Вы находитесь на странице: 1из 25

MANAJEMEN

RANGKUMAN BAB 1 DAN 2

Tugas Kelompok

REYNALDI ALEXIS 170523006


HILLARY WAHYUNI 170523010
ANJEL SILALAHI 170523011
JOHN WESLEY 170523016
EFRI ASNI LUBIS 170523049

PROGRAM STUDI EKSTENSI EKONOMI PEMBANGUNAN


DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
BAB 1
MANAJER DI TEMPAT KERJA

A. Mengapa Manajer itu penting?

Manajer begitu penting dalam sebuah perusahaan karena:


 Organisasi memerlukan keterampilan dan kemampuan manajerial.
Seiring organisasi menghadapi tantangan masa kini-dinamika tenaga kerja
yang berubah ubah, iklim ekonomi di seantero dunia, perubahan teknologi,
semakin meningkatnya globalisasi. Manejer memegang peran penting
dalam mengidentifikasi isu-isu kritis dan mewujudkan tanggapan.
 Berperan penting dalam menyelesaikan pekerjaan.
Manajer umumnya mengelola kinerja karyawan dan berusan dengan segala
macam masalah pelaksanaan berbagai macam tugas perusahaan. Mereka
membuat dan mengkoordinasikan lingkungan tempat kerja dan sistem kerja
sehingga orang lain dapat melakukan tugas-tugas tersebut.

B. Siapakah Manajer dan Dimana Mereka Bekerja?


Siapakah yang disebut manajer?
Manajer adalah seseorang yang melakukan koordinasi dan pengawasan
terhadap pekerjaan orang lain sehingga sasaran organisasi dapat dicapai. Pekerjaan
seorang manajer bukanlah menyelesaikan tugas-tugasnya pribadi, pekerjaan
manajer adalah berupaya membantu orang lain menyelesaikan tugas-tugas mereka
dengan baik. Wujudnya dapat berupa koordinasi atas pekerjaan suatu kelompok
dari departemen tertentu dapat juga mengawasi pekerjaan individu tertentu di
perusahaan.
Ada beberapa tingkatan dalam manajer yaitu:
a. Manajer lini pertama
Pada posisi ini, manajer mengelola pekerjaan para karyawan non majerial
yang biasanya melibatkan kegiatan produksi barang dan jasa bagi para
organisasi. Manajer ini sering disebut juga dengan penyelia (supervisor),

1
tetapi dapat juga disebut dengan manajer shift kerja (shift manajer), manajer
distrik, manajer departemen, atau manajer kantor (office manajer)
b. Manajer tingkat menengah
Merupakan mereka yang berada pada posisi diantara jenjang terbawah dan
jenjang teratas organisasi yang mengelola pkerjaan para manajer tingkat
pertama dan memiliki jabatan semisal manajer regional, pimpinan proyek,
manajer toko atau manajer divisi.
c. Manajer puncak
Merupakan manjer yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan-
keputusan yang dapat mempengaruhi jalannya seluruh organisasi dan
menetapkan rencana kerja dan sasaran-sasaran bagi organisasi secara
keseluruhan.

Dimana manajer bekerja?


Seorang manajer bekerja di dalam suatu organisasi. Organisasi memiliki
tiga sifat yang umum yaitu:
a. Memiliki tujuan yang terdefinisikan dengan jelas, dituangkan ke dalam
sasaran-sasaran yang hendak di capai oleh organisasi.
b. Sebuah organisasi tentulah terdiri dari orang-orang
c. Memiliki suatu bentuk struktur yang mengatur hak dan kewajiban para
anggotanya dalam melaksankan pekerjaan-pekerjaan organisasi.

C. Apa Kerja Manajer?

Manajer umumnya melakukan pengelolaan yang disebut dengan manajemen,


yang melibatkan aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan
orang lain sehingga pekerjaan tersebut dang diselesaikan secara efisien dan efektif.
Efisiensi dapat diartikan melakukan pekerjaan secara tepat sasaran, atau
menghasilkan output sebanyak mungkin dari input yang sedikit mungkin.
Untuk menjadi efisien manajemen juga juga berupaya untuk menjadi efektif
dengan menyelesaikan tugas-tugas demi terwujudnya sasaran organisasi.
Efektivitas sering kali dijabarkan dengan menjalankan aktivitas-aktivitas yang
secara langsung dapat membantu tercapainya sasaran-sasaran organisasi.

2
Fungsi-fungsi manjamen
Fungsi-fungsi manajemen ada 4 yaitu:
a. Perencanaan (planning), mendefenisikan sasaran-sasaran, menetapkan
strategi dan mengembangkan rencana untuk mengelola aktivitas-aktivitas.
b. Pengorganisasian (organizing), menentukan apa yang harus diselesaikan
bagaimana caranya dan siapa yang akan mengerjakannya
c. Kepemimpinan (leading), memotivasi memimpin dan tindakan-tindakan
lainnya yang melibatkan interaksi dengan orang lain.
d. Pengendalian (controling), memantau aktivitas-aktivas demi memastikan
segala sesuatunya terselesaikan sesuai rencana.
Keempat fungsi tersebut berujung pada tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-
sasaran yang telah dicanangkan bagi organisasi.

Peran-Peran Manajerial Minzberg dan Model Pengelolaan Kontemporer


Henry Minzberg, seorang pakar manajemen yang meneliti dari dekat
pekerjaan aktual para manajer. Ia berkesimpulan bahwa pekerjaan manajer dapat
dijabarkan secara paling baik dengan bertolak dari peran-peran yang mereka
mainkan dalam bekerja. Istilah peran-peran manajerial merujuk pada tindakan-
tindakan dan perilaku-perilaku yang diharapkan dari seorang manajer.

