Вы находитесь на странице: 1из 23

MAKALAH

Konsep Dan Asuhan Keperawatan Gangguan Reproduksi Pada


Wanita TORCH

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Nava Febrianty : (S171260040)
Sri Anzarwati : (S1712600)
Pila Diana Putri : (S1712600400)
Pifianda Anggraini : (S1712600)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKILAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatu


Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan pada wanita TORCH”
dapat diselesaikan sebagai mana waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Maternitas. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini telah
mendapat bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Melalui kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
lebih lanjut.

Pontianak, 19 Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………..…………………ii

ii
DAFTAR ISI ……………………………….…………………………………...iii
BAB I ………………………..……………………………………………………1
PENDAHULUAN ………………………..……………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….1
C. Tujuan……………………………………………………………………...2
BAB II…………………………………………………..…………………………3
PEMBAHASAN …………………………………………………..…………3
A. Konsep Dasar Teori………………………………………………………..3
1. Pengertian………………………………………………………………..3
2. Etiologi…………………………………………………………………..3
3. Tanda dan Gejala………………………………………………………..3
4. Patofisiologi……………………………………………………………..5
5. Pemeriksaan Torch Saat Hamil………………………………………...11
6. Penatalaksanaan………………………………………………………..12
7. Pemeriksaan Diagnostic………………………………………………..13
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infeksi Torch………………………13
1. Pengkajian……………………………………………………………...13
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………14
3. Rencana Tindakan Keperawatan……………………………………….15
4. Implementasi…………………………………………………………...18
5. Evaluasi………………………………………………………………...19
BAB III ………………………………..…………………………………..20
PENUTUP ……………………………………………..……………………..20
A. Kesimpulan ………………………………………………..…………..20
B. Saran………………………………………………………………………20
Daftar Pustaka……………………………………..……………………………..21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data di Amerika Serikat pada tahun 2006 menyatakan 15%-30% wanita
mempunyai antibody terhadap toxoplasma. Penyakit TORCH ini dikenal
karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang
siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun
wanita.Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Di Indonesia pada kehamilan menunjukan prevalansi cukup tinggi,
berkisar antara 5,5% sampai 84%. Prevalansi toxoplasma di Jakarta sebesar
61,6%, di bandung 74,5%, Surabaya 55,5%, Yogyakarta 55,4% dan di
semarang 44,0%. Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ
tubuh, termasuk sistem saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi
gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler serta metabolisma
tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada infeksi Torch?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dasar askep pada infeksi Torch
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian infeksi torch
b. Mengatahui penyebab infeksi torch
c. Menegtahui tanda dan gejala infeksi torch
d. Mengetahui patofisiology infeksi torch
e. Menegtahui pemeriksaan torch saat hamil
f. Mengetahui penatalaksanaan infeksi torch
g. Mengetahui konsep dasar askep pada infeksi Torch
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian

1
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella,
Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari
HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak
klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps,
virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
a. Toxoplasma gondii (toxo) merupakan parasit protozoa
Toksoplasmosis adalah infeksi pada manusia yang ditimbulkan oleh
parasit protozoa (organisme bersel satu) Toxoplasma gondii (T.
gondii). Parasit ini seringkali terdapat pada kotoran kucing atau daging
yang belum matang. Infeksi parasit T. gondii pada orang yang sehat
umumnya tidak membahayakan, karena sistem kekebalan tubuh dapat
mengendalikan infeksi parasit ini. Namun, penanganan medis serius
perlu dilakukan jika infeksi ini menyerang seseorang dengan sistem
imunitas rendah atau ibu hamil, guna menghindari komplikasi yang
berat.
b. Rubella
Rubella atau campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan
ruam merah pada kulit. Rubella umumnya menyerang anak-anak dan
remaja. Menurut data WHO, pada tahun 2016 di Indonesia terdapat
lebih dari 800 kasus rubella yang sudah terkonfirmasi melalui
pemeriksaan laboratorium. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella
dan dapat menyebar dengan sangat mudah. Penularan utamanya dapat
melalui butiran liur di udara yang dikeluarkan penderita melalui batuk
atau bersin. Berbagi makanan dan minuman dalam piring atau gelas
yang sama dengan penderita juga dapat menularkan rubella. Sama
halnya jika Anda menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda setelah
memegang benda yang terkontaminasi virus rubella.
c. Cytomegalo Virus
Cytomegalovirus atau CMV adalah kelompok virus dapat menginfeksi
manusia dan menimbulkan penyakit. Infeksi CMV biasanya tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan karena sistem
kekebalan tubuh bisa mengendalikan infeksi virus tersebut. Namun,
begitu tubuh terinfeksi virus CMV, virus tersebut dapat bertahan

