lembaga eksekutif dan
kegiatan pembinaan; Fasilitas yang dimaksud adalah semua fasilitas yang
digunakan oleh IKM FTUI, seperti ruang BEM, Pusgiwa FTUI, mading;
Prosedur untuk mendapatkan pelayanan dan fasilitas IKM FTUI ditetapkan
oleh lembaga yang terkait.
(4) Membela diri yang dimaksud adalah sesuai dengan peraturan dan hak-haknya
yang ada dan berlaku di tempat anggota tersebut melanggar; Dibela yang
dimaksud adalah pembelaan oleh IKM FTUI sesuai dengan peraturan dan
hak-haknya yang ada dan berlaku di tempat anggota tersebut melanggar.

Pasal 3
(1) Prosedur menjadi anggota ditetapkan dan disahkan MPM FTUI dengan
keterlibatan seluruh lembaga IKM FTUI
(2) Poin 3 : Bergabung dalam lembaga kemahasiswaan yang dimaksud adalah
terdaftar secara struktural sebagai pengurus lembaga kemahasiswaan
tersebut; Anggota yang dimaksud adalah di luar pengurus lembaga tersebut.

Pasal 4
Peraturan dan ketentuan dalam IKM FTUI yang dimaksud adalah peraturan dan
ketentuan yang disebutkan dalam tata urutan perundangan IKM FTUI serta
kebijakan-kebijakan MPM FTUI dan lembaga eksekutif di FTUI.

Pasal 5
(2) Tanggung jawab seluruh lembaga yang dimaksud mencakup: pembuatan
konsep, pelaksanaan, dan evaluasi; Koordinasi yang dilakukan oleh MPM
FTUI berupa mengkoordinasikan, menetapkan dan mengevaluasi penyusunan
konsep serta pelaksanaan pembinaan anggota.

Pasal 6
Berkesinambungan yang dimaksud adalah pembinaan dilakukan secara bertahap
sesuai dengan tahapan yang telah ditempatkan secara turun-temurun dan disahkan
oleh MPM FTUI dengan keterlibatan seluruh lembaga dalam IKM FTUI.
Pasal 7
(1) Peraturandan ketentuan dalam IKM FTUI yang dimaksud adalah peraturan
dan ketentuan yang disebutkan dalam tata urutan perundangan IKM FTUI
serta kebijakan-kebijakan MPM FTUI dan lembaga eksekutif di FTUI
(2) Sanksi berat dikenakan pada pelanggaran terhadap landasan ideologi,
konstitusi, dan operasional IKM FTUI; Sanski ringan dikenakan pada
pelanggaran terhadap peraturan turunan yang berlaku di IKM FTUI.

Pasal 9
Poin 1: Dinyatakan lulus ketika telah melewati waktu wisuda
Poin 2: Keluar dari FTUI yang dimaksud adalah drop out, pindah, atau
mengundurkan diri.

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAHASISWA

Pasal 12
Poin 4: Staf sebagai kelengkapan MPM FTUI bersifat pilihan yang disesuaikan
dengan kebutuhan MPM FTUI.

Pasal 13
(2) Pimpinan Sementara Sidang Pleno memimpin hingga terpilihnya Pimpinan
MPM FTUI.

Pasal 14
(2) Pembagian komisi yang dimaksud mencakup jumlah komisi serta nama
komisi.

Pasal 16
(1) Staf tidak berasal dari anggota MPM FTUI dan bukan merupakan anggota
MPM FTUI.

Pasal 17
(2) Mekanisme dan tata cara penyampaian aspirasi diatur oleh MPM FTUI.
(7) Masalah yang dimaksud adalah masalah antaranggota, masalah antara
anggota dengan lembaga kemahasiswaan, masalah antarlembaga
kemahasiswaan, dan/atau masalah antara anggota dan/atau lembaga
kemahasiswaan dengan pihak luar, yang berhubungan dengan IKM FTUI;
Mekanisme dan tata cara penyelesaian masalah diatur oleh MPM FTUI.
(9) Penyelenggaraan pelantikan dilakukan oleh panitia pelaksana yang diberikan
mandat oleh MPM FTUI.
(10) Dalam pelaksanaannya, MPM FTUI memberikan mandat kepada panitia
pelaksana.
(11) Mandat diberikan pada saat serah terima jabatan lembaga eksekutif FTUI.
(16) Dalam pelaksanaannya, MPM FTUI memberikan mandat kepada panitia
pelaksana.
(20) Membela yang dimaksud adalah memperjuangkan hak-hak anggota IKM
FTUI yang bersangkutan sesuai mekanisme yang berlaku.
(21) Fungsionaris lembaga kemahasiswaan yang dimaksud adalah pengurus atau
anggota pada salah satu lembaga IKM FTUI.
(22) Mekanisme pengusutan dan pemerikasaaan ditentukan dan ditetapkan oleh
MPM FTUI.
(23) Mekanisme evaluasi ditentukan kemudian.