Peran-peran Manajerial Mintzberg:

• Panutan (figurehead)
Peran jembatan
• Pimpinan (leader)
antar pribadi
• Penghubung (liaison)

Peran • Pengawas (monitor)


penyambung • Penyebar berita (disseminator)
informasi • Juru bicara (spokesperson)

• Pengusaha atau pelopor (enterpreuner)


Peran • Pengentas kendala (disturbance handler)
Pengambil
keputusan • Pengalokasi sumber daya (resource allocator)
• Perunding (negotiator)

3
Keterampilan-keterampilan manajemen
Menurut Robert L. Katz setiap manajer membutuhkan tiga keterampilan
dasar yakni teknis, hubungan antar manusia dan konseptual. Keterampilan teknis
adalah pengetahuan dan tehnik yang berkaitan dengan sebuah pekerjaan yang
spesifik, yang diperlukan untuk dapat menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan
dengan baik. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan di berbagai jenjang
manajemen yaitu:

Keterampilan-keterampilan manjerial yang penting yakni:

Mengelola modal Menginspirasi Mengelola


manusia komitmen perubahan

Menstrukturisasi Memfasilitasi
Menggunakan
kerja dan konteks fisikologis
jejaring yang penuh
menyelesaikan dan sosial dari kata
tujuan
pekerjaan kerja

Mengelola proses Mengelola strategi Mengelola logistik


pengambilan dan inovasi dan teknologi
keputusan

4
D. Bagaimana Pekerjaan Seorang Manajer Telah Berubah

Perubahan-perubahan yang mempengaruhi pekerjaan manajer yaitu:

Perubahan Dampak Perubahan

 Bergesernya batas-batas organisasi


 Tenaga kerja maya
 Tenaga kerja yang lebih mobile
Perubahan teknologi  Pengaturan kerja yang fleksibel
 Para pekerja yang lebih berdaya guna
 Keseimbangan kehidupan kerja-pribadi
 Tantangan dari media sosial
 Mendefenisikan ulang nilai-nilai
Penekanan yang lebih tinggi  Membangun kembali kepercayaan
pada etika organisasi dan
manajemen  Akuntabilitas yang lebih baik
 Keberlanjutan
 Pelayanan pelanggan
 Inovasi
Peningkatan daya saing
 Globalisasi
 Efisiensi/ produktivitas
 Manajemen resiko
 Ketidakpastiaan sumber/ biaya energi masa
depan
Perubahan ancaman
keamanan  Rekonstruksi tempat kerja
 Permasalahan globalisasi
 Kepeduliaan pada karyawan
 Ketidakpastian iklim ekonomi

Pentingnya Pelanggan Bagi Kerja Manajer


Para manajer kini menyadari bahwa memberikan pelayanan yang
berkualitas secara konsisten kepada pelanggan merupakan hal yang mat
menentukan kelangsungan hidup dan keberhasilan sebuah bisnis di tengah ketatnya

5
persaingan zaman ini dan bahwa para karyawan memainkan peranan penting dalam
mewujudkannya. Untuk itu, manajer harus membangun sebuah organisasi yang
cepat tanggap pada kebutuhan pada kebutuhan pelanggan (customer-responsive),
dimana karyawan mampu bersikap ramah dan sopan dan mudah dijangkau,
berpengetahuan, lugas dalam melayani kebutuhan pelanggan dan bersedia
melakukan apa yang diperlukan demi memuaskan pelanggan.

Pentingnya Media Sosial Bagi Kerja Manajer


Di masa kini seiring akses media sosial yang sangat mudah, tentu manajer
juga harus berjuang untuk menghadapi tantantang dalam menyediakan pedoman
untuk mengggunakn internet. Para manajer juga menyadari bahwa menjaga
karyawan tetap terhubung dan terlibat adalah penting untuk kesuksesan. Mereka
memutuskan untuk mengadopsi perangkat media sosial internel untuk mendorong
kerja sama dan kolaborasi antar sesama perusahaan.Semakin bnayak bisnis yang
beralih ke media sosial bukan hanya sebagai cara untuk berhubungan dengan
pelanggan, tetapi juga sebagai cara untuk mengelola sumber daya manusia serta
memanfaatkan inovasi dan bakat mereka.
Ketika sarana media sosial menjadi cara bagi para karyawan yang sombong
untuk membual tentang prestasi mereka, bagi para manajer untuk menerbitkan
pesan satu arah kepada karyawan, atau bagi karyawan untuk berdebat atau
mengeluh tentang sesuatu atau seseorang yang mereka tidak sukai di tempat
bekerja, maka sarana itu hilang kegunaanya. Untuk menghindari ini, manajer perlu
mengingat bahwa media sosial adalah alat yang perlu dikelola agar menjadi
manfaat.

Arti Penting Inovasi Dalam Pekerjaan Seorang Manjer


Keberhasilan bisnis masa kini menuntut adanya inovasi. Inovasi dapat
diartikan melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, menjelajahi ruang-ruang
baru, dan mengambil resiko. Inovasi bukan hanya diperuntukkan bagi bisnis
teknologi tinggi (high-tech) dan organisasi-organisasi berbasisi teknologi canggih
lainnya. Upaya-upaya inovasi dapat dijumpai dalam berbagai jenis organisasi.
Untuk mengatasi masalah yang ada di suatu toko atau perusahaan yang mengemban

6
tugas tersebut biasanya seorang manajer yang tak jarang dituntut untuk melakukan
inovasi seiring dengan revolusi industri. Karena minat masyarakat akan suatu
barang setiap tahun akan selalu berubah-ubah.