2
seumur hidup dalam tubuh penderita, dan masalah kesehatan serius
dapat terjadi pada orang dengan sistem imunitas yang lemah, seperti
pasien pasca operasi tranplantasi organ atau penderita HIV, serta bayi
yang terpapar virus ini dari air susu ibu. Infeksi cytomegalovirus dapat
ditularkan melalui cairan tubuh penderita, seperti air ludah, darah, atau
urine. Penularan tersebut terjadi saat virus dalam keadaan aktif,
misalnya ibu hamil yang terinfeksi virus CMV aktif dapat menularkan
virus ini pada janinnya. Kondisi ini disebut CMV bawaan.
Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan infeksi
cytomegalovirus. Meskipun demikian, pemberian obat-obatan, seperti
obat antivirus, dapat meredakan gejala yang terjadi pada penderita.
d. Herpes Simplex Virus
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat
menginfeksi manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan
munculnya lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes yang
paling terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex
dapat menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan kelamin
(herpes genitalia).
2. Etiologi
a. Toxoplasmosis
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing.kucing
tersebut terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung
pemakan daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi,
kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat pada
fesesnya.Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2
minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali.Feses
kucing sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar
melalui udara dan ketika dihirup akan dapat menyebabkan infeksi.
Sporulasi organisme ini terjadi setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika
oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya
dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup
sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif .

3
b. Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan
menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk
kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan
inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi
rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan
dari faring selama. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan
dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal
ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan
dirumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh
tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun
kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
c. Cyto Megalo Virus
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus
congenital di amerika utara.CMV agaknya ditularkan dari orang ke
orang melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh,
termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa
inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa
inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3
sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu sampai 4
bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai
beberapa tahun setelah infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak aktif
dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan
kembali.Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah
penyakit ini.
d. Herpes Simplex Virus
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody
maka infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala
konstitusionil berat.Ini disebut infeksi primer. Virus kemudian akan
menjalar melalui serabut saraf sensoris ke ganglian saraf regional
(ganglian sakralis) dan berdiam disana secara laten. kalau pada saat
virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka

4
tubuh akan membuat antibody sehingga pada serangan berikutnya
gejala tidaklah seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada
faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan multiplikasi
kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh
sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi
primer. Faktor-faktor pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan
multiplikasi kembali sehiangga terajadi infeksi neklien. karena
pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya
tidak seberat infeksi primer.
Dampak pada kehamilan dan persalinan
1. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
2. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina
ke janin apabila ketuban pecah.
3. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada
waktu bayi lahir.
1. Toxoplasmosis
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan keguguran
atau bayi lahir mati.Bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi
saat dewasa.
Infeksi ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada
manusia.parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan.Sumbernya terutama adalah daging yang tidak dimasak
matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma
juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan
sebelum makan Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi
pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan
menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau
keguguran spontan, meski prosentasenya kecil.Infeksi Toxoplasma
disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada
umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang
spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksiToxoplasma yang
disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah,
malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan

5
masalah.Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu
(misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil
terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah
abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi
menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan,
gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan
atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.Diagnosis
Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-
gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub
klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak
diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.Pemeriksaan
yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA,
serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.Pemeriksaan tersebut perlu
dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu
sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang
sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap
trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
2. Rubella
Rubela yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90
persennya menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung,
keterbelakangan mental, bahkan keguguran.Ibu hamil disarankan
untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak
Jerman.Untuk mencegahnya, kaum wanita disarankan untuk
melakukan vaksinasi rubela.Perlindungannya mencapai 100
persen.Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada
kulit dan pembesaran kelenjar getah bening.Infeksi ini disebabkan
oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa
muda.Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil
muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.Jika
infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko

6
terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi
trimester pertama maka risikonya menjadi 25%.Tanda tanda dan
gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan
pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah
tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang
tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan
laboratorium.Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-
rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan
pada saat sebelum hamil.Jika ternyata belum memiliki kekebalan,
dianjurkan untuk divaksinasi.Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan
IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada
kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda,
karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi
terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya
kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester
pertama maka resikonya menjadi 25% Rubella dapat menimbulkan
abortfus, anomaly congenital dan infeksi pada neonates
(Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan
konvuisi)
Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering
menyebabkan cacat bawaan pada janin.
3. Cyto Megalo Virus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini
temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga
herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh
dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya
bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi
saat ibu sedang hamil. Jika ibu hamil terinfeksi.maka janin yang
dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami

7
gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak,
ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium
sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski
berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih
tinggi.Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti
CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini
ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan.Akibat
infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada
janin.Belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus ini.
4. Herpes Simplek Virus
Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang
dewasa.HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada
masa anak-anak.Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV
positif dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa
kondom.Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh
Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada
dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan
berdiam diganglion sistem syaraf otonom.Bayi yang dilahirkan dari
ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada
kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak
diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat
fatal (Pada lebih dari 50 kasus) Pemeriksaan laboratorium, yaitu
Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara
dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan
mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada
saat kehamilan.
3. Tanda dan Gejala
a. Toxoplasmosis
1) Sakit Kepala
2) Lemah
3) Sulit berpikir jernih
4) Demam
5) Mati rasa
6) Koma
7) Serangan jantung

8
8) perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih
sensitif terhadap cahaya terang, atau kehilangan penglihatan)
9) kejang otot, dan sakit kepala parah
b. Rubella
4. Demam ringan
2) Merasa mengantuk
3) Sakit tenggorok
4) Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat
dari wajah keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara
cepat.
5) Kelenjar leher membengkak
6) durasi 3 – 5 hari
c. Cyto Megalo Virus
1) Petekia dan ekimosis.
2) Hepatosplenomegali.
3) Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
4) Retardasi pertumbuhan intrauterine.
5) Prematuritas.
6) Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
7) Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak
yang lebih besar:
 Purpura.
 Hilang pendengaran.
 Korioretinitis; buta.
 Demam.
 Kerusakan otak.
d. Herpes Simplex Virus
1) Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal
pada kulit region genitalis.
2) Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2
– 3 hari bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel
disertai rasa nyeri.
4. Patofisiologi

9
Tabel I : Kelainan Bawaan Pada Bayi Akibat Infeksi TORCH Kongenital
(MenurutSardjono TW, Hidayat 1998;48 : 431-435)
Infeksi KeKelainan Utama Kelainan Lain
TOXO Hidro / Microsefalus, Hepato-spenomagali,
Khorio-retinitis, Ikterus Limfadenopati, Retardasi
Klasifikasi intracranial psikhomotor
Rubella Katarak, tuli, kelainan Hepato-spenomagali,
jantung, strabimus Trombositopeni, Retardasi
psikhomotor
CMV Microsefalus, tuli Klasifikasi intrakranial, Hepato-
spenomagali, Trombositopeni,
Khorioretinitis Retardasi
psikhomotor
HSV Microsefalus Khorioretinitis, Hepatitis
intrapartum, Retardasi
psikhomotor

Tabel II : Pemilihan Lab Diagnostik Pada Infeksi TORCH


Infeksi Pilihan I Pilihan II
TOXO Demonstrasi Antibody IgM terhadap Toxo Demonstrasi titer
Hydrosefalus chorioretinitis, klasifikasi Antibody, anti
cerebral yang terbesar Toxo (I&II)
pengamatan IgM -
IgG
Rubella Isolasi virus Rubella dari urin, usapan Demonstrasi titer
tenggorok, darah atau demostrasi IgM ati Antibody Anti
Rubella Katarak, Penyakit Jantung Rubella (I&II)
Kongenital, mikrophthalmis, lesi - lesi tulang pengamatan IgM
panjang spesifik kalau
perlu IgG spesifik.
CMV Isolasi CMV dari urin, usapan tenggorok, Demonstrasi titer

10
darah. Antibody, anti
Cara Biakan jaringan FAT. CMV dan
Pewarnaan secara FAG pada sel - sel urin. pelacakan
Klinik adanya mikrosefali Pneumonitis, Antibody IgM
klasifikasi serebral periventrikuler spesifik CMV,
kalau perlu
spesifik
HSV Amati dan bedakan gejala klinis HSV 1, Demonstrasi titer
HSV 2 atau sindroma neurologik pada anak Antibody anti
baru lahir s.d balita kalau perlu sampai HSV tanpa
remaja. memperhatikan
Adanya mikrosefali, retardasi psikhomotor, Antibody IgM
cephalgia berat intermiten, gen spesifik anti HSV.
keseimbangan Pemeriksaan titer
Antibody IgG -
anti HSV

5. Pemeriksaan Torch Saat Hamil


Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi infeksi TORCH, yang disebabkan oleh parasit
TOxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan virus
Herpes. Cara mengetahui infeksi TORCH adalah dengan mendeteksi
adanya antibodi dalam darah pasien, yaitu dengan pemeriksaan :
a. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk
mendeteksi infeksi Toxoplasma)
b. Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi
infeksi Rubella)
c. Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi
infeksi Cytomegalovirus)
d. Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi
infeksi virus Herpes)

11
Infeksi toksoplasma dan CMV dapat dapat bersifat laten tetapi yang
berbahaya adalah infeksi primer (infeksi yang baru pertama terjadi di saat
kehamilan, terutama pada trimester pertama). Jadi, bila hasil pemeriksaan
(yang dilakukan saat hamil) positif maka perlu dilihat lebih lanjut apakah
infeksi baru terjadi atau telah lama berlangsung. Untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan :
a. Aviditas Anti-Toxoplasma IgG
b. Aviditas Anti-CMV IgG
Indikasi pemeriksaan TORCH :
a. Wanita yang akan hamil atau merencanakan segera hamil
b. Wanita yang baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya
negatif atau belum diperiksa, idealnya dipantau setiap 3 bulan
sekali
c. Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil
Panel torch
a. Anti-Toxoplasma IgM
b. Anti-Toxoplasma IgG
c. Anti-Rubella IgM
d. Anti-Rubella IgG
e. Anti-CMV IgM
f. Anti-CMV IgG
g. Anti HSV2 IgM
h. Anti HSV2 IgG
6. Penatalaksanaan
a. Toxoplasmosis
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk
takizoid T. gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya.
Pirimetamin dan sulfonamide, Spiramisin adalah antibiotic
makrolid, Klindamisin Azitromisin

b. Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi
salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Vaksin rubella

12
dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak
hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau
akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena
vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko
menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang .
c. Cyto Megalo Virus
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi
gejala(misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia,
dukungan pernapasan).
d. Herpes Simpleks Virus
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6
minggu terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau
dalam 4 jam sesudah pecah ketuban. sedang untuk herpes genitalis
sekunder SC tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih
menularkan saat persalinan dianjurkan untuk SC. Bayi baru lahir
Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau
perlu kultus virus. kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka
bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari
7. Pemeriksaan Diagnostic
a. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk
mendeteksi infeksi Toxoplasma)
b. Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi
infeksiRubella) Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk
mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
c. Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi
virus Herpes)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infeksi Torch