Pasal 18
(1) Hak Legislasi adalah hak untuk membuat peraturan dan undang-undang; Hak
Yudikasi adalah hak untuk membuat mekanisme dan melaksanakan
peradilan; Hak Budget adalah hak untuk mengusulkan anggaran; Hak
Interpelasi adalah hak untuk meminta keterangan kepada mandataris MPM
FTUI; Hak Angket adalah hak untuk melakukan penyelidikan; Hak Grasi
adalah hak untuk memberi ampunan.
(3) Mekansme dan tata cara penyampaian aspirasi diatur oleh MPM FTUI.
(8) Mekanisme sanksi diatur kemudian.
Pasal 19
Poin 2: Jika ketika menjabat, anggota MPM FTUI melakukan pelanggaran dan
dikenakan sanksi dicabut hak pilihnya, maka otomatis keanggotaannya di MPM
FTUI dapat dicabut juga.
Poin 4: Terancam drop out yang dimaksud adalah sesuai dengan evaluasi putus
studi dari FTUI.
Poin 5: Jika ada kasus tertentu yang menyebabkan adanya rangkap jabatan dalam
IKM FTUI maka harus mendapatkan persetujuan dari MPM FTUI sesuai
mekanisme yang berlaku.
Poin 6: Penilaian standar kelayakan dari calon dilaksanakan oleh MPM.

Pasal 21
Poin 3: Pengadilan yang dimaksud adalah pengadilan yang ada di Negara Republik
Indonesia

BAB III
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

Pasal 25
Poin 2: Penamaan Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan Bidang merupakan
hak prerogatif dari Ketua Umum BEM FTUI.

Pasal 26
Poin 3: Jika ketika menjabat, BPH BEM FTUI melakukan pelanggaran dan
dikenakan sanksi dicabut hak pilihnya, maka otomatis kedudukannya sebagai BPH
BEM FTUI akan dicabut juga.
Poin 4: Terancam drop out yang dimaksud adalah sesuai dengan evaluasi putus
studi dari FTUI.
Poin 5: Jika ada kasus tertentu yang menyebabkan adanya rangkap jabatan dalam
IKM FTUI maka harus mendapatkan persetujuan dari MPM FTUI sesuai
mekanisme yang berlaku.
Pasal 27
(6) Dalam pelaksanaannya, Ketua Umum BEM FTUI dapat mengundang BPH
dan/atau BP BEM FTUI dalam sidang laporan pertanggungjawaban Ketua
Umum BEM FTUI.
(8) Pembinaan dalam hal kaderisasi yang dimaksud adalah memastikan
keberlangsungan dan keberlanjutan BSO FTUI.

Pasal 31
Poin 2: Minimal berada di semester 5.
Poin 3: Jika ketika menjabat, Ketua Umum BEM FTUI melakukan pelanggaran dan
dikenakan sanksi dicabut hak pilihnya, maka dapat diberhentikan sebagai Ketua
Umum BEM FTUI.
Poin 8: Terancam drop out yang dimaksud adalah sesuai dengan evaluasi putus
studi dari FTUI.
Poin 10: Penilaian standar kelayakan dari calon dilaksanakan oleh MPM.

