Вы находитесь на странице: 1из 15

2.

1 PENGERTIAN SPIRITUAL
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta. Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
1) berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan,
2) menemukan arti dan tujuan hidup,
3) menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri,
4) mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
Mempunyai kepercayaaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai
komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep kepercayaanmempunyai dua pengertian,
yaitu :
1) Kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti
Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain.
2) Kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan, kekuatan
tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasa, suatu perasaan yang memberikan
alasan tentang keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya(action). Harapan (hope), harapan
merupakan suatu konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa kebaikan,
perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu yang kurang menyenangkan. Harapan juga
merupakan energi yang bisa memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai
suatu prestasi dan berorientasi ke depan. Agama, adalah sebagai sistem organisasi
kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas secara
lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah yang terorganisasi atau
teratur.
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman
hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga memberikan suatu
perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri
sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dan lingkungan)
dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan ketuhanan
yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitasmeliputi kesehatan
spiritual, kebutuhan spiritual dan kesadaran spiritual. Dimensi spiritual merupakan suatu
penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur psikologikal, fisiologikal atau fisik,
sosiologikal dan spiritual.
Kata “spiritual” sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami
pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut Oxford English Dictionary, untuk
memahami makna kata spiritual dapat diketahui dari arti kata-kata berikut ini : persembahan,
dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi fisik, perasaan atau pernyataan jiwa, kekudusan,
sesuatu yang suci, pemikiran yang intelektual dan berkualitas, adanya perkembangan pemikiran
dan perasaan, adanya perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubungan dengan
organisasi keagaamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang
mendasar, penting, dan mampu menggerakan serta memimpin cara berfikir dan bertingkah laku
seseorang .

Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata :


makna, harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman,
1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan
seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual
mencakup hubungan intra-, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari
manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam
pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan
Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).
Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang
dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan
universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini
mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.

2.2 KONSEP KESEHATAN SPIRITUAL


Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah “rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri
dengan orang lain, alam dan dengan kehidupan tertinggi” (Hungemannet al, 1985). Rasa
keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan, dan
system keyakinan mereka dengan hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dan orang
lain. Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan, atau kehilangan, sesorang mungkin akan
berbalik kecara-cara lama dalam merespon atau menyesuaikan dengan situasi.
Seringkali gaya koping ini terdapat dalam keyakinan atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan
ini sering berakar dalam spiritualitas orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu mungkin
tumbuh lebih spiritual, menjadi lebih menyadari tentang makna, tujuan dan nilai hidup.
Spiritual dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan hubungan mereka dengan
orang lain. Banyak orang dewasa mengalami pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan
yang langgeng. Kemampuan untuk mengasihi orang lain dan diri mereka sendiri secara
bermakna adalah bukti dari kesehatan spiritual.

Menetapkan hubungan dengan yang Maha Agung, kehidupan atau nilai adalah salah satu cara
mengembangkan spiritualitas. Anak-anak sering mulai dengan konsep tentang ketuhanan atau
nilai seperti yang disuguhkan kepada mereka oleh lingkungan rumah mereka atau komunitas
religius mereka. Remaja sering mempertimbangkan kembali konsep masa kanak-kanak mereka
tentang kekuatan spiritual, dan dalam pencarian identitas, mungkin mempertanyakan tentang
praktik atau nilai atau menemukan kekuatan spiritual sebagai motivasi untuk mencari makna
hidup yang lebih jelas.
Sejalan dengan makin dewasanya seseorang, mereka sering instrospeksi diri untuk
memperkaya nilai dan konsep ketuhanan yang telah lama dianut dan bermakna. Kesehatan
spiritualitas yang sehat pada lansia adalah sesuatu yang memberikan kedamaian dan
penerimaan tentang diri dan hal tersebut sering didasarkan pada hubungan yang langgeng
dengan yang Maha Agung. Penyakit mengancam kesehatan spiritual.

