Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Motor diesel merupakan salah satu motor yang banyak digunakan oleh
masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari, seperti kendaraan pengangkut atau ken-
daraan niaga, kendaraan sehari-hari, genset, kapal laut, dan lain sebagainya. Motor
diesel memiliki karakteristik dengan suara mesinnya yang keras da nasal knal-
potnya yang pekat, berbau dan kotor. Hal itu merupakan mesin diesel yang di-
produksi di masa lalu.
Dengan berkembangan teknologi yang sangat pesat, mulai dari tahun 1997
di Eropa sudah banyak kendaraan dengan bermesin diesel modern. Suaranya yang
halus seperti mesin motor bensin dan nyaman dipakai. Seiring dengan perkem-
bangan tekonologi maka motor diesel pun juga mengalami perubahan yang sangat
pesat seperti teknologi Common Rail, yaitu teknologi motor diesel yang
menggunakan ECU dan EDU pada sistem bahan bakarnya.
Berkembangnya kegunaan dari motor diesel ini membuat banyaknya kebu-
tuhan akan perbaikan dan perawatan dari pada motor diesel itu sendiri. Kubutuhan
itu tidak dapat di pungkiri karena motor diesel tidak selamanya bekerja dengan op-
timal. Apabila salah satu komponen dari sistem bahan bakar dengan teknologi Com-
mon Rail mengalami gangguan, maka peforma motor akan menurun. Sehingga ken-
yamanan pengendaraan tidak akan dapat dicapai. Sehingga perlu dilakukan perawa-
tan agar performa dapat optimal.
Mesin Diesel Common Rail Teknologi ini sebetulnya telah dikenal sejak
satu abad silam, yang digunakan pada mesin lokomotif dan kapal selam. Hanya saja
common rail di masa itu masih menggunakan sistem mekanis dalam membuka
katup injektor. Common Rail modern, yang berbasis elektronik kemudian dkem-
bangkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh ilmuwan asal Swiss Robert Huber,
yang kemudian dikembangkan lebih jauh lagi oleh Dr. Marco Ganser. Pada tahun
1990-an, Magneti Marelli, Centro Ricerche Fiat dan Elasis berkolaborasi membuat
prototipe Common rail. Robert Bosch Gmbh, kemudian membeli paten prototipe
tersebut dari Fiat Group untuk dirpoduksi massal. Mobil penumpang pertama yang
mengadopsi Common Rail adalah Alfa Romeo 156 pada 1997. Namun, penggunaan
Common rail modern secara massal sebetulnya dilakukan di Jepang pada tahun
1995. Hanya saja kendaraan yang memakai teknologi tersebut adalah truk, bukan
mobil penumpang. Pengembangan di Jepang dilakukan oleh Dr. Shohei Itoh dan
Masahiko Miyaki. Dua insinyur yang bekerja untuk Denso Corporation itu
mengembangkan Common Rail untuk kendaraan berat. Pada Tahun 1995, Common
Rail buatan Denso diaplikasikan pada truk Hino.
Injeksi rel bersama atau dalam bahasa Inggris disebut dengan common-rail
injection adalah salah satu metode injeksi bahan bakar ke dalam ruang bakar dengan
sistem penghasil tekanan ditempatkan terpisah dari injektor itu sendiri. Dalam in-
jeksi rel bersama diperlukan suatu penampung tekanan tinggi yang terdiri dari rel
dan jalur bahan bakar tekanan tinggi menuju nosel. Tekanan injeksi dapat diatur
terpisah dari putaran mesin dan kuantitas bahan bakar yang terinjeksikan dapat di-
atur menurut batasan tertentu. Tekanan di dalam penampung dapat mencapai 1.600
bar dan dialirkan melalui pipa tegar menuju injektor. Sistem injeksi rel bersama
umum digunakan untuk efisiensi bahan bakar yang lebih baik dan pengurangan
emisi mesin diesel. Hasil akhir dari penggunaan sistem ini adalah pembakaran yang
optimal dalam semua rentang beban.
Untuk lebih jelasnya secara rinci mengenai sistem common rail akan diba-
has dalam perbahasan dibaah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan penjelasan latar belakang yang telah disebutkan diatas, terdapat be-
berapa masalah yang di rumuskan dan akan di bahas dalam makalah ini sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksid dengan common rail?