Pasal 32
Poin 1: Pengadilan yang dimaksud adalah pengadilan yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pasal 33
Poin 1: Tiap-tiap syarat pada pasal 32 dapat berupa satu surat peringatan.
Poin 2: Pelanggaran syarat pada pasal 32 dapat berupa surat peringatan 1, 2 atau 3
yang klasifikasinya diatur oleh MPM FTUI.
Poin 4: Masa demisioner yang dimaksud adalah masa kekosongan kekuasaan ketika
Ketua Umum BEM FTUI dicabut mandatnya sampai dengan ditetapkannya Pjs.
Ketua Umum BEM FTUI.
Poin 6: Kebijakan baru yang dimaksud adalah perubahan terhadap program kerja,
struktur kepengurusan, dan visi/misi yang dibuat Ketua Umum BEM FTUI yang
telah diberhentikan.

Pasal 34
Poin 5: Masa demisioner yang dimaksud adalah masa kekosongan kekuasaan ketika
Ketua Umum BEM FTUI dicabut mandatnya sampai dengan ditetapkannya Pjs.
Ketua Umum BEM FTUI.
Poin 7: Kebijakan baru yang dimaksud adalah perubahan terhadap program kerja,
struktur kepengurusan, dan visi/misi yang dibuat Ketua Umum BEM FTUI yang
telah diberhentikan

Pasal 35
Poin 8: Kebijakan yang dimaksud adalah visi misi dan struktur kepengurusan,
sedangkan kebijakan lainnya dapat diubah, jika terjadi dalam tiga (3) bulan awal
kepengurusan dan/atau melalui persetujuan MPM FTUI.
BAB IV
BADAN OTONOM

Pasal 36
(2) Keanggotaan yang dimaksud adalah status sebagai anggota di luar pengurus
BO FTUI tersebut.

Pasal 38
(6) Peraturan yang dimaksud adalah peraturan yang berkenaan dengan BO
tersebut.

Pasal 39
Poin 2: Periode kepengurusan yang dimaksud adalah periode setiap pergantian
kepengurusan.
Poin 3: Periode kepengurusan yang dimaksud adalah periode setiap pergantian
kepengurusan.
Poin 5: Hambatan dalam kaderisasi yang dimaksud adalah kesulitan dalam
meneruskan atau mengkader pengurus untuk kepengurusan selanjutnya.
Poin 7: Perwakilan dari setiap departemen yang dimaksud adalah anggota minimal
satu orang dari setiap departemendi FTUI.

Pasal 41
Poin 1: Program kerja yang dimaksud adalah program kerja yang sudah disahkan
oleh MPM FTUI; Periode kepengurusan yang dimaksud adalah periode setiap
pergantian kepengurusan.
Poin 2: Periode kepengurusan yang dimaksud adalah periode setiap pergantian
kepengurusan.
Poin 3: Hambatan dalam kaderisasi yang dimaksud adalah kesulitan dalam
meneruskan atau mengkader pengurus untuk kepengurusan selanjutnya.
Poin 4: Kesulitan dalam merekrut anggota yang dimaksud adalah tidak memiliki
anggota di luar pengurus.

Pasal 43
Poin 1: Program kerja yang dimaksud adalah program kerja yang sudah disahkan
oleh MPM FTUI; Periode kepengurusan yang dimaksud adalah periode setiap
pergantian kepengurusan.
Poin 3: Peraturan dalam IKM FTUI yang dimaksud adalah peraturan yang
disebutkan dalam tata urutan perundangan IKM FTUI.

BAB V
BADAN OTONOM KEAGAMAAN
Pasal 44
(2) Keanggotaan yang dimaksud adalah status sebagai anggota di luar pengurus
BOK FTUI tersebut.

Pasal 50
Poin 1: Program kerja yang dimaksud adalah program kerja yang sudah disahkan
oleh MPM FTUI; Periode kepengurusan yang dimaksud adalah periode setiap
pergantian kepengurusan.
Poin 3: Peraturandalam IKM FTUI yang dimaksud adalah peraturan yang
disebutkan dalam tata urutan perundangan IKM FTUI.

BAB VI
BADAN SEMI OTONOM
Pasal 51
(2) Keanggotaan yang dimaksud adalah status sebagai anggota di luar pengurus
BSO FTUI tersebut.

Pasal 53
(6) Pembinaan dalam kaderisasi yang dimaksud adalah memastikan
keberlagsungan dan keberlanjutan BSO FTUI.

Pasal 57
Poin 1: Program kerja yang dimaksud adalah program kerja yang sudah disahkan
oleh MPM FTUI; Periode kepengurusan yang dimaksud adalah periode setiap
pergantian kepengurusan.
Poin 3: Peraturan dalam IKM FTUI yang dimaksud adalah peraturan yang
disebutkan dalam tata urutan perundangan IKM FTUI.