1. Pengkajian
Identitas klien:
a. Keluhan utama: Demam
b. Riwayat kesehatan:
1) Suhu tubuh meningkat
2) Malaise

13
3) Sakit tenggorokan
4) Mual dan muntah
5) Nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu:
1) Kliensering berkontak langsung dengan binatang
2) Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
3) Klien pernah mendapatkan tranfusi darah
d. Data psikologis
e. Data spiritual
f. Data social dan ekonomi
g. Pemeriksaan fisik
1) Mata : Nyeri
2) Perut : Diare, Mual dan muntah
3) Integument : Suka berkeringat malam, Suhu tubuh meningkat,
Timbulnya rash pada kulit
4) Muskuloskletal: Nyeri, Kelemahan
5) Hepar : Hepatomegali, Ikterus
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.
b. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit
c. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan
dan cairan
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi
3. Rencana Tindakan Keperawatan

NO TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


Dx. KRITERIA HASIL
1 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 1. Observasi adanya 1. Memudahkan
selama …x24 jam nyeri dan tingkat tindakan keperawatan
diharapkan nyeri nyeri
dapat berkurang
dengan kriteria hasil : Mandiri : 2. Meningkatkan
 Px dapat 2. Ajarkan dan catat persepsi klien terhadap
melaporkan tipe nyeri serta nyeri yang dialaminya.
nyeri tindakah untuk
berkurang dan mengatasi nyeri 3. Meningkatkan
dapat 3. Ajarkan teknik kenyamanan klien
terkontrol relaksasi
 Px tampak
rileks Health Education : 4. Membantu
 Px dapat tidur 4. Berikan penjelasan mengurangi nyeri dan

14
dan istirahat kepada px dan meningkatkan
tanpa harus keluarga untuk kenyamanan klien
terganggu menggunakan
oleh rasa kompres hangat
nyerinya dalam mengurangi
nyeri 5. Mengurangi nyeri

Kolaborasi :
5. Kolaborasi
pemberian analgesik
2 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 1. Observasi dan 1. Menentukan
selama …x 24 jam catat hasil intervensi selanjutnya
diharapkan suhu pemeriksaan suhu
tubuh pasien dapat tubuh px
normal kembali
dengan criteria hasil : Mandiri : 2. Kompres dapat
 Suhu normal : 2. Berikan kompres menurun suhu tubuh
36,5-37,5oC hangat yang non farmakologis
 Kulit pasien
tidak tampah
kemerahan Health Education : 3. Hidrasi yang adekuat
dan tidak 3. Berikan penjelasan dapat menurunkan suhu
panas ketika kepada px dan tubuh dan mencegah
disentuh keluarga untuk kekurangan cairan dan
 Tubuh px banyak minum elektrolit.
tidak minimal 1,5 liter/hari 4. Kulit yang kotor dapat
menggigil menghalangi penguapan
4. Berikan penjelasan tubuh terhadap panas.
kepada px dan
keluarga untuk
mempertahankan 5. Dapat menurunkan
kebersihan kulit panas

Kolaborasi :
5. Kolaborasi
pemberian antipiretik
3 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 1. Observasi tanda- 1. Perubahan tanda vital
selama … x 24 jam tanda vital yang signifikan
diharapkan volume menandakan adanya
cairan pasien dapat kegawatan
terpenuhi dengan 2. Observasi tanda- 2. Menentukan
criteria hasil : tanda dehidrasi intervensi selanjutnya
 Px dapat 3. Pantau mambran 3. Hipovolemia akan
mempertahank mukosa kering, memperkuat tanda-tanda