2. Komponen apa saja dalam sistem common rail?
3. Bagaimanakah konstruksi dari common rail?
4. Bagaimana cara kerja dari common rail?
5. Apa kelebihan dari system common rail?
C. TUJUAN PENULISAN
Setelah dilakukan penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa/pembaca
mampu :
1. Memahami apa yang dimaksud dengan system common rail.
2. Mengetahui apa saja komponen yang digunakan dalam system common rail/.
3. Memahami konstruksi system common rail.
4. Memahami cara kerja sistem common rail.
5. Mengetahui kelebihan dari sistem common rail.
D. MANFAAT
Manfaat yang dapat di peroleh dari laporan praktek sistem bahan bakar Diesel ini
adalah :
1. Dapat mengetahui maksud common rail
2. Dapat mengetahui komponen-komponen common rail
3. Dapat mengetahui konstruksi common rail
4. Dapat mengetahui cara kerja dari Common Rail.
5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem Common Rail.
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi sistem common rail dapat diterjemahkan sebagai sistem bahan bakar
pada mesin diesel, yang mana proses sirkulasi, pengaturan tekanan bahan bakar,
control volume dan timing injeksi diatur secara optimal oleh engine ECU (elec-
tronic control unit) , untuk menghasilkan tekanan pembakaran yang maksimal
sesuai dengan beban dan putaran mesin. Sebagai perbandingan saja, tekanan bahan
bakar pada EFI bensin sekitar 0.3 Mpa, sedangkan di sistem common rail tekanan
bisa mencapai 160 Mpa
Common Rail system adalah mesin diesel yang sistem bahan bakarnya
dikontrol secara elektrikal. Pada saat mesin bekerja selalu terdapat tekanan bahan
bakar yang cukup tinggi. Kontrol tekanan tinggi tersebut pada setiap injector
diatur secara independen. Sistem tekanan dan waktu penginjeksian dirangcang
untuk mesin high speed direct injection. Parameter injeksi seperti waktu penginjek-
sian, jumlah injeksi dan tekanan dikontrol oleh Electronic Control Module (ECM).
Suction Discharge
b) Tipe elektrik
Pompa penggalir ini terdiri dari roller cell pump, electric motor, Non-retur
valve. Roller cell pup ini merupakan roller yang digerakkan olek motor elektrik.
b) Pada posisi titik mati bawah dan plunyer mulai bergerak naik, katup tertutup
karena katup ini jenis katup satu arah, dan bahan bakar terkompresi akibat
plunyer yang bergerak naik, sehingga bahan bakar terdorong keluar.
c) Terdapat electromagnetic switch off yang berfungsi untuk menghentikan
aliran bahan bakar saat engine stop.
Pada Pressure Control Valve dalam kerjanya dilengkapi dengan sebuah sensor
tekanan rail (Rail-Pressure Sensor) yang fungsinya adalah :
a) Memeriksa/mengukur tekanan di dalam pipa rel
b) Memberikan data input yang selanjutnya dikirimkan ke ECU (Control sys-
tem)
Data dari ECU nanti yang akan menentukan kerja dari Pressure Control Valve se-
bagai pengatur/penjaga tekanan didalam pipa rel. Pembagian Tekanan pada Com-
mon Rail tiap-tiap generasi :
a. Generasi Pertama (I) (1997)
Tekanan injeksi : 1,350 bar
Aplikasi : Kendaraan penumpang
Digunakan kali pertama : Alfa Romeo dan Mercedez Benz
5. Injector
Injector merupakan komponen utama dalam sistem bahan bakar diesel yang
fugsinya untuk mengeluarkan bahan bakar (solar) dari sistem bahan bakar ke
dengan jumlah yang tepat kedalam ruang bakar dalam bentuk kabutan. Pada sis-
tem common rail injector didesain khusu hingga memiliki rangkaian solenoid
yang akan bekerja saat arus listrik mengairinya. Saat solenoid terbuka, maka noz-
zle akan terbuka dan bahan bakar bertekan dari fuel rail akan keluar dalam bentuk
kabutan.
a. Rail-Pressure Sensor
Selain rail preassure sensor, pada sistem common rain terdapat sensore-sensor
penunjang kinerja mesin, diantaranya :
Spring Piston
Gambar 2.6 Flow Limiter
Cara kerjanya adalah Flow limiter akan menutup saluran ke injector
segera setelah bahan bakar keluar dari pipa rel apabila terjadi ganguan tersebut.