Pentingnya Keberlanjutan Bagi Kerja Manajer


Konsep yang muncul pada abad ke dua puluh satu ini adalah tentang
pengelolaan secara berkelanjutan, yang telah berdampak pada pelebaran tanggung
jawab perusahaan untuk tidak hanya sekedar mengelola secara efisien dan efektif,
tetapi juga menghadapi secara strategis berbagai tantangan lingkungan dan sosial
dalam rentang yang luas. Dari perspektif bisnis, keberlanjutan digambarkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai tujuan bisnis dan meningkatkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang dengan cara mengintegrasikan peluang
ekonomi, lingkungan, dan sosial ke dalam strategi bisnisnya.
Menjalankan organisasi dengan cara yang lebih berkelanjutan
mengharuskan manajer untuk membuat keputusan bisnis resmi berdasarkan
komunikasi menyeluruh dengan berbagai pemegang/pemangku kepentingan,
memahami kebutuhan mereka, dan mulai menyertakan aspek ekonomi, lingkungan,
dan sosial ke dalam cara mereka mengejar tujuan bisnis.

E. Mengapa Kita Perlu Mempelajari Manajemen?

Universalitas manajemen
Universalitas manajemen adalah kenyataan bahwa manjamen dibutuhkan
dalam semua bentuk dan ukuran organisasi, pada setiap jenjang organisasi, pada
semua bidang kerja organisasi dan di organisasi manapun di seluruh dunia.
Manajemen dibutuhkan secara universal di dalam organisasi sehingga kita harus
berupaya memperbaiki cara pengelolaan organisasi pada umumnya. Karena kita
senantiasa berinteraksi dengan organisasi setiap hari di dalam hidup kita. Organisasi
yang dikelola dengan buruk cepat atau lambat akan kehilangan pelanggan dan
tentunya pendapatan. Dengan mempelajari manajemen akan dapat segera
mengenali ciri-ciri manajemen yang buruk dan bertindak untuk memperbaiki.

7
Realitas dunia kerja
Alasan lainnya untuk mempelajari ilmu manajemen adalah kenyataan
bahwa kebanyakan dari mahasiswa, setelah lulus kuliah dan memulai karir di dunia
kerja, harus mengelola atau dikelola. Bagi mereka yang berminta untuk menjadi
manajer, penguasaan ilmu manajemen yang baik dapat menjadi pondasi untuk
membagun pengetahuan dan kemampuan manajemen. Mereka yang tidak tertarik
pun harus bekerja sama dengan para manajer.

Imbalan dan Tantangan dalam Menjadi Sorang Manajer


Menjadi seorang manajer mempunyai banyak sekali tantangan, selain itu
sebagian dari tugas manajer dapat meliputi tugas-tugas yang bersifat administratif
ketimbang manajerial. Ada beberapa imbalan dan tantangan menjadi seorang
manajer yaitu:
Imbalan Tantangan

 Dapat menciptakan lingkungan  Harus bekerja keras


kerja dimana para anggota
organisasi dapat memberikan
kemampuan terbaik mereka dalam
bekerja
 Memiliki kesempatan untuk
berpikir kreatif dan berimajinasi

 Boleh jadi harus lebih banyak


 Membantu orang lain menemukan
mengemban tugas yang bersifat
makna dan pencapaian di dalam
klerikal (administratif)
kerja
 Harus berurusan dengan beraneka
 Mendukung, mendidik dan
ragam karakter orang
membina orang lain

 Sering kali dituntut menyelesaikan


 Bekerja dengan bermacam-macam
tugas dengan sumber daya yang
orang
terbatas
 Memotivasi para pekerja dalam
 Mendapatkan pengakuan dan status
situasi yang kacau dan penuh
di dalam organisai mapun dalam
ketidakpastian
masyarakat
 Memadukan pengetahuan,
 Memegang peranan dalam
keahlian, ambisi dan pengalaman
mempengaruhi pencapaian
dari beragam kelompok orang
organisasi
 Keberhasilannya bergantung pada
kinerja orang lain

8
Imbalan Tantangan

 Mendapatkan kompensasi yang


layak dalam bentuk gaji, bonus, dan
opsi saham
 Seorang manajer yang baik selalu
dibutuhkan oleh organisasi
manapun.

Namun, terlepas dari tantangan ini seorang manajer bertanggung jawab


untuk menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan para anggota organisasi
mengerahkan kemampuan terbaik mereka dalam bekerja sehingga membantu
organiasi mencapai tujuan-tujuannya.

9
BAB 2
MODUL SEJARAH MANAJEMEN

A. Manajemen Awal

Manajemen telah dipraktikan sejak lama, dimulai dengan bangunan-bangunan di


Mesir dan Tembok Raksasa Cina.
Pada 1776. Adam Smith menerbitkan karyanya yang berjudul The Wealth
of Nations, dimana dalam tulisan itu ia menggagas keunggulan yang dapat
diperoleh dari organisasi dan masyarakat pada umumnya dari penerapan pembagian
kerja(spesialisasi kerja), yaitu pemisahaan tugas dan tanggung jawab ke dalam
bidang-bidang yang sempit dan khusus, serta dilakukan secara berulang-ulang.
Kejadian penting yang kedua adalah revolusi industry . Dimulai abad ke 18,
ketika tenaga mesin telah banyak menggeser perantenaga manusia, perusahaan
mendapati .bahwa lebih ekonomis untuk memproduksi barang di pabrik ketimbang
di rumah. Pabrik-pabrik besar yang beroperasi secara efisien ini membutuhkan
orang-orang untuk merama lkan permintaan barang, memsstikan tersedianya
barang baku yang memadai.

B. Pendekatan Klasik

Pendekatan klasik berfokus pada rasionalitas dan berusaha menjadikan organisasi


dan para pekerja beerfungsi seefisien mungkin. Dua teori utama pendekatan klasik
adalah manajemen ilmiah (scientific management) dan administrasi umum (general
administrative)

Manajemen Ilmiah
Karya Federick Winslow Taylor yang berjudul Principles of Scientific
Management (Prinsip Manajemen Ilmiah) pertama kali diterbitkan. Pemikiran-
pemikiran yang dimuat dalam buku ini diterima dan dipakai oleh banyak sekali
manajer di selruh dunia. Buku ini menjabarkan teori manajemen ilmiah, penggunan

10
metode-metode imiah (scientific methods) guna mendefenisikan “satu cara terbaik”
dalam menyelesaikan sebuah pekerjaaan.
Pengalaman Taylor di Midvale mendorong untuk menyusun aturan-aturan
kerja baku guna memperbaiki efisien produksi. Ia berkeyakinan bahwa empat
prinsip manajemen yang digagasnya dapat membawa kesejahteraan, baik bagi para
pekerja maupun baagi manajer

Teori Administrasi Umum


Teori administrasi umum lebih menitikberatkan apa yang dipekerjakan seorang
manajer dan praktik-praktik manajemen yang baik. Kita telah menyinggung Henri
Fayol yang didalam Bab 1karena dialah orang yang pertama kali mencetuskan lima
fungsi yang harus dijalankan seorang manajer : perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penugasaan (commanding), koordinasi
(coordinating), dan pengendalian (controlling).

Prinsip Manajemen Fayol :


1) Pembagian kerja
2) Kewenangan
3) Displin
4) Kesatuan perintah
5) Kesatuan arahan
6) Penundukan kepentingan pribadi dibawah kepentingan umum
7) Remunerasi (imbalan jasa)
8) Pemusatan (sentralisasi)
9) Rantai scalar
10) Keteraturan
11) Keselayakan
12) Kestabilan posisi dan jabatan karyawan
13) Insiatif
14) Espririt de corps (semangat korps atau semangat kekeluargaan)

11
C. Pendekatan perilaku
Perilaku organisasi (organizational behavior, OB) sebuah bidang kajiaan ilmiah
yang menelaah tindakan (perilaku) orang yang bias bekerja di sebuah organisasi.
Meskipun sejumlah kalangan di abad 20 mengakui pentingnya peranan manusia
(orang) dalam menentukan keberhasilan sebuah organisasi, empat nama pemikir
mencuat jauh diatas yang lannya sebagai pendukung awal pendekatan OB: Robert
Owen, Hugo Munsterberg, Mary Parker Follet dan Chester Barnard. Kontribusi
mereka memang beragam dan berbeda-beda, tetapi mereka semua meyakini bahwa
manusia merupakan kekayaan (asset) terpenting yang dimiliki sebuah organisasi
sehingga harus dikelola secara baik dan benar. Gagasan-gagasan mereka kemudian
menjadi landasan bagi praktik-praktik manajemen semisal prosedur pemilihan
karyawan,program-program motivasi dan bekerja dalam tim.
Kontribusi OB diberikan oleh Kajian-kajian Hawthome, yaitu serangkaian
studi yang dilakukan di perusahaan Western Electric Company Works di kota
Cicero, Illions, AS. Kajian-kajian yang dimulai pada tahun 1924, pada awalnya
dirancang dan dijalankan oleh para insiyur di Western Electric sebuah eksprimen
manajemen ilmiah.

D. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan Kuantitatif lahir dan berkembang dari solusi-solusi matematika dan
statisitika yan diciptakan untuk memecahkan masalah- masalah militer pada Perang
Dunia II. Setelah berakhirnya perang, banyak diantara teknik-teknik yang
sebelumnya diperuntukan bagi kepentingan militer ini kemudian ditetapkan
kedalam bisnis. Sebagai contoh, sekelompok perwira militer AS, yang dijuluki
“The Whiz Kids” bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan era
1940-an, dan mereka segera menerapkan metode-metode statistic dan model-model
kuantitaitf untuk membantu proses pengambilan keputusan di perusahaan tersebut.
Manajemen Mutu Total (total quality management, TQM) adalah sebuah
falsafah manajemen yang sepenuhnya berfokus pada upaya-upaya perbaikan secara
terus-menerus dan kemampuan menjawab dengan cepat berbagai kebutuhan dan

