Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Memahami makna kosakata al-Quran, memikirkan petunjuk ayat dengan tepat,dan segala
pemahaman yang dikandungnya, dan apa yang tidak sempurna kecuali dengan tanpa
memahaminya, berupa hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh kosa kata tadi, dari isyaratisyarat
dan pemberitahuan. Disertai adanya manfaat yang didapat oleh hati, dengan khusyu’nya hati
kepada pesan-pesannya, tunduk kepada perintah-perintahnya, dan mengambil pelajaran
darinya.(2)
5. Pengertian lain
Melihat apa yang bisa dipahami dibalik makna, petunjuk, dan pemahaman terjauh yang dapat
dipahami dari ayat. Dari definisi-definisi di atas tentang tadabbur, dapat diambil kesimpulan
bahwa tadabbur mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
2) Merenungkan apa yang menjadi maksud ayat, baik yang tersurah ataupun tersirat, baik
yang dipahami berdasarkan konteks ayat, maupun berdasarkan susunan jumlah,.
Ibn ‘Ashur membagi adanya kemungkinan tadabbur ke dalam dua ketegori; (1) Merenungkan
petunjuk-petunjuk yang melekat pada ayat-ayat AlQuran, sebagai cara untuk menggali
petunjuk al-Quran, Menurut al-Ajiri orang yang mentadabburi al-Qur’an akan mengetahui
Tuhan-nya, mengetahui kekuasaan dan keagunggan-Nya, mengetahui karunia-Nya kepada
orang-orang beriman, mengetahui apa yang menjadi kewajiban seorang hamba, kemudian dia
akan menjalankannya, mengetahui apa yang dilarang, kemudian dia menjauhinya, jika sifat ini
menjadi kebiasaannya saat membaca atau mendengar al-Qur’an maka al-Qur’an akan menjadi
obat baginya, dia menjadi kaya tanpa harta, menjadi tenang jiwanya, dan apa yang menjadi
harapannya setiap memulai membaca al-Qur’an adalah; kapan aku mengamalkan pelajaran
yang sudah didapat dari al-Qur’an, harapannya bukan sekedar mengkhatamkan bacaan al-
Qur’an, dia mengganggap membaca al-Qur’an adalah ibadah, dan ibadah tidak mungkin
dilakukan tanpa pemahaman (5). (2) Merenungkan keseluruhan al-Quran, yakni menjadikan
al-Quran sebagai satu paket, dengan mempertimbangkan unsur bahasanya, sehingga didapat
kesimpulan bahwa al-Quran itu berasal dari Allah, dan apa yang dikandungnya adalah
kebenaran (6). Tadabbur dalam pengertian pertama bermakna adanya upaya mengambil
petunjuk, hikmah-hikmah, hukum-hukum dari setiap ayat alQuran yang dibaca. Sedang
tadabbur dengan pengertian kedua adalah perenungan yang mendalam tentang al-Quran secara
keseluruhan atau antara ayat satu dengan ayat yang lain, sehingga melahirkan kesimpulan
bahwa alQuran itu benar-benar adalah berasal dari Tuhan, bukan buatan nabi Muhammad
sebagaimana dituduhkan oleh orang-orang musyrik di Makkah, atau orang-orang munafik di
Madinah.
B. Pengertian Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan Istilah pendidikan dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan
atTarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib (7). Dalam Al Quran tidak ditemukan kata at-
Tarbiyah, tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu: ar-Rabb, rabbayani, murabbi,
rabbaani. Ar-Raghib al-Ashfahani dalam mufradatnya mengatakan bahwa asal ar-Rabb
adalah at-Tarbiyah, yaitu menyampaikan sedikit demi sedikit hingga sempurna.
Kemudian kata itu dijadikan sifat Allah sebagai mubalaghah (penekanan) (8). Hal
senada juga dikatakan oleh Ibnu Katsir bahwa rabbaani berasal dari kata rabb mendapat
tambahan alif dan nun karena mubalaghah, Rabbaani juga sebagai sebutan untuk orang
yang mempunyai ilmu dan agamanya secara mendalam (9). Ahmad Tafsir mengatakan
bahwa pendidikan merupakan arti dari kata Tarbiyah. Kata tersebut berasal dari tiga
kata yaitu; raba-yarbu, rabbiya-yarbaa serta rabba-yarubbu.
C. Pengertian Keluarga
Istilah keluarga dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan al- ilah jamak dari awaail,
al-usroh jamak dari usarun, dan Ahlun jamak dari Ahluuna (10) Dalam al- Ahlun
) yang berarti keluarga sebanyak 36 kali. Yaitu terdapat dalam surat: (3:121, 4:35,92,
5:89, 11:40,45,46, 12:26,62,65,88,93, 15:65, 19:16, 20:10,29,40,132, 21:84, 23:27,
26:169,170, 27:7,49,57, 28:29, 36:50, 37:134, 38:43, 39:15, 42:45, 48:11,12, 51:26,
Sedangkan kata aalun ( ) juga berarti keluarga sebanyak 11 kali, an surat: (2:248,
3:33,4,54, 12:6, 19:6, 27:56, 28:8, 34:13, dan surat 54:34). Aalun ) bisa berarti
Ahlun ( ), bisa juga tidak berarti ahlun ( ). Sedang menurut Abul Fatah
D. Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari sistem pendidikan secara keseluruhan.
Sebagaimana dikatakan oleh Ki Hajar Dewantoro, bahwa keluarga merupakan salah
satu dari tri pusat pendidikan, yang meliputi: keluarga, sekolah, dan organisasi pemuda.
Pendidikan keluarga adalah usaha sadar yang dilakukan orang tua, karena mereka pada
umumnya merasa terpanggil (secara naluriah) untuk membimbing, mengarahkan,
membekali dan mengembangkan pengetahuan nilai dan keterampilan bagi putra putri
mereka sehingga mampu menghadapi tantangan hidup di masa yang akan datang.
Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan
oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga (12)
Pendidikan pada umumnya terbagi pada dua bagian besar, yakni pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah. Pendidikan keluarga merupakan salah satu jalur pendidikan luar
sekolah. Selanjutnya Philips H. Combs, mengungkapkan bahwa: Pendidikan luar sekolah
adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formil.
baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan
untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
belajar (13)
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola
kepribadian anak, karena di dalam keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan
norma. Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar, agama dan
kepercayaan, nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan peserta didik
untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat
yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (15)
Dalam suatu riwayat disebutkan ketika turun ayat itu Umar berkata, “ Wahai
Rasulullah, kita menjaga diri kita sendiri. Tetapi bagaimana kita menjaga keluarga
kita? Rasulullah menjawab:” kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang
Allah untukmu, dan kamu perintah mereka apa yang diperintahkan Allah
kepadamu. Itulah penjagaan diri mereka dari neraka.”. Yang dimaksud dengan an-
ahl (keluarga) di sini yaitu mecakup istri, anak, baik laki-laki dan perempuan. Di
dalam ayat ini terdapat isyarat mengenai kewajiban seorang suami mempelajari
fardu-fardu agama yang diwajibkan baginya dan mengajarkan kepada keluarganya.
Pada ayat di atas terdapat kata qu anfusakum yang berarti buatlah sesuatu yang
dapat menjadi penghalang datangnya siksaan api neraka dengan cara menjauhkan
perbuatan maksiat (16). Memperkuat diri agar tidak mengikuti hawa nafsu, dan
senantiasa taat menjalankan perintah Allah. Selanjutnya kata wa ahlikum,
maksudnya adalah keluargamu yang terdiri dari istri, anak, saudara, kerabat,
pembantu dan budak, diperintahkan kepada mereka agar menjaganya, dengan cara
memberikan bimbingan, nasehat, dan pendidikan kepada mereka. Perintahkan
mereka untuk melaksanakannya dan membantu mereka dalam merealisasikannya.
Bila kita melihat ada yang berbuat maksiat kepada Allah maka cegah dan larang
mereka. Ini merupakan kewajiban setiap muslim, yaitu mengajarkan kepada orang
yang berada di bawah tanggung jawabnya segala sesuatu yang telah diwajibkan dan
dilarang oleh Allah (17)
Kemudian al-waqud adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalakan api.
Sedangkan al-hijarah adalah batu berhala yang biasa disembah oleh masyarakat
jahiliyah Ibnu Abi Hatim. Dan malaikatun maksudnya, mereka (para malaikat) yang
jumlahnya 19 dan bertugas menjaga neraka, penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yaitu yang tabiatnya kasar. Allah telah mencabut dari hati-hati mereka rasa
kasih sayang terhadap orangsusunan tubuh mereka sangat keras, tebal, dan
penampilannya yang mengerikan. Wajah-wajah mereka hitam, dan taring-taring
mereka menakutkan. Tidak tersimpan dalam hati masing-masing mereka rasa kasih
sayang terhadap orang-orang kafir, walaupun sebesar biji dzarrah. Yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. Mereka tidak pernah menangguhkan bila
datang perintah dari Allah walaupun sekejap mata, padahal mereka bisa saja
melakukan hal itu dan mereka tidak mengenal lelah. Mereka itulah para malaikat
Zabaniah, kita berlindung kepada Allah dari mereka. Ghiladzun maksudnya adalah
hati yang keras, hati yang tidak memiliki rasa belas kasihan apabila ada orang yang
meminta dikasihani. Sementara syidadun artinya memiliki kekuatan yang tidak
dapat dikalahkan (18).
Selain surat At-Tahrim ayat 6 tersebut, ada ayat lain yang memiliki redaksi dan
kandungan yang sama,juga terdapat pada surat Thaaha ayat 132
Amanat berikutnya yang tidak kurang pentingnya dari yang sebelumnya ialah Nabi ﷺ.
menyuruh keluarganya mengerjakan salat sebagaimana telah diperintahkannya sendiri dan
tentu saja perintah itu harus dibarengi pula dengan perintah yang kedua yaitu agar keluarganya
jangan terpengaruh atau menjadi silau matanya melihat kekayaan dan nikmat yang dimiliki
oleh istri-istri orang-orang kafir itu.
Demikianlah amanat Allah kepada Rasul-Nya sebagai bekal untuk menghadapi perjuangan
berat, yang patut menjadi contoh teladan bagi setiap pejuang yang ingin menegakkan
kebenaran di muka bumi. Mereka haruslah lebih dahulu menjalin hubungan yang erat dengan
Khaliknya yaitu dengan tetap mengerjakan salat dan memperkokoh batinnya dengan sifat tabah
dan sabar.
Di samping itu haruslah seisi rumah tangganya mempunyai sifat seperti yang dimilikinya.
Dengan demikian ia akan tabah berjuang tidak dapat diombang-ambingkan oleh bunga
kehidupan dunia seperti kekayaan, pangkat dan kedudukan.
Amanat-amanat inilah yang dipraktekkan oleh Rasulullah ﷺdan para sahabatnya sehingga
mereka benar-benar sukses dalam perjuangan mereka sehingga dalam masa kurang lebih 23
tahun saja Islam telah berkembang dengan jaya hampir seluruh jazirah Arab dan jadilah kalimat
Allah kalimat yang paling tinggi dan mulia.
Diriwayatkan oleh Rafi’i seorang tamu datang mengunjungi Rasulullah, sedang di rumahnya
tidak ada yang patut disuguhkan kepada tamu itu.
Rasulullah menyuruh saya meminjam sedikit tepung gandum kepada orang Yahudi dan akan
dibayar nanti pada bulan Rajab.
Orang Yahudi itu tidak mau meminjamkan kecuali dengan jaminan.
Aku kembali kepada Rasulullah memberitakan hal itu.
Rasulullah berkata: Demi Allah aku ini orang dipercaya di langit dan di bumi.
Kalau orang Yahudi itu meminjamkan atau menjual sesuatu kepadaku pasti aku melunasi
haknya.
Bawalah baju besiku ini sebagai jaminan bagi pinjaman itu.
Belum lagi aku keluar dari rumah Nabi turunlah ayat ini seakan-akan Allah menghibur Nabi
atas kemiskinannya itu.
Diriwayatkan pula oleh Malik dan Baihaqi dari Aslam, di antara adat kebiasaan Umar bin
Khattab ialah dia selalu melakukan salat malam sekuat tenaganya sampai hampir waktu fajar
tiba.
Kemudian beliau membangunkan keluarganya dan memerintahkan supaya mereka melakukan
salat, dengan membaca ayat ini.
Kemudian hakikat pendidikan keluarga juga terdapat di dalam surat Maryam ayat
55
Dapat dipahami dari susunan ayat di atas, bahwasanya Ismail itu disegani dalam
kalangan ahli atau pengikutnya, karena senantiasanya teguh memenuhi janji orang
mesti segan kepadanya. Apabila sudah disegani, timbullah wibawa, dan apabila
wibawa telah tumbuh niscaya perintah atau ajakannya akan dipatuhi. Maka
disuruhnyalah ahlinya itu mengerjakan mengerjakan sembahyangmenurut syari’at
Ilahi. Dan disuruhnya pula ahlinya itu berzakat, yaitu mengeluarkan sebagian dari
harta benda mereka (19)
Selanjutnya dalam al-Qur’an keluarga juga disebut dengan di mana Allah
berfirman dalam surat Asy- Syu’ara’ ayat 214
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan
keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing”).
Allah SWT memberitahukan bahwa sesungguhnya Dia telah memilih beberapa
keluarga atas penghuni bumi lainnya. Allah memilih Adam, Dia menciptakannya
dengan tangannya, meniupkan kepadanya sebagian dari ruh-Nya, menjadikan para
malaikat bersujud kepada-Nya, mengajarkan nama-nama setiap benda,
menempatkannya di syurga. Dalam semua perbuatan terdapat hikmahnya. Allah
memilih Nuh sebagai Rasul pertama yang diutus Allah bagi penghuni bumi, tatkala
manusia mulai menyembah berhala dan syirik kapada Allah. Allah memilih
keluarga Ibrahim, yang diantaranya ada junjungan manusia, yaitu Muhammad
SAW. Allah juga memilih keluarga Imran. Yang dimaksud Imran di sini ialah
ayahanda Maryam binti Imran, dan ibundanya Isa bi Maryam, ia juga merupakan
keturunan Ibrahim (20)
Dalam pendidikan keluarga banyak sekali materi-materi yang harus diterapkan oleh
orang tua kepada anaknya, diantaranya:
a. Pendidikan akidah islamiyah
Pendidikan pertama dan paling utama yang harus diberikan kepada anak adalah
pendidikan tauhid atau akidah dengan dasar-dasar keimanan dan keislaman agar
anak mengerti dan tidak mempersekutukan Allah SWT, karena
mempersekutukan Allah itu merupakan perbuatan dosa besar, perbuatan yang
zalim yang dibenci Allah. Pendidikan Islam dalam keluarga adalah pendidikan
akidah Islamiyah, karena akidah adalah inti dari dasar keimanan seseorang yang
harus ditanamkan kepada anak. Hal ini telah disebutkan dalam surat Lukman
ayat 13
b. Pendidikan ibadah
Setelah pendidikan tauhid yang ditanamkan kepada anak, maka pelajaran yang
dapat diberikan selanjutnya adalah ibadah kususnya shalat. Sejak dini seorang
anak sudah harus dilatih ibadah, diperintah melakukannya dan diajarkan hal-hal
yang haram serta yang halal (25)
Allah SWT berfirman dalam Qs thahaa 132
Suruhlah hai Rasul keluargamu untuk mendirikan shalat, dan hendaklah kamu
sendiri memeliharanya, karena nasehan dan perbuatan akan lebih membekas
dibanding dengan perkataan.sesungguhnya kami hanya menghendaki ibadah dan
takwa darimu dan dari mereka. Kami tidak meminta rizqi darimu, sebagaimana tuan
meminta pajak pada budaknya. Dan akibat yang baik adalah bagi orang yang
bertakwa dan taat kepada Allah. Apa yang ada pada sisi mereka akan terputus dan
habis, sedang apa yang ada disisi Allah adalah kekal dan tidak musnah (27)
Pendidikan shalat dalam keluarga juga disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad
SAW, beliau bersabda: Artinya:” Perintah anak-anakmu untuk menjalankan
ibadah shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukulah ketika berusia
sepuluh tahun (belum mau menjalankannya)”. (HR. Abu Daud )
Artinya:” Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Lukman menyampaikan pesan kepada anaknya untuk beribadah kepada Allah Yang
Maha Esa dengan cara berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Dalam surat ini
Allah berfirman ,” Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah
lema,” yakni semakin bertambah lemah. Ayat “ Dan menyapihnya dalam dua
tahun.” Berarti setelah anak dilahirkan, maka si Ibu merawatnya dan menyusunya.
Hal ini disebabkan firman Allah SWT ,” Hendaklah para ibu menyusui anaknya dua
tahun penuh, bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyususan”.(QS. Al-
Baqarah:233) (29)
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa tekanan utama pendidikan keluarga dalam Islam
adalah pendidikan akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan berbuat baik,
menghormati kedua orang tua, bertingkah laku yang sopan dan baik dalam perilaku
keseharian maupun dalam bertutur kata. Orang tua mempunya hak, yaitu dihargai dan
dihormati. Inilah ajaran yang datang dari sunnah Rasulullah SAW, beliau bersabda yang
artinya ”Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghargai hak orang tua dan
tidak menyayangi anak muda”.(HR. Ahmad dan Bukhari) (30)
QS. al-Furqaan: 74
walladziina yaquuluuna rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wadzurriyyaatinaa qurrata a'yunin
waj'alnaalilmuttaqiina imaamaa
Artinya :”Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Hunaalika da’aa zakarii-yaa rabbahu qaala rabbi hab lii min ladunka dzurrii-yatan thai-
yibatan innaka samii’uddu’aa-i
Artinya “Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata:
“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.
Qs Al Anbiya 89
Qs maryam 5
Sebaliknya, ada pula sikap membenci kelahiran anak, seperti kisah masyarakat
Jahiliyah yang membenci anak perempuan yang baru lahir, malah ada yang sanggup
membunuh dengan menguburkannya (QS. an-Nahl/16 ayat 58-59). Selain merasa
hina, ada pula yang membenci dan membunuh anaknya hanya karena takut miskin
(Qs. al-Isra’/17 ayat 31). Membunuh atau membenci anak hanya karena takut
miskin adalah dosa besar. Al-Maraghi (1993: 76) menyimpulkan bahwa membunuh
anak-anak bila sebabnya karena takut melarat, berarti berburuk sangka terhadap
Allah, bila sebabnya karena takut melarat, berarti berburuk sangka terhadap Allah.
Dengan sikap ikhlas menerima kelahiran anak, baik laki-laki maupun perempuan,
maka orangtua tersebut akan ikhlas pula mendidik anaknya sesuai dengan tuntunan
agama hingga kelak ia dewasa. Sebaliknya, jika orangtua tidak senang terhadap
kelahiran anak tersebut, maka sikap tersebut akan jelas berpengaruh secara
psikologis terhadap pendidikan anak di masa selanjutnya, bisa jadi orangtua
tersebut mudah marah kepada si anak, tidak bersikap adil, tidak bersikap lemah-
lembut penuh kasih-sayang, dan sebagainya. Jadi, orangtua harus ikhlas menerima
kelahiran anak, bagaimana pun kondisinya, seperti yang dilakukan istri ‘Imran di
atas sehingga ia tetap mendidik anaknya, Maryam, dengan cara yang baik
3. Seorang ibu harus selalu menjaga dirinya dengan makan makanan yang halalan
thoyyiban. Makanan yang halal lagi baik akan berpengaruh terhadap keshalehan
anak kelak. Firman Allah SWT
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizqikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada Nya.” (QS. Al-
Maidah: 88)
Pertama halal menurut zatnya, yaitu bukan termasuk barang-barang yang oleh agama Islam
dinyatakan sebagai barang-barang yang haram, seperti bangkai, darah, daging babi dan khamar.
Kedua halal menurut cara memperolehnya, yaitu diperoleh dengan cara-cara yang dihalalkan
oleh agama, misalnya dengan cara membeli, meminjam, pemberian, dan sebagainya.
Bukan dengan cara-cara yang dilarang agama, seperti mencuri, merampas, menipu, korupsi,
riba, judi dan lain-lainnya.
Prinsip halal dan baik ini hendaknya senantiasa menjadi perhatian dalam menentukan makanan
dan minuman yang akan dimakan untuk diri sendiri dan untuk keluarga, karena makanan dan
minuman itu tidak hanya berpengaruh terhadap jasmani, melainkan juga terhadap rohani.
Tidak ada halangan bagi orang-orang mukmin yang mampu, untuk menikmati makanan dan
minuman yang enak, dan untuk mengadakan hubungan dengan istri, akan tetapi haruslah
menaati ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan syara, yaitu baik, halal dan menurut
ukuran yang layak. Maka pada akhir ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala memperingatkan
orang-orang mukmin agar mereka berhati-hati dan bertakwa kepada-Nya dalam soal
makanan, minuman dan wanita, serta kenikmatan-kenikmatan lainnya. Janganlah mereka
menetapkan hukum-hukum menurut kemauan sendiri dan tidak pula berlebih-lebihan dalam
menikmati apa-apa yang telah dihalalkan-Nya.
Allah mewajibkan kepada ibu menyusui bayinya, guna membuktikan bahwa air susu si ibu
mempunyai pengaruh yang besar kepada si anak.Dari hasil pemeriksaan para ahli medis
menunjukkan bahwa air susu ibu tersusun dari saripati yang benar-benar murni. Juga air susu
ibu merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, dan tidak disangsikan lagi oleh para ahli
gizi. Di samping ibu dengan fitrah kejadiannya memiliki rasa kasih sayang yang mendalam
sehingga penyusuan langsung dari ibu ini berhubungan erat dengan perkembangan jiwa dan
mental anak. Dengan demikian kurang tepat tindakan sementara para ibu yang tidak mau
menyusui anaknya secara langsung hanya karena kepentingan pribadinya, umpamanya untuk
memelihara kecantikan. Padahal hal ini bertentang dengan fitrahnya sendiri dan secara tidak
langsung ia tidak membina dasar hubungan keibuan dengan anaknya sendiri dalam bidang
mental. Demikianlah pembagian kewajiban kedua orang tua terhadap bayinya yang diatur oleh
Allah subhanahu wa ta’ala Sementara itu Allah memberikan pula keringanan terhadap
kewajiban itu yaitu umpama kesehatan ibu terganggu atau seorang ahli mengatakan tidak baik
bila disusukan oleh ibu karena sesuatu hal, maka tidak mengapa kalau anak mendapat susu atau
makanan dari orang lain.
Selanjutnya andaikata salah seorang dan ibu atau bapak tidak memiliki kesanggupan untuk
melaksanakan kewajiban atau meninggal dunia, maka kewajiban-kewajiban itu berpindah
kepada ahli warisnya.
Lamanya masa penyusuan dua tahun, namun demikian apabila berdasarkan musyawarah antara
bapak dan ibu untuk kemaslahatan anak, mereka sepakat untuk menghentikannya sebelum
sampai masa dua tahun atau meneruskannya lewat dari dua tahun maka hal ini boleh saja
dilakukan.
Demikian juga jika mereka mengambil seseorang wanita lain untuk menyusukan anaknya maka
hal ini tidak mengapa dengan syarat, kepada wanita yang menyusukan itu diberikan imbalan
jasa yang sesuai sehingga terjamin kemaslahatan baik bagi anak maupun wanita yang menyusui
itu.
Ulama fikih berbeda pendapat tentang siapa yang berhak untuk menyusukan dan memelihara
anak tersebut, jika terjadi perceraian antara suami-istri.
Apakah pemeliharaan menjadi kewajiban ibu atau kewajiban bapak? Imam Malik berpendapat
bahwa ibulah yang berkewajiban menyusukan anak tersebut walaupun ia tidak memiliki air
susu, kalau ia masih memiliki harta maka anak itu disusukan pada orang lain dengan
mempergunakan harta ibunya. Imam Syafii dalam hal ini berpendapat bahwa kewajiban
tersebut kewajiban bapak
Dengan adanya perintah menyusui ini, maka dapat dipahami bahwa air susu ibu mengandung
unsur kesehatan jasmani dan rohani. Dari segi kesehatan jasmani, air susu ibu (ASI) memiliki
manfaat yang amat banyak bagi kesehatan. Dalam buku child development oleh Laura E Berk
(2003) menjelaskan beberapa alasan mengapa ibu harus menyusui anaknya, yaitu: 1) ASI
menyediakan keseimbangan lemak dan protein yang tepat; 2) ASI menjamin nutrisi yang
lengkap; 3) ASI membantu menjamin pertumbuhan sik yang sehat; 4) ASI melawan banyak
penyakit; 5) ASI mampu mentransfer zat antibodi dan zat-zat yang mencegah timbulnya infeksi
dari sang ibu kepada bayinya. ASI juga dapat mempertinggi fungsi imunitas (kekebalan) tubuh
bayi6) ASI menjamin sistem pencernaan; 7) ASI melindungi dari kegagalan perkembangan
rahang dan kerusakan gigi, sebab mengisap puting susu ibu ternyata bisa membantu menghidari
malocclusion, yaitu kondisi di mana rahang bawah dan atas tidak bertemu secara tepat; 8) Bayi
yang diberi ASI lebih mudah berpindah ke makanan yang padat daripada bayi yang diberi susu
botol; dan 9) Secara psikologis, ASI juga meningkatkan perkembangan attachment (kasih
sayang) antara ibu dan anak (Izzatul Rusli: 2008).ASI juga berpengaruhterhadap kesehatan
rohani anak. Hamka dalam menafsirkan ayat di atas mengisahkan tentang riwayat Imam al-
Haramain, ulama mazhab Sya ’i yang masyhur, guru dari Imam al-Ghazali. Ayah dari Imam
al-Haramain ini bernama Abu Muhammad al-Juwaini. Ketika Abdulmalik al-Haramain masih
bayi, ayahnya al-Juwaini berpesan sangat kepada istrinya jangan sampai ada perempuan lain
yang menyusukan anak itu. Namun, suatu ketika istrinya sakit sehingga air susunya kering,
sementara bayinya menangis kehausan. Lalu datanglah seorang perempuan yang merupakan
tetangganya yang kasihan mendengar tangisan anak itu lalu mengambil dan menyusukan anak
tersebut. Tiba-tiba datanglah Abu Muhammad al-Juwaini. Melihat anaknya disusui oleh
perempuan lain, dia pun tidak senang sehingga perempuan itu pergi. Lalu al-Juwaini
mengambil anak itu lalu menonggengkan kepalanya dan mengorek mulutnya, sampai anak itu
memuntahkan air susu perempuan lain. Beliau pun berkata: “Bagiku tidak keberatan jika anak
ini meninggal di waktu kecilnya, dari pada rusak perangainya karena meminum susu
perempuan lain, yang tidak aku kenal ketaatannya kepada Allah” (Hamka, Juz 1, 1982: 232-
233)Anak itulah yang kemudian terkenal dengan nama Imamul Haramain Abdulmalik al-
Juwaini, guru dari madrasah-madrasah Naisabur dan salah seorang yang mendidik Imam al-
Ghazali, sampai menjadi ulama besar pula. Kadang-kadang sedang mengajarkan ilmunya
pernah beliau marah-marah. Maka berkata-lah dia setelah sadar dari kemarahannya, bahwa “ini
barangkali adalah dari bekas sisa susu perempuan lain itu, yang tidak sempat aku muntahkan.”
Demikianlah pentingnya peran seorang ibu dalam menyusukan anaknya. Jika si ibu memang
sakit, seperti yang diungkapkan dalam ayat di atas, maka dibolehkan menyusukan kepada
perempuan lain dengan upah yang layak. Kemudian perlu pula memilih dan menentukan
perempuan yang taat dan baik akhlaknya, seperti yang dilakukan oleh Aminah saat
menyusukan anaknya Muhammad di waktu bayi.
4. Dialog
Di dalam Alquran sendiri ada 17 tema dialog antara orangtua dan anak yang tercantum dalam
9 surat. Dialog antara ayah dengan anaknya ada 14 kali. Dialog antara ibu dan anaknya 2 kali.
Dan dialog antara orangtua tanpa nama dengan anaknya ada 1 kali. Hal ini menunjukkan bahwa
al Qur’an memotret para ayah yang lebih bertanggung jawab mendidik anak-anaknya. Namun
bagaimana kondisi hari ini? Sedikit ayah yang berdialog dengan anaknya. Maka, banyak anak
yang kehilangan figur dan teladan. Ibrohnya: berarti para ayah harus belajar! Berikut
rinciannya :
Pertama, Dialaog Ayah dengan Anak
1. QS. Al Baqarah 130 - 133 memuat kisah dialog Nabi Ibrahim As dengan ayahnya dan dialog
Nabi Ya'qub As dengan anaknya.
2. QS. Al An'am : 74 memuat kisah dialog Nabi Ibrahim As dengan ayahnya.
3. QS. Hud : 42 - 43 memuat kisah dialog Nabi Hud As dengan anaknya.
4. QS. Yusuf : 4 - 5 memuat kisah dialog Nabi Yusuf As dengan ayahnya.
5. QS. Yusuf : 11 - 14 memuat kisah dialog Nabi Ya'qub As dengan anaknya.
6. QS. Yusuf : 16 - 18 memuat kisah dialog Nabi Ya'qub As dengan anaknya.
7. QS. Yusuf : 63 - 67 memuat kisah dialog Nabi Ya'qub As dengan anaknya.
8. QS. Yusuf : 81 - 87 memuat kisah dialog Nabi Ya'qub As dengan anaknya.
9. QS. Yusuf : 94 - 98 memuat kisah dialog Nabi Ya'qub As dengan anaknya.
10. QS. Yusuf : 99 - 100 memuat kisah dialog Nabi Yusuf As dengan ayahnya.
13. QS. Luqman : 13 - 19 memuat kisah dialog Luqman dengan anaknya.
14. QS. Ash-Shaffat : 102 memuat kisah dialog Nabi Ibrahim As dengan anaknya, Ismail.
Demikianlah empat belas tempat dalam Al Qur’an yang memuat kisah dialog ayah dengan anak
mereka.
Dari seluruh perincian tersebut, tampak dialog ayah dengan anak memiliki porsi paling banyak.
Hal ini memberi motivasi tentang pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan
pendidikan anak. Al Qur’an memuat dialog ayah dengan anak jauh lebih banyak dibandingkan
dengan dialog ibu dengan anak. Hal ini menandakan bahwa pengasuhan dan pendidikan anak
bukan hanya urusan ibu. Namun harus ada peran seimbang dari kedua orang tua.
Ayah harus menyempatkan waktu untuk banyak berdialog dengan anak-anak, karena itu adalah
bagian penting dalam proses pendidikan dan pengasuhan anak. Ayah tidak boleh diam dan
menyerahkan semua komunikasi dengan anak hanya kepada ibu. Pendidikan anak harus
menjadi tanggung jawab yang seimbang antara ayah dengan ibu karena anak memerlukan
sosok keduanya. Keseimbangan peran dari ayah dan ibu akan memberikan andil besar bagi
keberhasilan pendidikan anak-anak.
Bahkan jika mengambil dari spirit dalam Al Qur’an tersebut, ayah memang dituntut untuk lebih
banyak dialog dengan anak. Maka jangan diam dan pasif wahai ayah, karena Al Qur’an
mengajak kita untuk banyak berdiskusi dengan anak.