Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 1
A. Latar Belakang
Pengalaman orang tua ketika anak harus dirawat di rumah sakit, merupakan
hal yang menegangkan. terutama yang dirasakan oleh orang tua menyebabkan orang
tua mengurangi partisipasinya dalam perawatan anak, ada beberapa orang tua yang
merasa tidak tega dengan kondisi anak pada saat dirawat di rumah sakit, ibu dominan
terhadap kecemasan hospitalisasi anak, orang tua sebagai sahabat dengan keakraban
dan kedekatan pada orang tua dapat mengurangi kesedihan anak (Suryanti, 2013).
bahwa pada saat anak dirawat di rumah sakit akan mengalami perubahan status
emosional, begitu juga pada ibu, fenomena perpisahan tersebut menyebabkan anak
berprilaku kurang baik, seperti menangis, agresif, menarik diri dan hipoaktif, anak
yang dirawat dirumah sakit juga mengalami regresi, bentuk regresi tersebut tercermin
dalam keinginan untuk dekat dengan orang tua, menangis, merintih, menghisap ibu
jari atau lebih serius adalah penolakan untuk makan dan melakukan aktivitas motorik
Sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis pada kehidupan anak. Anak harus
menghadapi lingkungan yang asing dan pemberi asuhan yang tidak dikenal, sering
kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui, selama anak-anak, sekitar 30
persen minimal anak satu kali pernah dirawat di rumah sakit, rawat inap di anggap
sebagai suatu peristiwa yang bisa membuat stres pada anak-anak, stresor yang
diterima anak selama dirawat dapat berupa lingkungan rumah sakit yang asing,
kondisi fisik seperti rasa sakit dan penyakit yang anak alami, prosedur perawatan dan
2
pemeriksaan medis di rumah sakit, stres pada anak dapat menyebabkan ganguan tidur,
penurunan nafsu makan, dan ganguan perkembangan sehingga hal tersebut dapat
Data WHO menunjukkan jumlah anak yang menjalani hospitalisasi pada tahun
2011 sebanyak 152 juta. Berdasarkan data perhimpunan Nasional rumah sakit anak di
Amerika, sebanyak 6,5 juta anak/bulan yang menjalani perawatan di rumah sakit
dengan usia kurang dari 17 tahun (McAndrews, 2007 dalam Roberts, 2010). sejalan
dengan peningkatan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit akhir-akhir ini beresiko
tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia
5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 3-15 tahun sekitar 9,1%, usia 6-12 tahun sebanyak
8,13%, angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan
jumlah penduduk adalah 14,44% , sedangkan berdasarkan survei kesehatan ibu dan
anak 2010 didapatkan hasil bahwa 1.425 anak mengalami dampak hospitalisasi, dan
bertanya-tanya tentang suatu hal, kemampuan bahasa yang cukup baik, dan
kemandirian dan dukungan orang tua dalam hidup mereka (Kevin, 2011).
3
Usia prasekolah sangat rentan terhadap efek stres dan ketakuta selama rawat
inap, anak-anak dibawah usia enam tahun kurang mampu berfikir tentang suatu
peristiwa secara keseluruhan, belum bisa menetapkan perilaku yang dapat mengatasi
suatu masalah yang baru dihadapi dan kurang memahami suatu peristiwa yang
dialami, perawatan yang baik untuk mengarahkan anak dan orang tua terhadap
dampak positif hospitalisasi yaitu meningkatkan hubungan orang tua dengan anak,
memberikan kesempatan orang tua dan anak untuk mendapatkan informasi, dan
2007).
Efek stres dan ketakutan selama rawat inap pada khususnya anak usia
prasekolah yang sakit dan harus dirawat inap, merupakan salah satu bentuk ganguan
jiwa yang berarti gangguan terpenuhi kebutuhan emosionalnya anak yang adekuat, hal
kecemasan ini akan membawa dampak tidak baik pada proses kesembuhannya
terutama pada anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit yang
muncul, maka dalam perawatan anak akan dirawat inap di rumah sakit perlu
penerapan model asuhan yang holistik yaitu harus dengan dukungan sosial orang tua
(Nursalam, 2009).
kelesuan, ketakutan gangguan tidur terutama bagi anak-anak usia dibawah tujuh
tahun, praktek pendukung seperti family cantered care (FCC) kunjungan keluarga
4
terutama orang tua yang dianggap paling tahu secara pasti bagaimana mereka dapat
terlibat dalam perawatan anak mereka dapat menghilangkan efek yang merugikan dari
informasi keluarga yang baik menghasilkan anak yang mengalami kecemasan akibat
sementara itu anak yang mendapat dukungan informasi keluarga yang kurang baik
kecemasan tingkat sedang dan 3,9 mengalami kecemasan tingkat rendah. Bentuk
dukungan tersebut ditunjukkan dengan adanya keluarga atau ibu memberikan segala
informasi kepada anak tentang segala tindakan anak yang diterima anak. Berdasarkan
hasil tersebut terlihat bahwa dukungan orang tua sangat bermakna untuk menurunkan
tantangan yang harus dihadapinya seperi, mengatasi suatu perpisahan dan penyesuian
dengan lingkungan yang asing baginya penyesuaiyan dengan banyak orang yang
mengurusinya, dan kerap kali bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman
Strategi orang tua dalam mengatasi ketakutan di rumah sakit dengan cara
sakit atau melalui pertunjukan boneka, ketika anak didaftarkan untuk dirawat, perawat
orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang sakit terutama
dalam perawatan yang bisa dilakukan, perawat bisa memberikan kesempatan kepada
orang tua untuk menyiapkan makanan anak atau memandikannya, dalam hal ini
5
yang baik mengarahkan anak dan orang tua terhadap dampak hospitalisasi yang
meningkatkan hubungan orang tua dan anak untuk mendapatkan informasi, dan
Marlin, 2007).