2.3 MASALAH SPIRITUAL


Ketika penyakit, kehilangan, atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat
membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian
spiritual.selama penyakit atau kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu
untuk merawat diri mereka sendiri dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan
dukungan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna
tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri
dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka,
mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dari makna
hidup.
1. Penyakit Akut
Penyakit yang mendadak, tidak diperkirakan, yang menghadapkan baik ancaman
langsung atau jangka panjang terhadap kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan klien
dapat menimbulkan distress spiritual bermakna.
Penyakit atau cedera dapat dipandang sebagai hukuman, sehingga klien menyalahkan
diri mereka sendiri karena mempunyai kebiasaan kesehatan yang buruk, gagal untuk
mematuhi tindakan kewaspadaan keselamatan atau menghindari pemeriksaan
kesehatan secara rutin. Konflik dapat berkembang sekitar keyakinan individu dan makna
hidup. Individu mungkin mempunyai kesulitan memandang masa depan dan dapat
terpuruk tidak berdaya oleh kedukaan.
Kemarahan bukan hal yang tidak wajar, dan klien mungkin mengekspresikannya
terhadap Tuhan, keluarga, dan/atau diri mereka sendiri. Kekuatan spiritualitas klien
mempengaruhi bagaimana mereka menghadapi penyakit mendadak dan bagaimana
mereka dengan cepat beralih kearah penyembuhan.
2. Penyakit Kronis
Seseorang dengan penyakit kronis sering menderita gejala yang melumpuhkan
dan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup normal mereka.
Kemandirian dapat sangat terancam, yang mengakibatkan ketakutan, ansietas,
kesedihan yang menyeluruh. Ketergantungan pada orang lain untuk mendapat
perawatan rutin dapat menimbulkan perasaan tidak berdaya dan persepsi tentang
penurunan kekuatan batiniah. Seseorang mungkin merasa kehilangan tujuan dalam
hidup yang mempengaruhi kekuatan dari dalam yang diperlukan untuk mengahdapi
perubahan fungsi yang dialami. Kekuatan tentang spiritualitas seseorang dapat mejadi
factor penting dalam cara seseorang menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh
penyakit kronis. Keberhasilan dalam mengatasi perubahan yang diakibatkan oleh
penyakit kronis dapat menguatkan seseorang secara spiritual. Reevaluasi tentang hidup
mungkin terjadi. Mereka yang kuat secara spiritual akan membentuk kembali identitas
diri dan hidup dalam potensi mereka.
3. Penyakit Terminal
Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan,
kematian, dan ancaman terhadap integritas (Turner et al, 1995). Klien mungkin mempunyai
ketidak pastian tentang makna kematian dan dengan demikian mereka menjadi sangat rentan
terhadap distress spiritual. Tedapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang
ketenangan yang memampukan mereka untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut.
Individu yang mengalami penyakit terminal sering menemukan diri meraka menelaah
kembali kehidupan mereka dan mempertanyakan maknanya. Pertanyaan-petanyaan umum
yang diajukan dapat mencakup, “ mengapa hal ini terjadi pada saya’’ atau “apa yang telah saya
lakukan sehingga hal ini terjadi pada saya” keluarga dan teman-teman dapat terpengaruhi sama
halnya yang klien alami.
Fryback (1992) melakukan penelitian untuk, mengetahui bagaimana individu dengan
penykit terminal menggambarkan tentang kematian. Klien yang termasuk dalam penelitian
mengidentifikasikan tiga domain kesehatan sebagai berikut: mental-emosi, spiritual dan fisik.
Domain spiritual dipandang sebagai hal penting dalam hal kesehatan dan mencakup
mempunyai hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi, menghargai moralitas seseorang dan
menumbuhkan aktualisasi diri. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa penelitian
tersebut menunjukkan klien yang mempunyai penyakit terminalmempunyai persepsi dalam
Keadaan tidak sehat,persepsi tersebut bukan karena penyakitnya tetapi karena sedang tidak
mampu menjalani hidup mereka dengan sempurna dan tidak mampu melakukan hal-hal yang
mereka inginkan.
4. Individuasi
Ketika seseorang menjalani hidup mereka, sering mengajukan pertanyaan untuk
menemukan dan memahami diri (mereka) sebagai hal yang berbeda tetapi juga dalam
hubungan dengan orang lain. Psikolog Carl Jung (Storr, 1983) menggambarkan proses
ini sebagai individuasi seseorang. Juga digambarkan sebagai krisis pertengahan
hidup, individuasi umumnya pada individu usia baya. Individuasi mungkin didahului oleh
rasa kekosongan dalam hidup atau kurang mampu untuk memotivasi diri. Individuasi
adalah pengalaman manusia yang umum yang ditandai oleh kebingungan, konflik,
keputusasaan, dan perasaan hampa. Spiritualitas seseorang harus dipertahanka, karena
individuasi tampaknya mendorong seseorang untuk mempertahankan aspek positif, life-