12
harapan pelanggan. Istilah pelanggan disini berarti siapa aja berinteraksi dengan
prolduk dan layanan organisasi, baik secara internal maupun eksternal.
Sebuah sistem adalah sekumpulan bagian yang saling terkait dan saling
bergantung antara satu dan lainnya,yang ditata sedemikian rupa hingga membentuk
sebuah kesatuan yang utuh. Dua tipe dasar sistem adalah sistem tertutup dan sistem
terbuka. Sistem tertutup tidak dipengaruhi dan tidak pula berinteraksi dengan
lingkungan di sekitarnya. Sebaliknya, sistem terbuka dipengaruhi dan berinteraksi
dengan lingkungan tempatnya berada.
Peraga SM-7 memperlihatkan diagram sebuah organisasi yang disajikan
dari sudut pandang sistem terbuka.seperti dapat kita lihat di sini, sebuah organisasi
menerima/mengambil input (sumber daya) dari lingkungannya dan mengubah, atau
memproses, sumber-sumber daya tersebut menjadi output yang kemudian di
distribusikan kembali ke lingkungannya. Dengan demikian, organisasi adalah
sebuah sistem yang “terbuka” dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Para peneliti mengemukakan visi bahwa sebuah organisasi dibentuk oleh
serangkaian faktor yang saling bergantung satu sama lainnya (interdependent) yang
meliputi orang-orang, kelompok-kelompok orang, perilaku-perilaku, motif-motif,
struktur formal, beragam interaksi, berbagai sasaran,status, dan kewenangan. Selain
itu, pendekatan sistem mengisyaratkan bahwa keputusan dan tindakan di salah satu
bidang-bidang lainnya.
Organisasi bergantung pada lingkungannya untuk memperoleh input yang
dibutuhkannya dan untuk menyerap output yang dihasilkannya. Manajemen tidak
(dan memang tidak dapat) didasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang kaku yang
berlaku sama di dalam segala keadaan. Situasi-situasi yang berbeda dan cepat
berubah mengharuskan para manajer menggunakan beragam pendekatan dan
teknik. Pendekatan kontinjensi/ contingency approach (terkadang disebut
pendekatan situasional) menyatakan bahwa setiap organisasi bersifat unik,
menghadapi situasi-situasi yang berlainan (contingencies) dan membutuhkan cara
pengelolaan yang berbeda-beda.
Salah satu cara terbaik untuk menggambarkan pendekatan kontinjensi
adalah frasa “jika,maka”. Jika saya berada dalam situasi semacam ini, maka
beginilah cara terbaik bagi saya untuk mengelola. Peraga SM-8 menjabarkan empat

13
variabel kontinjensi(contingencies) yang paling banyak dikenal di manajemen.
Meskipun daftar ini tentu saja jauh dari lengkap terdapat lebih dari 100 variabel
situasional yang berbeda yang telah teridentifikasi keempat variabel tersebut paling
sering digunakan dan dapat memberikan anda bayangan yang lebih jelas tentang
apa yang dimaksud dan dapat memberikan anda bayangan yang lebih jelas tentang
apa yang dimaksud dengan variabel kontinjensi. Nilai terbesar dari pendekatan
situasional adalah penekanannya pada kenyataan bahwa tidak terdapat satupun
aturan baku yang bersifat universal dalam manajemen.

14
BAB 2
MENGAMBIL KEPUTUSAN

Setiap hari adalah serangkaian keputusan dari yang kecil hingga signifikan
dan segala ukuran di antaranya. Terutama ketika menghadapi keputusan yang
sifnifikan. Dan ketika anda akhirnya menyelesaikan sekolah dan mulai bekerja,
pengambilan keputusan yang baik dalam pekerjaan anda juga akan berperan
penting dan bahkan dapat memengaruhi evaluasi kinerja dan prospek karier masa
depan. Namun, untuk mengambil keputusan yang tepat setiap saat tidaklah
mungkin. Pengambilan keputusan yang baik adalah sebuah keterampilan dan
seperti keterampilan apapun, ini bisa dipelajari dan diperbaiki.
Pengambilan keputusan adalah inti dari manajemen. Itu adalah hal yang
dilakukan para manajer (atau yang dicoba dihindari). Dari semua manajer akan suka
mengambil kepurusan yang baik karena mereka dinilai dari hasil keputusan
tersebut.

A. Proses Pengambilan Keputusan

Manajer pada semua tingkatan dan semua area di organisasi pasti akan
mengambil keputusan. Artinya, mereka membuat pilihan. Sebagai contoh, manajer
tingkat atas mengambil keputusan mengenai tujuan organisasinya, di mana
menentukan lokasi fasilitas manufaktur, atau pasar baru mana yang akan dimasuki.
Manajer tingkat menengah dan bawah mengambil keputusan mengenai jadwal
produksi, masalah kualitas produksi, kenaikan gaji, dan disiplin karyawan.
Mengambil keputusan bukanlah satu-satunya hal yang dilakukan manajer. Semua
anggota organisasai akan mengambil keputusan yang memengaruhi pekerjaanya
dan organisasi tempat mereka bekerja. Namun, fokus kita tertuju pada bagaimana
manajer mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan adalah (dan seharusanya merupakan) sebuah


proses, bukan hanya tindakan sederhana memilih di antara alternatif.

15
Langkah-langkah proses pengambilan keputusan adalah:

Langkah 1: Mengidentifikasi Suatu Masalah


Tim anda tidak berfungsi, pelanggan anda pergi, atau rencana anda tidak lagi
relevan. Setiap keputusan diawali dengan masalah, yaitu perbedaan antara kindisi
yang ada dan yang diinginkan. Identifikasi masalah bersifat subjektif. Apa yang
dianggap manajer sebagai masalah mungkin tidak dianggap maslaah oleh manajer
lainnya. Sama buruknya dengan manajer yang bahkan tidak mengenali suatu
masalah dan tidak melakukan apa-apa. Seperti yang anda lihat, mengidentifikasi
masalah secara efektif sangatlah penting, tetapi tidak mudah.

Langkah 2: Mengidentifikasi Kriteria Keputusan


Setelah manajer mengidentifikasi masalah, dia harus mengidentifikasi kriteria
keputusan yang penting atau relevan untuk memecahkan masalah. Setiap
pengambil keputusan mempunyai kriteria yang memandu keputusannya, walaupun
tidak dinyatakan secara eksplisit.

