Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TURBIN UAP
OLEH
KELAS : 4 EGB
DOSEN PEMBIMBING : Tahdid, S.T., M.T.
B. Turbin reaksi
Ekspansi uap terjadi pada sudu pengarah dan sudu gerak.
Turbin reaksi yaitu turbin yang ekspansi uapnya tidak hanya terjadi pada laluan-
laluan sudu pengarah (nosel) yang tetap saja tetapi juga terjadi pada laluan sudu
gerak (sudu-sudu cakram yang berputar), sehingga terjadi penurunan keseluruhan
kandungan kalor pada semua tingkat sehingga terdistribusi secara seragam. Turbin
yang jenis ini umumnyan digunakan untuk kepentingan industri. Kecepatan uap yang
mengalir pada turbin (yang biasanya bertingkat) lebih rendah yaitu sekitar 100 – 200
m/detik.
Siklus Rankine
Diagram Temperatur-Entalpi
Air menjadi fluida kerja siklus rankine dan mengalami siklus tertutup (close-loop
cycle) artinya secara konstan air pada akhir proses siklus masuk kembali ke proses awal
siklus. Pada siklus rankine, air ini mengalami empat proses sesuai dengan gambar di atas,
yaitu:
1. Proses C-D: Fluida kerja / air dipompa dari tekanan rendah ke tinggi, dan pada
proses ini fluida kerja masih berfase cair sehingga pompa tidak membutuhkan input
tenaga yang terlalu besar. Proses ini dinamakan proses kompresi-isentropik karena
saat dipompa, secara ideal tidak ada perubahan entropi yang terjadi.
2. Proses D-F: Air bertekanan tinggi tersebut masuk ke boiler untuk mengalami proses
selanjutnya, yaitu dipanaskan secara isobarik (tekanan konstan). Sumber panas
didapatkan dari luar seperti pembakaran batubara, solar, atau juga reaksi nuklir. Di
boiler air mengalami perubahan fase dari cair, campuran cair dan uap, serta 100%
uap kering.
3. Proses F-G: Proses ini terjadi pada turbin uap. Uap air kering dari boiler masuk ke
turbin dan mengalami proses ekspansi secara isentropik. Energi yang tersimpan di
dalam uap air dikonversi menjadi energi gerak pada turbin.
4. Proses G-C: Uap air yang keluar dari turbin uap masuk ke kondensor dan
mengalami kondensasi secara isobarik. Uap air diubah fasenya menjadi cair kembali
sehingga dapat digunakan kembali pada proses siklus.
Gambaran siklus melalui diagram T-S di atas adalah siklus rankine yang paling dasar
dan sederhana. Pada penggunaannya ada beberapa modifikasi proses sehingga didapatkan
efisiensi termal total yang lebih tinggi. Seperti penggunaan preheater atau pemanasan awal
sebelum masuk boiler, dan juga penggunaan pemanasan ulang uap air yang keluar dari turbin
pertama (high pressure turbine) sehingga dapat digunakan lagi untuk masuk ke turbin kedua
(intermediate pressure turbine). Untuk lebih mudah memahaminya dapat kita lihat skema
prosesnya pada gambar di bawah ini.
Pada gambaran di atas, air kondensat yang dipompa oleh pompa ekstraksi kondensat
dari kondensor menuju ke deaerator/Feed Water Tank mengalami proses preheating. Dan
air yang dipompa oleh Feed Water Pump dari Feed Water Tank menuju boiler juga melewati
preheater. Sumber panas yang digunakan oleh preheater tersebut berasal dari extraction
steam yang diambil dari turbin uap pada stage-stage tertentu.
Diagram Temperatur-Entropi Untuk Modifikasi Siklus Rankine
Selain itu perbedaan yang lain dengan siklus rankine konvensional adalah adanya
pemanasan kembali uap air yang keluar dari turbin pertama (High Pressure Turbine) oleh
boiler reheater untuk kembali mendapatkan fase superheater dan hasilnya kembali
dimasukkan ke turbin kedua (Intermediate Pressure Turbine).
Selain itu juga ada sistem bypass uap air untuk tidak dilewatkan ke turbin uap. Uap
superheater yang keluar dari boiler tidak masuk ke turbin dan di-bypass masuk kembali ke
boiler sisi reheater. Dan uap yang keluar dari boiler reheater di-bypass untuk masuk
langsung ke kondensor. Fungsi dari sistem bypass ini adalah sebagai sistem proteksi apabila
terjadi suatu masalah di siklus rankine tersebut sehingga dapat terhindar dari kerusakan yang
parah. Dan juga digunakan pada saat proses penyalaan awal sistem siklus tersebut dan jua
proses mematikannya.