asserting dari kepribadian. Kejadian seperti stress, keberhasilan atau kekurang
berhasilan dalam pekerjaan, konflik perkawinan, atau penurunan kesehatan dapat
menyebabkan seseorang mencari pemahaman diri yang lebih besar.
5. Pengalaman Mendekati Kematian
Perawat mungkin menghadapi klien yang telah mempunyai pengalaman mendekati
kematian (NDE/near death experience). NDE telah diidentifkasikan sebagai fenomena psikologis
tentang idividu yang baik telah sangat dekat dengan kematian secara klinis atau yag telah pulih
setelah dinyatakan mati. NDE tidak berkaitan dengan kelaianan mental (Basford, 1990). Orang
yang mengalami NDE setelah henti jantung-paru, misalnya sering mengatakan cerita yang sama
tentang perasaan diri mereka terbang di atas tubuh mereka dan melihat para pemberi
perawatan kesehatan melakukan tindakan penyelamatan hidup. Sebagian besar individu
menggambarkan bahwa mereka melewati terowongan kearah cahaya yang terang, dan
merasakan suatu ketenangan yang dalam dan damai. Tidak bergerak kearah cahaya tersebut,
sering mereka mengetahui bahwa belum waktunya untuk mati bagi mereka dan mereka kembali
hidup.
Klien yang telah mengalami NDE sering enggan untuk mendiskusikan hal ini, mereka berpikir
bahwa keluarga atau pemberi perawatan kesehatan tidak dapat memahami. Isolasi dan
depresi dapat terjadi sebagai akibat tidak menceritakanpengalamannya atau menerima
penghakiman dari orang lain ketika mereka menceritakannya. Namun demikian, imdividu
yang mengalami NDE, dan mereka yang dapat mendiskusikannya dengan keluarga atau
pemberi perawatan kesehatan, menemukan keterbukaan pada kekuatan pemgalaman
mereka seperti yang dilaporkan. Mereka secara konsisten melaporka aftereffect yang
positif, termasuk sikap positif, perubahan nilai, dan perkembangan spiritual (Turner,
1995). Bila klien dapat hidup setelah henti jantung-paru, penting artinya bagi perawat
untuk tetap terbuka dan memberi kesempatan kepada klien untuk menggali apa yang
sudah terjadi.
2.4 PENGKAJIAN
Dengan jelas, kemampuan perawat untuk mendapat gambaran tetang dimensi spiritual
klien yang jelas mungkin dibatasi oleh lingkungan dimana orang tersebut mempraktekkan
spiritualnya. Hal ini benar jika perawat mempunyai kontak terbatas dengan klien dan gagal untuk
membina hubungan. Tetapi ketika terbina hubungan saling percaya, perawat dan klien sampai
pada titik pembelajaran bersama, dan terjadi pengasuhan spiritual. Pertanyaannya adalah
bukan jenis dukungan apa yang dapat diberikan tetapi bagaimana secara sadar perawat
mengintegrasikan perawatan spiritual ke dalam proses keperawatan. Perawat tidak perlu
menggunakan alasan “tak cukup waktu” untuk menghindari pengenalan nilai spiritualitas yang
dianut untuk kesehatan klien.
Farran et al (1989) telah mengembangkan model untuk pengkajian spiritual yang dapat
memberikan gambaran nyata dari dimensi spiritual klien. Model tersebut dirancang untuk
menunjukkan aspek spiritual yang hampir pasti selalu dipengaruhi oleh pengalaman, kejadian
dan pertanyaan dalam kejadian penyakit dan perawatan di rumah sakit. Pengkajian dapat
menunjukkan kesempatan yang dimiliki perawat dalam mendukung atau menguatkan
spiritualitas klien. Pengkajian itu sendiri, dapat menjadi terapeutik karena pengkajia tersebut
menunjukkan tingkat perawatan dan dukungan yang diberikan. Perawat yang memahami
pendekatan konseptual menyeluruh tentang pengkajian spiritual akan menjadi yang paling
berhasil. Inti dari spiritualitas seseorang adalah menyeluruh tidak hanya dalam bagian yang
ditunjukkan melalui setiap kategori pengkajian.
· Religi
Berdasarkan kamus, religi berarti suatu sistem kepercayaan dan praktek yang
berhubungan dengan Yang Maha Kuasa (Smith, 1995). Pargamet (1997) mendefinisikan religi
sebagai suatu pencarian kebenaran tentang cara-cara yang berhubungan dengan korban atau
persembahan. Seringkali kata spiritual dan religi digunakan secara bertukaran, akan tetapi
sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Dari definisi religi, dapat digunakan sebagai dasar
bahwa religi merupakan sebuah konsep yang lebih sempit daripada spiritual. Mengingat spiritual
lebih mengacu kepada suatu bagian dalam diri manusia, yang berfungsi untuk mencari makna
hidup melalui hubungan intra-, inter-, dan transpersonal (Reed, 1992). Jadi dapat dikatakan
religi merupakan jembatan menuju spiritual yang membantu cara berfikir, merasakan, dan
berperilaku serta membantu seseorang menemukan makna hidup. Sedangkan praktek religi
merupakan cara individu mengekspresikan spiritualnya .
AGAMA KEYAKINAN RESPON TERHADAP PENYAKIT ·Keluar
KEPERAWATAN ga
KESEHATAN Pera
Hindu Menerima ilmu Penyakit disebabkan oleh dosa masa n orang
pengetahuan medis modern lalu. tua
Memperpanjang hidup tidak dibenarkan sangat
Sikh Menerima ilmu Wanita harus diperiksa oleh wanita menent
pengetahuan medis modern Melepaskan pakaian dalam akan ukan
menyebabkan distres yang besar dalam

