Вы находитесь на странице: 1из 55

LAPORAN

PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN

Disusun oleh :

Kelompok 3 C
1. Adib Norma Lihta (12846)
2. Dewa Sang Nyata (12831)
3. Galang Sri Nalendra (12845)
4. Nur Ayu Diana Citra Dewi S.P (12841)

PROGRAM DIPLOMA TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008

1
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN

Disusun oleh :
Kelompok 3 C

Diperiksa :

I GEDE YOHAN KAFRAIN

Disetujui :

DOSEN DOSEN

Ir.FATHI BASEWED,MT. AGUS NUGROHO,ST,MT


NIP : 132212408 NIP : 132230369

2
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN

Mahasiswa : Adib Norma lihta (12846)


Dewa Sang Nyata (12831)
Galang Sri Nalendra (12845 )
Nur Ayu Diana Citra Dewi sp (12841)
Kelompok :3C
Asisten : I Gede Yohan Kafrain

NO Tanggal Keterangan PARAF

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................1


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................2
LEMBAR ASISTENSI ....................................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
KATA PENGANTAR......................................................................................................5

BAB I PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU……..…7


BAB II PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR

4
(cara ekuivalen)………………………………………………………...10
BAB III PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR………………….12
BAB IV PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR…………..14
BAB V PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL………..18
BAB VI PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(cara ayakan 200)……………………………………………………….22
BAB VII PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM KERIKIL……
25
BAB VIII PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT…………………….28
BAB IX PEMERIKSAAN SSD PASIR…………………………………………31
BAB X PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR……………………………...35
BAB XI PEMERIKSAAN KADAR GARAM BATA MERAH………………..39
BAB XII CARA PENGADUKAN BETON...........................................................41
BAB XIII PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR............................................45
BAB XIII PERCOBAAN PEMBUATAN SILINDER BETON..............................49

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat Hidayah dan Inayah Nya, sehingga Laporan Praktikum Bahan Bangunan ini
dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan hasil reruntutan dari praktikum bahan
bangunan yang telah kami kerjakan di laboratorium bahan bangunan.
Saya menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari semua pihak tentunya laporan ini tidak akan cepat selesai. Oleh karena itu saya
selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

5
1. Bapak Ir. Adi Kurniawan, MT. Sebagai Ketua Jurusan Diploma Teknik
Sipil Universitas Gadjah Mada .
2. Bapak Ir.Fathi Basewed.MT. Selaku dosen Praktikum Bahan Bangunan.
3. Edi Kurniadi.ST.MT. Selaku dosen Praktikum Bahan Bangunan.
4. Yudi .A.N.Selaku Asisten Dosen Praktikum Bahan Bangunan yang telah
banyak membimbing kami.
5. Serta mahasiswa/ mahasisw
6. i Program Diploma Teknik Sipil yang telah
banyak membantu kami.

Meskipun laporan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan


kemampuan yang aku miliki ,semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya
dan pembaca umumnya. Untuk itu saran dan kritik serta koreksi dari semua pihak yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan .

Yogyakarta , Oktober 2008

Kelompok 3C
BAB I
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU

1.1 Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu merupakan hal yang penting untuk
mengetahui kelas kuat kayu dan kondisi kayu apakah sudah kering udara atau
belum.

1.2 Tujuan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis dan
kadar air kayu.

6
1.3 Benda Uji
Benda uji berupa balok kayu dengan ukuran tampang 50mmx50mmx20mm.

1.4 Alat
a. Gergaji
b.Timbangan.
c. Kaliper.
d.Tungku pengering (oven)
e. Desikator

1.5 Pelaksanaan
a. Siapkan benda uji.
b. Timbanglah benda uji.
c. Masukkan benda uji ke dalam tungku pengering (oven) dengan suhu 105 º C
Selama 2-3 hari sampai beratnya tetap.
d. Keluarkan benda uji setelah 24 jam proses pengeringan, kemudian timbanglah
berat benda uji kering tungku tersebut (benda uji dinyatakan kering tungku jika
dalam 24 jam pengeringan berikutnya tidak berubah beratnya)

1.6 Data Praktikum


1. Benda uji :
Jenis kayu : Meranti
Cacat (bila ada) : -
Ukuran kayu :
Pengukuran I II
Panjang (mm) 24,067 24,3
Lebar (mm) 52,06 52,367
Tinggi (mm) 39,13 39,48

7
2. Hasil pengujian :
Berat kayu. (B1) : 37,5 gr.
Berat kayu kering tungku. (B2) : 36,5 gr.
Hitungan :
a. Volume kayu semula
I. (V1 = p x l x t) = 2,4067 x 5,206 x 3,913 = 49,027 cm3
II. (V1 = p x l x t) = 2,43 x 5,2367 x 3,948 = 50,239 cm3
b. Berat jenis kayu
( B 2) 36,5
I. = 49,027072 gr/cm3= 0,74448 gr/cm3
V1
( B 2) 36,5
II. = 50,239 gr/cm3 = 0.7265 gr/cm3
V1
c. Bobot isi
( B1) 37,5
I. = 49,027 gr/cm3 = 0.76 gr/cm3
V1
( B1) 38,27
II. = 50,239 gr/cm3 = 0.76 gr/cm3
V1

8
B1  B 2
d. Kadar air kayu semula ( )
B2
37,5 36,5
I. 36,5
= 0,027 = 2,7 %

38,27 36,5
II. 36,5
= 0,0485 = 4,85 %

1.7 Pembahasan
Syarat – syarat :
1. Ringan ( berat jenis dibawah 1,0 adapun beton 2,4 baja 7,8)
2. Mudah dikerjakan
3. Murah
4. Kekuatan cukup tinggi
5. Awet

1.8 Kesimpulan :
a. Volume kayu semula = I. 49,027 cm3
II. 50,239 cm3
b. Berat jenis kayu = I. 0.74448 gr/cm3
II, 0.7265 gr/cm3
c. Bobot isi = I. 0.76 gr/cm3
II.0.76 gr/cm3

9
d. Kadar air kayu semula = I. 2,7 %
II. 4,85 %
e. Berdasarkan PUBI 37-3 PUBI 1982 , berat jenis kayu ini termasuk kelas
kuat IV.
f. Berdasarkan PUBI 37-4 PUBI 1982, kadar airnya termasuk kering udara.
1.9 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Tabel 37-3 dan 37-4 PUBI 1982
3. Gambar Alat
4. Gambar langkah kerja
5. flowchart

10
BAB II
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara volume endapan ekuivalen)

2.1 Pendahuluan
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,8 mm dan
tertinggal di atas ayakan 0,075 mm. Didalam pasir juga masih terdapat
kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah di tentukan
di dalam (PUBI). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan jika
kandungan Lumpur didalamnya tidak lebih dari 5%.Dengan cara endapan
ekivalen kadar Lumpur dalam pasir yang di nyatakan dalam(%) dapat diketahui
secara cepat.

