Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Bayi berat lahir rendah (BBLR) disebut bayi beresiko tinggi dengan adanya patofisiologi
yang menyertai, prognosis BBLR akan lebih buruk terutama pada periode awal setelah lahir
dibandingkan dengan bayi normal. Komplikasi langsung dapat terjadi pada BBLR, berbagai masalah
jangka panjang mungkin timbul antara lain gangguan perkembangan, gangguan pertumbuhan,
retinopati, gangguan pendengaran, penyakit paru kronis, dan kelainan bawaan (Suwoyo, Antono &
Triagusanik, 2011).
BBLR tiga kali lebih sering mengalami komplikasi neurodevelopmental dan abnormalitas
kongenital. BBLR preterm (<32 minggu) kebanyakan mengalami komplikasi yang disebabkan
imaturitas anatomic dan fisiologikal. BBLR berisiko mengalami komplikasi yang dapat
meninggalkan sekuele permanen (Singh, Chouhan & Sidhu, 2009).
Komplikasi Asfiksia
Pada asfiksia hal yang dapat timbul dari neonatus antara lain (Mansjoer, 2000):
Hal hal di atas dapat menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut pada bayi, antara lain (FK UI,
1985) :
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena
beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
Prognosis BBLR
Winknjosastro (2008) menyebutkan bahwa prognosis bayi BBLR tergantung dari berat
ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat
bayi, makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan,
perdarahan intraventrikuler, displasi bronkopulmonal, retrolental fibriplasia, infeksi, gangguan
metabolic (asidosi, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan
social ekonomi, pendidikan orangtua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan post natal.
prognosis BBLR akan lebih buruk terutama pada periode awal setelah lahir dibandingkan dengan
bayi normal.
Prognosis Asfiksia
Asfiksia ringan tergantung pada kecepatan penatalaksanaan sedangkan asfiksia berat dapat
menimbulkan kematian pada hari-hari pertama atau kelainan syaraf. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat
menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis permanen, misalnya serebral palsy atau
retardasi mental (Mansjoer, 2000).
Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada apakah komplikasi metabolik dan
kardiopulmonalnya (hipoksia, hipoglikemia,syok) dapat diobati, pada umur kehamilan bayi (hasil
akhir paling jelek jika bayi pretern), dan pada tingkat keparahan ensefalopati hipoksik-iskemik.
Ensefalopati berat ditandai dengan koma flasid,apnea,refleks okulosefalik tidak ada,kejang
refrakter,dan pengurangan penipisan korteks yang nyata pada CT scan, dihubungkan dengan
prognosis yang jelek. Skor APGAR rendah pada menit ke 20, tidak ada respirasi spontan pada usia
20 menit, dan menetapnya tanda-tanda kelainan neurologis pada usia 2 minggu juga meramalkan
kematian atau adanya defisit kognitif dan motorik yang berat (Mansjoer, 2000).
Sumber :
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. 2000. Kapita selekta kedokteran. 3th ed.
Jakarta; media aesculapius
Singh, LTG, Chouhan, RC & Sidhu, MK. 2009. Maternal factors for low birth weight babies, MJAFI,
Vol. 65, No. 1
Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI. 1985. Bahan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. 4th ed.
Jakarta:fakultas kedokteran universitas indonesia.
Suwoyo, Antono, S.D dan Triagusanik. 2011. Hubungan Pre Eklampasia pada Kehamilan dengan
Kejadian BBLR di RSUD dr Hardjono Ponorogo. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
2011;2 (1): 14-23
Winknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi V. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirihardjo.