Вы находитесь на странице: 1из 28

MAKALAH TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN KRITIS

“TERAPI PERILAKU KOGNITIVE PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK”

Oleh :

Semester 7 S1 Keperawatan Kelas B

ZinatulWidad20151660091

Dosen : Nugroho Ari W,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Terapi Perilaku Kognitive Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Pasien

GGK ”.

Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1. Nugroho Ari W,S.Kep.,Ns.,M.Kep senantiasa memberikan bimbingan dan

arahan dalam penyelesaian makalah ini,

2. Dan orang tua saya atas dukungannya dalam penyelesaian makalah ini,

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun

guna kesempurnaan makalah ini menjadi lebih baik.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami

secara pribadi dan bagi yang membutuhkannya.

Surabaya, 12 November2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..............................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................ 1
DAFTAR ISI.......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 5
1.3 Tujuan Umum ...................................................................... 6
1.4 Tujuan Khusus....................................................................... 6
1.5 Manfaat Makalah .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................. 7
2.1 Definisi ……………............................................................. 7
2.2 Epidemiologi …………………………………................... 9
2.3 Etiologi................................................................................ 9
2.4 Patofisiologi ……………………………………………….. 10
2.5 Manifestasi klinis….............................................................. 11
2.6 Klasifikasi ……………………………………………............13
2.7 Prognosis ……………………………………………………. 14
2.8 Pemeriksaan Penunjang ……………………………………. 14
2.9 Penatalaksanaan …………………………………………… 15
BAB III TELAAH JURNAL ……........................................................... 18
BAB IV PENUTUP................................................................................ ... 27
4.1 Kesimpulan................................................................................ 27
4.2 Saran.......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul
akibat berbagai factor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit
metabolic atau degeneratif, dan lain-lain (Riskesdes, 2013).Kelainan tersebut
dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang
berbeda-beda.Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih
dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak merasakan gejala sama
sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat terancam nyawanya jika tidak
menjalani hemodialysis (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk
menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak parah. Di Indonesia, penyakit
ginjal yang cukup sering dijumpai antara lain adalah penyakit gagal ginjal dan
batu ginjal.
Penyakit gagal ginjal kronis (GGK) digolongkan sebagai penyakit yang
bersifat kronis karena penyakit ini berlangsung terus sepanjang hidup pasien.
Seorang individu yang divonis menderita penyakit kronis akan berada dalam
posisi krisis dengan ditandai adanya ketidakseimbangan fisik maupun
psikososialnya (Setyaningsih, 2011; Andri, 2012). Didefinisikan sebagai gagal
ginjal kronis jika pernah didiagnosis menderita penyakit gagal ginjal kronis
(minimal sakit selama 3 bulan berturut-turut) oleh dokter.
Prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan pernah didignosis doker di
Indonesia sebesar 0,2 %. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar
0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4%.
Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing 0,3 %.
Prevalensi gagal ginjal kronis yang didiagnosis dokter meningkat seiring
dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur 35-44
tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%),
tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki
(0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi pada

4
masyarakat pedesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta,
dan petani/nelayan/buruh (0,3%) (Riskesdes,2013).
Sementara berdasarkan data yang dirilis IRR (Indonesian Renal Registry)
pada tahun 2011 dalam Report Of Indonesian Renal Registry didapatkan data
bahwa jumlah diagnosa pennyakit gagal ginjal yang terdata berjumlah 15.350
pasien dengan rincian 13619 pasien dengan penyakit gagal ginjal
terminal/ESDR, 1017 gagal ginjal akut/ARF, dan 717 gagal ginjal akut pada
GGK. Lebih lanjut data menunjukkan bahwa Jawa Tengah menduduki
peringkat ketiga sebagai provinsi terbanyak jumlah 1530 penderita gagal
ginjal kronik dan 47 penderita gagal ginjal akut.
Penurunan fungsi ginjal bersifat progresif dan irreversible. Hal tersebut berarti
fungsi ginjal akan terus menurun dan fungsi yang telah menurun ini tidak
dapat dikembalikan pada kondisi semula. Penurunan fungsi ginjal ini dapat
digolongkan menjadi lima tahapan atau stadium. Penurunan fungsi ginjal
dapat diketahui dari kemampuan ginjal untuk menyaring darah atau
Glomerular Filtration Rate (GFR). Apabila seseorang telah memasuki
stadiumke lima maka ginjal sudah tidak berfungsi untuk menahan kehidupan,
GFR (dibawah 15) atau ginjal hanya dapat berfungsi kurang dari 15%. Pada
stadium ke lima ini penyaki gagal ginjal kronis ini telah menjadi gagal ginjal
terminal. Pada tahap ini pasien harus melakukan terapi penggantian fungsi
ginjal untuk menunjang kehidupan.
Pada satu sisi pengobatan gagal ginjal dengan hemodialysis masih menjadi
alternative utama dalam pengobatan gagal ginjal, tetapi sisi lain efek samping
dari pengobatan menjadi stressor yang besar kepada pasien. Permasalahan dan
stressor yang dimiliki oleh penderita gagal ginjal terminal ini menuntut
adaptasi dan kepatuhan dari pasien. Pada saat mendapatkan diagnose gagal
ginjal, maka banyak penyesuaian yang harus dilakukan misalnya penyesuaian
gaya hidup, pola makan, pekerjaan yang harus dilakukan misalnya
penyesuaian gaya hidup, pola makan, pekerjaan, peran dan fungsi dalam
rumah tangga, dan juga penyesuaian terhadap hemodialysis sendiri. Apabila
pasien tidak dapat beradaptasi dengan stesor yang ada, maka pasien biasanya
akan mengalami permasalahan psikologis dalam menjalani pengobatan. Salah