2.2 Tujuan
Pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar Lumpur dalam pasir tersebut.

2.3 Benda uji


a. Pasir sebanyak 450 cc.
b. Air (sesuai dengan kebutuhan).

2.4 Alat
Gelas ukur tak berwarna (transparan) dengan tutup ,dengan ukuran 1000 cc.

2.5 Pelaksanaan
a. Gelas ukur diisi dengan pasir yang telah disediakan sampai 450 cc kemudian
ditambah dengan air sampai 900 cc.

11
b. Tutup gelas ukur sampai rapat kemudian di kocok-kocok.
c. Diamkan selama kurang lebih 1 jam .
d. Catat endapan lumpur yang berada diatas pasir (berapa cc ketebalannya).
2.6 Data Praktikum
1. Benda uji
a. Pasir asal : Sungai Gendol
b. Pasir sebanyak : 500 cc

2. Hasil Pengujian

Hasil Uji A B

a. volume endapan Lumpur 5 cc 5 cc


sekitar
b. Kandungan Lumpur dalam 0,5 % 0,5 %
pasir sekitar
2.7 Pembahasan :
Pasir Sungai Progo jenis kandungan Lumpur sebanyak 0,5% sehingga dapat
digunakan sebagai campuran bahan bangunan karena kandungan Lumpur
dalam pasir tidak lebih dari 5%.

2.8 Kesimpulan
Pasir sungai progo dapat dipergunakan untuk bahan campuran bangunan,
karena pasir ini berdasarkan PUBI 1982 pasal 11.
2.9 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. PUBI 1982 Pasal 11
3. Gambar Alat dan
4. Gambar langkah kerja
5. Flowchart

12
BAB III
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR

3.1 Pendahuluan
Pemeriksaan ini merupakan cara untuk mengetahui adnya kotoran organis yang
melekat pada pasir alam, yang akan mempengaruhi mutu mortar atau beton yang
dibuat. Warna gelap yang terjadi pada hasil pemeriksaan ini tidak dapat
digunakan dalam adukan, karena warna gelap tersebut bisa berasal dari arang
atau mangan yang terkandung dalam pasir tersebut.

3.2 Tujuan
Pada prinsipnya pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan apakah
perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak, misalnya untuk pemeriksaan
keawetan dan kekuatan beton yang dibuat dengan menggunakan pasir ini.

3.3 Benda Uji


Pasir dengan volume 200 ml

3.4 Alat
a. Botol gelas tidak berwarna yang mempunyai tutup dari karet atau yang lain,
yang
tidak larut dalam larutan NaOH 3%, dengan volume 500 ml.
b. Warna standar.
c. Larutan NaOH 3%. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat
NaOH dalam 97 bagian berat air suling.

3.5 Pelaksanaan
a. Benda uji (pasir) dimasukkan ke dalam botol.
b. Tambahkan larutan NaOH 3% dan setelah dikocok isinya harus mencapai
200 ml.

13
c. Kemudian diamkan selama 24 jam dan setelah itu bandingkan warna cairan
diatas endapan pasir dengan warna standart (tintometer).
3.6 Data Praktikum
1. Benda Uji :
a. Pasir asal : Sungai Gendol
b. Pasir Sebanyak : 500 gr

2. Hasil Pengujian
Bahan Uji A : Warna air di atas pasir lebih muda dari warna standar no.05
Bahan Uji B : Warna air diatas pasir lebih muda dari warna standar no. 05

3.7 Pembahasan
Bertujuan untuk mengetahui zat organis yang terkandung dalam pasir yang dapat
mempengaruhi kekuatan dan keawetan beton yang menggunakan pasir tersebut.

3.8 Kesimpulan
Berdasarkan persyaratan PUBI 1982 pasal 11 kandungan pasir dalam zat
organis ini termasuk memenuhi syarat. untuk digunakan sebagai campuran
bahan bangunan, karena warnanya lebih muda dari pada warna standar 8 – 11
adalah no.05

3.9 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. PUBI 1982 Pasal 11
3. Gambar Alat
4. Gambar langkah kerja
5. Flowchart

14
BAB IV
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR

4.1 Pendahuluan
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai kehalusan atau
kekasaran suatu agregat. Kehalusan atau kekasaran agregat dapat mempengaruhi
kelecakan dari mortar beton, apabila agregat halus yang terdapat dalam mortar
terlalu banyak akan menyebabkan lapisan tipis dari agregat halus dan semen
akan naik ke atas.

4.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran butiran pasir.

4.3 Benda Uji


Benda uji yang digunakan adalah pasir dengan berat minimum 500 gr.

4.4 Alat
1. Satu set ayakan 4.75 mm,2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm
dan sisa.
2. Alat getar ayakan
3. Timbangan
4. Kuas pembersih ayakan
5. Cawan

4.5 Pelaksanaan
1. Ambilah pasir dengan berat 500 gr
2. Masukkan pasir ke dalam set ayakan
3. Pasanglah set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian digetarkan 30
detik.
4. Ambillah ayakan dari atas alat getar, kemudian ambil dan timbang lah pasir
yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan.

15
4.6 Data Praktikum
1. Benda Uji : Pasir seberat 500gr
2. Asal benda uji : Sungai gendol

4.7 Hasil Pengujian dan Hitungan


1. Hasil Pengayakan :
Tabel 4.1 Hasil Pengayakan
Berat Kumulatif
Lubang Berat tertinggal Berat kumulatif
Lewat ayakan
Ayakan (mm) ( gr ) (%) (%)
(mm)
4,75 5,37 1,08 1,08 98,92
2,36 18,6 3,74 4,82 95,63
1,18 71,52 14,38 19,2 80,8
0,60 124,2 24,96 44,16 55,84
0,30 117,850 23,69 67,86 32,15
0,15 94,06 18,91 86,76 13,24
Sisa 65,88 12,24 Xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxx
Jumlah 497,48 100,00 223,87 376,58

2. Modulus Halus (MHB) =  berat komulatif


100
223,87
=
100
= 2,2387
3. Gradasi pasir masuk daerah
4. Cara perhitungan berat tertinggal ( % )
berat tertinggal (gr)
Berat tertinggal ( % ) = x100%
 berat tertinggal (gr)
98,92
Berat tertinggal ( % ) ayakan 4.75mm = 497,48 x100

