Вы находитесь на странице: 1из 8

MAKROGNATIA DAN MIKROGNATIA

A. MAKROGNATIA
I. Definisi
Makrognatia adalah suatu keadaan dimana mandibular dan region
protuberansia pada penderita lebih besar daripada ukuran normal, biasanya
terjadi pertumbuhan berlebih dari maksila dana tau mandibula penderita.
Makrognatia mengalami gambaran klinis yaitu berkembang lebih besar.
Sebagian besar macrognathia ini tidak menyebabkan terjadinya maloklusi pada
1,2
penderita . Makrognatia ini paling mudah terjadi pada kondisi hormonal
yaitu akromegali. Dsini pertumbuhan terus berlanjut diransang karena sekresi
yang berlebihan dari hormone pertumbuhan (growth hormone). Pada
akromegali selain rahang nya besar gigi juga mengalami pembesaran yang
tidak normal.

Gmbar 1. Makrognatia
II. Etiologi
Makrognatia terjadi karena perkembangan protuberantia yang berlebih.
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan makrognatia adalah Gigantisme
pituitary, Paget’s Disease, dan akromegali. Pertumbuhan berlebihan ini akibat
pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan yang disebabkan oleh tumor
hipofisa jinak (adenoma). Penderita biasanya menunjukkan hipertiroidisme,
lemah otot, parestesi, pada tulang muka dan rahang terlihat perubahan orofasial
seperti penonjolan tulang frontal, hipertrofi tulang hidung, dan pertumbuhan

1
berlebih tulang rahang (mandibula) yang dapat menyebabkan rahang menonjol
(prognatisme) 3.
III. Patofisiologi
Makrognatia disebabbkan oleh pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan
hormon pertumbuhan yang berlebihan yang disebabkan oleh tumor hipofisa
jinak (adenoma). Brophy mengatakan bahwa ligamen articular menjadi longgar
dan memungkinkan mandibula untuk bergerak ke depan. Ketika gigi anterior
rahang bawah tumbuh untukpertama kali, rahang bawah akan mendesak maju,
sehingga bagian posterior rahang bawah lebih luas dibandingkan bagian
anterior rahang atas. Keadaan ini terus berkembang sehingga dapat
menyebabkan makrognatia 2.
IV. Diagnosis
Manifestasi klinis dari mikrognatia meliputi:
 Kerusakan keselarasan gigi, jarang menyebabkan maloklusi
 Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak
 Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara.
Diagnosis makrognatia berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ukuran rahang yang lebih besar dari
normal, rusaknya keselarasan gigi dan sulitnya artikulasi yang tepat.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan foto rontgen gigi dan skull ray untuk
menentukan derajat pembesaran rahang dan dapat digunakan juga untuk
menentukan kerusakan tulang yang terjadi akibat proses resorpsi tulang 4.
V. Penatalaksanaan
Terapi pada makrognatia didasarkan pada beberapa prinsip berikut.
 Penentuan ukuran dan bentuk segmen tulang/rahang yang ingin
disingkirkan
 Konstruksi dan manajemen mengenai persiapan pembedahan dan
penyembuhan
 Perawatan pra dan pasca operasi bila dibutuhkan.
Terdapat empat tahap pembedahan dalam manajemen makrognatia.
 Insersi instrument ortodontik dengan bantuan pre medikasi

2
 Ekstraksi premolar kedua dan molar satu pada kedua sisi rahang yang
mengalami penonjolan/ pembesaran
 Osteektomi
 Penyelesaian terapi ortodontik.
Pada dasarnya, terapi pada makrognatia ditujukan untuk mengurangi
panjang corpus mandibulae untuk menciptakan keselarasan dengan tengkorak
muka pasien 5.
B. MIKROGNATIA
I. Definisi
Mikrognatia digambarkan sebagai hipoplasia mandibular yang
disebabkan penyusutan dagu.5 Mikrognatia adalah kecilnya ukuran salah satu
atau semua bagian mandibula. Mikrognatia harus dibedakan dari retrognatia.
Retrognatia memiliki ukuran mandibula normal, namun posisinya yang
mengalami kemunduran ke belakang yang berhubungan dengan dasar tulang
tengkorak.6