Budhis Menerima ilmu Dapat menolak pengobatan pada hari perkem

pengetahuan medis modern suci bangan

Shinto Menerima ilmu Akan tidak mengijinkan pengobatan yang spiritual

pengetahuan medis modern “tampak” mencederai tubuh anak.

sesuai dengan tradisi Hal

leluhur yang
penting
Islam Harus dapat mempraktikkan Menggunakan kepercayaan sebagai
bukan
5 Rukun Islam penyembuh dan mengijinkan
apa
Dapat mempunyai penghentian pendukung hidup
yang
pandangan yang fatal
diajarka
dalam kesehatan
n oleh
Yahudi Mempercayai sanksi dari Mengunjungi orang sakit adalah suatu
orang
kehidupan kewajiban
tua
Tuhan dan kedokteranharus Mereka berkewajiban untuk mencari
pada
mempunyai keseimbangan perawatan
anak
Kepatuhan kepada hari Eutanasia adalah dilarang
tentang
sabat adalah penting Pendukung hidup tidak dibenarkan
Tuhan,
Tidak melakukan aktifitas
tetapi
pada hari sabat
apa
Kristen Mempercayai ilmu Menggunakan doa, kepercayaan sebagai
yang
pengetahuan medis modern penyembuh
anak
Menghargai kunjungan dari gereja
pelajari
Komuni suci umumnya digunakan
mengen
ai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga
merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka
dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua.
· Kebudayaan
Kebudayaan merupakan kumpulan cara hidup dan berfikir yang dibangun oleh sekelompok
orang dalam suatu daerah tertentu (Martsolf, 1997). Kebudayaan terdiri dari nilai, kepercayaan,
tingkah laku sekelompok masyarakat. Kebudayaan juga meliputi perilaku, peran, dan praktek
keagamaan yang diwariskan turun-temurun. Menurut Martsolf (1997) ada tiga pandangan yang
menjelaskan hubungan spiritual dengan kebudayaan, yaitu spiritual dipengaruhi seluruhnya oleh
kebudayaan, spiritual dipengaruhi pengalaman hidup yang tidak berhubungan dengan
kebudayaan, dan spiritual dapat dipengaruhi kebudayaan dan pengalaman hidup yang tidak
berhubungan dengan kebudayaan.
· Dimensi Psikologi
Karena fisik, psikologi, dan spiritual merupakan aspek yang saling terkait, sangat sulit
membedakan dimensi psikologi dengan dimensi spiritual. Akan tetapi sebagai perawat harus
mengetahui perbedaan keduanya.Spilka, Spangler, dan Nelson (1983) membedakan dua
dimensi ini dengan mengatakan bahwa dimensi psikologi berhubungan dengan hubungan antar
manusia seperti : berduka, kehilangan, dan permasalahan emosional. Sedangkan dimensi
spiritual merupakan segala hal dalam diri manusia yang berhubungan dengan pencarian makna,
nilai-nilai, dan hubungan dengan Yang Maha Kuasa.
·
Hubungan dengan diri sendiri
1) Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).
2) Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, harmoni atau
keselarasan diri).
· Hubungan dengan alam
1) Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa dan iklim.
2) Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabadikan dan melindungi alam.
· Hubungan dengan orang lain
Harmonis
a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.
b. Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit.
c. Meyakini kehidupan dan kematian.
Tidak harmonis
a. Konflik dengan orang lain.
b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