= 19,88 %

95,63
Berat tertinggal ( % ) ayakan 2,36 mm = 497,48 x100%

16
=19,22 %
80.8
Berat tertinggal ( % ) ayakan 1,18 mm = 497,48 x100%

= 16,24 %
55,84
Berat tertinggal ( % ) ayakan 0,60 mm = 497,48 x100%

= 11,22%
32,15
Berat tertinggal ( % ) ayakan 0,30 mm = 497,48 x100%

= 6.46%
13,24
Berat tertinggal ( % ) ayakan 0,15 mm = 497,48 x100%

= 2,66%
123.42
Berat tertinggal ( % ) sisa = 497,48 x100%

= 24,81 %
5. Cara perhitungan berat komulatif ( % )
Bertat komulatif ( % ) = berat tertinggal ( % ) ayakan + berat komulatif ( % )
ayakan diatasnya.
Berat komulatif ( % ) ayakan 4,75mm = 1,08 + 1,08 = 2,16
Berat komulatif ( % ) ayakan 2,36 mm = 3,74 + 4,82 = 8.56
Berat komulatif ( % ) ayakan 1,18 mm = 14,38+ 19,2 = 33,58
Berat komulatif ( % ) ayakan 0,60 mm = 24,96+ 44,16 = 69,12
Berat komulatif ( % ) ayakan 0,30 mm = 23,69 + 67,86 = 91,55
Berat komulatif ( % ) ayakan 0,15 mm = 18.91 + 86,76 = 105,67
Berat komulatif ( % ) sisa = 12,24 + xxxx = xxxx

6. Cara perhitungan berat komulatif lewat ayakan ( % )


Berat komulatif lewat ayakan ( % ) = 100% - berat komulatif ( % ) ayakan
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 4,75 = 100% - 1,08 = 98,92 %
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 2,36 = 100% - 4,82 = 95,18 %
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 1,18 = 100% - 19,2 = 80,8 %
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 0,60 = 100% - 44,16 = 55,84 %
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 0,30 = 100% - 67,86 = 32,14 %

17
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 0,15 = 100% - 86,76 = 13,24 %
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) sisa = 100% - 10,41 = 89,59 %

4.8 Pembahasan
Pada umumnya pasir dapat dikelompokkan menjadi 3 macam tingkat kehalusan,
yaitu:
a. pasir halus : m.h.b 2,20 – 2,60
b. pasir sedang : m.h.b. 2,60 – 2,90
c. pasir kasar : m.h.b. 2,90 – 3,20
Modulus halus butir selain untuk menjadi ukuran kehalusan butir juga dapat
untuk mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan kerikil.

4.9 Kesimpulan
1. Modulus halus butiran pasir = 2,.2387
2. Berdasarkan grafik terlampir maka gradasi pasir termasuk daerah II
( agak kasar ).
3. Termasuk modulus halus butiran pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan.

4.10 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Grafik Modulus Halus Butiran Pasir
3. PUBI 1982 Pasal 11: Pasir Beton
4. Gambar Alat
5. Gambar langkah kerja
6. Flowchart

18
BAB V
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS KERIKIL

5.1 Pendahuluan
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai kehalusan atau
kekasaran suatu agregat. Kehalusan atau kekasaran agregat dapat mempengaruhi
kelecakan dari mortar beton, apabila agregat halus yang terdapat dalam mortar
terlalu banyak akan menyebabkan lapisan tipis dari agregat halus dan semen
akan naik ke atas.

5.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran butiran kerikil.

5.3 Benda Uji


Benda uji yang digunakan kerikil adalah dengan berat minimum 1000 gr.

5.4 Alat
1. Satu set ayakan 38.1 mm, 25 mm, 19 mm, 9.5 mm, 6.3 mm, 4.75 mm, 2.36
mm, dan sisa.
2. Alat getar ayakan
3. Timbangan
4. Kuas pembersih ayakan
5. Cawan
5.5 Pelaksanaan
1. Ambilah kerikil dengan berat 1000 gr
2. Masukkan kerikil ke dalam set ayakan
3. Pasanglah set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian digetarkan 15
menit .
4. Ambillah ayakan dari atas alat getar, kemudian ambil dan timbang lah kerikil
yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan.

19
5.6 Data Praktikum
1. Benda Uji : Kerikil seberat 2000gr
2. Asal benda uji : Sungai Gendol

5.7 Hasil Pengujian dan Hitungan


1. Hasil Pengayakan :
Tabel 4.1 Hasil Pengayakan
Berat Kumulatif
Lubang Berat tertinggal Berat kumulatif
Lewat ayakan
Ayakan (mm) ( gr ) (%) (%)
(mm)
80,00 0 0 0 0
38,10 0 0 0 0
25,00 0 0 0 100
19,10 55,5 2,76 2,76 97,24
12,50 112,2 56,29 59,05 40,95
9,50 505 25,35 84,4 15,6
6,35 300 15,05 99,46 0,55
4,75 4 0,2 99,65 0,35
2,36 3,7 0,20 99,85 0,15
sisa 3 0,15 xxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxx
Jumlah 1993,2 100 445,16 154,80

2. Modulus Halus (MHB) =  berat komulatif


100
445,16
=
100
= 4,4516
3. Gradasi kerikil masuk daerah I ( kasar )
4. Cara perhitungan berat tertinggal ( % )
berat tertinggal (gr)
Berat tertinggal ( % ) = x100%
 berat tertinggal (gr)
100
Berat tertinggal ( % ) ayakan 25,00mm = 1993,2 x 100%

= 5,017 %

20
97,24
Berat tertinggal ( % ) ayakan 19,10 mm = 1993,2 x 100%

= 4,878%
40,95
Berat tertinggal ( % ) ayakan12,50 mm = 1993,2 x 100%

= 2,0544 %
15,6
Berat tertinggal ( % ) ayakan 9,50 mm = 1993,2 x 100%

= 0,7826 %
0,55
Berat tertinggal ( % ) ayakan 6,35 mm = 1993,2 x 100%

= 0,0275%
0,35
Berat tertinggal ( % ) ayakan 4,75 mm = 1993,2 x 100%

= 0,0175%
0,5
Berat tertinggal ( % ) ayakan 2,36 mm = 1993,2 x 100%

= 0,02586%
6,8
Berat tertinggal ( % ) sisa = 1993,2 x 100%

= 0,34 %

5. Cara perhitungan berat komulatif ( % )


Berat komulatif ( % ) = berat tertinggal ( % ) ayakan + berat komulatif ( % )
ayakan diatasnya.
Berat komulatif ( % ) ayakan 25,00mm = 0 + 2,76 = 2,76gr
Berat komulatif ( % ) ayakan 19,10 mm = 2,76 + 59,05 = 61,81gr
Berat komulatif ( % ) ayakan 12,50 mm = 56,29 + 84,4 = 140,69gr
Berat komulatif ( % ) ayakan 9,50mm = 25,35 + 99,46 = 124,81gr
Berat komulatif ( % ) ayakan 6,35 mm = 15,05 + 99,65 = 114,7gr
Berat komulatif ( % ) ayakan 4,75 mm = 0,2 + 99,85 = 100,05gr
Berat komulatif ( % ) ayakan 2,36 mm = 0,20 + 0 = 998,54gr
Berat komulatif ( % ) sisa = 99,54 + xxxxx = xxxxx

21
6. Cara perhitungan berat komulatif lewat ayakan ( % )
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) = 100% - berat komulatif ( % ) ayakan
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 25.00 = 100% - 0% = 100
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 19,10 = 100% - 2,76gr = 97,24
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 12,50 = 100% - 59,05gr = 40,95
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 9,50 = 100% - 84,4gr = 15,6
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 6,35 = 100% - 99,46gr = 0,54
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 4,75 = 100% - 99,65gr =0,35
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) 2,36 = 100% - 99,85gr = 0,15
Berat komulatif lewat ayakan ( % ) sisa = 100% - xxxx = xxxx

5.8 Pembahasan
Pemeriksaan modulus halus kerikil bertujuan untuk mengetahui nilai kehalusan
ataupun kekasaran kerikil yang dapat mempengaruhi kelecakan dari mortar
beton.