5
satu permasalahn psikologis yang sering terjadi pada pasien gagal ginjal
terminal adalah kecemasan (Rahimi, AHmadi, & Gholyaf, 2008).
Masalah psikososial menjadi sangat penting diperhatikan karena
berpotensi untuk menjadi gangguan jiwa dan bila tidak terkendali memiliki
kontribusi meningkatkan burden disease. Menurut WHO global burden of
disease sebesar 8,1% disebabkan oleh gangguan kesehatan jiwa.
Ketidakseimbangan psikososial yang ditunjukkan pasien adalah dengan
perilaku yang mengarah pada kecemasan, ketakutan, kacau, merasa berbeda
dengan orang lain, perasaan tidak berharga, merasa “tuhan tidak adil” dan
perasaan emosional yang lain. Hal tersebut muncul karena mekanisme koping
yang biasa digunakan saat stress tidak efektif lagi untuk mengatasinya
sehingga dapat mengakibatkan stress yang berkepanjangan. Stres yang dialami
oleh pasien GGK tersebut dimungkinkan terjadi akibat dari kesadaran pasien
bahwa penyakitnya tidak akan bisa disembuhkan, kesulitan pasien beradaptasi
dengan kondisinya serta banyaknya keterbatasan yang dialami pasien.
Karakteristik yang ditunjukkan oleh pasien yang mengalami stress akibat
diagnosis GGK diantaranya adalah sebagai berikut : sedih, murung, mudah
terharu, menangis, tidak berdaya, kecewa, kehilangan minat dan kegembiraan.
Lebih jauh lagi, karakteristik tersebut lebih menggambarkan adanya gangguan
konsep diri: harga diri rendah, semisal tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa
mengatur dirinya sendiri, hilang minat dan malu tentang keadaan dirinya.
Hal tersebut membutuhkan adanya penanganan yang lebih tepat dan serius
oleh masing-masing bidang.Terapi tentang masalah kognitif dan perilaku yang
tepat adalah Cognitive Behaviour Therapy (CBT). Cognitive Behaviour
Therapy adalah terapi yang digunakan untuk memodifikasi pikiran, perasaan
dan perilaku dengan menekankan pada peran otak di dalam menganalisis,
memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan kembali sehingga dapat
merubah perasaan dan pikirannya dari maladaptif menjadi adaptif
(Oemarjoedi, 2003 dan British Association for Behavioural and Cognitive
Psychotherapies, 2006 dalam Sasmitha, 2011).
1.1 RumusanMasalah
1. Bagaimana konsep penyakit gagal ginjal kronis?

6
2. Bagaimana askep pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronis ?
3. Bagaimana terapi self management pada pasien gagal ginjal kronis ?

1.2 Tujuan Umum


Mahasiswa (i) mampu memahami konsep penyakit gagal ginjal kronik dan
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik sertadapat
menerapkan terapi self management pada pasien dengan gagal ginjal kronis.

1.3 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa (i) mampu mengetahui dan memahami Konsep PenyakitGagal
Ginjal Kronik
2. Mahasiswa (i) mampu memahami pengkajian dalam Asuhan Keperawatan
PenyakitGagal Ginjal Kronik
3. Mahasiswa (i)mampu membuat perencanaan dalam Asuhan Keperawatan
PenyakitGagal Ginjal Kronik
4. Mahasiswa (i)mampu melakukan intervensi keperawatan dalam penerapan
Asuhan Keperawatan PenyakitGagal Ginjal Kronik
5. Mahasiswa (i)mampu mengevaluasi terhadap intervensi yang telah
dilakukan dalam Asuhan Keperawatan PenyakitGagal Ginjal Kronik.

1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
Memberikan pengalaman dan metode penanganan yang tepat dalam
asuhan keperawatan pada gagal ginjal kronik
2. Manfaat bagi institusi pendidikan
Dapat di gunakan sebagai informasi dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan dalam penerapan proses asuhan keperawatan
di masa yang akan datang.
3. Manfaat bagi Rumah sakit

7
Diharapkan dapat sebagai meningkatkan mutu pelayanan dan perawatan
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan secara komprehensif dan
efisien.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi


yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal.

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2002).

Chronik Kidney Desease adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat


fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar
dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi
ginjal). (Nursalam. 2006).

Chronic Kidney Disease (CKD)adalah suatu keadaan klinis yang


ditandaidengan perkembangan gagal ginjal yangprogresif dan lambat sehingga
terjadiakumulasi bahan toksik uremi sertapenurunan fungsi hormonal (Price &
Wilson,2013).

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa gagal ginjal


kronik adalah gangguan fungsi renal yang irreversible dan berlangsung lambat
sehingga ginjal tidak mampu mempertahankan metabolisme tubuh dan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta menyebabkan uremia.

9
2.2 Epidemiologi

PGK merupakan penyakit yang sering dijumpai pada praktik klinik sehari-
hari.Prevalensinya di negara maju mencapai 10-13% dari populasi.Sebuah studi
yang dilakukan Perhimpunan Nefrologi Indonesia melaporkan sebanyak 12.5%
populasi di Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal.

2.3 Etiologi

Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2012 menjelaskan


etiologi dari GGK adalah:

Penyebab Insiden
Penyakit ginjal hipertensi 35%
Nefropati diabetika 26%
Glomerulopati primer 12%
Nefropati obstruksi 8%
Pielonefritis kronik 7%
Nefropati asam urat 2%
Nefropati lupus/SLE 1%
Ginjal polikistis 1%
Tidak diketahui 2%
Lain-lain 6%

Individu dengan GFR normal atau meningkat dan tanpa kerusakan pada
ginjal dapat beresiko menjadi GGK, sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan
untuk menentukan apakah menderita GGK atau tidak (Warady & Chadha, 2007).
Berdasarkan data tahunan ke empat IRR oleh PERNEFRI tahun 2011,
menyatakan urutan etiologi GGK dari nilai yang terbanyak adalah penyakit ginjal
hipertensi 34%, nefropati diabetika 27%, glomerulonefropati primer 14%,
nefropati obstruksi 8%, pielonefritis kronik 6%, sistemik lupus eritromatosus 1%,
ginjal polikistik 1%, gout 2%, lain-lain 6%, dan tidak diketahui 1%.
Secara umum penyebab GGK hampir sama di setiap negara, tetapi
dibedakan dalam perbandingan persentasenya (Riyanto, 2011). Menurut Fauci,
Braun, Kasper, Hauser, dan Ongo (2009) hal-hal yang dapat menyebabkan GGK
adalah diabetik nefropati, hipertensi nefrosklerosis, glomerulonefritis, iskemik
nefropati, ginjal polikistis, refluk nefropati, intersisial nefritis, nefropati dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV), transplant allograft failure.

10
2.4 Patofisiologi

Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab pada


akhirnya akan terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi
penurunan laju filtrasi glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang
mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi non-
eksresi. Gangguan fungsi non-eksresi diantaranya adalah gangguan metabolism
vitamin D yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin D yang mana vitamin D
bergunan untuk menstimulasi usus dalam mengabsorpsi kalsium, maka absorbs
kalsium di usus menjadi berkurang akibatnya terjadi hipokalsemia dan
menimbulkan demineralisasi ulang yang akhirnya tulang menjadi rusak.
Penurunan sekresi eritropoetin sebagai factor penting dalam stimulasi produksi sel
darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang
dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin
(oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan mengalami keadaan lemas dan
tidak bertenaga.

Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang


berfungsi.penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence
kretinin urine tamping 24 jam yang menunjukkan penurunan clerence kreatinin
dan peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat
megakibatkan edema, CHF dan hipertensi.Hipotensi dapat terjadi karena
aktivitasbaksis rennin angiostenin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron.Kehilangan garam mengakibatkan resiko hipotensi dan
hipovolemia.Muntah dan diaremenyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga
status uremik memburuk.Asidosis metabolic akibat ginjal tidak mampu
menyekresi asam (H+) yang berlebihan.Penurunan sekrsi asam akibat tubulus
ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium
bikarbonat (HCO3-).Penurunan eksresi fosfat dan asam organic yang terjadi.

Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai,


memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk
mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari saluran
pencernaan. Eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi sumsum

11
tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi eritropoitein menurun
sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan keletihan, angina dan
sesak nafas.

Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan


metabolisme.Kadar kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik.
Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan
menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat
serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal
ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya
perubahan tulang dan penyakit tulang. (Nurlasam, 2007).

2.5 Manifestasi Klinis

Pada umumnya pasien GGK stadium satu sampai tiga tidak mengalami
tanda dan gejala awal atau tidak mengalami gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, endokrin dan metabolik. Sedangkan pasien GGK stadium empat dan
lima memperlihatkan beberapa gejala klinis (Kanitkar, 2009). Menurut Baradero,
Dayrit, dan Siswadi (2009), beberapa tanda dan gejala GGK yaitu:

Penyebab Tanda dan gejala


Sistem hematopoeitik Anemia akibat dari penurunan produksi
eritropoetin sehingga terjadinya penurunan
rangsangan eritropoetis pada sumsum tulang,
cepat lelah, perdarahan akibat terjadinya
trombositopenia, ekimosis.
Sistem kardiovaskuler Hipervolemia, hipertensi akibat penimbunan
cairan dan garam atau aktivitas renin-
angiostensin dan aldosteron meningkat,
takikardia, disritmia, gagal jantung kongestif
akibat kelebihan cairan.
Sistem pernapasan Takipnea, pernapasan kussmaul, sputum yang