4) Hubungan dengan Ketuhanan


Agamis atau tidak agamis
1) Sembahyang/ berdo’a/ meditasi.
2) Perlengkapan keagamaaan.
3) Bersatu dengan alam.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila


mampu:
1) merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan,
2) mengembangkan arti penderitaan dan menyakini hikmah dari suatu kejadian atau
penderitaan,
3) menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta,
4) membina integritas personal dan merasa diri berharga,
5) merasakan kehidupan yang terarah yang terlihat melalui harapan,
6) mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.
2.5 Diagnosa keperawatan
Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan informasi tersebut kedalam
diagnose keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status kesehatan klien
terakhir dari prespektif holistic, dengan spiritualitas sebagai prinsip kesatuan. Perawat akan
menghadapi klien dalam berbagai situasi dan selama masa sehat dan sakit. Selama peristiwa
seperti kelahiran, penyakit, nyeri, penderitaan, aktivitas kehidupan sehari-hari, dan kematian,
seseorang mempunyai pengalaman yang menciptakan pilihan. Pilihan dalam hidup terinterelasi
dengan spiritualitas seseorang (farran, et al, 1989). Beberapa pilihan mengarah pada perluasan
fungsi (peningkatan pemahaman tentang hidup atau suatu pendalaman makna hidup). Pilihan
lainnya menghasilkan pemeliharaan dari perkembangan spiritual seseorang dan pemahaman
praktis tentang spiritualitas. Akhirnya ada pilihan yang mengarah pada perubahan berfungsi
seperti ketidakmampuan untuk menemukan makna dari peristiwa dalam kehidupan,
terpecahnya persahabatan, dan kehilangan harapan. Untuk dapat mendukung klien, perawat
harus berfokus tidak hanya pada perubahan yang terjadi dalam fungsi, tetapi juga pada pilihan
yang memberikan kekuatan, harapan, dan memberikan dorongan selama waktu mengalami
penyakit.
Diagnosa keperawatan yang secara relative baru, yaitu kesejahteraan spiritual,
potensial; untuk ditingkatkan, didasarkan pada batasan karakteristik yang menunjukan suatu
pola kesejahteraan dan keterhubungan yang berasal dari kekuatan dari dalam (Kim, et al, 1995).
Jika pengkajian keperawatan menunjukan bahwa klien mempunyai harapan dan keyakinan dari
dalam, percaya terhadap kekuatan yang lebih tinggi, mempunyai tujuan dan makna dalam
hidup, dan mengekspresikakan suatu keharmonisan dengan diri dan orang lain, maka
kesejahteraan spiritual adalah diagnose yang mungkin. Adanya pernyataan tentang kehidupan
ini menunjukan bahwa klien mempunyai sumber yang dapat dikerahkan ketika dihadapkan pada
diagnose keperawatan yang lain seperti nyeri kronis, penurunan curah jantung, perubahan
sensori/presepsi, atau gangguan citra tubuh.
Ketika perawat mengidentifikasi diagnose yang sesuai dengan klien, penting artinya
untuk mengenali makna yang diberikan oleh spiritualitas terhadap semua tipe masalah
kesehatan, hampir semua diagnose keperawatan mempunyai implikasi terhadap spiritualitas
klien. Nyeri, ansietas, ketakutan, hambatan mobilitas, dan kurang perawatan diri adalah
diagnose keperawatan yang cukup umum yang akan mengharuskan perawat untuk memadukan
prinsi perawatan spiritual.
Mungkin terdapat situasi saat perawat akan mengumpulkan batasan karakteristik dari
pengkajian data dasar dan menemukan pola yang mencerminkan keputusasaan klien. Berpikir
kritis membutuhkan penelaahan data konkrit (mis. Praktik keagamaan dan sumber persahabtan)
juga pengkajian tentang pengalaman klien masa lalu, kesadaran spiritual perawat sendiri, dan
indra intuituf tentang kekuatan spiritual klien. Batasan karakteristik harus divalidasi dan
diklarifikasi dengan klien sebelum dibuat rencana perawatan. Pada perawatan spiritual,
kepentingan aspirasi spiritual perawat sendiri, inspirasi dan presepsi tidak saling tumpang tindih.
Perawat menhindari memaksakan keyakinan pribadinya pada klien. Setiap diagnosis harus
mempunyai factor yang berhubungan dan akurat sehingga intervensi yang dihasilkan dapat
bermakna dan langsung.
2.6 Perencanaan
Ketika perawat dan klien mengidentifikasi bahwa klien mempunyai kebutuhan spiritual,
penting artinya bagi perawat dan klien untuk berkolaborasi dengan erat saatmembuat rencana
keperawatan. Keharusan dan perasaan kasih harus dengan jelas dikomunikasikan antara
perawat dan klien. Hal ini dapat dimulai dengan pengkajianyang dirancang dengan baik, tetapi
hubungan perawat-klien harus berlanjut didasarkan pada rasa kasih dan saling percaya agar
intervensi menjadi efektif. Komunikasi akan menjadi suatu tema yang terintegrasi untuk apapun
intervensi keperawatan yang dipilih. Sifat personal dari spiritualitas mengharuskan klien mampu
mengungkapkan secara terbuka dengan perawat dan mengenali minat perawat dalam
kebutuhannya.
Orang terdekat, seperti pasangan, saudara kandung, orangtua, dan teman, harus
dilakukan. Jika memungkinkan, untuk memberikan dukungan. Hal ini berarti bahwa perawat
mempelajari dari pengkajian bentuk hubungan seperti apa yang terjalin antara individu atau
kelompok. Individu tersebut mungkin akan terlibat dalam semua tingkat perawatan klien.
Jaringan dukungan klien dapat membantu dalam memberikan perawatan fisik, memberikan
ketenangan emosional, dan saling berbagi dukungan spiritual.
Jika klien berpartisipasi dalam suatu agama yang formal, maka anggota dari pendapatan
atau anggota gereja, candi, masjid, atau sinagoge. Mungkin harus dilibatkan dalam
perencanaan . bergantung pada status dan kebutuhan klien, sebagian dari perencanaan akan
melibatkan kesinambungan ritual keagamaan yang sesuai. Perawat harus meyakinkan bahwa
sesuai material keagamaam seperti kitab suci atau buku penunjuk doa tersedia.
Dalam menetapkan rencana perawatan, terdapat tiga tujuan untuk pemberian perawaan
spiritual (Munley, 1983);
1. Klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan.
2. Klien mampu terikat dengan anggota system pendukung.
3. Pencarian pribadi klien tenang makna (hidup) meningkat.
2.7 Implementasi
Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang
menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa
terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi yang
dipilih oleh perawat untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami penting. Baik klien
dan perawat harus merasa bebas untuk merelakan dan menemukan bersama makna dan tujuan
hidup klien. Pencapaian tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat
memberikan perawatan dengan cara yang sensitive, kreatif dan sesuai.
1. Menetapkan kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi perawatan
menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan (clark, et al,
1991). Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukan kehadiran perawat meliputi
member perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan memberikan
dorongan (tetapi realistis). Kemampuan untuk menciptakan kehadiran adalah suatu kiat
keperawatan. Kiat ini bukan hanya melakukan prosedur dengan cara yang sangat cepat atau
berbagai informasi teknis dengan klien yang mungkin tidak bermakna.
Benner (1984) mengklarifikasikan bahwa kehadiran melibatkan “ada bersama” klien
versus “melakukan untuk” klien. Kehadiran adalah mampu memberikan kedekatan dengan klien
secara fisik, psikologis, dan spiritual.
Perawat dapat menunjukan adanya rasa kehadiran dalam berbagai cara yang tidak
menyolok; melakukan pijat punggung dengan penyegaran, sentuhan yang lembut; dengan hati-
hati memposisikan klien tanpa menimbulkan rasa nyeri; dengan halus memberikan perawatan
mulit; dan bekerja bersama klien untuk dengan lembut dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat
tidur ke kursi. Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan rasa
percaya diri, dan menyediakan waktu bagi klien ketika terapi diberikan akan membantu
menciptakan kehadiran. Klien yang sakit mengalami kehilangan control dan mencari seseorang
untuk memberikan arahan dan perawatan yang kompeten. Perawat secara tepat menggunakan
tangan, memberikan kata-kata pendukung, dan menggunakan pendekatan yang tenang dan
desesif akan menciptakan kehadiran yang membangun kepercayaan dan kesejahteraan.
Rasa percaya adalah dasar untuk segala hubungan. Sikap yang perawat tunjukan ketika
memasuki ruangan klien membentuk suatu intonasi untuk interaksi. Perawat membuktikan
bahwa ia dapat diandalkan dan percaya. Perhatian yang cermat terhadap setiap permintaan
klien, tidak peduli betapa pun remehnya, memperlihatkan sikap mengasihi, dan melakukan
perawatan secara mapan, mengkomunikasikan kepada perawat kepercayaan yang dibutuhkan
untuk hubungan perawat-klien yang kuat.

2. Mendukung hubungan yang menyembuhkan


Seorang perawat yang ahli belajar untuk melihat lebih jauh batasan masalah klien yang
terisolasi dan mengenali gambaran tentang kebutuhan klien yang lebih luas. Hal ini menerapkan
pandangan holistic terhadap masalah kesehatan klien. Misalnya, perawat tidak hanya melihat
pada nyeri punggung klien sebagai masalah yang harus diselesaikan dengan cepat
menggunakan obat, tetapi lebih kepada bagaimana nyeri telah mempengaruhi kemampuan klien
untuk berfungsi dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam hidupnya. Pandangan holistic
telah memampukan perawat untuk menetapkan peran membantu, digambarkan oleh
benner(1984) sebagai salah satu domain praktik keperawatan. Kompetesi yang didapat perawat
dalam domain membantu dipelajari untuk menciptakan hubungan yang menyembuhkan.