Pada dasarnya cara kerja sisstem common rail dibagi menjadi tiga yaitu pada
Low-pressure Circuit, High-pressure Circuit dan ECU dan Sensor-sensor. Untuk
lebih jelasnya akan dibahas dibawah ini :
Gambar 2.7 Skema aliran bahan bakar common rail
1. Low-Pressure Circuit
Low-pressure circuit bertujuan untuk mengalirkan bahan bakar menuju high-
pressure circuit. Aliran bahan bakar pada low-pressure circuit adalah:
Pre-supply Saluran
Fuel tank Fuel filter pengembali
pump
bahan bakar
Bahan bakar dialirkan dari tangki bahan bakar oleh pre-supply pump menuju
ke pompa tekanan tinggi melewati saringan bahan bakar.
2. High-Pressure Circuit
High Pressure circuit berfungsi untuk membangkitkan tekanan tinggi
yang konstan dalam pipa rel (rail) dan juga untuk menginjeksikan bahan
bakar ke ruang bahan bakar melewati injektor. Aliran bahan bakar high-
pressure circuit adalah:
High-pressure Pressure-control Rail (Pipa Rel)
pump valve
Cara kerja common rail layaknya seperti konsep hidup bersama. Dalam hal ini,
semua injector yang bertugas memasok solar langsung ke dalam mesin, menggunakan
satu wadah atau rel yang sama dari pompa injector. Caranya sama dengan yang
digunakan pada sistem injeksi bensin. Sedangkan mesin diesel konvensional, setiap
injector memiliki pasokan solar sendiri-sendiri langsung dari pompa injeksi.
Pada mesin diesel biasa, pompa digerakkan oleh engine dan fungsinya adalah un-
tuk memastikan jumlah bahan bakar yang sesuai dan distribusi bahan bakar ke setiap
injector dan mengatur bukaannya. Pada sistem Common Rail, pompa hanya bertugas
untuk manumpuk bahan bakar pada tekanan yang sangat tinggi di dalam jalur pengumpan
biasa (common feeding line) dari cabang injectors. Pembukaan injectors dikontrol oleh
Electronic Control Module(ECM) dan sensor-sensor.
Tekanan bahan bakar dalam rel sangat tinggi. Sekarang, yaitu common rail gen-
erasi ke-3, tekananya sudah mencapai 1800 bar. Kalau dikonversi ke PSI yang masih
digunakan sekarang menjadi 26.100 PSI. Bandingkan dengan tekanan ban 30 PSI. Atau
tabung elpiji 25 bar dan CNG 200 bar. Dengan tekanan setinggi tersebut, pengabutan
yang dihasilkan tentu saja semakin bagus. Hasil pembakaran menjadi lebih sempurna dan
kerja mesin makin efisien. Sehingga mesin Diesel Common Rail Direct Injection seperti
Ford Ranger/Nissan Navara/Chevrolet Captiva VCDI lebih terlihat minim asap hitam
ketimbang mesin Diesel jaman dahulu.
- Sistem injeksi bahan bakar Common Rail dikontrol secara elektronik agar didapat pem-
bakaran yang sempurna
• Sedikit Emisi & Noise Rendah
- Ramah lingkungan sesuai dengan regulasi emisi dunia
- pada sistem common rail ini letak Injectors Pilot, untuk injeksi letaknya lurus vertikal
ditengah Injection of Common Rail Fuel Injection System
Gambar
3.5 Pre
supply
pump
3.3.2 High pressure Pump
High pressure pump (pompa tekanan tinggi) berfungsi untuk menghasilkan
tekanan tinggi yang diperlukan untuk penginjeksian bahan bakar, dan untuk memastikan
bahwa ada cukupk tersedia bahan bakar (bertekanan tinggi) untuk kerja mesin disegala
kondisi. Pompat tekanan tinggi digerakkan melalui putaran mesin yang diambil seten-
gahnya saja melalui toothed belt. Pompa ini dilumasi dan dididinkan oleh bahan bakar
yang dipompanya. Bahan bakar dipaksa oleh pre-supply pump ke ruang dalam pressure
pump melalui safety valve. Pada saat pump plunger bergerak ke bawah, inlet valve akan
membuka dan bahan bakar ditarik ke dalam pumping-element chamber (langkah hisap).
Dititik tengah bawah (BDC), inlet valve menutup dan bahan bakar di dalam
chamber dapat ditekan oleh plunger yang bergerak keatas.
