Вы находитесь на странице: 1из 6

SISTEM SARAF OTONOM

OLEH:

KELOMPOK IV

1. DAMIANA LIKE MATWEAR (17061182)


2. IRMA REGINA LINTJEWAS (17061001)
3. RUT SANGKOY
4. RANIA LANGI
5. CHELSIA SIGANDONG
6. MELINIA DAMARE
7. SHEIREN MAMUKO
8. MARIA M. ANGWARMAS (17061111)
9. SHERINA MAMANGKEY
10. MARIAH PONIDJAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Manado, 16 april 2018

Penyusun

PENDAHULUAN
Sistem saraf motorik secara garis besar dibagi atas sistem otonom dan somatik. Sistem saraf
otonom sesuai dengan namanya bersifat otonom (independen) dimana aktifitasnya tidak dibawah
kontrol kesadaran secara langsung. Sistem saraf otonom (SSO) terutama berfungsi dalam
pengaturan fungsi organ dalam seperti curah jatung, aliran darah ke berbagai organ, sekresi dan
motilitas gastrointestinal, kelenjar keringat dan temperatur tubuh. Aktifasi SSO secara prinsip
terjadi dipusat di hipothalamus, batang otak dan spinalis. Impuls akan diteruskan melalui sistem
simpatis dan parasimpatis.

A. PENGERTIAN OTONOM
Sistem saraf yang tidak bisa dikendalikan secara sadar karena berfungsi mengatur kondisi
internal tubuh

1. SARAF SIMPATIK
 Menstimulasi, mengorganisasi, memobilisasi sumber-sumber energi dalam tubuh untuk
menghadapi situasi yang menakutkan atau tidak menyenangkan.
 Mempersiapkan organ tubuh bagian dalam untuk aktivitas berat.
 Motorik otonom dari sistem saraf pusat di daerah lumbar (bagian belakang tubuh yang
paling sempit, daerah pinggang) dan thoracic di sumsum tulang belakang.
 Contoh: mengaktifkan bagian tubuh untuk bereaksi meningkatkan gula darah, tekanan
darah ketika sedang stress

2. SARAF PARASIMPATIK
 Memperbaiki dan menjaga stabilitas energi yang dibutuhkan tubuh, menyimpan energi
dan bereaksi dalam menghadapi situasi menyenangkan.
 Mempersiapkan organ untuk aktivitas tidak mendesak. Biasanya berkebalikan dengan
saraf simpatetik.
 Letak menonjol dari otak dan bagian bawah sumsum tulang belakang (sacral).

3. SARAF AFEREN ATAU SENSORIK


 Fungsi: Membawa sinyal sensorik dari reseptor di seluruh bagian tubuh ke sistem saraf
pusat.
 Contoh : reseptor penglihatan di mata,˃jika ada stimulus lewat mata maka stimulus itu
dikirim ke otak

4. SARAF EFEREN ATAU MOTORIK


 Fungsi: membawa sinyal-sinyal motorik dari sistem saraf pusat menuju otot-otot.
 contoh: informasi dari kontraksi rangka otot, otot polos, otot jantung, otot pengeluaran.

B. DIVISI SSO
Divisi SSO memiliki 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi parasimpatis. Sebagian besar organ
yang diinervasi oleh SSO menerima inervasi ganda dari saraf yang berasal dari kedua divisi.
Divisi simpatis dan parasimpatis pada SSO secara anatomis berbeda dan perannya antagonis.

1. DIVISI SIMPATIS / TORAKOLUMBAL


Memiliki satu neuron preganglionik pendek dan satu neuron postganglionic panjang. Badan sel
neuron preganglionik terletak pada tanduk lateral substansi abu-abu dalam segemen toraks dan
lumbal bagian atas medulla spinalis.
2. DIVISI PARA SIMPATIS / KRANIOSAKRAL
Memiliki neuron preganglionik panjang yang menjulur mendekati organ yang terinervasi dan
memiliki serabut postganglionic pendek. Badan sel neuron terletak dalam nuclei batang otak dan
keluar melalui CN III, VII, IX, X, dan saraf XI, juga dalam substansi abu-abu lateral pada
segmen sacral kedua, ketiga dan keempat medulla spinalis dan keluar melalui radiks ventral.

C. NEUROTRANSMITER SSO
Asetilkolin dilepas oleh serabut preganglionik simpatis dan serabut preganglionik parasimpatis
yang disebut serabut kolinergik.
Norepinefrin dilepas oleh serabut post ganglionik simpatis, yang disebut serabut adrenergic.
Norepinefrin dan substansi yang berkaitan, epinefrin juga dilepas oleh medulla adrenal.