BAB VII
IKATAN MAHASISWA DEPARTEMEN

Pasal 59
Poin 2: Penamaan Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan Bidang merupakan
hak Prerogatif dari masing-masing Ketua Umum IMD FTUI.
Poin 3: Pimpinan BKK yang dimaksud adalah ketua dan wakil, ketua dan sekertaris
umum, atau dua orang yang ditunjuk dan disepakati sebagai Pimpinan BKK oleh
MPM FTUI Fraksi departemen dan Ketua Umum IMD FTUI yang bersangkutan;
Pimpinan BKK memiliki kedudukan setara dengan BPH IMD FTUI.

Pasal 60
Poin 3: Jika ketika menjabat, BPH IMD FTUI melakukan pelanggaran dan
dikenakan sanksi dicabut hak pilihnya, maka otomatis kedudukannya sebagai BPH
IMD FTUI akan dicabut juga.
Poin 4: Terancam drop out yang dimaksud adalah sesuai dengan evaluasi putus
studi dari FTUI.
Poin 5: Jika ada kasus tertentu yang menyebabkan adanya rangkap jabatan dalam
IKM FTUI maka harus mendapatkan persetujuan dari MPM FTUI sesuai
mekanisme yang berlaku.

Pasal 65
Poin 2: Minimal berada di semester 3.
Poin 3: Jika ketika menjabat, Ketua Umum IMD FTUI melakukan pelanggaran dan
dikenakan sanksi dicabut hak pilihnya, maka dapat diberhentikan sebagai Ketua
Umum IMD FTUI.
Poin 8: Terancam drop out yang dimaksud adalah sesuai dengan evaluasi putus
studi dari FTUI.
Poin 10: Penilaian standar kelayakan dari calon dilaksanakan oleh MPM.
Pasal 66
Poin 1: Pengadilan yang dimaksud adalah pengadilan yang ada di Negara Republik
Indonesia.

Pasal 67
Poin 1: Tiap-tiap syarat pada pasal 66 dapat dapat berupa satu surat peringatan.
Poin 2: Pelanggaran syarat pada pasal 66 dapat berupa surat peringatan 1, 2 dan 3
yang klasifikasinya diatur oleh MPM FTUI.
Poin 4: Masa demisioner yang dimaksud adalah masa kekosongan kekuasaan ketika
Ketua Umum IMD FTUI dicabut mandatnya sampai dengan ditetapkannya Pjs.
Ketua Umum IMD FTUI.
Poin 6: Kebijakan baru yang dimaksud adalah perubahan terhadap program kerja,
struktur kepengurusan dan visi/misi yang dibuat Ketua Umum IMD FTUI yang
telah diberhentikan.

Pasal 68
Poin 5: Masa demisioner yang dimaksud adalah masa kekosongan kekuasaan ketika
Ketua Umum IMD FTUI dicabut mandatnya sampai dengan ditetapkannya Pjs.
Ketua Umum IMD FTUI.
Poin 7: Kebijakan baru yang dimaksud adalah perubahan terhadap program kerja,
struktur kepengurusan, dan visi/misi yang dibuat Ketua Umum IMD FTUI yang
telah diberhentikan.

Pasal 69
Poin 8: Kebijakan yang dimaksud adalah visi misi dan struktur kepengurusan,
sedangkan kebijakan lainnya dapat diubah, jika terjadi dalam tiga (3) bulan awal
kepengurusan dan/atau melalui persetujuan MPM FTUI.