Kerusakan utama pada rotating piston pump adalah tekanan maksimal yang
dapat dicapai. Angkanya tepat antara 200 s/d 400 bar, Catatan : tekanan tinggi menjamin
transfer lebih cepat, kurang cukup untuk penginjeksian secara cepat terhadap sejumlah
bahan bakar yang akan dibakar.
Dengan Common Rail, tekanan bahan bakar dapat dinaikkan sampai dengan 1350
bar, sehingga meskipun kecepatannya dinaikkan, tekanan tetap dapat disalurkan. Tekanan
tinggi ini tidak hanya untuk mempercepat injeksi namun juga bisa memungkinkan untuk
melakukan injeksi awal untuk menyempurnakan proses pembakaran.Semakin tinggi
tekanan injeksi, semakin besar efisiensi thermodynamic. Dengan cara ini maka mesin
diesel direct injection dapat dikatakan mempunyai efisiensi thermodynamic yang paling
besar dibandingkan dengan jenis pembakaran internal lainnya.
Gambar
3.6 Ba-
gian
Pompa Tekanan Tinggi Gambar 3.7
Gambar Potongan Pompa
3.3.4 Injector
Tugas injectors adalah untuk menginjeksikan sejumlah bahan bakar ke dalam ru-
ang bakar dengan jumlah yang pas dan tepat waktunya. Untuk melakukan hal tersebut,
injector dipicu oleh sinyal dari ECM.
Gambar 3.9 Injector
3.4 SENSOR
ECM menggunakan hitungan dari sensors (seperti kecepatan mesin, posisi pedal
gas, temperatur udara) untuk menghitung jumlah bahan bakar dan kapan proses injeksi
dilakukan secara tepat.
Gambar 3.11 Sensor pada Common Rail
Jadi di dalam ECM tersimpam berbagai data akurat sebagai acuan penginjeksian. Artinya
bisa dimungkinkan untuk menjalankan sekaligus pilot dan post injection.
ECM dengan sensors: mengatur proses injeksi
ECM mengalurkan perintah untuk:
- Menjaga tekanan di dalam high-pressure accumulator (rail) agar tetap konstan
- Menjalankan dan mematikan proses penginjeksian.
3.4.2 Accelerator Position (APP) Sensor Berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke ECM
mengenai posisi pedal akselerasi secara akurat.
Gambar
3.12 Sensor
Pedal Gas
Pedal sensor mempuyai dua Potentiometers, satu adalah sinyal posisi pedal ke
ECM, sedangkan satunya lagi untuk sinyal beban. Jika pedal sensor ini mengalami kega-
galan, maka mode limp home akan dijalankan.
Bahan bakar bertekanan dibaca oleh sensors diaphragm, kemudian dirubah menjadi
sinyal elektrik, kemudian dimasukkan ke sirkuit yang memperbesar sinyal tersebut agar
bisa dikirim ke ECM. Pada saat bentuk diaphragm berubah (sekitar 1mm pada
1500bar) maka tegangannya akan berubah sekitar 5v.
Agar gas buang yang dikeluarkan sesuai dengan batas yang diperbolehkan,
maka pengaturan rasio bahan bakar dan udara dikontrol secara ketat oleh sistem. Untuk
melakukan hal tersebut, di dalamnya terdapat satu sensor yang memonitor aliran bahan
bakar udara yang ditarik ke dalam mesin. Sensor ini sinyalnya berdiri sendiri lepas dari
pengaruh lain seperti, reverse flow, EGR, variable camshaft control dan perubahan air
temperature control.
Jenis bahan sensor yang digunakan adalah hot-film air-mass meter. Prinsip kerja hot-film
adalah transfer panas dari elemen sensor ke air-mass flow.
Untuk registrasi aliran air-mass flow dan deteksi arah alirannya, sistem ini menggunakan
penguku micromechanical. Aliran bali juga dapat dideteksi bilamana ada getaran air-flow
yang cukup kuat. Elemen micromechanical sensor letaknya di dalam sensors flow passage
Camshaft sensor menggunakan efek Hall untuk menentukan posisi camshaft. Gigi
yang terbuat dari material ferromagnetic dipasang pada camshaft dan berputar besama
camshaft. Pada saat gigi tersebut melewati semiconductor wafers yang ada pada camshaft
sensor, maka bidang magnetic tersebut mengalihkan elektron di dalam semiconductor
wafers di sudut kanan ke arah aliran arus yang mengalir melalui wafers. Hal ini menga-
silkan sinyal teganan singkat (Hall voltage) yang memberitahukan ECM bahwa cylinder
1 baru saja memasuki fase kompresi.