Benner (1984) mendefinisikan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika hubungan yang
menyembuhkan terbina antara perawat dan klien.
1) Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian juga harapan bagi klien.
2) Menemukan interpretasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri, ketakutan,
ansietas, atau emosi yang menegangkan.
3) Membantu klien menggunakan dukungan social, emosional, atau spiritual.
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengarahkan harapan klien. Harapan
adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi yang dibutuhkan untuk menghadapi
segala macam tantangan dalam hidup. Perawat dapat membantu klien menemukan hal-hal
yang dapat menjadi harapan. Klien yang menderita penyakit terminal mungkin berharap dapat
menghadiri hari wisuda anak perempuannya atau untuk menjalani hidup setiap hari dengan
penuh makna. Klien yang akan menjalani bedah abdomen karena obstruksi usus mungkin
mengharapkan peredaan nyeri dan segera dapat kembali ke rumah.
Harapan mempunyai implikasi yang baik jangka pendek maupun jangka panjang dalam
perawatan klien. Harapan terorientasi masa depan dan membantu klien berupaya ke arah
penyembuhan, untuk membantu klien mencapai harapan, perawat dan klien bekerja sama untuk
menemukan suatu interprestasi tentang situasi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Kemudian perawat membantu klien untuk menggunakan sumber yang tersedia bagi dirinya.
Sumber ini dapat mencakup sikap positif klien terhadap hidup, keinginan untuk selalu diberi tahu
tentang kondisi dan membuat keputusan yang masuk akal. Atau keinginan untuk mencoba
terapi yang berbeda. Misalnya, klien dengan nyeri abdomen mungkin mampu menerima fakta
bahwa nyerinya mungkin sebentar karena proses penyembuhan. Jika klien adalah seorang yang
biasanya mandiri dan merasa perlu untuk selalu dapat mengontrol diri, maka perawat dapat
memberikan beberapa pilihan terapi untuk penatalaksanaan nyeri dan meminta klien untuk
membuat keputusan yang masuk akal.
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan perawat harus tetap
menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual klien. Penting bagi klien untuk mampu
mengekspresikan dan menelaah keyakinan-nya. Perawat yang menghargai kepercayaan klien
dan mengenali pengaruh spiritualitas yang dibeikan terhadap penyembuhannya akan dirasakan
oleh klien sebagai sumber (clark et al, 1991). Ketika penyakit atau pengobatan menimbulkan
kebingungan atau ketidakpastian bagi klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal ini
terhadap kesejahteraan klien, sumber spiritual apa yang diperkuat? Perawat dapat memulai dari
apa yang ingin klien ketahui untuk menghilangkan ketidakpastian klien, klien mungkin juga
meminta kehadiran keluarga atau teman untuk mempertahankan persahabatan yang diperlukan
untuk penyembuhan.
a. Sistem dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien Yahudi dan Kristen, Clark et al. (1991) mengetahui bahwa
sistem pendukung memberi mereka rasa sejahtera terbesar selama perawatan di rumah sakit.
Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang menghubung kan klien, perawat,
dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian dari lingkungan pemberi perawatan klien
adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang di pandang oleh klien sebagai
pendukung. Perawat merencanakan perawatan bersama klien dan jaringan pendukung klien
untuk meningkatkan ikatan interpersonal yang sangat penting untuk penyembuhan. Sistem
pendukung sering memberi sumber kepercayaan yang memperbaharui jati diri spiritual klien.
Keluarga dan teman mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan
keagamaan yang dianut oleh klien.
Setelah mengkaji fungsi keluarga dan teman yang berperan dalam hidup klien. Perawat dapat
mendorong mereka untuk mengunjungi klien secara teratur. Jika keluarga dan teman ditemukan
sebagai sumber spiritual bagi klien, maka mereka dapat menjadi sumber terapi yang sangat
baik. Dorongan perawat kepada keluarga untuk menjadi diri mereka sendiri dapat memudahkan
kemampuan keluarga untuk memberikan ketenangan spiritual yang mampu mereka berikan.
Sringkali penyakit dan lingkungan pengobatan meninbulkan pengobatan begitu banyak ketidak
tahuan dimana keluarga dan teman terintimidasi. Perawat dapat sangat efektif dalam membantu
keluarga diterima dengan baik dan mengetahui bahwa dukungan dan kehadiran mereka. Adalah
bagian penting dari penyembuhan klien. Melibatkan keluarga dalam aktifitas pendoaan adalah
suatu tindakan yang sangat bijaksana jika hal ini sesuai dengan agama klien, dan anggota
keluarga dengan nyaman ikut serta. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk membawa
simbol keagamaan yang bermakna dapat menjadi sumber konsolidasi dan dukungan spiritual.
Sumber penting lainnya bagi klien adalah penasihat spiritual dan anggota dari kerohanian.
Perawat harus menanyakan kepada klien apakah klien menginginkan penasehat spiritual
mereka diberi tahu tentang perawatan mereka di rumah sakit. Semua penasehat spiritual harus
di buat nyaman di unit keperawatan. Jika di inginkan oleh klien atau keluarga, maka perawat
harus terus memberi tahu penasihat spiritual tentang kehawatiran psikologi, psikososial, dan
spiritual klien. Hal ini membantu dalam memberikan perawatan kesehatan yang holistik. Perawat