Dukungan bagi orang tua untuk terlibat dalam perawatan anak yang dirawat di
rumah sakit merupakan salah satu filosofi keperawatan anak yang disebut sebagai
konsep keperawatan berpusat pada keluarga atau lebih dikenal dengan istilah family
centered care (FCC), dalam konsep fcc, orang tua diakui sebagai konstanta dalam
menghormati, mendorong dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan dari orang tua
dengan mengembangkan hubungan dan kebersamaan dengan orang tua. Orang tua di
dukung dalam aktivitas merawat dan perannya sebagai pembuat keputusan dengan
membangun kekuatan yang unik dan mengakui keahlian mereka dalam merawat anak
di dalam maupun di luar rumah sakit (Newton, 2000 dalam Hockenberry & Wilson,
2009).
dan strategi koping yang pernah dilakukan anak usia prasekolah belum dapat
mengekspresikan emosi dan harapan mereka dengan cukup baik secara lisan,
mulai memahami dari pengalaman yang di alami, perkembangan psikososial pada fase
inisiatif untuk melakukan suatu kegiatan yang memuaskan bagi mereka, apabila anak
dirawat perkembangan ini tidak bisa dilakukan secara baik, anak merasa bahwa sakit
dan dirawat merupakan bentuk hukuman bagi anak karena perkembangan moral
dioreintasikan pada hukuman dan kepatuhan (Wong, Hockenbery & Marlin, 2007).
6
RSUD Ulin Banjarmasin di Ruang Anak Tulip IIA bahwa jumlah rekapitulasi pasien
anak (usia 3-5 tahun) yang mengalami hospitalisasi atau rawat inap, dari bulan Januari
- Desember tahun 2016 berjumlah 1.462 anak dan pada Oktober tahun 2016 –
Oktober tahun 2017 berjumlah 1.494 anak. Hasil observasi dari studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti di ruang anak Tulip IIA pada tanggal 3 Oktober 2017, bahwa
peran orang tua dalam menghadapi stres hospitalisasi pada anak terlihat masih kurang
berperan seperti menenangkan anak yang menangis akibat rasa takut kepada perawat
dan terhadap tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada anak. Hasil
wawancara pada 10 orang tua dari anak yang mengalami rawat inap, 7 orang tua
mengatakan mereka merasa kesulitan untuk meyakinkan anak supaya tidak takut
kepada perawat dan dokter karena anak seperti trauma akibat pemasangan infus. 3
orang tua mengatakan bisa untuk meyakinkan anak supaya tidak takut kepada perawat
orang tua dalam menghadapi stres hospitalisasi pada anak usia 3-5 tahun setelah
B. Rumusan Masalah
Peran orang tua merupakan unsur penting dalam perawatan anak untuk itu
diperlukan peran orang tua (support social) yaitu dengan melibatkan orang tua dalam
perawatan agar anak merasa aman dan mendapat perhatian dari orang tua rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran orang tua dalam menghadapi
stres hospitalisasi pada anak usia 3-5 tahun di RSUD Ulin Banjarmasin?
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran orang tua dalam
menghadapi stres hospitalisasi pada anak usia prasekolah 3-5 tahun di RSUD Ulin
Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat di ruang anak Tulip II A
c. Mengidentifikasi gambaran peran orang tua dalam mengelola kondisi anak usia
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat khususnya bagi peneliti dan pihak-
1. Manfaat Teoritis
sebagai salah satu informasi tentang gambaran peran ibu dalam mengatasi stres
2. Manfaat praktis
a. Orang Tua
Hasil dari penelitian ini sebagai bahan pengetahuan dan informasi bagi
orang tua tentang pentingnya peran orang tua selama anak mengalami proses
hospitalisasi.
b. Peneliti
c. Tenaga Kesehatan
mengatasi stres hospitalisasi pada anak, dimana perawat anak juga bisa
d. Rumah Sakit
Dari hasil penelitian ini bisa menjadi bahan informasi yang bisa
dijadikan bahan masukan kepada Rumah Sakit. Dimana anak rawat inap akan
mengalami stres hospitalisasi untuk mengatasi hal tersebut rumah sakit dapat
e. Pendidikan Kesehatan
yang terkait dengan peran ibu dalam mengatasi stres hospitalisasi pada anak.
E. Keaslian Penelitian
menggunakan puposive sampling, sampel saya adalah orang tua sedangkan Siti
Nursondah adalah Keluarga dan tempat penelitian saya di ruang anak Tulip II A
Lampung 2014.
sebanyak 39 responden seluruh orang tua dan pasien anak usia prasekolah yang
digunakan adalah statistik chi square. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu
sebagian besar dukungan keluarga tidak baik sebanyak 22 orang (56,4%), anak
yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel 16 orang perawat
kategori masih kurang baik. Peran perawat masih kurang baik tersebut secara
keseluruhan dilaksanakan oleh perawat yang memiliki usia 21-25 tahun (perawat
Keperawatan) dan berstatus sebagai tenaga magang dan atau sebagai honorer.