Langkah 3: Mengalokasikan Bobot pada Kriteria


Jika kriteria yang relevan tidak sama arti pentingnya, pengambil keputusan harus
memberi bobot pada masing-masing kriteria agar dapat memberinya prioritas yang
tepat dalam membuat keputusan. Cara yang sederhana adalah memberi bobot 10
pada kriteria yang paling penting dan kemudian memberikan bobot pada kriteria
yang lain dengan menggunakan standar tersebut. Tentu saja, Anda dapat
menggunakan angka mana saja sebagai bobot tertinggi.

Langkah 4: Mengembangkan Alternatif


Langkah keempat dalam proses pembuatan keputusan mengharuskan pengambil
keputusan menyusun daftar alternatif yang dapat memecahkan masalah. Ini
merupakan langkah dimana mengambil keputusan harus kreatif. Pada titik ini,
alternatif hanya didaftar, tidak dievaluasi.

Langkah 5: Menganalisis Alternatif


Setelah alternatif diidentifikasi, pengambil keputusan harus mengevaluasi setiap
kemungkinan. Dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan pada langkah 2. Perlu
diingat bahwa data tersebut merepresentasikan penilain atas delapan alternatif

16
dengan menggunakan kriteria keputusan, tetapibukan pembobotan. Jika satu
alternatif memiliki skor tertinggi pada setiap kriteria, anda tidak perlu
mempertimbangkan bobotnya karena alternatif tersebut sudah menjadi pilihan
utam. Jika semua bobot adalah sama, anda dapat mengevaluasi sebuah alternatif
hanya dengan menjumlahkan semua nilainya.

Langkah 6: Memilih Sebuah Alternatif


Langkah keenam dalam proses pembuatan keputusan adalah memilih alternatif
terbaik atau yang menghasilkan total tertingi dilangkah 5.

Langkah 7: Mengimplementasikan Alternatif


Pada langkah 7 dalam proses pengambilan keputusan, Anda menerapkan keputusan
ke dalam tindakan dengan memberlakukan kepada mereka yang terpengaruh dan
membuat mereka berkomitmen terhadapnya.hal lain yang mungkin harus dilakukan
manajer selama implementasikan adalah menilai ulang lingkungan untuk setiap
perubahan, terutama dengan keputusan jangka panjang.

Langkah 8: Mengevaluasi Efektivitas Keputusan


Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan melibatkan evaluasi hasil
keputusan untuk melihat apakah masalahnya telah terpecahkan. Jika evaluasi
menunjukkan bahwa masalahnya masih ada, manajer harus menilai apa yang salah.

B. Manajer Mengambil Keputusan

Walaupun setiap orang dalam organisasi mengambil keputusan, pengambilan


keputusan merupakan hal yang penting terutama bagi manajer. Karena itu, para
manajer pada saat merencanakan, msngorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan disebut pengambil keputusan.
Fakta bahwa hampir semua manajer terlibat dalam pengambilan keputusan
tidak berarti keputusan selalu membutuhkan banyak waktu,kompleks, aau terlihat
jelas bagi pengamat dari luar. Hampir semua pengambilan keputusan bersifat rutin.

Mengambil Keputusan: Rasionalitas

17
Kita mengasumsikan bahwa manajer akan menggunakan pengambilan keputusan
rasional bahwa mereka akan membuat pilihan yang logis dan konsisten untuk
memaksimalkan nilai. Jadi, manajer mempunyai semua jenis sarana dan teknik
untuk membantunya menjadi pembuat keputusan yang rasional.

Asumsi Rasionalitas
Pengambil keputusan yang rasional akan sangat objektif dan logis. Terakhir,
pengambilan keputusan yang rasional akan secara konsisten menghasilkan
pemilihan alternatif yang memaksimalkan kemungkinan tercapainya tujuan
tersebut. Asumsi ini berlaku pada semua keputusan personal atau manajerial.
Namun, bagi pengambilan keputusan manajerial, kita harus menambahkan satu
asumsi tambahan: Keputusan dibuat demi kepentingan terbaik organisasi. Asumsi
rasionalitas ini tidak terlalu realistis, tetapi konsep berikutnya dapat membantu
bagaimana sebagian besar keputusan diambil dalam organisasi.

Pengambilan Keputusan: Rasionalitas Terikat


Pengambilan keputusan yang baik harus melakukan beberapa hal dan
memperlihatkan perilaku pengambilan keputusan yang baik pada saat
mengidentifikasi masalah, memperlihatkan perilaku pengambilan keputusan yang
baik pada saat mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan alternatif,
mengumpulkan informasi, dan bertindak tegas namun bijaksana. Namun,
pendekatan yang realistis untuk menjelaskan bagaimana manajer mengambil
keputusan adalah konsep rasionalitas terikat, yang menyatakan bahwa manajer
mengambil keputusan yang rasional, tetapi terbatas (terikat) oleh kemampuannya
memproses informasi. Karena mereka tidak mungkin menganalisis semua
informasi tentang semua alternatif, manajer lebih tepat dikatakan memuaskan dan
bukan memaksimalkan.
Pengambilan keputusan oleh manajer mungkin dipengaruhi oleh budaya
organisasi, politik internal, pertimbangan daya, dan fenomena yang disebut eskalasi
komitmen, yaitu peningkatan komitmen terhadap keputusan sebelumnya walaupun
ada bukti yang menyatakan bahwa keputusannya mungkin salah.

Pengambilan Keputusan: Peranan Intuisi

18
Pengambilan Keputusan Intuisi adalah pengambilan keputusan yang didasarkan
pada pengalaman, perasaan, dan akumulasi pertimbangan. Pengambilan keputusan
intuisi dapat melengkapi pengambilan keputusan rasional maupun rasional terikat.