menunjukan respek terhadap kebutuhan dan nilai. Spiritual klien dengan suka rela bekerja sama
dengan orang lain yang memberikan perawatan spiritual dan memudahkan pemberian
pelayanan rohani dan ritual.
Memberikan privasi bagi klien dan penasihat spiritualnya adalah tindakan yang sensitif dan
bijaksana. Jika perawat merasa tidak pasti tentang rutinitas agama klien, menanyakan
kepada penasehat spiritual, keluarga, atau klien adalah tindakan yang sesuai. Sering kali klien
yang di rawat di rumah sakit ingin mendiskusikan tentang perhatian spiritualnya pada malam
atau tengah malam, ketika pelayanan pendukung seperti rohaniawan dan pekerja sosial tidak
ada. Perawat dapat melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan klien, cukup dengan
mendengarkan.
b. Berdoa
Tindakan bedoa adalah bentuk”dedikasi-diri” yang memungkinkan individu untuk bersatu
dengan tuhan atau yang maha kuasa (McCullough, 1995). Berdoa memberi kesempatan kepada
individu untuk memperbaharui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang maha kuasa
dengan cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu kesempatan untuk
meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat komitmen hidup lebih baik.
Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau mencari kesempatan untuk
kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok rohaniawan.
Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang untukmengatasi
nyeri, stres, dan distres. Suatu setudi oleh Turner dan Celanci (1986) mengidentifikasi bahwa
dengan meningkatkan berdoa dan berharap, klien nyeri pinggang kronis telah menunjukan
penurunan intensitas nyeri. Yang juga sudah diteliti adalah bahwa berdoa dapat mencakup
perubahan kardiovaskular dan relaksasi otot. Seringkali berdoa memnyebabkan seseorang
merasakan perbaikan suasana hati dan merasakan kedamaian dan ketenangan.
Selama pengkajian perawat mengetahui apakah berdoa merupakan ritual penting bagi klien dan
kemudian menentukan apakah intervensi dibutuhkan sehingga berdoa dapat dilakukan.
Intervensi dapat mencakup membentuk privasi, mendorong kunjungan dari rohaniawan, atau
berdoa bersama klien.
c. Diet Terapi
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan juga komponen
penting dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu. Makanan dan
ritual sekitar persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian penting dari spiritualitas
seseorang.
Agama hindu mempunyai banyak pantangan diet beberapa sekte adalah penganut vegetarian,
mempercayai bahwa membunuh segalah makhluk hidup adalah suatu tindakan kriminal. Banyak
orang yang beragama budha juga vegetarian. Sebagian besar penganut agama budha
mempraktikkan moderasi dan tidak menggunakan alkohol, tembakau, atau obat-obatan dan
berpuasa pada hari-hari khusus agama.
Memakan daging babi dan mengkonsumsi alkohol adalah larangan dalam agama islam.
Ramadhan adalah berpuasa pada siang hari. Orang yang sakit, wanita hamil, dan ibu yang
sedang menyusui dibebaskan dari ritual berpuasa. Yahudi ortodoks, konservatif dan sebagian
yahudi reformasi sangat ketat mematuhi hukum halal dalam diet, yang melarang makan daging
babi dan kerang. Selain itu, daging dan susu, atau produk dari susu, tidak dapat di makan
bersamaan waktunya, harus di makan 6 jam kemudian setelah makan atau minum yahudi juga
mempunyai peraturan tentang prersiapan makanan untuk tetap menjaga makanan tetap”halal”
atau “terbekati.”
Sebagian tradisi kristen, seperti Adven Hari Ketujuh, mempunyai peraturan diet. Kelompok
lainnya, seperti Evangelikan melarang pengguanan alkohol, kafein, dan tembakau. Sebagian
penganut Adven Hari Ketujuh mungkin menolak makanan yang mengandung daging. Saksi
yehova menghindari makanan yang disiapkan dengan atau mengandung darah, seperti saus
darah atau marus. Banyak penganut khatolik roma, yang berusia lebih dari 7 dan dibawah 65
tahun, jika kesehatan memungkinkan. Berpuasa atau tidak makan daging pada rabu abu (yang
menandai dimulainya bulan puasa masehi, biasanya pada akhir februari) dan jumat agung (hari
jumat sebelum paskah). Khatolik ortodoks mungkin berpuasa selama bulan puasa masehi dan
tidak makan daging dan produk dari susu pada hari rabu dan jumat. Beberapa sempalan pada
hari kristen mungkin berpuasaa 1 sampai 6 jam sebelum komunik. Semua ritual berpuasa tidak
dilakukan saat sakit, hamil, atau menyusui.
Perawat dapat mengintegrasikan pilihan diet klien ke dalam perawatan sehari-hari. Hal ini akan
membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari institusi keperawatan kesehatan. Pada situasi
ketika dapur rumah sakit atau rumah perawatan tidak dapat menyiapkan dengan cara yang
dipilih, keluarga di izinkan membawa makanan yang sesuai dengan pantangan diet yang
diberlakukan oleh kondisi klien.
d. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu sumber koping
yang penting. Hal ini terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang bertugas di lingkungan
perawatan akut dan perawatan jangka panjang menjadi aktif dalam perawatan spiritual klien,
mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai kunjungan, pelayanan gereja,
dan semua hal-hal yang berkenaan dengan itu seperti penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,
perawat dapat berkonsul dengan dokter dan farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi
klien, ramuan tradisional, atau medikasi herbal, jika memungkinkan. Karena kunjungan ke Kapel