12
lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh
meningkat, edema paru.
Sistem gastrointestinal Anoreksia, nausea, vomitus, perdarahan
gastrointestinal, distensi abdomen, diare dan
konstipasi.
Sistem neurologi Perubahan tingkat kesadaran, letargi,
bingung, stupor, koma, kejang, tidur
terganggu, asiteriksis.
Sistem skeletal Osteodistrofi ginjal dan nyeri sendi.
Sistem integumen Tampak pucat akibat anemia, berwarna
kekuningan akibat penimbunan urokrom,
pigmentasi, pruritus akibat toksin dan
endapan kalsium di pori-pori, lecet akibat
adanya bekas-bekas garukan karena rasa
gatal.
Sistem perkemihan Haluaran urin berkurang, berat jenis urin
menurun, proteinuria, fragmen dan sel dalam
urin, natrium dalam urin berkurang.
Sistem reproduksi Infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi
akibat penurunan produksi testosteron dan
spermatogenesis, pubertas lambat.

Menurut Black dan Hawks (2009) manifestasi GGK berdasarkan


derajatnya adalah sebagai berikut:

Derajat GGK Manifestasi Klinis


Derajat I Tekanan darah pasien normal, tidak terdapat
tanda-tanda abnormalitas hasil tes
laboratorium dan manifestasi klinis.
Derajat II Tanpa manifestasi klinis, terdapat hipertensi,
mulai muncul hasil tes laboratorium
abnormal.

13
Derajat III Tanpa gejala, hasil tes laboratorium abnormal
pada beberapa sistem organ, terdapat
hipertensi.
Derajat IV Terdapat manifestasi klinis berupa kelelahan
dan penurunan rangsangan.
Derajat V BUN meningkat, anemia, hipokalsemia,
hiponatremia, asam urat meningkat,
proteinurea, pruritus, edema, hipertensi,
kreatinin meningkat, penurunan rangsangan,
asidosis metabolik, mudah mengalami
perdarahan, hiperkalemia.

2.6 Klasifikasi

GGK diklasifikasikan menjadi lima stadium berdasarkan tingkat GFR


(Eknoyan & Lameire, 2013) yaitu :

Stadium GFR Deskripsi


(ml/menit/1,73
m2)
1 ≥ 90 GFR normal/meningkat
2 60-89 GFR turun ringan
3a 45-59 GFR turun ringan-sedang
3b 30-44 GFR turun sedang-berat
4 15-29 GFR turun berat
5 < 15 atau dialisis Gagal ginjal

Menurut Suwitra (2006) mengklasifikasikan GGK berdasarkan diagnosis


etiologinya yaitu:

Penyakit Tipe Mayor (contoh)


Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2

14
Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular, penyakit
vaskuler ( penyakit pembuluh darah
besar, tekanan darah tinggi,
mikroangiopati), penyakit
tubulointerstitial (sumbatan,
keracunan obat, pielonefritis kronik),
ginjal polikistik
Penyakit pada transplantasi Rejeksi kronik, keracunan obat,
penyakit recurrent (glomerular),
transplant glomerulopathy

2.7 Prognosis

Kematian biasanya disebabkan karena penyakit penyebab, bukan gagal


ginjal itu sendiri. Prognosis buruk pada apsien lanjut usia dan bila terdapat gagl
organ lain. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan
terutama saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal napas (105), dan gagal
multiorgan dengan kombinasi hipotensi, septikemia, dan sebagainya.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada penyakit Ginjal Kronis adalah sebagai berikut


(KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN, 2014) :

 Pemeriksaan darah lengkap: ureum meningkat, kreatinin serum


meningkat. Dari kadar kreatinin serum dapat dilakukan perhitungan
estimasi LFG dengan rumus Cockcrof-Gault atau studi MDRD;
 Pemeriksaan elektrolit: hiperkalemia, hipokalsemia, hiperfosfatemia;
 Pemeriksaan kadar glukosa darah, profil lipid (hiperkolesterolemia, LDL
meningkat;
 Analisis gas darah: asidosis metabolik (pH) menurun, HCO3 menurun);
 Urinalisis dan pemeriksaan albumin urin;

15
 Sedimen urin: sel tubulus ginjal, sedimen eritrosit, sedimen leukosit,
sedimen granuler kasar, dan adanya eritrosit yang dismorfik merupakan
tanda patognomonik jejas ginjal;
 Pemeriksaan protein urin kuantitatif 24 Jam (PUK);
 Pencitraan: USG ginjal; BNO-IVP;
 Biopsi ginjal;
 Pemeriksaan lain (untuk komplikasi): EKG, foto polos thoraks, dan
ekokardiografi.

2.9 Penatalaksanaan

 Tentukan dan tatalaksana penyebabnya.


 Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan
terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar
(250-1000 mg/hari) atau diuretik loop (bumetanid, asam etakrinat)
diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain
mungkin memerlukan suplemen natrium klorida atau natrium bikarbonat
oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urin, dan pencatatan
keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran sekitar 500ml).
 Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan ureum dan
perbaikan gejala.Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
 Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung
kiri.Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam
dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering
diperlukan diuretik loop, selain obat antihipertensi.
 Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk
mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi
hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan

16
dengan ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan obat
antiinflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang
menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi
melalui kadar kalium plasma dan EKG.
Gejala-gejala asidosis baru h=jelas bila bikarbonat plasma kurang
dari mmol/liter. Biasanya terjadi pada pasien yang sangat kekurangan
garam dan dapat diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi.Namun
perbaikan yang cepat dapat berbahaya.

 Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal


Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti
alumunium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000
mg) pada setiap makan.Namun hati-hati dengan toksisitas obat
tersebut.Diberikan suplemen vitamin D dan dilakukan paratiroidektomi
atas indikasi.
 Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan
diterapi lebih ketat.
 Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya
toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.Misalnya digoksin, aminoglikosid,
analgesik opiat, amfoterisin, dan alopurinol.Juga obat-obatan yang
meningkatkan katabolisme dan ureum darah, misalnya tetrasiklin,
kortikostreoid, dan sitostatik.
 Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi denga ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis,
neuropati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang
meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan,
sehingga diperlukan dialisis.
 Persiapkan dialisis dan program transplantasi.

17
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi.Indikasi
dilakukan dialisis biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang
jelas meski telah dilakukan terapi konservatif, atau terjadi komplikasi.

18
BAB III

TELAAH JURNAL

No Judul Pengarang Populasi Sampling Hasil Kesimpulan


1. Terapi Blessy Dari 150 Sampling yang Dalam Dari artikel ini
perilaku Prabha subyek yang digunakan dalampenelitian ini dapat
kognitif Valsaraj, menjalani penelitian ini
ditemukan disimpulkan
untuk Shripathy hemodialysis adalah bahwa ada bahwa CBT
kecemasan M. Bhat, 80 peserta randomized penurunan dapat secara
dan depresi K.S. Latha direkrut control trial yang efektif
diantara untuk signifikan dimanfaatkan
orang yang penelitian. 40 dari untuk orang-
menjalani masing- kecemasan orang yang
hemodialisis masing yang dengan mean menjalani
dialokasikan (F = 76,739, hemodialysis
untuk p = 0,001) untuk
kelompok dan depresi mendapatkan
eksperimen (F = 57, 326, kontrol atas
dan p = 0,001) pikiran
kelompok pada negative
kontrol kelompok mereka
eksperimen sehingga
jika mengurangi
dibandingkan kecemasan dan
dengan depresi
kelompok
kontrol
2. Terapi Priscila 90 pasien Awalnya, Untuk hasil Dalam
kelompok Silveira dengan diperkirakan primer penelitian ini
perilaku Duarte, diagnosis bahwa 80 pasien dibandingkan CBT terbukti
kognitif Maria depresi yang (40 per dengan efektif dalam
adalah Cristina memenuhi kelompok) akan kelompok pengobatan
pengobatan Miyazaki, syarat diperlukan untuk kontrol, depresi pada
yang efektif Sergio Luis penelitian mendeteksi, kelompok pasien yang
untuk Blay dan dengan 46 setelah intervensi menjalani
depresi besar Ricardo pasien intervensi, memiliki hemodialysis.
pada pasien Sesso dialokasikan pengurangan ≥ rata-rata lebih Di dalam
hemodialisis untuk 50% dalam nilai rendah penelitian ini
kelompok skala BDI dan disubskala menunjukkan
intervensi dan peningkatan 50% kognitif BDI signifikan
44 pasien dalam nilai sepanjang penurunan

19
untuk KDQOL-SF, penilaian (p ≤ gejala depresi
kelompok dibandingkan 0,001). dan
kontrol dengan nilai-nilai Penurunan peningkatan
dasar. dalam nilai skor kualitas
Perbandingan rata-rata BDI hidup pada
antara kedua keseluruhan kelompok yang
kelompok untuk setelah 3 menerima
data klinis- bulan intervensi
demografis (perbedaan dengan CBT
dilakukan oleh rata-rata: untuk jangka
ꭓ 2- tes 10.1 ± 1,7 waktu hingga 9
atau uji eksak poin, P< bulan
Fisher untuk 0,001) dan
variabel setelah 9
kualitatif, atau bulan
dengan Student t- (perbedaan
test atau uji rata-rata: 13,4
Mann-Whitney ± 2.0
untuk variabel poin, P
kuantitatif. <0,001).
Pendekatan data Untuk hasil
longitudinal sekunder ada
digunakan untuk peningkatan
analisis yang
inferensial dari signifikan
tiga titik waktu pada
penilaian, dengan kelompok
model campuran intervensi
menggunakan dalam
struktur beberapa
kovarians dimensi
autoregressive. KDQOL-SF
Analisis setelah 3 dan
dilakukan 9 bulan
dengan dibandingkan
menggunakan dengan
software SAS, baseline:
Cary, NC, USA beban
(PROC MIXED, penyakit
versi 9.2, SAS ginjal
Institute). (perbedaan
rata-rata: 14.9