BAB VIII
IKATAN MAHASISWA PROGRAM INTERNASIONAL

Pasal 71
Poin 2: Penamaan Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan Bidang merupakan
hak Prerogatif dari Ketua Umum IMPI FTUI. Pimpinan BKK yang dimaksud adalah
ketua dan wakil, ketua dan sekertaris umum, atau dua orang yang ditunjuk dan
disepakati sebagai Pimpinan BKK oleh MPM FTUI Fraksi Program Internasional
dan Ketua Umum IMPI FTUI; Pimpinan BKK memiliki kedudukan setara dengan
BPH IMPI FTUI.
Pasal 72
Poin 3: Jika ketika menjabat, BPH IMPI FTUI melakukan pelanggaran dan
dikenakan sanksi dicabut hak pilihnya, maka otomatis kedudukannya sebagai BPH
IMPI FTUI akan dicabut juga.
Poin 5: Terancam drop out yang dimaksud adalah sesuai dengan evaluasi putus
studi dari FTUI.
Poin 6: Jika ada kasus tertentu yang menyebabkan adanya rangkap jabatan dalam
IKM FTUI maka harus mendapatkan persetujuan dari MPM FTUI sesuai
mekanisme yang berlaku.
Pasal 77
Poin 2: Jika ketika menjabat, Ketua Umum IMPI FTUI melakukan pelanggaran dan
dikenakan sanksi dicabut hak pilihnya, maka dapat diberhentikan sebagai Ketua
Umum IMPI FTUI.
Poin 7: Terancam drop out yang dimaksud adalah sesuai dengan evaluasi putus
studi dari FTUI.

Pasal 78
Poin 1: pengadilan yang dimaksud adalah pengadilan yang ada di Negara Republik
Indonesia.

Pasal 79
Poin 1: Tiap-tiap syarat pada pasal 78 dapat dapat berupa satu surat peringatan.
Poin 2: Pelanggaran syarat pada pasal 78 dapat berupa surat peringatan 1, 2 dan 3
yang klasifikasinya diatur oleh MPM FTUI.
Poin 4: Masa demisioner yang dimaksud adalah masa kekosongan kekuasaan
ketika Ketua Umum IMPI FTUI dicabut mandatnya sampai dengan ditetapkannya
Pjs. Ketua Umum IMPI FTUI.
Poin 6: Kebijakan baru yang dimaksud adalah perubahan terhadap program kerja,
struktur kepengurusan dan visi/misi yang dibuat Ketua Umum IMPI FTUI yang
telah diberhentikan.

Pasal 80
Poin 5: Masa demisioner yang dimaksud adalah masa kekosongan kekuasaan ketika
Ketua Umum IMPI FTUI dicabut mandatnya sampai dengan ditetapkannya Pjs.
Ketua Umum IMPI FTUI.
Poin 7: Kebijakan baru yang dimaksud adalah perubahan terhadap program kerja,
struktur kepengurusan, dan visi/misi yang dibuat Ketua Umum IMPI FTUI yang
telah diberhentikan.

Pasal 81
Poin 8: Kebijakan yang dimaksud adalah visi misi dan struktur kepengurusan,
sedangkan kebijakan lainnya dapat diubah, jika terjadi dalam tiga (3) bulan awal
kepengurusan dan/atau melalui persetujuan MPM FTUI.

BAB IX
KLUB PEMINATAN DEPARTEMEN

Pasal 82
(2) Keanggotaan yang dimaksud adalah status sebagai anggota di luar pengurus
KPD FTUI tersebut.

Pasal 88
Poin 1: Program kerja yang dimaksud adalah program kerja yang sudah disahkan
oleh MPM FTUI; Periode kepengurusan yang dimaksud adalah periode setiap
pergantian kepengurusan.
Poin 3: Peraturan dalam IKM FTUI yang dimaksud adalah peraturan yang
disebutkan dalam tata urutan perundangan IKM FTUI.
BAB XI
MASA JABATAN, LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN,
DAN SERAH TERIMA JABATAN

Pasal 93
Periode kepengurusan lembaga yang dimaksud adalah periode kepengurusan
lembaga IKM FTUI yaitu Januari hingga Desember, dengan pengecualian untuk
lembaga yang masih dalam proses penyesuaian masa periodisasi disesuaikan
dengan kebijakan lembaga tersebut.

BAB XII
HUBUNGAN KELEMBAGAAN

Pasal 96
Ayat (1) sampai (6) mengenai hubungan kelembagaan di IKM FTUI dapat
digambarkan dalam bentuk bagan struktur seperti berikut:

Struktur IKM FTUI

MPM

BEM

BO BOK

BSO

IMD IMPI

KPD

Keterangan:
: garis komando dari MPM FTUI kepada seluruh lembaga IKM FTUI
: garis koordinasi BEM FTUI dengan BO, BOK, BSO, IMD dan IMPI
FTUI
: garis koordinasi BOK FTUI dengan IMD dan IMPI FTUI
: garis koordinasi IMD FTUI dengan KPD FTUI

BAB XIV
KEUANGAN

Pasal 154
Pemasukan dana yang dimaksud berupa segala dana yang diperuntukkan bagi
kegiatan kemahasiswaan di IKM FTUI.
Pasal 155
Bukti yang sah yang dimaksud dapat berupa bon, surat pernyataan, kwitansi
dan/atau laporan pertanggungjawaban.