5.9 Kesimpulan
1. Modulus halus butiran kerikil = 4,4516
2. Berdasarkan grafik terlampir maka gradasi kerikil termasuk daerah

5.10 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Grafik Modulus Halus Butiran Kerikil
3. Gambar Alat
4. Gambar langkah kerja
5. Flowchart

22
BAB VI
PEMERIKSAAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)

6.1 Pendahukuan
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,8 mm dan
tertinggal di atas ayakan 0,075 mm. Didalam pasir juga masih terdapat
kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah di tentukan
di dalam (PUBI). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan jika
kandungan Lumpur didalamnya tidak lebih dari 5%.Dengan cara endapan
ekivalen kadar Lumpur dalam pasir yang di nyatakan dalam(%) dapat diketahui
secara cepat.

6.2 Tujuan
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk mengetahui
besarnya kadar Lumpur (tanah liat dan silt) dalam pasir tersebut.

6.3 Benda Uji


Pasir lolos ayakan 4.8 mm seberat 500 gr

6.4 Alat
1. Ayakan no. 200
2. Ayakan 4.8 mm
3. Nampan pencuci
4. Tungku pengering
5. Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat pasir contoh.
6. Desikator

23
6.5 Pelaksanaan
1. Ambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4.8 mm seberat 500 gr(B1)
2. Masukkan pasir tersebut ke dalam nampan pencuci dan tambahkan air
secukupnya sampai semuanya terendam
3. Goncang – goncangkan nampan, kemudian tuangkan air cucian ke dalam
ayakan no. 200 (butir-butir besar dijaga jangan sampai masuk ke ayakan
supaya tidak merusak ayakan)
4. Ulangi langkah (c) sampai cucian tampak bersih
5. Masukkan kembali butir-butir pasir yang tersisa di ayakan no. 200 ke dalam
nampan, kemudian masukkan ke dalam tungku untuk dikeringkan kembali.
6. Timbang kembali pasir setelah kering tungku (B2).

6.6 Data Praktikum


1. Benda Uji
a. Pasir asal : Sungai gendol
b. Berat pasir semula (kering tungku) : 500 gr (B1)

2. Hasil Ayakan
Berat pasir setelah dicuci ( kering tungku ) : Sample 1. 442,7 gr (B2)
Sample 2. 440,8 gr

Hitungan :

B1  B 2
Kandungan Lumpur 1. = x 100 %
B1
500  442,7
= x 100 %
500
= 11,46 %
B1  B 2
2. = x 100%
B1
500  440,8
= x 100%
500
= 11,84 %

24
6.7 Pembahasan
Kita dapat mengetahui bahwa pasir tersebut mengandung lumpur dengan cara
mengisi tabung ukur dengan air lalu masukkan pasir ke dalam tabung. Setelah di
aduk dan didiamkan beberapa waktu maka bila ada kandungan lumpur akan
tampak mengendap di atas permukaan pasir kurang dari 5%.

6.8 Kesimpulan
1. Kandungan Lumpur : 11,65 %
2. Berdasarkan PUBI 1982 pasal 11, pasir ini memenuhi persyaratan dan dapat
digunakan sebagai campuran bahan bangunan.

6.9 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. PUBI 1982 Pasal 11
3. Gambar Alat
4. Flowchart

25
BAB VII
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR PADA KERIKIL

6.1 Pendahukuan
Kerikil adalah butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 38,1 mm dan
tertinggal di atas ayakan 4,75 mm. Didalam kerikil juga masih terdapat
kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. kerikil yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah di tentukan
di dalam (PUBI). Kerikil yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan jika
kandungan Lumpur didalamnya tidak lebih dari 5%.Dengan cara endapan
ekivalen kadar Lumpur dalam kerikil yang di nyatakan dalam(%) dapat
diketahui secara cepat.

6.2 Tujuan
Pemeriksaan kerikil dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk mengetahui
besarnya kadar Lumpur (tanah liat dan silt) dalam pasir tersebut.

6.3 Benda Uji


Kerikil yang lolos uji ayakan 4.75 mm seberat 500 gr

6.4 Alat
1. Ayakan no. 200
2. Ayakan 4.75 mm
3. Nampan pencuci
4. Tungku pengering
5. Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat pasir contoh.
6. Desikator

26
6.5 Pelaksanaan
1. Ambil kerikil kering tungku yang lewat ayakan 4.8 mm seberat 500 gr (B1)
2. Masukkan pasir tersebut ke dalam nampan pencuci dan tambahkan air
secukupnya sampai semuanya terendam
3. Goncang – goncangkan nampan, kemudian tuangkan air cucian ke dalam
ayakan no. 200 (butir-butir besar dijaga jangan sampai masuk ke ayakan
supaya tidak merusak ayakan)
4. Ulangi langkah (c) sampai cucian tampak bersih
5. Masukkan kembali butir-butir kerikil yang tersisa di ayakan no. 200 ke
dalam nampan, kemudian masukkan ke dalam tungku untuk dikeringkan
kembali.
6. Timbang kembali kerikil setelah kering tungku (B2).

6.6 Data Praktikum


1. Benda Uji
b. Kerikil asal : Sungai gendol
b. Berat kerikil semula (kering tungku) : 500 gr (B1)

2. Hasil Ayakan
Berat kerikil setelah dicuci ( kering tungku ) : Sampel 1. 489,2 gr (B2)
Sampel 2. 487,2 gr

Hitungan :
B1  B 2
Kandungan Lumpur 1. = x 100 %
B1
500  489,2
= x 100 %
500
= 2,16 %
B1  B 2
2. = x 100%
B1
500  487,2
= x 100%
500
= 2,56 %

27
6.7 Pembahasan
Kita dapat mengetahui bahwa kerikil tersebut mengandung lumpur dengan cara
mengisi tabung ukur dengan air lalu masukkan kerikil ke dalam tabung. Setelah
di aduk dan didiamkan beberapa waktu maka bila ada kandungan lumpur akan
tampak mengendap di atas permukaan kerikil kurang dari 5%.

6.8 Kesimpulan
1. Kandungan Lumpur : 2.36 %
2. Berdasarkan PUBI 1982 pasal 11, kerikil ini memenuhi persyaratan dan
dapat digunakan sebagai campuran bahan bangunan.

6.9 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. PUBI 1982 Pasal 11
3. Gambar Alat
4. Gambar langkah kerja
5. Flowchart

28
BAB VIII
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT

8.1 Pendahuluan
Perbandingan antara berat dan volume pasir termasuk pori-pori antara
butirannya disebut berat volume atau berat satuan.