D. CARA KERJA OBAT OTONOM


Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohumoral dengan cara menghambat atau
mengintensifkannya. Terdapat beberapa kemungkinan pengaruh obat pada transmisi sistem
kolinergik maupun adrenergik, yaitu :
1. Hambatan pada sintesis atau penglepasan transmitor
2. Menyebabkan penglepasan transmitor
3. Ikatan dengan reseptor
4. Hambatan destruksi transmitor

1. Hambatan Pada Sintesis Atau Penglepasan Transmitor Kolinergik. Hemikolinium


menghambat ambilan kolin ke dalam ujung saraf dan dengan demikian mengurangi
sintesis ACh. Toksin botulinum menghambat pelepasan Ach disemua saraf kolinergik
sehingga dapat menyebabkan kematian. Adrenergik. Metiltirosin memblok sintesis NE
dengan menghambat tirosinhidroksilase, enzim yang mengkatalisis tahap penentu pada
sintesis NE. Sebaliknya metildopa, penghambat dopa dekarboksilase, seperti dopa sendiri
didekarboksilasi dan dihidroksilasi menjadi a-metil NE. Guanetidin dan bretilium juga
mengganggu penglepasan dan penyimpanan NE.
2. Menyebabkan Penglepasan Transmitor Kolinergik. Racun laba-laba black widow
menyebabkan penglepasan Ach (eksositosis) yang berlebihan, disusul dengan blokade
penglepasan ini. Adrenergik. Banyak obat dapat meningkatkan pelepasan NE. Tergantung
kecepatan dan lamanya penglepasan, efek yang terlihat dapat berlawanan. Tiramin,
efedrin, amfetamin dan obat sejenis menyebabkan penglepasan NE yang relatif cepat dan
singkat sehingga menghasilkan efek hambatan transport aktif NE ke dalam vesikel,
menyebabkan penglepasan NE secara lambat dari dalam vesikel ke aksoplasma sehingga
NE dipecah oleh MAO. Akibatnya terjadi blokade adrenergik akibat pengosongan depot
NE diujung saraf.

3. Ikatan dengan Reseptor Obat yang menduduki reseptor dan dapat menimbulkan efek
yang mirip dengan efek transmitor disebut agonis. Obat yang hanya menduduki reseptor
tanpa menimbulkan efek langsung, tetapi efek akibat hilangnya efek transmitor (karena
tergesernya transmitor dari reseptor) disebut antagonis atau bloker.

4. Hambatan Destruksi Transmitor Kolinergik. Antikolinesterase merupakan kelompok


besar zat yang menghambat destruksi ACh karena menghambat AchE, dengan akibat
perangsangan berlebihan di reseptor muskarinik oleh Ach dan terjadinya perangsangan
disusul blokade di reseptor nikotinik. Adrenergik. Ambilan kembali NE setelah
pelepasannya di ujung saraf merupakan mekanisme utama penghentian adrenergik.
Hambatan proses ini oleh kokain dan imipramin mendasari peningkatan respons terhadap
perangsangan simpatis oleh obat tersebut. Penghambat COMT misalnya pirogalol
hanya sedikit meningkatkan respons katekolamin, sedangkan penghambat MAO
misalnya tranisipromin, hanya meningkatkan efek tiramin tetapi tidak meningkatkan efek
katekolamin.

somatik yang mempersarafi otot rangka. Saraf yang mensintesis dan melepaskan NE
disebut saraf adrenergik, yakni hampir semua saraf pasca ganglion simpatis. Transmisi
neurohumoral memegang peranan penting dalam meneruskan impuls saraf otonom,
dimana masing-masing memiliki neurotransmitor yang berbeda untuk masing masing
saraf simpatis dan parasimpatis. Reaksi sel efektor dapat berupa perangsangan dan
penghambatan tergantung jenis transmitor dan jenis reseptornya. Obat otonom bekerja
dengan menghambat sintesis atau penglepasan transmitor, ikatan dengan reseptor dan
hambatan destruksi transmitor.

DAFTAR PUSTAKA
Darmansyah I, Arini setiawati, Sulistia gan, Susunan saraf Otonom dan transmisi Neurohumoral,
Dalam : Farmakologi dan Terapi, FKUT : Jakarta. 1994 : 23-38.

Вам также может понравиться