20
± 4.3 poin, P
<0,001 dan
14,5 ±
5.3 poin, P =
0,009,
masing-
masing);
fungsi
kognitif
(Perbedaan
rata-rata: 12,8
± 4.1 poin, P
= 0,002 dan
16,7 ± 5.0
poin,
P< 0,001,
masing-
masing);
kualitas
interaksi
sosial
(perbedaan
rata-rata:
15,9 ± 3,9
poin, P
<0,001 dan
16,5 ± 4.7
poin,
P < 0,001,
masing-
masing); tidur
(perbedaan
rata-rata: 9.5
± 3.4 poin, P
= 0,006 dan
15,0 ± 4.2
poin, P
<0,001,
masing-
masing);
kesehatan
secara

21
keseluruhan
(perbedaan
rata-rata: 10.7
± 3,5 poin,
P = 0,003
dan 12,1 ±
4.3 poin, P =
0,010,
masing-
masing); dan
ringkasan
komponen
mental yang
(perbedaan
rata-rata: 9.9
± 1.8 poin, P
<0,001 dan
8,9 ± 2.3
poin, P
<0,001,
masing-
masing)
3. Efektivitas Bo Kyung 7 peserta ( 3 Metode : Tujuh pasien Program CBT
terapi Sohn, Yun perempuan melakukan CBT menunjukkan pada penelitian
perilaku Kyu Oh, dan 4 laki- pada kelompok perbaikan ini termasuk
kognitif Jung Seok laki) yang selama 12 yang meditasi
kelompok Choi, menjalani minggu dengan 7 signifikan kesadaran dan
dengan Jiyoun hemodialysis pasien ESRD dalam metode praktis
kesadaran Song, yang dibagi yang menjalani kualitas seperti
pada pasien Ahyoung menjadi 3 hemodialisis dan hidup, menenangkan
hemodialysis Lim, Jung kelompok menderita suasana hati, diri,
penyakit Pyo Lee, dengan 2 depresi. QOL, kecemasan, manajemen
ginjal Jung Nam sampai 3 mood, dan stress kemarahan, dan
stadium An, Hee- peserta kecemasan dan yang komunikasi
akhir Jeong masing- stress yang dirasakan praktek
Choi, Jae masing dirasakan diukur setelah 12 keterampilan
Yeon kelompok pada awal dan minggu dalam rangka
Hwang, pada minggu 8 kelompok CBT
Hee Yeon dan 12 CBT. konvensional
Jung, Jun menggunakan WHOQOL- adalah layak
Young Lee, Kesehatan Dunia BREF dan dan efektif.
Chun Soo Organisasai skala self- Program ini

22
Lim Kualitas skala rating, BDI-II diaplikasikan
Hidup, versi dan BAI, pada pasien
singkat menunjukkan ESRD kronis
(WHOQOL- perbaikan yang menjalani
BREF), Beck terus-menerus hemodialysis
Depression di periode 12 dan
Inventory II minggu. Skor mengakibatkan
(BDI-II), HAM-D peningkatan
Hamilton Rating menunjukkan masalah
Scale untuk perbaikan kejiwaan secara
Depresi (HAM- yang keseluruhan
D), Beck signifikan seperi QOL
Anxiety pada minggu rendah, mood
Inventory (BAI), 8; PSS depresi,
dan Skala Stres menunjukkan kecemasan dan
yang dirasakan perbaikan stress yang
(PSS). Penanda yang dapat
biokimia diukur signifikan mempengaruhi
pada awal dan setelah kepatuhan
setelah 12 seminggu 8. medis pasien
minggu. Serum
Temperamen dan kreatinin juga
Karakter meningkat
Inventarisasi secara
dilakukan untuk signifikan
menilai setelah
karakteristik periode 12
pasien sebelum minggu.
memulai
kelompok CBT
4. Meneliti Ramony Melibatkan Metode : Peningkatan Dalam
terapi Chan PhD, 22 pasien pengobatan yang penelitian ini
perilaku Blake F. yang ICBT didirikan signifikan mendoirong
kognitif Dear PhD, melaksanakan untuk secara klinis dukungan
internet- Nick Titov dialisis kegelisahan dan (rata-rata% untuk potensi
disampaikan PhD, depresi. Hasil peningkatan) ICBT sebagai
untuk pasien Josephine utama dalah yang diamati cara inovatif
dengan Chow PhD gejala depresi, pada hasil untuk
penyakit dan kecemasan dan utama dari meningkatkan
ginjal kronis Michael tekanan depresi akses
hemodialisis Suranyi psikologis (34%), keperawatan
PhD umum. Hasil kecemasan psikologis yang

23
sekunder dan (31%) dan efektif untuk
tersier yang kesusahan pasien gagal
cacat, kualitas umum (26%), ginjal kronis.
hidup, terkait yang Hal ini
kerugian dipertahankan diperlukan
penyakit ginjal atau lebih untuk
dan beban ditingkatkan penelitian yang
penyakit ginjal. untuk 3 bulan lebih lanjut.
Sebuah teknik tindak lanjut.
pemodelan Perbaikan
persamaan juga diamati
estimasi umum untuk kualitas
diperkejakan. hidup (12%)
dan penyakit
yang
berhubungan
dengan ginjal
loss (30%).
Namun, tidak
ada perbaikan
dalam
kecacatan dan
beban
penyakit
ginjal itu
ditemukan :
tingginya
kadar
penerimaan
dilaporkan
dan waktu
dokter yang
relative
sedikit (99,45
menit; SD =
14,61)
diperlukan
untuk
memberikan
perawatan
5. Terapi Jeta Sampel Penelitian ini Hasil dalam Dari penelitian
perilaku Ajasslari dalam adalah uji coba penelitian ini ini dapat