8.2 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cara mencari berat satuan pasir,
kerikil, atau campuran.
8.3 Benda Uji
Pasir atau kerikil tungku sekurang-kurangnya sama edngan kapasitas bejana.
8.4 Alat
1. Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat benda uji.
2. Nampan besar
3. Tongkat pemadat dari baja tahan karat panjang 60cm, diameter 15 mm dan
ujungnya bulat.
4. Mistar perata.
5. Bejana baja yang kaku, berbentuk silinder dengan ukuran seperti tabel
berikut ini:

Jenis
Ukuran bejana minimum Pasir Kerikil/campuran
Diameter bejana (mm) Ø 221.5 x 245 Ø 255 x 280
Volume 9.467 14.182

29
8.5 Pelaksanaan
1. Timbang berat bejana (B1) dan ukur diameter serta tinggi bejana.
2. Masukkan pasir (kerikil) kedalam bejana, dengan hati-hati agar tidak ada
butiran yang tercecer.
3. Ratakan permukaan pasir (kerikil) dengan menggunakan mistar perata.
4. Timbang berat bejana dengan pasir (kerikil) tersebut (B2).
8.6 Pemeriksaan Berat Satuan Pasir
1. Benda uji
a. Pasir asal : Sungai Progo
b. Diameter maksimum : 4,75 mm
c. Keadaan Pasir : Jenuh kering muka
2. Hasil pengujian
a. Berat Bejana ( B1 ) : I. 5.1 kg
II. 6.3 kg
b. Berat bejan berisi pasir ( B2 ) : I. 18.2 kg
II. 26.8 kg

a. Ukuran bejana :
Pengukuran I II
Ø Bagian dalam (mm) 275.3 258.4
Tinggi bagian dalam (mm) 247 281

30
a. Berat Pasir ( B3 = B2 – B1)
I. 18.2 - 5.1 =13.1 kg
II. 26.8 – 6.3 = 20.5 kg
b. Volume bejana (v) = ¼ x π x d2 x t
I. ¼ x 3.14 x (27.53)2 x 24.7 = 14695.320
II. ¼ x 3.14 x (25.84)2 x 28.1 = 14728.584
B3
c. Berat satuan pasir = volumebejana

131
I. 14695,320 = 8.9 x 10-4 kg/cm3

20,5
II. 14728,584 = 1.39 x 10-3 kg/cm3

0,00089 x 0,00139
Rata – rata dari berat satuan pasir : = 6,1855x10-7 kg/cm3
2

8.7 Pembahasan
Dalam pemeriksaan berat satuan agregat kita diharapkan mengetahui cara
mencari perbandingan berat satuan antara pasir, kerikil, atau campuran yang akan
dipakai.

8.8 Kesimpulan
1. Rata – rata dari berat satuan pasir 6,1855x10-7 kg/cm3
2. Berdasarkan PUBI 1982 pasal 12, kadar lumpur, maksimal 1% dari berat.

8.9 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Gambar Alat
3. Gambar Langkah kerja
4. Flowchart

31
BAB IX
PEMERIKSAAN SSD PASIR

9.1 Pendahuluan
Pasir merupakan bahan pengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan
menggunakan uji SSD. Dengan pemeriksaan SSD pasir yang sesuai sebagai
bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit atau
banyaknya air yang dikandung oleh pasir tersebut.

9.2 Tujuan
Mengetahui pasir uji termasuk dalam jenis SSD kering, basah atau ideal.

9.3 Benda Uji


Berupa pasir, diameter pasir yang diuji 0.15 mm – 5 mm.

9.4 Alat
1. Kaliper
2. Corong
3. Tongkat pemadat

9.5 Pelaksanaan
1. Corong cetakan diletakkan di tempat yang rata, dan kering
2. Corong cetakan diisi dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume
corong
3. 1/3 lapis pertama dimasukkan kedalam corong kemudian ditusuk-tusuk
dengan menggunakan batang baja diameter 16 mm, panjang 60 cm,
ujungnya bulat. Sebanyak 25 kali.
4. Penusukan harus merata selebar permukaan dan tidak boleh sampai masuk
kedalam lapisan pasir sebelumnya.
5. Setelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukannya kemudian
diratakan sehingga rata dengan sisi atas cetakan (corong).

32
6. Ditunggu sekitar 30 detik, kemudian corong cetakan ditarik keatas dengan
pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak keatas.
7. Kriteria benda uji:

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan :
a. Corong SSD pasir
b. Pasir basah
c. Pasir kering
d. Pasir SSD (ideal)

4 Data praktikum
1. Benda Uji : Pasir
2. Pasir asal : Sungai gendol

33
9.6 Hasil Pengujian
1. Corong kerucut dengan ukuran:
Pengukuran I
Diameter atas (cm) 8,69
Diameter bawah (cm) 3,68
Tinggi (cm) 7,25

2. Kondisi pasir : Basah (- )


Kering (- )
Ideal / SSD (√)
4. Sketsa bentuk benda uji setelah selesai pengujian

Pasir SSD

9.7 Pembahasan
Keadaan kandungan air dalam batuan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat
yaitu :
a. kering tungku : benar – benar tidak berair
b.kering udara : butir batuan kering permukaannya tetapi mengandung sedikit
air dalam porinya
c.jenuh kering muka : pada tingkat ini tidak ada air dipermukaan tetapi butir –
butirnya berisi air sejumlah yang dapat diserap
d. basah : butiran banyak mengandung air

34
9.8 Kesimpulan
1. Berdasarkan gambar diatas maka pasir Sungai Progo adalah pasir kering dan
dengan kondisi ideal atau pasir SSD sehingga pasir tersebut dapat langsung
dipakai untuk bahan bangunan.
2. SSD ( Saturated Surface Dry ) adalah keadaan pada agregat dimana tidak
terdapat air pada permukaannya tetapi butir–butirannya berisi sejumah air yang
dapat diserap, sehingga tidak mengakibatkan penambahan maupun pengurangan
kadar air dalam beton.

9.9 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Gambar Alat
3. Gambar langkah kerja
4. Flowchart

35
BAB XI
BERAT JENIS PASIR

11.1 Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk
mengetahui pasir tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan
campuran adukan beton.

11.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis maupun SSD pasir.

11.3 Benda Uji


Benda uji berupa pasir kering tungku.