Rancangan Casing
Dari klasifikasi ini casing turbin dibedakan menjadi 3 kategori yaitu single casing,
double casing dan triplle casing.
Single Casing
Umumnya diterapkan pada rancangan turbin-turbin lama dan kapasitas kecil.
Meskipun demikan, turbin-turbin saat inipun masih ada yang menerapkan rancangan
single casing terutama pada turbin-turbin untuk penggerak pompa air pengisi ketel
(BFPT). Bila rancangan ini diterapkan untuk turbin-turbin besar, maka casing turbin
akan menjadi sangat tebal sehinggga memerlukan waktu yang cukup lama untuk
periode "warming" ketika start hingga mencapai posisi memuai penuh. Hal ini
disebabkan karena dinding casing sangat tebal dan hanya dipanaskan oleh uap dari
satu sisi yaitu sisi bagian dalam. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perbedaan
temperatur yang cukup besar antara permukaan bagian dalam casing dengan
permukaan bagian luar.
Dengan demikian maka waktu yang diperlukan untuk pemerataan temperature
menjadi lebih lama. Ilustrasi turbin single casing dapat dilihat pada gambar 2.
Tripple Casing
Dalam rancangan tripple casing, setiap selinder terdiri dari 3 buah casing yaitu inner
casing, intermediate casing dan outer casing. Seperti diperlihatkan pada gambar 4.
Gambar Bantalan
Pada bantalan jurnal, permukaaan bagian dalam yang mungkin dapat kontak
langsung dengan permukaaan poros dilapisi oleh logam putih (white
metal/babbit) yang lunak. Disamping itu juga terdapat saluran-saluran tempat
minyak pelumas mengalir masuk ke bantalan dan saluran dimana minyak pelumas
dapat mengalir keluar meninggggalkan bantalan. Sedangkan pada bantalan aksial
(Thrust bearing), umumnya terdiri dari piringan (Thrust Collar) yang merupakan
bagian dari poros dan dua sepatu (Thrust pad) yang diikatkan ke Casing. Bantalan
aksial berfungsi untuk mengontrol posisi aksial rotor relatif terhadap casing.
Perapat (seal)
Berfungsi untuk mencegah kebocoran uap, perapatan ini terpasang mengelilingi
poros. Perapat yang digunakan adalah :
1. Labyrinth packing
2. Gland packing
3. Kopling
Berfungsi sebagai penghubung antara mekanisme turbin uap dengan mekanisme
yang digerakkan.
Turbin uap terdiri dari sebuah cakram yang dikelilingi oleh daun-daun cakram yang
disebut sudu-sudu. Sudu-sudu ini berputar karena tiupan dari uap bertekanan yang berasal
dari ketel uap, yang telah dipanasi terdahulu dengan menggunakan bahan bakar padat, cair
dan gas seperti yang digunakan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
Uap tersebut kemudian dibagi dengan menggunakan control valve yang akan dipakai
untuk memutar turbin yang dikopelkan langsung dengan pompa dan juga sama halnya
dikopel dengan sebuah generator singkron untuk menghasilkan energi listrik.
Setelah melewati turbin uap, uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi tadi
muncul menjadi uap bertekanan rendah. Panas yang sudah diserap oleh kondensor
menyebabkan uap berubah menjadi air yang kemudian dipompakan kembali menuju boiler.
Sisa panas dibuang oleh kondensor mencapai setengah jumlah panas semula yang masuk.
Hal ini mengakibatkan efisisensi thermodhinamika suatu turbin uap bernilai lebih kecil dari
50%. Turbin uap yang modern mempunyai temperatur boiler sekitar 5000C sampai 6000C
dan temperatur kondensor 200C sampai 300C.
( Shlyakhin,P: Turbin uap. Hal 12).
Secara singkat prinsip kerja turbin uap adalah sebagai berikut :
Uap masuk kedalam turbin melalui nosel. Didalam nosel energi panas dari uap dirubah
menjadi energi kinetis dan uap mengalami pengembangan.
Tekanan uap pada saat keluar dari nosel lebih kecil dari pada saat masuk ke dalam
nosel, akan tetapi sebaliknya kecepatan uap keluar nosel lebih besar dari pada saat
masuk ke dalam nosel.