24
kognitif dan penelitian ini klinis secara acak menunjukkan disimpulkan
pengobatan sebanyak 56 dimana pasien bahwa CBT bahwa terapi
pasien anak peserta yang secara acak efektif dalam CBT
dengan sedang ditugaskan untuk menurunkan merupakan
penyakit menjalani salah satu dari depresi pada terapi yang
ginjal kronis hemodialisis dua kelompok pasien yang tepat untuk
perlakuan didiagnosa mengobati
menggunakan penyakit gejala
nomor acak gagal ginjal psikologis
generator. Di kronis pada pasien dengan
dalam penelitian stadium penyakit kronis
ini menggunakan akhir. dan masing-
SPSS versi 21 Dikarenakan masing pasien
digunakan untuk pasien yang dengan
menganalisis didiagnosa penyakit ginjal
data. ESRD kronis. Hal ini
mengalami sangat penting
depresi yang untuk
berat kebutuhan
sehingga pengamatan
diperlukan dan penelitian
terapi CBT. lebih lanjut
tentang
intervensi klinis
pada pasien ini.
Penciptaan dan
evaluasi
intervensi
psikologis bagi
pasien ini
sangat penting
bagi
peningkatan
kesejahteraan,
peningkatan
kualitas hidup
dan
memperpanjang
masa hidup
mereka.

25
LITERATUR REVIEW

Penyakit ginjal kronis (CKD) menjadi masalah kesehatan masyarakat yang


utama di seluruh dunia.Orang yang didiagnosa CKD membawa sejumlah besar
masalah psikologis yang menambah penderitaan penyakit yang melemahkan,
kesulitan keuangan maupun beban fisik karena masalah psikososial. Pada pasien
dengan gagal ginjal tahap akhir hampir akan menghadapi komplikasi pada setiap
system organ dan komplikasi kejiwaan biasanya ditemui adalah depresi,
kecemasan, demensia, delirium, kesulitan mengatasi dan masalah perkawinan atau
keluarga. Ada banyak sumber stress psikologis yang parah, termasuk kelelahan
kronis, gejala fisik lainnya, ketergantungan yang berlebihan pada orang lain,
hilangnya fungsi social sebelumnya dan kesulitan dalam mempertahankan
harapan dalam menghadapi masa depan yang tidak pasti. Masalah-masalah ini
bersama dengn stress yang berhubngan dengan status kesehatan, hubungan social
dan fungsi social dan kejuruan sering menunjukkan kualitas yang mendalam
komplikasi kehidupan. Karena kecemasan dan depresi adalah dua masalah utama
yang harus dikelola secara efektif untuk mempertahankan kehidupan orang-orang
yang menjalani hemodialysis.Gejala depresi juga merupakan factor resiko untuk
keputusan dalam menghentikan dialysis, maka dari itu diperlukan terapi yang bisa
mengurangi depresi yang dirasakan oleh pasien CKD.Dikarenakan intervensi
farmakologis untuk depresi tidak banyak yang efektif bagi CKD.

Terapi perilaku kognitif (CBT) merupakan perawatan psikologis yang


telah ditemukan efektif dalam mengurangi gejala dan kekambuhan penyakit
psikologis.Behavioral Therapy adalah salah satu intervensi yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia.Pendekatan ini meliputi teknik berdasarkan teori
pembelajaran social dan sebagian besar bekerja dengan sikap, keyakinan dan
kognisi.Hal ini menyoroti fakta bahwa beberapa perilaku (misalnya rutinitas
sehari-hari) yang sulit untuk berubah jika mereka telah diciptakan untuk waktu
yang lama dan modifikasi hanya mungkin dengan runtuh model lama dan
menciptakan model-model perilaku baru.Terapikognitif adalah terapi psikososial
yang mengandalkan bahwa model yang salah berpikir (model kognitif)
menyebabkan perilaku yang tidak benar dan tanggapan emosional. Pengobatan

26
difokuskan pada perubahan pikiran ini sedemikian rupa bahwa mereka dapat
memecahkan masalah psikologis..
Kesimpulan dari kelima jurnal didapatkan bahwa terapi perilaku kognitif
secara efektif dimanfaatkan untuk orang-orang yang menjalani hemodialysis
untuk mendapatkan kontrol atas pikiran negative mereka sehingga mengurangi
kecemasan dan depresi.Dalam kelima jurnal menunjukkan signifikan penurunan
gejala depresi dan peningkatan skor kualitas hidup pada kelompok yang menerima
intervensi CBT.Progrsm CBT yang dilakukan meliputi meditasi kesadaran dan
metode praktis seperti menenangkan diri, dan manjemen kemarahan sehingga
dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan medis.Hal ini sangat
penting untuk kebutuhan pengamatan dan penelitian yang lebih lanjut tentang
intervensi klinis pada pasien ini, karena sangat penting untuk peningkatan
kesejahteraan, peningkatan kualitas hidup dan memperpanjang masa hidup pasien
CKD.