11.4 Alat
1. Tabung ukur volumetric flush 1000 ml
2. Tungku pengering
3. Loyang
4. Desikator

11.5 Pelaksanaan
1. Tabung ukur diisi air sampai line akhir
2. Ditimbang ditimbang, kemudian air dikeluarkan
3. Sediakan pasir SSD sebanyak 500 gr
4. Masukkan pasir SSD ke dalam tabung ukur dan jangan smpai tumpah
5. Setelah itu dimasukkan air sampai line akhir
6. Digoyang-goyang sampai udara nampak keluar
7. Diberi air sampai line akhir
8. Air dikeluarkan dari tabung ukur
9. Pasir dikeluarkan dari tabung ukur dan dikeringkan selama 36 jam

36
11.6 Data Pratikum
1. Benda Uji : Pasir SSD seberat 500 gram
2. Asal benda uji : sungai gendol

11.7. Hasil Pengujian dan Hitungan


Pengujian pasir ( I ):
1. Berat pasir + tabung ukur + air ( A )
I. 1556,5 gr
II. 1557 gr
2. Berat pasir SSD ( B )
I. 500 gr
II. 500 gr
3. Berat tabung ukur + air ( C )
I. 1245 gr
II. 1245 gr
4. Berat pasir kering tungku ( D )
I. 522,5 gr
II. 533,5 gr
D
5. Berat jenis pasir kering tungku = (C  B)  A

522,5
I. = 2,7718 gr
(1245  500)  1556,5
533,5
II. = 2,8377 gr
(1245  500)  1557
B
6. Berat jenis pasir SSD = (C  B )  A

500
I. = 2,6525 gr
(1245  500)  1556,5
500
II. = 2,6595 gr
(1245  500)  1557

11.8 Pembahasan

37
Dari pengujian yang dilakukan, dengan benda uji berupa pasir kering tungku
dengan berat 500 gr maka diketahui :
1. Berat pasir + tabung ukur + air ( A )
I. 1556,5 gr
II. 1557 gr
2. Berat pasir SSD ( B )
I. 500 gr
II. 500 gr
3. Berat tabung ukur + air ( C )
I. 1245 gr
II. 1245 gr
4. Berat pasir kering tungku ( D )
I. 522,5 gr
II. 533,5 gr
5. Berat jenis pasir kering tungku = I. 2,7718 gr
II. 2,8377 gr
6. Berat jenis pasir SSD =I. 2,6525 gr
II. 2,6595 gr

11.9 Kesimpulan
1. Berat jenis pasir kering tungku: Sampel I. 24
Sampel II. 22.85
2. Berat jenis pasir SSD Sample I. 25
Sampel II. 25
3. Beardasarkan hasil pengujian tersebut maka pasir Sungai Progo memenuhi
syarat untuk bahan bangunan. PUBI 1982 Pasal 11 Pasir Beton “ Syarat berat
jenis pasir yang normal adalah 2,4-2,9” .

11.10 Lampiran

38
1. Laporan Sementara
2. PUBI 1982 Pasal 11: Pasir Beton
3. Gambar Alat.
4. Gambar langkah kerja
5. Flowchart

39
BAB XII
KADAR GARAM BATA MERAH

12.1 Pendahuluan
Bata merah dibuat dari tanah dengan atau tanpa bahan campuran lainnya yang
dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak hancur lagi bila direndam
dalam air. Pemeriksaan ini juga ditujukan untuk mengetahui apakah bata
memenuhi syarat atau tidak sebagai bahan bangunan.
12.2 Tujuan
Untuk mengetahui kandungan garam dalam bata merah

12.3 Benda Uji


Benda uji berupa bata merah

12.4 Alat
Bak plastic
kalifer

12.5 Pelaksanaan
1. Masukkan air ke dalam bak plastik
2. Masukkan bata merah ke dalam bak plastik tersebut hingga kurang dari
separuhnya nampak di atas air
12.6 Data Praktikum
Benda uji : Bata Merah

12.7 Hasil Pengujian dan Hitungan


1. Ukuran benda uji :
Tabel 11.1 Ukuran bata
Pengukuran I II
Panjang ( cm ) 23 23,2
Lebar ( cm ) 10,5 10,4
Tinggi ( cm ) 4,5 4,2

2. Tinggi bercak-bercak putih ( m ) =0

40
M
3. Kandungan garam = x100 ? %
P
= 0 x 100%
23
=0%
4. Modul ukuran standart bata :
a. Modul M-5a : 190 x 90 x 65 mm
b. Modul M-5b : 190 x 140 x 65 mm
c. Modul M- 6 : 230 x 110x 55 mm
5. Bata Merah Pleret hampir mendekati M-6
12.8 Pembahasan
1. Ukuran bata rata-rata :
I. Panjang = 23 cm II. Panjang = 23.2 cm
Lebar = 10,5 cm Lebar = 10.4
Tinggi = 4,5cm Tinggi = 4.2 cm
2. Sesuai dengan standart, maka Bata merah ada yang mendekati modul M-6.
3. Kandungan garam Bata 0%

12.8 Kesimpulan
1. PUBI 1982 “ Kandungan garamnya < 50 % dari panjang bata waktu
berdiri ” Menurut kandungan garamnya yang 0 % Bata Merah memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
12.9 Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Referensi ( PUBI )
3. Gambar Alat.
4. Gambar langkah kerja
5. Flowchart

41
BAB XV
CARA PENGADUKAN BETON

15.1 Pendahuluan
Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar
pembuatan campuran beton.

15.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah-langkah yang benar dalam pengadukan beton

15.3. Benda Uji


Beton yang dibuat dari semen, kerikil, pasir, dan air

15.4 Alat
1. Cangkul
2. Bejana
3. Sekop
4. Ember
5. Timbangan
6. Tongkat penusuk adukan
7. Mesin molen

15.5 Pelaksanaan
Pelaksanaan pengadukan adukan beton pada praktikum ini adalah mengikuti
langkah-langkah seperti di bawah ini:
1. Pengukuran:
Semen Portland dan batuan (pasir dan kerikil) diukur secara teliti dengan
berat atau melalui proses penimbangan, adapun air yang digunakan dapat
diukur dengan menggunakan berat atau dengan volumenya (gelas ukur)
2. Pencatatan

42
Suatu formulir data yang jelas yang memuat bahan yang akan dicampur
harus ditetapkan terlebih dahulu. Penimbangan batuan dapat dimulai dari
pasir yang halus (apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi
beberapa kelompok) kemudian ditambah dengan batuan yang berdiameter
lebih besar (penimbangan dilakukan secara kumulatif). Dengan demikian
secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak berbeda banyak dengan
berat rencana, bila dibandingkan dengan cara pasir dan kerikil ditimbang
sendiri-sendiri.
3. Cara penimbangan
1. Sebelum ditimbang batuan (pasir dan kerikil) harus dalam keadaan
jenuh kering muka. Timbang batuan (pasir dan kerikil) dengan
timbangan yang mempunyai ketelitian sampai 0.1 kg. Batuan diisikan
ke dalam sebuah bejana atau tempat lain yang volumenya cukup untuk
setengah atau semua batuan(pasir dan kerikil). Bejana itu kemudian
ditimbang.
2. Berat kumulatif batuan (pasir dan kerikil) yang dikontrol sebelum
bejana diisi dengan kelompok batuan (pasir dan kerikil) yang berbutir
lebih besar.
3. Timbang semen Portland dengan timbangan yang mempunyai
ketelitian sampai 0.001 kg.
4. Cara pengadukan
1. Sambil mesin aduk diputar (masukkan air sebanyak sekitar 0.80 kali
yang direncanakan)
2. Masukkan batuan (pasir dan kerikil) ke dalam mesin aduk, dan
masukkan pula semen di atas batuan (pasir dan kerikil) itu.
3. Untuk selanjutnya masukkan air sedikit demi sedikit sampai adukan
tampak mempunyai kelecakan (konsistensi) yang cukup.
4. Waktu pengadukan sebaiknya tidak kurang dari 3 menit.
5. Adukan beton segar kemudian dikeluarkan dan ditampung dalam
bejana yang cukup besar. Bejana itu harus sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan pemisahan kerikil bila dituang dalam cetakan.