Uap yang memancar keluar dari nosel diarahkan ke sudu-sudu turbin yang berbentuk
lengkungan dan dipasang disekeliling roda turbin. Uap yang mengalir melalui celah-
celah antara sudu turbin itu dibelokkan kearah mengikuti lengkungan dari sudu turbin.
Perubahan kecepatan uap ini menimbulkan gaya yang mendorong dan kemudian
memutar roda dan poros turbin.
Jika uap masih mempunyai kecepatan saat meninggalkn sudu turbin berarti hanya
sebagian yang energi kinetis dari uap yang diambil oleh sudu-sudu turbin yang
berjalan. Supaya energi kinetis yang tersisa saat meninggalkan sudu turbin
dimanfaatkan maka pada turbin dipasang lebih dari satu baris sudu gerak. Sebelum
memasuki baris kedua sudu gerak. Maka antara baris pertama dan baris kedua sudu
gerak dipasang satu baris sudu tetap ( guide blade ) yang berguna untuk mengubah
arah kecepatan uap, supaya uap dapat masuk ke baris kedua sudu gerak dengan arah
yang tepat.
Kecepatan uap saat meninggalkan sudu gerak yang terakhir harus dapat dibuat sekecil
mungkin, agar energi kinetis yang tersedia dapat dimanfaatkan sebanyak mungkin.
Dengan demikian effisiensi turbin menjadi lebih tinggi karena kehilangan energi relatif
kecil.
Gambar 3. Ilustrasi kerja Turbin Uap Gambar 4. Skema Kerja Turbin Uap
Contoh Soal
Tentukan efisiensi sebuah sistem turbin uap dgn kondisi aliran sebagai berikut:
uap masuk turbin : saturated steam P2 = 2000 kPa
uap masuk kondenser : P3 = 7,5 kPa.
air keluar kondenser : air jenuh P4 = 7,5 kPa
air masuk boiler: P1 = 2000 kPa
(2) Titik 3, adalah uap hasil ekspansi yang akan masuk kondenser
P3 = 7,5 kPa (diketahui)
s3 = s2 = 6,3409 kJ/(kg.K) (2 - 3 dianggap ekspansi isentropik)
Titik 3 merupakan campuran cair-jenuh dan uap-jenuh.
Data kondisi jenuh dari steam table:
entalpi, kJ/kg entropi, kJ/(kg.K)
cair jenuh (A) 168,79 0,5764
uap jenuh (B) 2574,8 8,2515
Entropi titik 3 (campuran cair-uap):
s3 = 6,3409 = x.sA + (1 - x).sB x = 0,2489
x = fraksi cairan dalam aliran keluar turbin
Entalpi titik 3:
h3 = x.hA + (1 - x).hB h3 = 1975,9 kJ/kg
Segitiga Kecepatan
Segitiga kecepatan pada sudu turbin impuls
Dari segitiga kecepatan diatas, panjang pendeknya garis adalah mewakili dari besar
kecepatan masing-masing. Sebagai contoh, fluida masuk sudu dari nosel dengan kecepatan
VS1 kemudian keluar dari nosel sudah berkurang menjadi VS2 dengan garis yang lebih
pendek, artinya sebagian energi kinetik fluida masuk sudu diubah menjadi energi kinetik
sudu dengan kecepatan VB, kemudian fluida yang sudah memberkan energinya
meningglkan sudu dengan kecepatan VS2. Proses perubahan atau konversi energi pada
turbin adalah sama dengan perubahan energi pada motor bakar, tetapi dengan metode yang
berbeda. Untuk motor bakar, pada langkah ekspansi fluida gas yaitu gas pembakaran
energinya mengalami penurunan bersamaan dengan penurunan tekanan di dalam silinder,
hal itu karena sebagian energinya diubah menjadi energi kinetik gas pembakaran dan
dikenakan langsung pada torak. Karena ada dorongan dari energi kinetek gas pembakaran
torak begerak searah dengan gaya dorong tersebut, kondisi ini disebut langkah tenaga.
Materi Tambahan: Turbin uap impuls
A. Turbin impuls satu tahap ( Turbin De Laval)
Pada gambar diatas adalah skema turbin De laval atau turbin impuls satu tahap. Turbin
terdiri satu atau lebih nosel konvergen divergen dan sudu-sudu impuls terpasang pada roda
jalan (rotor). Tidak semua nosel terkena semburan uap panas dari nosel, hanya sebagian saja.