Pasal 156
(1) Dalam pelaksanaannya diadakan koordinasi antara MPM dengan IMD atau
IMPI FTUI.

Pasal 158
(1) Laporan yang dimaksud termasuk laporan kas IKM FTUI.
MUSYAWARAH KERJA VIII
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
9 April - 8 Mei 2015

Presidium Sidang Pleno


Presidium 1 : M. Azzamul Haq, E’12 [ 08192029920 / muhammad.azzamul@icloud.com ]
Presidium 2 : Aloysius Brahmarsi M, Mt’14 [ 081932188508 / brahma.aloysius@hotmail.com ]
Presidium 3 : Samuel Christian G., Mt’12 [ 081213897112 / samuel.chris.gio78@gmail.com ]

Presidium Sidang Komisi Kemahasiswaan


Presidium 1 : Gabriela Putri Natalia, TK ’12 [ 085883631818 / gabriella_putri@yahoo.com ]
Presidium 2 : Alfredo Dwi Andrianto, M’14 [ 08567700724 / alfredoandrianto@yahoo.co.id ]
Presidium 3 : Syihab Ghiyas, S’14 [ 081289676714 / syihabghiyas@gmail.com ]

Presidium Sidang Komisi Kelembagaan


Presidium 1 : Satiya Perkasa, TI’12 [ 08979167460 / bagjasatiya@gmail.com ]
Presidium 2 : Adrian Satriaji Wirjawan, S’12 [ 08176056024 / adriansatriaji@yahoo.com ]
Presidium 3 : Abdi Cahya Pawitra, E’13 [ 089672446511 / abdi.cahya@ui.ac.id ]

Project Officer Musyawarah Kerja VIII IKM FTUI


Ariph Satyanegara Lumban Gaol, TI’13 [ 08988256480 / ariphgaol@gmail.com ]

Steering Committee Musyawarah Kerja VIII IKM FTUI


Yodi Saputro, M’13 [ 085811220048 / saputro.yodi@yahoo.co.id ]
Gabriela Putri Natalia, TK’12 [ 085883631818 / gabriella_putri@yahoo.com ]
Satiya Perkasa, TI’12 [ 08979167460 / bagjasatiya@gmail.com ]
MUSYAWARAH KERJA VIII
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
9 April - 8 Mei 2015