43
Catatan :
Bila diinginkan nilai factor air semen yang pasti, maka semen dan air dicampur
diluar mesin aduk dengan nilai fas tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam
mesin aduk sedikit demi sedikit sampai kelecakan tampak cukup.

15.6 Daftar Pratikum


Tabel 13.1 Bahan campuran adukan beton

Bahan Merk / Asal Berat Satuan Berat ( gr )


Air PDAM 7 700
Semen Gresik 12,61 1261
Pasir Sungai Progo 29,7 2970
Kerikil Sungai Krasak 40,2 3880
Jumlah 8811

15.7 Hasil Pengujian dan Hitungan.

Cetakan Slam
1. Faktor Air Semen : 0,55
2. Nilai Slam : 1. 12 cm
2. 19 cm
3. 17 cm
12  19  17
3. Nilai Slam Rata-rata : =
3

44
= 16 cm
15.8 Pembahasan
Dalam pembuatan pengadukan beton kita dapat mengetahui langkah-langkah
cara pengadukan beton,sehingga dapat menghasilkan beton yang kita inginkan.

15.9 Kesimpulan
a. Rata-rata nilai slam adalah 16 cm
b. Faktor air semen adalah 0.55
c. Pada pekerjaan beton biasa, nilai slam tanpa alat getar umumnya berkisar
antara 7,5-10 cm,sehingga slam tersebut berarti tidak memenuhi syarat
pekerjaan beton. Slam pada pekerjaan beton harus bersifat “workabilipy”
yaitu kemudahan dalam pekerjaan dimana semakin cair adukan maka semakin
mudah dalam proses pengerjaan beton.

15.9 Lampiran
1. Laporan sementara
2. Reverensi (PUBI)
3. Gambar alat
4. Gambar langkah kerja
5. Flowchart

45
BAB XVI
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR

16.1 Pendahuluan
Kelecakan (consistency) beton segar biasanya diperiksa dengan uji slam
(slump). Dengan pemeriksaan slam diperoleh nilai slam yang dipakai sebagai
tolok ukur kelecakan beton segar, yang berhubungan dengan tingkat kemudahan
pengerjaan beton.

16.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah dan besarnya nilai uji slam.

16.3 Benda Uji


Benda uji berupa beton segar yang harus dapat mewakili beton segar yang akan
diperiksa. Khususnya untuk beton dengan diameter kerikil maksimum > 38 mm
maka butiran yang < 38 mm harus dikeluarkan terlebih dahulu dengan ayakan
basah.

16.4 Alat
1. Cetakan :berupa kerucut terpancung dengan diameter dasar 20 cm,
diameter atas 10 cm, dan tingginya 30 cm.
2. Cetok
3. Mistar pengukur (penggaris dari baja)
4. Alat pemadat
5. Tatakan untuk dasar cetakan

46
16.5 Pelaksanaan
1. Basahi corong cetakan dengan air dan kemudian taruhlah di tempat yang
rata, basah, tidak menyerap air, dan ruangan yang cukup bagi pemegang
corong untuk secara kuat dan berdiri pada kedua kaki selama pengisian
corong dilakukan.
2. Corong cetakan diisi 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume corong.
Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6
cm, 15 cm, 30 cm. setiap kali beton segar diisikan kedalam cetakan,
cetok atau sendok digerakkan mengelilingi bagian ujung atas –dalam
corong agar diperoleh penyebaran beton segar di dalam corong yang
merata. Setiap lapis beton segar ditusuk dengan alat penusuk sebanyak
25 kali. Penusukan diusahakan secara merata selebar permukaan lapisan
dan tidak boleh masuk sampai lapis beton sebelumnya.
3. Setelah lapis beton segar yang terakhir selesai ditusuk, kemudian beton
segar dimasukkan lagi ke bagian atas, dan diratakan sehingga rata
dengan sisi cetakan. Kemudian alas di sekitar corong dibersihkan dari
beton segar yang tercecer.
4. Setelah ditunggu sekitar 30 detik, kemudian cetakan corong ditarik ke
atas dengan pelan – pelan dan hati- hati sehingga benar- benar tegak ke
atas.

16.6 Data Praktikum


Tabel 14.1 Bahan campuran adukan beton

Bahan Merk / Asal Berat Satuan Berat ( gr )


Air PDAM 7 700
Semen Holcim 12,61 1261
Pasir Sungai Progo 29,7 2970
Kerikil Sungai Krasak 40,2 3880
Jumlah 8811

6.7 Hasil Pengujian dan Hitungan.

47
Cetakan Slam
1. Fakto Air Semen : 0,55
2. Nilai Slam : 1. 12 cm
2. 19 cm
3. 17 cm
12  19  17
3. Nilai Slam Rata-rata : =
3
= 16 cm
16.8 Pembahasan
Dari hasil percobaan kita dapat menggunakan nilai slam yang dipakai sebagai
tolak ukur kelecakan beton segar,yang berhubungan dengan tingkat kemudahan
pengarjaan beton.

16.9 Kesimpulan
1. Rata-rata nilai slam adalah 0,55 cm
2. Rata Faktor air semen adalah 0.55
3. Pada pekerjaan beton biasa, nilai slam tanpa alat getar umumnya
berkisar antara 7,5-10 cm,sehingga slam tersebut berarti memenuhi syarat
pekerjaan beton.
4. Slam pada pekerjaan beton harus bersifat “workabilipy” yaitu
kemudahan dalam pekerjaan dimana semakin cair adukan maka semakin
mudah dalam proses pengerjaan beton.

16.10 Lampiran

48
1. Laporan sementara
2. Reverensi (PUBI)
3. Gambar alat
4. flowchart

49
BAB XVII
PERCOBAAN PEMBUATAN SILINDER BETON

17.1 Pendahuluan
Silinder beton yang dibuat adalah replikasi dari beton yang digunakan untuk
bahan bangunan. Silinder beton ini dibuat dari adukan beton yang akan
digunakan, yang merupakan sample yang diujikan di laboratorium. Jumlah
silinder beton yang dibuat harus bisa mereprentasikan dari adukan beton yang
dibuat sebagai bahan bangunan.

17.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah –langkah pembuatan silinder beton.