Pengontrolan putaran dengan jalan menutup satu atau lebih nosel konvergen divergen.
Adapun cara kerjanya adalah sebgai berikut. Aliran uap panas masuk nosel konvergen
divergen, di dalam nosel uap berekspansi sehingga tekanannya turun. Berbarengan dengan
penurunan tekanan, kecepatan uap panas naik, hal ini berarti terjadi kenaikan energi kinetik
uap panas. Setelah berekspansi, uap panas menyembur keluar nosel dan menumbuk sudu-
sudu impuls dengan kecepatan abolut Vs1. Pada sudu-sudu impuls uap panas memberikan
sebagian energinya ke sudu-sudu, dan mengakibatkan sudu-sudu bergerak dengan kecepatan
Vb. Tekanan pada sudu-sudu turbin adalah konstan atau tetap, sedangkan kecepatan uap
keluar sudu berkurang menjadi Vs2
Pada gambar adalah contoh segitiga kecepatan dari turbin rateau. dari segitiga tersebut
terlihat bentuk dari segitiga adalah sama untuk setiap tahap, dimana bentuknya adalah
segitiga kecepatan turbin satu tahap yang disusun seri. Kecepatan Vs1 dari sudu tetap yang
berfungsi nosel, akan masuk ke sudu bergerak dan nilainya turun menjadi Vs2, demikian
juga untuk kecepatan relatifnya juga turun. Kemudian, kecepatan Vs2 naik lagi setelah
melewati sudu bergerak menjadi Vs3, dimana nilai kecepatan ini secara ideal adalah sama
dengan Vs1, dan prosesnya berlanjut sampai tahap terakhir turbin.
dimana:
C1t = Kecepatan uap masuk teoritis (m/det)
C1 = 𝜑.C1t = Kecepatan uap masuk mutlak (m/det) hn = Besar kerugian pada nozel
(kkal/kg)
Untuk tujuan perancangan, nilai-nilai koefisien kecepatan nozel dapat diambil dari
grafik yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
dimana :
P = koefisien yang sama dengan 2.06 untuk cakram baris ganda
d = diameter cakram yang diubah pada diameter rata-rata sudu (m)
n = putaran poros turbin (rpm)
l1 = tinggi sudu (m)
p = bobot spesifik uap di dalam mana cakram tersebut berputar, (kg/m3)
1
p =𝜑, dimana v = volume spesifik uap pada kondisi tersebut.
Bila tekanan kritis lebih rendah dari p2 ,maka kecepatan uap di dalam labirin adalah
lebih rendah daripada kecepatan kritis dan massa alir kebocoran ditentukan dengan
persamaan:
dimana :
g = 9,81 m/det2, kecepatan gravitasi
z = jumlah labirin
v1= volume uap sesudah nozel
Sebaliknya, bila tekanan kritis lebih tinggi dari p2, maka kecepatan uap adalah lebih
tinggi dari kecepatan kritisnya dan massa alir kebocoran dihitung dengan :
dimana :
hi = penurunan kalor yang dimanfaatkan pada tingkat turbin dengan
memperhitungkan semua kerugian kecuali kebasahan uap x = fraksi kekeringan rata-
rata uap didalam tingkat yang dimaksud
b. Kerugian-kerugian Luar (External Losses)
Kerugian-kerugian ini merupakan kerugian yang bersifat mekanik, yaitu
kerugian energi yang digunakan untuk mengatasi tahanan-tahanan mekanik atau
gesekan yang tidak langsung mempengaruhi kondisi uap. Seperti gesekan antara poros
dengan bantalan, mekanisme pengatur, pompa minyak pelumas, serta kerugian karena
kebocoran pada paking.
1) Kerugian pada perapat (labyrinth).
Pada turbin tekanan tinggi, jika sistem perapat (gland seal) tidak baik maka uap
akan melewati celah antara sudu tetap dan poros sehingga energi dari uap tidak
semuanya diberikan pada turbin untuk melakukan kerja.
2) Kerugian karena derajat kebasahan uap.
Pada turbin tekanan rendah temperatur uap mulai menurun, akibatnya uap pada
daerah ini menjadi uap basah. Pada tingkat kebasahan tertentu kecepatan fraksi air
akan lebih rendah dari sudu maka bukan air yang memutar sudu tetapi sebaliknya.