Gambar 2. Mikrognatia pada anak

3
II. Etiologi

Etiologi hipoplasia mandibular masih belum jelas. Hal ini mungkin


terjadi akibat hasil dari malformasi posisi, abnormalitas pertumbuhan intrinsik,
atau oleh sebuah kelainan jaringan ikat. Beberapa usaha telah dilakukan untuk
menjelaskan mengapa janin dengan micrognatia disertai dengan sindrom yang
berbeda-beda.7 Mikrognatia biasanya disertai dengan sindrom genetik (seperti
Treacher Collins, Robin and Robert syndrome); abnormalitas kromosomal
(terutama trisomi 18 dan triploidi); dan obat-obat teratogenik (seperti
methotrexate). 8

III. Patofisiologi

Perkembangan yang harmonis dari struktur-struktur anatomik yang


berbeda pada mandibula dan pertumbuhan keseluruhan dari mandibula diatur
oleh beberapa faktor, seperti aktifitas otot-otot mastikasi prenatal, pertumbuhan
lidah, nervus alveolar inferior dan percabangannya, serta perkembangan dan
migrasi gigi. Karena perkembangan mandibula pada janin normalnya
melibatkan proses multifaktorial, maka kelainan perkembangan otot-otot
mastikasi atau nervus-nervusnya dapat menyebabkan hipoplastik mandibula.
Kegagalan pembentukan mandibula membuat posisi lidah lebih ke atas,
mencegah palatina lateral menyatu di garis tengah dan menjelaskan bahwa
micrognathia disertai dengan adanya bibir sumbing.7

Perkembangan normal mandibula dapat terganggu oleh faktor genetik


atau lingkungan (kromosom dan sindrom non kromosom) atau hanya oleh
faktor lingkungan saja. Pada beberapa kondisi neuromuskular terjadi
kontraktur sendi temporomandibular yang mencegah mulut terbuka. Hal ini
berhubungan dengan mikrognatia sekunder di mana terjadi kegagalan
perkembangan mandibula. 7

Mikrognatia telah dikaitkan dengan paparan teratogen yang berbeda,


seperti pada sindrom alkohol janin dan penggunaan tamoxifen dan isotretinoin
selama kehamilan. Spektrum anomali terkait dengan embriopati asam retinoat

4
meliputi asimetri wajah, mikrotia, mikrognatia, dan palatoskisis sekunder.
Malformasi serupa telah diamati pada beberapa bayi yang terpapar tamoxifen.
Kemungkinan kedua agen tersebut dapat menghasilkan efek embriotoksik
sebanding jika keduanya berfungsi dengan cara yang sama selama
embriogenesis. 7

IV. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari mikrognatia yakni 9:

 Mikrognatia sering mengakibatkan rusaknya keselarasan gigi,


sempitnya cavum oris dan maloklusi (kontak abnormal antara gigi-
gigi rahang atas dan rahang bawah yang diakibatkan oleh perbedaan
ukuran rahang dan gigi yaitu rahang terlalu kecil atau gigi terlalu
besar)
 Dagu yang mengalami penyusutan dengan wajah yang kecil
 Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak
 Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara

Tanda klinis ini disebabkan oleh rahang kecil yang belum tumbuh. Saat
membuka bibir, biasanya pada neonatus ada ketidak-selarasan dari tepi
alveolar, sementara pada pasien yang lebih tua ada ketidak-selarasan gigi.
Dagu kecil atau, pada pasien dewasa, sering tumbuh tetapi mungkin memiliki
tampakan dagu yang mengalami penyusutan.10
V. Diagnosis
Diagnosis mikrognatia berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ukuran rahang yang lebih kecil dari
normal, pada bayi tampak kesusahan dalam minum dan adanya maloklusi.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan MRI, foto rontgen gigi dan skull ray.
Manifestasi klinis dari mikrognatia meliputi:
 Kerusakan keselarasan gigi, jarang menyebabkan maloklusi
 Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak
 Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara

5
VI. Penatalaksanaan
1. Prenatal
Pada kasus mikrognatia yang berat di mana terdapat polihidramnion,
amnioreduksi dapat dipertimbangkan untuk mengurangi tekanan intrauterin
dan memperpanjang masa kehamilan. 7
2. Postnatal
Pengobatan pada kasus-kasus mikrognatia yang berat harus
direncanakan secara hati-hati. Untuk mencegah obstruksi jalan napas dan
sulitnya melakukan intubasi neonatus pada saat kelahiran, maka ex utero
intrapartum treatment (EXIT) harus dipertimbangkan sebelum kelahiran.
EXIT dirancang untuk mempertahankan sirkulasi uteroplasenta dan
menstabilkan bayi saat jalan napas sedang diselamatkan. 7

