Вы находитесь на странице: 1из 10

ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah keadaan di mana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung
eritrosit dan hematrokit di bawah normal.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih
rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl (normal : 14 – 16
g/dl) dan Ht < 40 % (normal : 40 – 48 vol %) pada pria atau Hb < 12 g/dl (normal : 12 –
14 g/dl) dan Ht < 37% (normal : 37- 43 vol %) pada wanita.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) dan
atau massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity).
B. Etiologi
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel
darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena
kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah,
perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah.
Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa
menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkin hanya timbul
sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya. Adapun
penyebab dari anemia adalah sebagai berikut :
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis
(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin
bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah
merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk
mengetahui sifat hemolitik tersebut.

D. Klasifikasi
Klasifikasi anemia yaitu :
1. Anemia Mikrositik Hipokrom antara lain:
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling
banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi
cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan
menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia.
b. Anemia Penyakit Kronik
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi
ginjal, paru-paru (abses, empiema dll), inflamasi kronik (artritis reumatoid) dan
neoplasma.
2. Anemia Makrositik antara lain:
a. Defisiensi Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi
vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, namun di Indonesia
penyebab anemia ini adalah karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan
gejala-gejala yang tidak berat.
b. Defisiensi Asam Folat
Anemia defisiensi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh
saluran cerna. Gejalanya yaitu perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin
dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan kepribadian.
3. Anemia karena perdarahan
a. Perdarahan akut
Perdarahan akut akan timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,
sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
b. Perdarahan kronik
Biasanya sedikit - sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang sering
adalah ulkus peptikum dan perdarahan saluran cerna karena pemakian analgesik.
4. Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunn usia sel darah merah ( normal 120 hari).
Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu mengatasinya karena
usia sel darah merah sangat pendek.
5. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Hal
ini bisa karena kongenital namun jarang terjadi.
E. Kriteria Anemia
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh
usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO. Dinyatakan sebagai anemia bila
tedapat nilai dengan kriteria sebagai berikut:

No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin

1 Laki-laki Hb <13gr/dl

2 Perempuan dewasa tidak hamil Hb <12gr/dl

3 Perempuan Hb <11gr/dl

4 Anak usia 6-14 tahun Hb <12gr/dl

5 Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan
anemia bila terdapat nilai sebagai berikut :

1. Hb <10gr/dl

2. Hematokrit <30%

3. Eritrosit <2,8juta

F. Manifestasi Klinis
Gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sebagai berikut:
1. Gejala Umum Anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di
bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme
kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila
diklasifikasikan menurut organ yang terkena antara lain :
a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut
tipis dan halus.
2. Gejala Khas Masing-Masing Anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:

a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis

b. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali

d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda tanda infeksi.

3. Gejala Akibat Penyakit Dasar


Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena
penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi
yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti
pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang antara lain sebagai berikut :
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran kuantitatif
tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti
Hb sachli, yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan III.
2. Penentuan Indeks Eritrosit
Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan flowcytometri atau
menggunakan rumus:
Mean Corpusculer Volume (MCV) MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV
akan menurun apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai
berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang spesiflk setelah
thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan. Dihitung dengan membagi
hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl
dan makrositik > 100 fl.
Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam
satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah
merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.
Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) MCHC adalah konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan
hematokrit. Nilai normal 30-35% dan hipokrom < 30%.
3. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan
menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti,
sitoplasma sel darah merah. Dengan menggunakan flowcytometryhapusan darah
dapat dilihat pada kolom morfology flag.
4. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang masih relatif
baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk membuat klasifikasi
anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat
anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi
hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum,
jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW
adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan
eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.
5. Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya membutuhkan beberapa
tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap
lanjut kekurangan besi eritropoesis, naik secara perlahan setelah serangan kekurangan
besi terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi
serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang luas. EP secara luas
dipakai dalam survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang.
6. Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah cadangan
besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi
diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan
setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok,
pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan
parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.
7. Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan besi serum.
Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat menurun secara
keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.
8. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian cadangan besi, walaupun
mempunyai beberapa keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan
untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari
kekurangan zat besi adalah tidak ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti
sifat subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum
yang memadai dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum tulang adalah suatu
teknik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi dalam
populasi umum.
H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:

1. Anemia aplastik:

a. Transplantasi sumsum tulang

b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (ATG)


2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat

b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb

4. Anemia pada defisiensi besi

a. Dicari penyebab defisiensi besi

b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.

5. Anemia megaloblastik

a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.

b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

I. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk
otak.
J. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : keletihan, kelemahan, malaise, kehilangan produtivitas, penurunan
semangat untuk bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.

2) Tanda : takikardia/takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat, letargi, menarik


diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan
kekuatan, ataksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat,
dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.

b. Sirkulasi

1) Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis, menstruasi berat,
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan), riwayat endokarditis infektif kronis,
palpitasi (takikardia kompensasi).

2) Tanda : TD peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar;
hipotensi postural, distrimia, abnormalis EKG, mis; depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T; takikardia, bunyi jantung ; murmur sistolik, ekstremitas
(warna): pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)dan
dasar kuku. (Catatan; pada pasien kulit hitam, pucat tampak sebagai keabu abuan); kulit
seperti berlilin, pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera: Biru atau putih
seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokontriksi kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koikologikia). Rambut; kering, udah putus, menipis; tumbuh uban secara premature.

c. Integritas ego

1) Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis; penolakan


transfusi darah.

2) Gejala : depresi.

d. Eliminasi

1) Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom malabsorpsi,


hematemasis, feses dengan darah segar, melena, diare atau konstipasi, penurunan haluaran
urine.
2) Tanda ; distensi abdomen.

e. Makanan/cairan

1) Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan produk
sereal tinggi, nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia, adanya penurunan berat badan.

2) Tanda: membran mukosa kering/pucat.

f. Neurosensori

1) Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan


berkonsentrasi. insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata, kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki.

2) Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal, oftalmik : hemoragis retina (aplastik), epitaksis : perdarahan
dari lubanglubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan
posisi, tanda romberg positif, paralysis.

g. Nyeri/kenyamanan

1) Gejala : sakit kepala

2) Tanda : -

h. Pernapasan

1) Gejala : riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

2) Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

i. Seksualitas

1) Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore. Hilang


libido (pria dan wanita), imppoten.

2) Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

Вам также может понравиться

  • LP TB Paru Upluoad
    LP TB Paru Upluoad
    Документ8 страниц
    LP TB Paru Upluoad
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • LP TB Paru Upluoad
    LP TB Paru Upluoad
    Документ8 страниц
    LP TB Paru Upluoad
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • LP Anemiaa
    LP Anemiaa
    Документ12 страниц
    LP Anemiaa
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • Kompilasi Pupuk Sumcahya
    Kompilasi Pupuk Sumcahya
    Документ2 страницы
    Kompilasi Pupuk Sumcahya
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • LP TB Paru Upluoad
    LP TB Paru Upluoad
    Документ8 страниц
    LP TB Paru Upluoad
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • Acara 1
    Acara 1
    Документ6 страниц
    Acara 1
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Документ18 страниц
    LP Anemia
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • Kesuburan
    Kesuburan
    Документ2 страницы
    Kesuburan
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • ANALISIS VEGETASI
    ANALISIS VEGETASI
    Документ7 страниц
    ANALISIS VEGETASI
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • Artikel Kesuburan Tanah
    Artikel Kesuburan Tanah
    Документ3 страницы
    Artikel Kesuburan Tanah
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • Tugas Hama Dan Penyakit Hutan Jamur Fusarium
    Tugas Hama Dan Penyakit Hutan Jamur Fusarium
    Документ2 страницы
    Tugas Hama Dan Penyakit Hutan Jamur Fusarium
    Zulfa Dwi Putri
    0% (1)
  • HPT
    HPT
    Документ15 страниц
    HPT
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • Acara 1
    Acara 1
    Документ3 страницы
    Acara 1
    Ramli Rachman
    Оценок пока нет
  • Kebijakan Hutan
    Kebijakan Hutan
    Документ3 страницы
    Kebijakan Hutan
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • Ismu Nilam Devi - Tugas Pemanenan
    Ismu Nilam Devi - Tugas Pemanenan
    Документ13 страниц
    Ismu Nilam Devi - Tugas Pemanenan
    Zulfa Dwi Putri
    Оценок пока нет
  • Tugas Hama Dan Penyakit Hutan Jamur Fusarium
    Tugas Hama Dan Penyakit Hutan Jamur Fusarium
    Документ2 страницы
    Tugas Hama Dan Penyakit Hutan Jamur Fusarium
    Zulfa Dwi Putri
    0% (1)