Karena hal tersebut maka akan terjadi erosi pada sudu selain itu juga terjadi kerugian
mekanik karena fraksi uap menghambat kerja sudu turbin.
3) Kerugian Throttling pada beban partial.
Pada saat beban partial atau mode sequence tidak semua katup governor membuka
secara keseluruhan, ada yang membuka sebagian ada yang menutup (throttling). Hal
ini merupakan kerugian karena pada proses throttling terjadi proses penurunan
temperatur dan tekanan, akibatnya ekspansi pada turbin akan berkurang.
4) Kerugian Mekanik
Besarnya kerugian gesekan yang terjadi pada bantalan tergantung pada kondisi
sistem pelumasan. Faktor yang dominan dari sistem pelumasan baik dalam
pembentuk lapisan pelumas (lapisan flim) maupun terhadap koefisien gesek adalah
kekentalan (viscosity) minyak pelumas. Sedangkan kekentalan minyak pelumas
merupakan fungsi dari temperatur. Bila kekentalan terlalu rendah maka pelumas film
akan rusak yang pada akhirnya meningkatkan gesekan antara poros dengan bantalan.
Bila kekentalan minyak pelumas terlalu tinggi maka koefisien gesek minyak
pelumas akan bertambah besar sehingga pada akhirnya juga meningkatkan gesekan.
Karena itu temperatur minyak pelumas merupakan parameter penting yang harus
selalu diperhatikan secara seksama oleh para operator. Kerusakan poros akibat
sistem pelumasan yang gagal ditunjukkan pada gambar berikur.
Gambar Kerusakan pada poros turbin akibat pelumasan yang gagal
5) Kerugian pada jalur perpipaan
Jalur pipa uap selalu diisolasi selain sebagai pengaman bagi operator juga untuk
mencegah panas berpindah pada udara sekitar. Jika jalur ini bocor atau tidak
terisolasi dengan baik maka akan terjadi kerugian panas karena panas uap berpindah
ke lingkungan.
2. Kerugian Pada Turbin Air
a. Kavitasi
Kavitasi adalah suatu gejala fisik yang dialami oleh cairan, pada saat cairan
mendekati tekanan uap, misalnya pada kondisi hampa udara. Pada saat tekanan turun
menjadi tekanan uap, air mulai menguap pada saat yang sama, gas-gas yang larut secara
normal juga mulai bebas sehubungan dengan tekanan rendah.Jadi, pada air yang mengalir,
gelembung- gelembung kecil (minute microscopic bubbles) terbentuk yang berisi uap dan
gas. Gelembung itu dapat disebut kavitasi di dalam aliran. Gelembung tersebut muncul terus
menerus dalam jumlah besar. Gelembung ini dapat dapat melekat pada permukaan yang
padat dan membentuk suatu rongga dekat ke permukaan atau mereka bisa terangkut bersama
aliran melalui daerah-daerah dimana tekanan yang tinggi mulai terjadi.
Hasil dari lenyapnya gelembung akan menghasilkan merupakan suatu gelombang
kejut yang sama dengan pukulan gelombang air, tetapi dengam suatu periode yang sangat
pendek dan hanya mempengaruhi sebuah ruang pendek, sebelum ditekan oleh sejumlah
masa air yang mengelilingi. Dengan jumlah jutaan gelembung yang lenyap, akibat umum
adalah akan membuat pulsa- pulsa dengan frekuensi tinggi di daerah yang menyebabkan
kelelahan dari suatu proses dari pengikisan logam atau beton secara berangsur-angsur pada
permukaan. Disamping terjadi pengikisan juga menimbulkan suara dan getaran-getaran dari
mesin dan hasil akhirnya adalah penurunan efisiensi mesin.
Kavitasi bisa dibagi menjadi empat kelompok seperti tersebut di bawah ini:
1. Kavitasi berpindah (travelling kavitation),
2. Kavitasi tetap (fixed cavitation),
3. Kavitasi pusaran (vortex cavitation),
4. Kavitasi getaran (vibratory cavitation).
Kavitasi merupakan hal yang sangat penting sebagai konsekuensi dari efek-efeknya.
