Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH:
KELOMPOK IV
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
PENDAHULUAN
Sistem saraf motorik secara garis besar dibagi atas sistem otonom dan somatik. Sistem saraf
otonom sesuai dengan namanya bersifat otonom (independen) dimana aktifitasnya tidak dibawah
kontrol kesadaran secara langsung. Sistem saraf otonom (SSO) terutama berfungsi dalam
pengaturan fungsi organ dalam seperti curah jatung, aliran darah ke berbagai organ, sekresi dan
motilitas gastrointestinal, kelenjar keringat dan temperatur tubuh. Aktifasi SSO secara prinsip
terjadi dipusat di hipothalamus, batang otak dan spinalis. Impuls akan diteruskan melalui sistem
simpatis dan parasimpatis.
A. PENGERTIAN OTONOM
Sistem saraf yang tidak bisa dikendalikan secara sadar karena berfungsi mengatur kondisi
internal tubuh
1. SARAF SIMPATIK
Menstimulasi, mengorganisasi, memobilisasi sumber-sumber energi dalam tubuh untuk
menghadapi situasi yang menakutkan atau tidak menyenangkan.
Mempersiapkan organ tubuh bagian dalam untuk aktivitas berat.
Motorik otonom dari sistem saraf pusat di daerah lumbar (bagian belakang tubuh yang
paling sempit, daerah pinggang) dan thoracic di sumsum tulang belakang.
Contoh: mengaktifkan bagian tubuh untuk bereaksi meningkatkan gula darah, tekanan
darah ketika sedang stress
2. SARAF PARASIMPATIK
Memperbaiki dan menjaga stabilitas energi yang dibutuhkan tubuh, menyimpan energi
dan bereaksi dalam menghadapi situasi menyenangkan.
Mempersiapkan organ untuk aktivitas tidak mendesak. Biasanya berkebalikan dengan
saraf simpatetik.
Letak menonjol dari otak dan bagian bawah sumsum tulang belakang (sacral).
B. DIVISI SSO
Divisi SSO memiliki 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi parasimpatis. Sebagian besar organ
yang diinervasi oleh SSO menerima inervasi ganda dari saraf yang berasal dari kedua divisi.
Divisi simpatis dan parasimpatis pada SSO secara anatomis berbeda dan perannya antagonis.
C. NEUROTRANSMITER SSO
Asetilkolin dilepas oleh serabut preganglionik simpatis dan serabut preganglionik parasimpatis
yang disebut serabut kolinergik.
Norepinefrin dilepas oleh serabut post ganglionik simpatis, yang disebut serabut adrenergic.
Norepinefrin dan substansi yang berkaitan, epinefrin juga dilepas oleh medulla adrenal.
3. Ikatan dengan Reseptor Obat yang menduduki reseptor dan dapat menimbulkan efek
yang mirip dengan efek transmitor disebut agonis. Obat yang hanya menduduki reseptor
tanpa menimbulkan efek langsung, tetapi efek akibat hilangnya efek transmitor (karena
tergesernya transmitor dari reseptor) disebut antagonis atau bloker.
somatik yang mempersarafi otot rangka. Saraf yang mensintesis dan melepaskan NE
disebut saraf adrenergik, yakni hampir semua saraf pasca ganglion simpatis. Transmisi
neurohumoral memegang peranan penting dalam meneruskan impuls saraf otonom,
dimana masing-masing memiliki neurotransmitor yang berbeda untuk masing masing
saraf simpatis dan parasimpatis. Reaksi sel efektor dapat berupa perangsangan dan
penghambatan tergantung jenis transmitor dan jenis reseptornya. Obat otonom bekerja
dengan menghambat sintesis atau penglepasan transmitor, ikatan dengan reseptor dan
hambatan destruksi transmitor.
DAFTAR PUSTAKA
Darmansyah I, Arini setiawati, Sulistia gan, Susunan saraf Otonom dan transmisi Neurohumoral,
Dalam : Farmakologi dan Terapi, FKUT : Jakarta. 1994 : 23-38.