Tidak ada kriteria standar untuk memilih kasus micrognathia yang


mungkin cukup berat untuk menjamin potensi risiko ibu dan janin dari
EXIT. Morris et al merekomendasikan menggunakan kriteria seleksi
micrognathia dengan indeks rahang bawah di persentil 5 dan dengan tanda
obstruksi saluran aerodigestif. Pada kasus yang berat, beberapa penulis lebih
suka melakukan trakeostomi sementara untuk dukungan uteroplasenta,
untuk memastikan transisi yang aman dari oksigenasi ibu ke pertukaran gas
postnatal. 7

Neonatus dengan hipoplasia mandibular berat mungkin memiliki


obstruksi jalan napas berat, yang secara sederhana dapat ditangani dengan
trakeostomi. Distraction Osteogenesis (DO) dianggap sebagai pengobatan
alternatif. Teknik ini digunakan dengan menginduksi pembentukan tulang
baru antara permukaan tulang, dengan pembedahan osteotomy. Pilihan
terapi ini sebagai alternatif untuk trakeostomi dianggap sangat penting
karena tingkat kematian dari trakeostomi sendiri bedasarkan diagnosis yang
mendasari adalah sebanyak 5%.7

6
VII. Prognosis

Prognosis kelainan mikrognatia ini bergantung pada ada tidaknya


kelainan anomali. Beratnya mikrognatia bisa jadi merupakan kegawat-
daruratan neonatal yang disebabkan karena adanya obstruksi jalan napas oleh
lidah pada cavitas oral yang kecil. Bila sebelumnya telah dibuat diagnosis
prenatal terhadap kecurigaan micrognatia ini, maka seorang ahli anak harus
hadir saat proses kelahiran bayi yang menderita kelainan ini dan
mempersiapkan intubasi pada bayi.8

Dalam sebuah studi retrospektif di Harvard Medical School didapatkan


data bahwa dari 20 fetus yang didiagnosis prenatal sebagai mikrognatia, hanya
4 dari 20 fetus (20%) tersebut yang dapat bertahan hidup. Sementara itu, ada
25% fetus yang memiliki kariotipe yang abnormal. Hanya ada 3 fetus (15%)
dengan mikrognatia yang dapat ditentukan dengan temuan sonografi, dua di
antaranya dapat hidup, yakni satu fetus dengan keterbatasan pertumbuhan
intrauterin dan satu lagi dengan sindrom Pierre-Robin. Berdasarkan hasil studi
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fetus yang didiagnosis in utero
sebagai mikrognatia memiliki prognosis yang buruk dan memiliki resiko tinggi
mengalami defek kongenital serius.11

7
DAFTAR PUSTAKA
1. Lubowits A. Macrognathia: Diagnosis, Treatment and cephalometric
Appraisal. 2011.
2. Dinar C. Kasus Log Book Gigi dan Mulut. 2010.
http://www.scribd.com/doc/93870952/Presentasi-Logbook-Cherelia.
3. Morokuma S, Anami A, Tsukimori K, Fukushima K, dan Wake N. 2010.
Abnormal fetal movement, micrognatia and pulmonary hypoplasia: a case
report. Abnormal fetal movement. BMC Pregnancy and Childbirth 10: 46.
4. Damm D, Neville B, McKenna S, Jones A, Freedman P, Anderson W, dan
Allen C. 1997. Macrognathia of renal osteodystrophy in dialysis patients. Oral
Surg Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 83: 489-495.
5. Pilu, G., Nicolaides, K.H., Diagnosis of Fetal Abnormalities: The 18-23-
Week Scan. Parthenon Publishing Group. New York. 1999.
6. Stevenson, R.E., Hall, J.G., Human Malfromations and Related
Anomalies. Second edition. Oxford University Press. New York. 2006.
7. Copel, J.A. 2012., Obstetric Imaging. Elsevier Saunders Inc. Philadelphia.
8. Arulkumaran, S., Regan, L., Papageorghiou, A., Monga, A., Farquharson,
D. 2011., Oxford Desk Reference: Obstetrics and Gynaecology. Oxford
University Press. New York.
9. Paul, R.R., Ray, J.G., Pal, T.K. Essential of Oral Pathology. Thrid
edition. Jaypee. USA. 2012
10. Reardon, W. The Bedside Dysmorphologist. Oxford University Press. New
York. 2008.
11. Nyberg, D.A., McGaham, J.P., Pretorius, D.H., Pilu, G., Diagnostic
Imaging of Fetal Anomalies. Lippincott Williams & Walkins. USA. 2003.

Вам также может понравиться