15
an volume torgor kulit yang dehidrasi
sirkulasi kurang baik, dan rasa
adekuat haus
 Tanda – tanda
vital dalam Mandiri : 4. Untuk mengetahui
batas normal : 4. Ukur dan catat adanya perubahan warna
S = 36,5- urine setiap kali dan untuk mengetahui
37,50C berkemih input/output
RR = 16-24
x/menit
TD = 120/80
mmHg 5. Mempertahankan
N = 60-100 Health Education : intake cairan peroral
x/menit 5. Berikan penjelasan
 Nadi perifer kepada pasien untuk
px teraba banyak minum
 Haluaran minimal 1,5 liter/hari
urine adekuat 6. Mempertahankan
 Membrane Kolaborasi : volume sirkulasi,
mukosa px 6. Berikan cairan IV meningkatkan fungsi
lembab ginjal
 Turgor kulit
elastis

16
4 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 1. Kaji ulang proses 1. Memberi informasi
selama … x 24 jam, penyakit, ulangi pada tingkat
diharapkan px dan penjelasan sesuai pemahaman
keluarga dapat kebutuhan. pasien/orang terdekat
memiliki pengetahuan akan menurunkan
terkait masalah ansietas dan
kesehatan yang kesalahan konsep
dialaminya dengan tentang apa yang
kriteria hasil : dialami pasien.
 Pasien dan
keluarga
mengerti Mandiri :
tentang 2. Perhatikan tingkat 2. Faktor ini secara
penyakitnya ansietas dan langsung
 Pasien dan perubahan proses mempengaruhi
keluarga pikir. kemampuan untuk
mengetahui berpartisipasi/menga
penanganan kses dan
penyakitnya menggunakan
pengetahuan.
3. Dorong dan 3. Meningkatkan proses
berikan belajar,
kesempatan untuk meningkatkan
bertanya. pengambilan
keputusan dan
menurunkan ansietas
sehubung dengan
ketidaktahuan.

Health Education : 4. Mengetahui


4. Berikan pemahaman keluarga
penjelasan kepada dan pasien
pasien dan keluarga
tentang penyakitnya 5. Terapi yang
5. Berikan berkelanjutan dapat
penjelasan kepada memulihkan keadaan
pasien untuk berobat pasien
secara rutin

17
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi

NO. EVALUASI
Dx
1.  Px dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat terkontrol
 Px tampak rileks
 Px dapat tidur dan istirahat tanpa harus terganggu oleh rasa
nyerinya
2  Suhu normal : 36,5-37,5oC
 Kulit pasien tidak tampah kemerahan dan tidak panas ketika
disentuh
 Tubuh px tidak menggigil
3  Px dapat mempertahankan volume sirkulasi adekuat
 Tanda – tanda vital dalam batas normal :
S = 36,5-37,50C
RR = 16-24 x/menit
TD = 120/80 mmHg
N = 60-100 x/menit
 Nadi perifer px teraba
 Haluaran urine adekuat
 Membrane mukosa px lembab
 Turgor kulit elastis
4  Pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya
 Pasien dan keluarga mengetahui penanganan penyakitnya

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang dapat kami simpulkan dari penjelasan di atas, yaitu :
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo),
Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV)
Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari masing-masing penyakit, yaitu :
Toxoplasmosis (Sakit Kepala, Lemah, Sulit berpikir jernih, Demam),
Rubella (Demam ringan, Merasa mengantuk, Sakit tenggorok, Kelenjar
leher membengkak), Cyto Megalo Virus (Petekia dan ekimosis,
Hepatosplenomegali, Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung),
Herpes Simplex Virus (Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas
dan gatal pada kulit region genitalis). Pemeriksaan TORCH adalah
pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi infeksi TORCH, yang
disebabkan oleh parasit toxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus
(CMV) dan virus Herpes.

B. Saran
Sebagai mahasiswa perawat, sudah sepatutnya kita untuk memahami
konsep penyakit beserta asuhan keperawatan tiap penyakit, dan khusunya
yang dibahas dalam makalah ini adalah infeksi TORCH. Mengingat infeksi
TORCH merupakan salah satu penyakit infeksi kombinasi dari Toxoplasma
gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus
(HSV), maka perlu untuk kita gali lebih dalam lagi mengenai dasar-dasar yang
harus dijadikan pedoman.

19
Daftar Pustaka

Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa:


Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana. Jakarta: EGC, 2002.

20

Вам также может понравиться