17.3 Benda Uji


Silinder beton yang dibuat ukuran :diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

17.4 Alat
1. Cetakan silinder berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, terbuat
dari besi atau baja.
2. Mesin alat getar
3. Alat penumbuk
4. Cetok
5. Tongkat perata
17.5 Pelaksanaan
1. Pemadatan dengan tangan
a. pengisian adukan beton dilakukan dalam 3 lapis yang tiap lapis
kira-kira bervolume sama
b. pengisian dengan cetok dilakukan ke bagian tepi silinder agar
diperoleh beton yang simetri menurut sumbunya (keruntuhan
timbunan beton dari tepi ke tengah)
c. tiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang baja penusuksebanyak 25
kali. Penusukan dilakukan merata ke semua permukaan lapisan

50
dengan kedalaman sampai sedikit masuk ke lapisan sebelumnya.
Khususnya untuk lapisan pertama, penusukan jangan sampai
mengenai dasar cetakan.
d. setelah lapis ketiga selesai ditusuk, penuhi bagian atas cetakan
dengan adukan beton kemudian ratakan dengan tongkat perata
hingga permukaan atas adukan rata dengan bagian atas cetakan.
e. pindahkan cetakan ke ruangan yang lembab.
2. Pemadatan dengan alat getar
a. untuk pencetakan silinder yang pemadatannya dilakukan dengan
alat getar, pengisian adukan beton dilakukan dalam 2 lapis,
sedangkan masing-masing lapis kira-kira bervolume sama.

b. tiap lapis dipadatkan dengan cara memasukkan alat getar ke dalam


lapisan beton segar. Pada lapisan pertama, penusukan alat getar
harus dijaga jangan sampai mengenai dasar cetakan, adapun pada
lapisan kedua penusukan alat getar sampai menusuk lapisan pertama
sedalam kira-kira 25 mm.

c. lama penggetaran tergantung pada nilai kelecakan adukan beton


maupun kemampuan alat getarnya. Sebagai gambaran dapat
dilakukan 3 kali getaran dengan lama 3 atau 4 detik pada setiap
lapisan. Penggetaran dapat dianggap cukup apabila pada permukaan
beton segar sudah tampak suatu laisan air.

d. pengisian dengan cetok dilakukan ke bagian tepi silinder agar


diperoleh beton yang simetri menurut sumbunya (keruntuhan
timbunan dari tepi ke tengah). Cetakan jangan diisi terlalu penuh
dengan adukan agar jangan sampai mortarnya jatuh ke luar dan
kerikilnya masuk ke silinder pada saat digetarkan.

e. selesai penggetaran lapisan kedua, sedikit beton segar ditambahkan


di permukaan dan sedikit dicampur dengan lapisan permukaan

51
beton, kemudian diratakan dengan batang perata agar dengan
permukaan cetakan.
f. pindahkan cetakan ke dalam ruangan lembab.

3. Penyimpanan benda uji


a. benda uji silinder harus dikeluarkan dari cetakan setelah jam sampai
24 jam sejak pencetakan.
b. bersihkan benda uji dari kotoran yang mungkin melekat, kemudian
beri tanda atau sandi agar tidak keliru dengan benda uji yang lain dan
timbanglah.
c. kemballikan benda uji ke dalam ruangan lembab atau tempat
penyimpanan yang lain.
d. bila pembuatan silinder dilakukan di lapangan tempat penuangan
beton dikerjakan, setelah benda uji dikeluarkan harus ditutup dengan
rapat (misalnya kertas kedap air) dan hindarkan dari sinar panas
matahari langsung.
17.6 Data Praktikum
Adukan Beton
Tabel 15.1 Bahan campuran adukan beton

Bahan Merk / Asal Berat Satuan Berat ( gr )


Air PDAM 7 700
Semen Gresik 12,61 1261
Pasir Sungai Progo 29,7 2970
Kerikil Cinereng 40,2 3880
Jumlah 8811

52
1. Faktor Air Semen : 0,55
2. Nilai Slam : 1. 12 cm
2. 19 cm
3. 17 cm
12  19  17
3. Nilai Slam Rata-rata : =
3
= 16 cm

17.7 Hasil pengujian dan Hitungan


Tabel 15.2 Hasil Pengujian dan Hitungan

Uraian Silinder I Silinder II Silinder III


Diameter Atas ( cm ) 15,17 15,19 14,10
Diameter Tengah ( cm ) 14,140 14,161 14,15
Diameter bawah ( cm ) 14,130 14,172 14,13
Tinggi ( cm ) 31 28,8 29,37
Berat silinder ( kg ) 4,3 5 5,2
Berat total ( kg ) 12,7 12,7 12,8
Berat beton ( kg ) 17 17,7 18

1. Volume Silinder Beton ( V ) = ¼ x π x d2 x t


V Silinder I = ¼ x 3,14 x (0,1414)2 x 0,2924 = 0,0045 m3
V Silinder II = ¼ x 3,14 x (0,1416)2 x 0,2925 = 0,0046 m3
V Silinder III = ¼ x 3,14 x (0,1413)2 x 0,2937 = 0,0046 m3

2. Berat beton segar ( W ) = ( berat cetakan berisi beton – berat cetakan kosong )
W Siinder I = 26,5 – 13,45 = 13,05 kg
W Siinder II = 17,4– 4,6 = 12,8 kg
W Siinder III = 19,4 – 6,25 = 13,25 kg

53
W
3. Berat beton segar per m3 ( W ) =
V
13,05
W Beton I = 0,0045 =2843,137 kg

12,8
W Beton I = 0,0046 =2782,609 kg

13,25
W Beton I = 0,0046 =2880,43 kg

4. Berat rata-rata dari 3 benda uji per m3 :


2843,137  2782,669  2880,43
=
3
= 2835,392 kg
17.8 Pembahasan
Kita dapat mengetahui langkah-langkah pembuatan beton dengan cara
melakukan pada silinder beton yang digunakan sebagai sample yang
diujikan,sehingga beton yang buat dapat digunakan sebagai bahan bangunan.

17.9 Kesimpulan
1. Berat rata – rata ketga selinder beton per m 3 = 2835,392 kg , dan termasuk
beton normal.
2. Untuk memudahkan proses pengeluaran selinder beton, maka sisi dalam
cetakan beton harus diberi minyak pelican terlebih dahulu.
3. Setelah 24 jam, beton dilepas dari cetakannya.
4. Sebelum dilakukan pengujian kuat tekan dalam pratikum ini, beton
terlbih dahulu
dalam ruangan yang lembab udaranya atau direndam dalam air sekitar 6 hari
untuk menjamin proses hidrasi ( reaksi semen dan air ) berlangsung dengan
sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi beton yang kurang kuat,
dan juga timbul rtak – retak. Selain itu kelembapan permukaan juga
menambah
beton lebih tahan cuaca dan lebih kedap air.

54
17.10 Lampiran
1. Laporan sementara
2. PUBI
3. Gambar alat
4. Flowchart

55

Вам также может понравиться