Efek-efek kavitasi mungkin dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum:
a. Efek-efek yang dapat menghasilkan modifikasi hidrodinamika aliran fluida, seperti
timbulnya dan pecahnya gelembung-gelembung uap air.
b. Efek-efek yang dapat menghasilkan kerusakan pada permukaan benda- benda padat yang
berada dalam aliran, seperti terjadinya erosi terhadap runner turbin.
c. Efek-efek lain yang mungkin atau tidak mungkin dibarengi oleh adanya modifikasi yang
jelas dari aliran hidrodinamik atau adanya kerusakan pada permukaan benda padat yang
berada dalam aliran, misalnya terjadinya getaran-getaran, timbul suara bising dan
turunnya efisiensi trubin.
Kavitasi tidak muncul begitu saja pada sebuah aliran fluida, tentunya ada beberapa
fakto yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kavitasi antara
lain:
1. Tekanan udara luar dimana instalasi dipasang.
2. Temperatur fluida yang digunakan. Temperatur fluida yang digunakan diusahakan
serendah mungkin sehingga tekanan penguapannya akan naik.
3. Kecepatan aliran disisi buang sebaiknya diusahakan serendah mungkin agar perbedaan
tekanan tidak terlalu tinggi.
4. Kerugian akibat gesekan fluida dengan dinding saluran.
Untuk menghitung tingkat kavitasi alam turbin air digunakan angka Thoma (c),
dalam head bersih (H) untuk mesin tersebut. Dengan demikian:
Patm Pmin
Agar kavitasi tidak terjadi pmin harus lebih besar daripada tekanan penguapan cairan pv.
Dengan demikian, dimana:
Patm Pv
dimana
Oc : Thoma kritis
a : Thoma aktual
Patm : tekanan atmosfer (Pa)
pv : tekanan penguapan fluida kerja
(Pa)
Pmin : tekanan minimum fluida (Pa)
H : tinggi tekan pada turbin (m)
jika didapatkan nilai < 1 maka pada turbin tersebut tidak terjadi kavitasi.
b. Head Turbin
Head turbin dapat juga disebut sebagai tinggi jatuh air dan sering dinotasikan sebagai
H. Head turbin dapat ditentukan berdasarkan persamaan Bernoulli. Menurut persamaan
Bernoulli besar energi aliran adalah :
dimana notasi :
m = massa
g = kecepatan gravitasi bumi
z = selisih ketinggian (tinggi air atas – tinggi air bawah)
P = tekanan
c = kecepatan
Jika pada aliran tersebut m = 1 kg, maka energi spesifiknya :
dimana :
z adalah ketinggian dari suatu tempat yang dipakai sebagai standar
Saat head loses akibat gesekan tidak diperhitungkan, maka persamaan momentum akan
berubah menjadi persamaan Bernoulli. Persamaan ini ditemukan pada aliran fluida yang
tidak mengalami
gesekan.
Keterangan:
P = tekanan absolut (N/m2)
v = kecepatan (m/s)
Hl = head loses pada pipa (m)
Heff = head efektif (m)
Untuk kondisi-kondisi instalasi turbin air di atas dimana:
Untuk waduk (reservoir titik 1) kecepatan V1 ≈ 0.
Persamaan kontinuitas :
Q=V×A
Keterangan:
Q = debit aliran (m3/detik)
V = kecepatan aliran (m/s)
A = luas penampang pipa (m2)
Head losses yang terjadi pada saluran pipa:
1. Mayor Loses yang terjadi akibat gesekan aliran dalam satuan pipa
DAYA TURBIN
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Turbin uap merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial uap
menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanis
dalam bentuk putaran poros turbin. Poros turbin dihubungkan dengan yang digerakkan,
yaitu generator atau peralatan mesin lainnya, menggunakan mekanisme transmisi roda gigi.
Siklus Rankine pada proses kerja turbin uap adalah sebuah siklus yang mengkonversi
energi panas menjadi kerja / energi gerak. Dikembangkan oleh William John Macquorn
Rankine pada abad ke-19 dan sejak saat itu banyak diaplikasikan pada mesin-mesin uap.
Saat ini, siklus rankine digunakan pada pembangkit-pembangkit listrik dan memproduksi
90% listrik dunia.
Pertambahan energi kalor yang dibutuhkan oleh turbin uap untuk melakukan kerja
mekanis pada kondisi aktual dibandingkan dengan nilai teoritis, yang proses ekspansinya
terjadi benar-benar sesuai dengan proses adiabatic. Dan kerugian (losses) pada turbin uap
akan mempengaruhi naiknya hate rate turbin.
DAFTAR PUSTAKA
http://manung95.blogspot.com/2011/05/turbin-uap.html
http://fuadmje.files.wordpress.com/2011/12/