Posisi piston di dalam ruang bakar sebagai penentuan awal injeksi. Semua piston
dihubungkan ke crankshaft oleh connecting rods. Sensor pada crankshaft berputar setiap
menitnya. Variabel input yang sangat penting ini dihitung di dalam ECM menggunakan
sinyal induktif dari crankshaft-speed sensor.
Untuk aliran bahan bakar supply pump, plunger B menarik bahan bakar sementara
plunger A memompa keluar. Jadi, plunger A dan B mengirim Bahan bakar ke Common
rail dengan memompa ke dalam dan keluar secara bergantian.
Setelah bahan bakar melalui suppy pump, maka selanjutnya adalah melalui atau
menuju Rail, (seperti pada gambar dibawah ini). Tekanan yang dapat diterima dari rail
tersebut bisa sampai 1500 bar, bahkan lebih. Apabila tekanan berlebihan dari keadaan
yang seharusnya, makan katup pengembali saluran bahan bakar akan terbuka dan tekanan
pun terjaga.
Gambar 3.25 Rail
Setelah bahan bakar berada di dalam Common Rail, maka selanjutnya adalah
menyalurkan bahan bakar tersebut menuju ke ruang pembakaran melalui Injector electric,
yaitu injector yang dilengkapi dengan katup solenoid yang bekerja apabila menerima
sinyal dari ECU.
Sinyal yang diberikan oleh ECU akan membuat solenoid bekerja, dan injector
mulai menyemburkan bahan bakar selama katup solenoid tersebut membuka. Tanpa
sinyal dari ECU, maka injector tidak akan pernah bisa untuk menyemburkan bahan bakar
menuju ruang bakar.
Gambar 3.27 Sinyal EDU ke Injector
Sinyal Dari Ecu dikuatkan oleh EDU untuk mempromosikan Injector. Tegangan
tinggi yang digunakan terutama ketika katup terbuka unutk membuka slang. Volume dan
waktu penginjeksian dikontrol dengan menyelesaikan waktu buka dan tutup injector sep-
erti pada sistem EFI mesin bensin.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
1. Konstruksi dari Common Rail adalah Sistem Bahan Bakar Diesel dengan
teknologi Common Rail yang dilengakpi dengan Fuel tank, Prefilter, Presupply
Pump, Fuel filter, Low pressure fuel lines, high pressure pump, high pressure fuel
lines, rail, injector,fuel return line, ECU, EDU, serta dilengkapi dengan sensor,
sensor tambahan untuk mendukung kinerja Common rail tersebut.
2. Bahan bakar yang ada di tangki bahan bakar, disedot oleh feed pump dan diterus-
kan menuju supply pump untuk di pompakan ke common rail dengan tekanan
yang tinggi sehingga di common rail tersebut mampu untuk menampung 1600
bar, dan apabila tekanan di common rail tersebut berlebih, maka katup pengatur
tekanan akan bekerja dan mengembalikan bahan bakar menuju tangki lagi, dilain
sisi, setelah bahan bakar menuju common rail, selanjutnya bahan bakar menuju
injector untuk diteruskan ke ruang bakar, injector bekerja dengan adanya sinyal
dari ECU dan diperkuat oleh EDU untuk mengangkat katup solenoid yang ada di
dalam injector.
3. Komponen-komponen dari common rail yang utama adalah :
a. Supply pump i. Malfunction indicator lamp (MIL)
b. Common rail j. Exhaust Gas Recirculation (EGR) Sole-
noid
c. Air temperature sensor
d. ECU
e. EDU
f. Air flow sensor
g. Accelator pedal sensor
h. Rail pressure sensor
4.2. SARAN
1. Penyediaan alat untuk praktek mohon untuk diperlengkap agar memudahkan pela-
jar untuk praktek.
2. Pembelajaran pada sistem Common rail harus lebih banyak pembahasannya, agar
dapat lebih dimengerti lagi dengan seksama.
DAFTAR PUSTAKA
http://m-edukasi.net/online/2008/sistemdiesel/mat2.html
http://panggiheka.blogspot.com/2011/11/diesel-common-rail.html
http://umifajarfatimah09.blogspot.com/2012/01/common-rail.html
http://automachtronic.blogspot.com/2011/08/sistem-diesel-commonrail.html