27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2002).Yang memiliki etiologi penyakit ginjal hipertensi,
nefropati diabetika, glomerulopati primer, nefropati obstruksi, pielonefritis kronik,
nefropati asam urat, nefropati lupus, ginjal polikistis, dll.Penyakit GGK dapat
diatasi dengan salah satu terapi yaitu CBT yang dapat mengurangi kecemasan dan
depresi yang dirasakan oleh pasien karena penyakit yang dideritanya tidak
kunjung sembuh.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, kami berharap dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dan kami memohon saran untuk kesempurnaan makalah kami kedepannya.

28

Вам также может понравиться

  • FORM BST (Anni NA)
    FORM BST (Anni NA)
    Документ4 страницы
    FORM BST (Anni NA)
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • PKMRS Hipremesis Gravidarum
    PKMRS Hipremesis Gravidarum
    Документ7 страниц
    PKMRS Hipremesis Gravidarum
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • LK Lansia Ra Revisi
    LK Lansia Ra Revisi
    Документ21 страница
    LK Lansia Ra Revisi
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Kanker
    Kanker
    Документ7 страниц
    Kanker
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Aids
    Aids
    Документ13 страниц
    Aids
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Atresia Ani
    Atresia Ani
    Документ16 страниц
    Atresia Ani
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • CA Mammae
    CA Mammae
    Документ23 страницы
    CA Mammae
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Pda Anak
    Pda Anak
    Документ18 страниц
    Pda Anak
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Meningitis Pada Anak
    Meningitis Pada Anak
    Документ15 страниц
    Meningitis Pada Anak
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Resume Jurnal CKD
    Resume Jurnal CKD
    Документ1 страница
    Resume Jurnal CKD
    ZINATUL WIDAD
    Оценок пока нет
  • Tumbuh Kembang Neonatus Dan Bayi
    Tumbuh Kembang Neonatus Dan Bayi
    Документ20 страниц
    Tumbuh Kembang Neonatus Dan Bayi
    TitHa Awallunnisa
    Оценок пока нет
  • Pola Gordon Baru
    Pola Gordon Baru
    Документ6 страниц
    Pola Gordon Baru
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Intervensi
    Intervensi
    Документ3 страницы
    Intervensi
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Karya Tulis Ilmiah-Dikonversi
    Karya Tulis Ilmiah-Dikonversi
    Документ75 страниц
    Karya Tulis Ilmiah-Dikonversi
    Arief Munandar
    Оценок пока нет
  • Tumor Wilms
    Tumor Wilms
    Документ18 страниц
    Tumor Wilms
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Obesitas Ank
    Obesitas Ank
    Документ25 страниц
    Obesitas Ank
    iin
    Оценок пока нет
  • Fiks Post Matur
    Fiks Post Matur
    Документ21 страница
    Fiks Post Matur
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • APENDISITIS
    APENDISITIS
    Документ13 страниц
    APENDISITIS
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • LK Thypoid
    LK Thypoid
    Документ13 страниц
    LK Thypoid
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Askep Hiperbilirubinemia (Bu - Ira)
    Askep Hiperbilirubinemia (Bu - Ira)
    Документ22 страницы
    Askep Hiperbilirubinemia (Bu - Ira)
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Risiko Bunuh Diri
    Laporan Pendahuluan Risiko Bunuh Diri
    Документ20 страниц
    Laporan Pendahuluan Risiko Bunuh Diri
    Alti Dwi Seputri Manting
    Оценок пока нет
  • ANATOMI Dan FISIOLOGI Sist Cerna
    ANATOMI Dan FISIOLOGI Sist Cerna
    Документ14 страниц
    ANATOMI Dan FISIOLOGI Sist Cerna
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Tetanus
    Tetanus
    Документ13 страниц
    Tetanus
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • PERKEMBANGAN OTAK BAYI PREMATUR
    PERKEMBANGAN OTAK BAYI PREMATUR
    Документ37 страниц
    PERKEMBANGAN OTAK BAYI PREMATUR
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Macam Macam Alat Kontrasepsi
    Macam Macam Alat Kontrasepsi
    Документ1 страница
    Macam Macam Alat Kontrasepsi
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • KMB Combustio
    KMB Combustio
    Документ50 страниц
    KMB Combustio
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Jurnal Mater Itg
    Jurnal Mater Itg
    Документ3 страницы
    Jurnal Mater Itg
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • PROSEDUR KEPERAWATAN TENTANG PEMASANGAN GIPS DAN TRAKSI
    PROSEDUR KEPERAWATAN TENTANG PEMASANGAN GIPS DAN TRAKSI
    Документ42 страницы
    PROSEDUR KEPERAWATAN TENTANG PEMASANGAN GIPS DAN TRAKSI
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Komnas PR
    Komnas PR
    Документ3 страницы
    Komnas PR
    Siska Khair
    Оценок пока нет
  • Askep PMS
    Askep PMS
    Документ23 страницы
    Askep PMS
    Siska Khair
    Оценок пока нет