Mengambil Keputusan: Peran Manajemen Berdasarkan Bukti


Manajemen berdasarkan bukti (EBMgt), penggunaan sistematis dari bukti terbaik
yang tersedia untuk meningkatkan praktik-praktik manajemen. Manajemen
berdasarkan bukti cukup relevan terhadap pengambilan keputusan manajerial.
Empat unsur EBMgt meliputi: (1) keahlian dan penilaian pengambil keputusan; (2)
bukti eksternal yang telah dinilai oleh pengambil keputusan; (3) opini, preferensi,
dan nilai dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam sebuah keputusan; dan
(4) faktor-faktor organisasional (internal) yang relevan, seperti konteks, situasi, dan
anggota organisasi.
Terkadang, intuisi (pertimbangan) pengambil keputusan mungkin memiliki
penekanan lebih dalam keputusan; di lain waktu, unsur opini dari pemangku
kepentingan; dan di waktu yang lain lagi, mungkin pertimbangan etis (konteks
organisasional).

C. Jenis Keputusan dan Kondisi Pengambilan Keputusan

Jenis Keputusan
Masalah yang Terstruktur Dan Keputusan yang Terprogram
Tujuan pengambil keputusan sudah jelas, masalah sering dihadapi, dan informasi
mengenai masalah mudah didefenisikan serta diselesaikan. Masalah yang
terstruktur karena jelas, dikenal, dan mudah didefenisikan. Keputusan yang
terprogram yaitu keputusan berulang yang dapat ditangani dengan menggunakan
pendekatan rutin atau kebiasaan. Karena masalahnya telah terstruktur, manajer
tidak akan menghadapi kesulitan dan membuang waktu terlibat dalam proses
pengambilan keputusan.
Masalah yang terstruktur didefenisikan, solusi yang ada buasanya
membuktikan dirinya sendiri atau paling tidak berkurang ke beberapa alternatif

19
yang sudah tidak asing lagi dan telah terbukti sukses di masa lalu. Manajer
bergantung pada salah satu dari tiga jenis keputusan terprogram yaitu:
Prosedur adalah serangkaian langkah berurutan yang digunakan manajer
untuk merespons masalah terstruktur. Satu-satunya kesulitan yang dihadapi adalah
mengidentifikasi masalah. Peraturan adalah pernyataan eksplisit yang memberi
tahu manajer apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Peraturan ini sering
digunakan karena mudah diikuti dan memastikan konsistensi. Jenis keputusan
terprogram yang ketiga adalah kebijakan, yang merupakan pedoman dalam
pengambilan keputusan. Berlawanan dengan perturan, kebijakan menciptakan
parameter umum bagi pengambil keputusan dan bukan menyatakan secara spesifik
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Berikut ini beberapa sampel pernyataan
kebijakan:
 Pelanggan selalu didahulukan dan harus selalu dipuaskan.
 Kami mempromosikan dari dalam apabila memungkinkan.
 Gaji karyawan selalu kompetitif dalam standar komunitas
Istilah dipuaskan, apabila memungkinkan, dan kompetitif membutuhkan
interpretasi.

Masalah Tak Terstruktur Dan Keputusan Tak Terprogram


Banyak situasi yang dihadapi organisasi melibatkan masalah tak terstruktur, yang
merupakan masalah baru atau tidak biasa dan yang informasinya tidak jelas atau
tidak lengkap. Apabila masalahnya tak terstruktur, manajer harus mengandalkan
pada pengambilan keputusan tak terprogram agar dapat mengembangkan solusi
yang unik. Keputusan tak terprogram bersifat unik dan tidak berulang serta
melibatkan solusi yang disesuaikan. Manajer tingkat bawah sangat mengandalkan
keputusan terprogram (prosedur, peraturan, dan kebijakan) karena mereka
menghadapi masalah yang sudah lazim dan berulang.

Kondisi Pengambilan Keputusan


 Kepastian
Situasi yang ideal untuk membuat keputusan adalah kepastian, yaitu, situasi
dimana manajer dapat membuat keputusan yang akurat karena hasil dari
setiap alternatif sudah diketahui.

20
 Risiko
Situasi yang jauh lebih umum ketimbang pengambilan keputusan menurut
kepastian adalaha risiko, yaitu kondisi di mana pengambil keputusan dapat
mengestimasikan kemungkinan hasil yang pasti. Menurut risiko, manajer
mempunyai data historis dari pengalaman pribadi di masa lalu atau
informasi sekunder yang memperbolehkan mereka menempatkan
kemungkinan pada alternatif yang berbeda.
 Ketidakpastian
Pilihan alternatif dipengaruhi oleh terbatasnya informasi yang tersedia dan
orientasi psikologi dari pengambil keputusan. Manajer yang optimistis akan
mengikuti pilihan maximax (memaksimalkan kemungkinan payoff
minimum), manajer yang pesimistis akan mengikuti pilihan maximin
(memaksimalkan kemungkinan payoff minimum), dan manajer yang ingin
meminimalkan penyesalan/regret maksimumnya akan memilih pilihan
minimax.

D. Gaya Pengambilan Keputusan

Profil Gaya Berpikir Linear-Nonlinear


Gaya berpikir anda menunjukkan dua hal: (1) sumber informasi yang cenderung
anda gunakan (data eksternal dan fakta atau sumber internal seperti perasaan intuisi)
dan (2) bagaimana anda memproses informasi (linear-rasional, logis, analitis, atau
non-linear-intuitif, kreatif, memberikan pencerahan).
Empat dimensi ini dibagi menjadi dua gaya. Pertama, gaya berpikir linear,
yang dicirikan oleh preferensi orang untuk menggunakan data dan fakta eksternal
serta memproses informasi secara rasional, berpikir logis untuk memandu
keputusan dan tindakannya. Kedua, gaya berpikir nonlinear, yang dicirikan oleh
preferensi atas sumber informasi internal (perasaan dan intuisi) serta memproses
informasi ini dengan pencerahan , perasaan, dan pendapat internal untuk memandu
keputusan serta tindakan.