Abdi Cahya Pawitra (E’13) Faishal Muhammad (TI’12) M. Rifky Aditya (M’12)
Abdul Rahman (M’12) Fajar Agung K. (S’14) Mahardianto Yudha B. (E’11)
Abi Satrio Pramono (TK’12) Farah Fadhilah I. (A’13) Malik Adhi Wicaksono (E’13)
Achyar Maulana (E’12) Farah Nabilla Putri (PI’12) Mariana (TB’12)
Adrian Satriaji W. (S’12) Faris Kemal Naufan (PI’13) Maryam Muthi’ah (E’11)
Ahadya Pancasakti (PI’13) Fauzan Hanif Alfarisi (Mt’12) Mira Putri Utami (AI’14)
Aisyah (E’11) Fauziah Putri (E’14) Mohammad Kemal (Mt’13)
Aisyah Nur Afianti (Mt’12) Febrianti Ayu A.F. (TK’13) Muhammad Al-Fatih (E’12)
Akbar Hasani (TK’11) Feizha Diany Astari (A’13) Muhammad Fadlilah (Mt’13)
Alfredo Dwi Andrianto (M’14) Fernando Aditya S. (TB’13) Muhammad Rajab (Kom’12)
Alisya Purnama (PI’13) Fikry Eswara Adi (TL’12) Muhammad Reza (TI’12)
Almas Safira (AI’14) Fitri Suryani (S’11) Najmi Balfas (M’13)
Aloysius Brahmarsi (Mt’14) Gabriela Putri (TK’12) Nandhika A. Noor (E’13)
Andy Prakoso (E’13) Galih Raka Sakti (S’13) Octika Adinda Putri (TI’13)
Angga Hilman Hizrian (E’12) Gerra Maulana (Mt’13) Pancar Muhammad P. (M’14)
Ariph Satyanegara L.G (TI’13) Gregorius Ivan Baskara (E’13) Paulina Meiliani (PI’14)
Asrul Arafat (TI’11) Hani Mardhotillah (A’14) Pradityo Nur O (Mt’13)
Assy Saffa L. S. (PI’14) Hani Ramadhani (A’14) Pricilia Clarissa Syafira (PI’14)
Aulia Primananda (TL’12) Hantoro Restucondro (Mt’13) R. Haryo Wibhisono (M’12)
Ayip Farouk (TB’13) Haqqyana (TB’12) Rahganda (TK’12)
Ayu Rizeki (Mt’12) Haris Abdul Aziz (TB’14) Randika Dwirahman (S’12)
Ayuningtyas S. R. (TL’13) Haryo Ilmawan (PI’13) Rayhan Haryanto S. (PI’14)
Bernhard Eko H. (Mt’12) Heidy Octaviani R. (A’12) Restu Nugroho (E’12)
Bima Depantara (E’14) Heinz Kristian (E’13) Rina Wahyuningtyas (TI’12)
Bramka Arga Jafino (TI’11) Humayri Sidqi (S’13) Rinaldy Suranta (M’11)
Budi Selamet R. (Kom’13) Hutama Dwantara (TI’13) Rizky Azlia Edrina (TB’12)
Christine Gunawan (PI’14) Ibnu Chasyim A.N (E’14) Rizky Nur Iman (TI’12)
Cornelius Erick Arifin (Mt’11) Ichsan Indiarto (M’11) Samuel Christian. G. (Mt’12)
Dandy Mardandy (K’14) Idfa Novia Putri (A’13) Sandy Sugandhy (K’13)
Daniel Moses T. (E’12) Iqbal Gita Baskara (S’11) Satiya Perkasa (TI’12)
Decby Laksana L. S. (E’14) Irene Almakusuma L. (TL’12) Satria Phastika (TB’13)
Defani Herbiana A. (AI’14) Irfan Faisal Pane (TK’14) Sayidul Fikry (TI’13)
Dhanika Purnasari (A’14) Ishaq Abdullah (A’12) Sella Lametta (TB’13)
Dimas Hendrawan (M’13) Ismail Ghulam (TB’12) Siti Awaliyatul F. (A’12)
Dimas Nurwansyah (TK’14) Julius Ferdinand (TB’12) Syaukat Rafifidhiya (Mt’12)
Dita Listyani Saputri (PI’13) Kasandika Ganiarsa (TB’12) Syihab Ghiyas (S’14)
Diva Aulia Ahmad (AI’14) Kusfiat Fitriani (Mt’12) T. M. Iqbal Iftikar (M’13)
Ega Adi Surya (TB’13) Lathifuddin Firas N. (TI’13) Tegar Pratama Putra (TI’12)
Egy Ciptia Putro (Mt’13) Luthfan Fauzan (E’12) Ulina Ayu Pangesti (TB’13)
Eky Bagaskara (K’13) M. Aditya Hamka (K’12) Vidya Diantorio Putri (TI’14)
Erlyna Armya S. (Mt’14) M. Azzamul Haq (E’12) Walman Saurdo H. S. (Mt’13)
Fadhila Ahmad A. (TK’14) M. Fajar Ramadhan (Mt’11) Widyaningsih B.Sura (Mt’14)
Fadin Darmawan (S’12) M. Hanif Nadhif (M’11) William Y.M.B (S’14)
Fahmi Januar A. (A’13) M. Ramadiansyah (E’13) Yodi Saputro (M’13)
Faiq Fahmi Bahwal (S’14) M. Riandika Nurfakhri (M’12) Zaneta Alfiagnes (TI’12)
Musyawarah Kerja VIII Yodi M’13 085811220048
Ikatan Keluarga Mahasiswa Gaby TK’12 085883631818
Fakultas Teknik Universitas Indonesia Satya TI’12 08979167460

Вам также может понравиться