atau musola rumah sakit atau menghadiri suatu pelayanan mungkin penting bagi klien yang
dirawat di rumah sakit ada keluarganya, pengarahan tentang kapel atau musola harus
dicakupkan selama orientasi pada fasilitas medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan
pastoran dari departemen perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima
sakramen. Perawat merencanakan perawatan pribadi, terapi, atau pemeriksaan untuk
memungkinkan pelayanan dari tempat ibadah, pembacaan keagamaan, atau kunjungan
spiritual.
Dalam lingkungan rumah perawat mungkin harus menemukan cara untuk memadukan
pelayanan keagamaan. Banyak gereja membuat rekaman suara setiap minggu tantang
pelayanan keagamaan untuk jemaat di rumah. Anggota keluarga dapat merencanakan sesi
sembahyangan atau suat pembacaan alkitab yang teratur. Kependetaan akan secara rutin
memberikan tawaran untuk kunjungan rumah bagi seseorang yang tidak mampu menghadiri
pelayanan keagamaan.meditasi dan musik keagamaan yang direkam dan pelayanan
keagamaan yang ditayangkan di televisi memberkan pilihan lain yang efektif.
Evaluasi
Pencapaian kesehatan spiritual dapat dianggap sebagai tujuan sepanjang hidup. Klien akan
mengalami pentingnya mengklarifikasi nilai, membentuk kembali filosofi, dan menjalani
pengalaman yang membantu membentuk tujuan seseorang dalam kehidupan. Ketika merawat
klien, perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu menguatkan
spiritualitas klien. Perawat membandingkan tingkat spiritual klien dengan perilaku dan
kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian keperawatan.klien harus mengalami emosi sesuai
dengan situasi; dan mengalami hubungan interpersonal yang terbuka dan hangat. Keluarga dan
teman, dengan siapa klien telah membentuk persahabatan dapat dijadikan sumber informasi
evaluatif. Klien harus juga mempertahankan “misi” dalam hidup dan, bagi sebagian individu,
percaya dan yakin dengan yang maha kuasa atau yang maha tinggi,
Bagi klien dengan penyakit terminal yang serius, evaluasi difokuskan kepada keberhasilan
membantu klien meraih kembali harapan. Perawat harus mengevaluasi kualitas hubungan
perawat-klien. Apakah klien mengekspresikan rasa percaya dan yakin kepada perawat? Apakah
klien mampu mendiskusikan hal-hal yang penting dalam hidup? Bagi klien dengan ansietas,
ketakutan, kekuatan,dan pertanyaan yang bertubi-tubi, mungkin sebaiknya dilakukan
penyesuaian kembali rencana perawatan. Sumber tambahan seperti penasehat atau anggota
dari kongregasi gereja mungkin diperlukan. Akhirnya, klien yang membutuhkan spiritualnya
terpenuhi mungkun menjadi tenang, bahwa ketika mengalami penyakit yang parah.
Jika klien merasa nyaman mengekspresikan kebutuhan spiritual dan harapannya kepada
perawat, maka telah terjadi hubungan efektif yang menyembuhkan. Kotak evaluasi yang
disajikan meringkas contoh tindakan evaluasi yang digunakan untuk mencapai hasil dalam
rencana perawatan spiritual.
Asuhan keperawatan holistik mengintegrasikan intervensi yang mendukung spiritualitas klien.
Untuk memberikan keperawatan spirital, perawat harus memahami dimemnsi kesehatan
spiritual dan mampu mengenali kesehatan spiritual seseorang. Sama artinya, setiap pearawat
harus mampu untuk memahami spiritualitas mereka sendiri sehingga ia dapat merasakan dan
memberdayakan diri untuk memberi dukungan terhadap kebutuan spiritual klien.
Pengembangan hubungan perawat-klien yang mengasihi adalah inti dari pemberian perawatan
spiritual. Tecapainya kehadiran dan keterbukaan bersama klien memberyakan perawat untuk
memberikan pearawatan dalam cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai. Perawat juga
mempelajari untuk mengarahkan harapan klien, sambil membentuk hubungan yang
menyembuhkan. Hal ini membantu klien berorientasi pada masa depan dan mampu berupaya
kearah penyembuhan dan pemulihan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan perilaku self care klien. Keyakinan spiritual yang perlu dipahami ,menuntun
kebiasaan hidup sehari-hari gaya hidup atau perilaku tertentu pada umumnya yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien
seperti tentang permintaan menu diet.
Sumber dukungan, spiritual sering menjadi sumber dukungan bagi seseorang untuk
menghadapi situasi stress. Dukungan ini sering menjadi sarana bagi seseorang untuk menerima
keadaan hidup yang harus dihadapi termasuk penyakit yang dirasakan.
Sumber kekuatan dan penyembuhan,individu bisa memahami distres fisik yang berat
karena mempunyai keyakinan yang kuat. Pemenuhan spiritual dapat menjadi sumber kekuatan
dan pembangkit semangat pasien yang dapat turut mempercepat proses kesembuhan.
Sumber konflik pada situasi tertentu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, bisa
terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan seperti tentang pandangan
penyakit ataupun tindakan terapi. Pada situasi ini, perawat diharapkan mampu memberikan
alternatif terapi yang dapat diterima sesuai keyakinan pasien.
3.2 SARAN
Perlu banyak pembelajaran tentang spiritualitas klien agar seorang tenaga kesehatan
tidak salah mengambil sikap atau tindakan dalam menghadapi klien dengan gangguan
spiritualitas. Perhatian spiritualitas dapat menjadi dorongan yang kuat bagi klien kearah
penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritualitas. Untuk itu
seorang perawat tidak boleh mangesampingkan masalah spiritualitas klien.

Вам также может понравиться