21
Bias dan Kesalahan Pengambilan Keputusan
Apabila pengabil keputusan cenderung berpikir bahwa mereka tahu lebih banyak
daripada yang mereka lakukan atau memiliki pandangan positif yang tidak realistis
tentang diri mereka sendiri dan kinerjanya, mereka menunjukkan bias terlalu
percaya diri. Bias gratifikasi segera mencerminkan pengambilan keputusan yang
cenderung menginginkan imbalan segera dan menghindari biaya segera. Efek
jangkar ( anchoring effecy ) menggambarkan situasi ketika pengambil keputusan
menetapkan informasi awal sebagai titik awal dan kemudian, setelah ditetapkan,
gagal menyesuaikan secara memadai informasi berikutnya.
Ketika pengambil keputusan mengorganisasikan dan menginterprestasikan
kejadian secara selektif berdasarkan persepsinya yang bias, mereka menggunakan
bias persepsi selektif. Pengambil keputusan yang mencari informasi yang
menegaskan lagi pilihannya yang lalu dan mengurangi informasi yang bertolak
belakang dengan penilaian di masa lalu menunjukkan bias konfirmasi. Pada bias
pembingkaian, pengambil keputusan memilih dan menyoroti aspek-aspek dari
situasi tertentu, tetapi membuang yang lain. Bias ketersediaan menyebabkan
pengambilan keputusan cenderung mengingat kejadian terakhir dan yanter terpatri
jelas di benak mereka. Bias ini mendistorsi kemampuannya mengingat kejadian
secara objektif dan menghasilkan penilaian dan estimasi probabilitas yang
terdistorsi. Ketika pengambilan keputusan menilai kemungkinan terjadinya sebuah
kejadian berdasarkan seberpa mirip hal itu dengan kejadian yang lain atau
serangkaian kejadian, ini merupakan bias representasi. Bias ketidakteraturan
timbul apabila pengambilan keputusan mencoba mencari arti dari kejadian yang
bersifat acak. Dengan kesalahan biaya tertanam, pengambilan keputusan lupa
bahwa pilihan saat ini tidak dapat mengubah masa lalu. Pengambilan keputusan
yang cepat merasa bangga atas keberhasilannya dan menyalahkan kegagalan dari
faktor luar menunujukan bias melayani diri sendiri. Bias pengamatan adalah
kecenderungan mengambil keputusan unutk melakukan kesalahan karena percaya
bahwa setelah hasilnya diketahui, mereka dapat secara akurat memprediksikan hasil
dari suatu kejadian.

Tinjauan Pengambilan Keputusan Manajerial


Sejalan dengan kepentingan terbaiknya, manajer ingin mengambil keputusan yang

22
Terbaik yaitu memilih alternati yang terbaiik, mengimplementasikaanya dan
menentukan apakah masalahnya telah terpecahkan, yang merupakan alasan utama
keputusan diperlukan.

Tinjauan atas Pengambilan Keputusan Manajerial

E. Pengambilan Keputusan yang Efektif di Dunia Dewasa Ini

Panduan Bagi Pengambilan Keputusan yang Efektif


Berikut ini adalah beberapa panduan tambahan untuk menjadi pengambil keputusan
yang lebih baik.
 Memahami perbedaan budaya
 Wujudkan standar demi pengambilan keputusan yang baik
 Mengetahui kapan waktu untuk keluar
 Menggunakan keputusan yang efekif. Karakteristiknya : (1) berfokus pada
apa yang penting, (2) logis dan konsisten, (3) mengakui pemikiran subjektif
dan objektif serta campuran analitis dengan pemikiran intuitif, (4) hanya
membutuhkan informasi dan analisis secukupnya yang diperlukan untuk
memecahkan dilema tertentu, (5) mendorong dan memandu pengumpulan

23
informasi yang relevan serta opini tertentu, dan (6) jelas, dapat diandalkan,
mudah digunakan serta fleksibel.
 Kembangkan kemampuan Anda dalam berpikir jernih sehingga dapat
membuat pilihan yang lebih baik di tempat kerja dalam kehidupan Anda.

Pemikiran Desain dan Pengambilan Keputusan


Pemikiran desain (design thinking) adalah melakukan pendekatan terhadap
permalahan manajemen seperti halnya desainer melakukannya terhadap
permasalahan desain.
Pemikiran desain berarti membuka perspektif Anda dan mendapatkan
wawasan dengan menggunakan keterampilan observasi dan penyelidikan serta
tidak mengandalkan hanya pada analisis rasional.

Data Besar dan Pengambilan Keputusan


Data besar (big data) adalah sejumlah besar informasi kuantitatif yang dapat
dianalisis dengan pengolahan data yang sangat canggih.
Denga memiliki jenis data besar, pengambil keputusan memiliki alat yang
sangat ampuh untuk membantu pengambilan keputusan. Namun, para ahli
mengingatkan bahwa mengumpulkan dan menganalisis data demi data itu sendiri
adalah usaha yang sia-sia. Dibutuhkan tujuan-tujuan ketika mengumpulkan dan
menggunakan jenis informasi ini.

24

Вам также может понравиться