Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KRONIK”
Oleh :
ZinatulWidad20151660091
PRODI S1 KEPERAWATAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
GGK ”.
kepada:
2. Dan orang tua saya atas dukungannya dalam penyelesaian makalah ini,
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun
Surabaya, 12 November2018
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..............................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................ 1
DAFTAR ISI.......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 5
1.3 Tujuan Umum ...................................................................... 6
1.4 Tujuan Khusus....................................................................... 6
1.5 Manfaat Makalah .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................. 7
2.1 Definisi ……………............................................................. 7
2.2 Epidemiologi …………………………………................... 9
2.3 Etiologi................................................................................ 9
2.4 Patofisiologi ……………………………………………….. 10
2.5 Manifestasi klinis….............................................................. 11
2.6 Klasifikasi ……………………………………………............13
2.7 Prognosis ……………………………………………………. 14
2.8 Pemeriksaan Penunjang ……………………………………. 14
2.9 Penatalaksanaan …………………………………………… 15
BAB III TELAAH JURNAL ……........................................................... 18
BAB IV PENUTUP................................................................................ ... 27
4.1 Kesimpulan................................................................................ 27
4.2 Saran.......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
masyarakat pedesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta,
dan petani/nelayan/buruh (0,3%) (Riskesdes,2013).
Sementara berdasarkan data yang dirilis IRR (Indonesian Renal Registry)
pada tahun 2011 dalam Report Of Indonesian Renal Registry didapatkan data
bahwa jumlah diagnosa pennyakit gagal ginjal yang terdata berjumlah 15.350
pasien dengan rincian 13619 pasien dengan penyakit gagal ginjal
terminal/ESDR, 1017 gagal ginjal akut/ARF, dan 717 gagal ginjal akut pada
GGK. Lebih lanjut data menunjukkan bahwa Jawa Tengah menduduki
peringkat ketiga sebagai provinsi terbanyak jumlah 1530 penderita gagal
ginjal kronik dan 47 penderita gagal ginjal akut.
Penurunan fungsi ginjal bersifat progresif dan irreversible. Hal tersebut berarti
fungsi ginjal akan terus menurun dan fungsi yang telah menurun ini tidak
dapat dikembalikan pada kondisi semula. Penurunan fungsi ginjal ini dapat
digolongkan menjadi lima tahapan atau stadium. Penurunan fungsi ginjal
dapat diketahui dari kemampuan ginjal untuk menyaring darah atau
Glomerular Filtration Rate (GFR). Apabila seseorang telah memasuki
stadiumke lima maka ginjal sudah tidak berfungsi untuk menahan kehidupan,
GFR (dibawah 15) atau ginjal hanya dapat berfungsi kurang dari 15%. Pada
stadium ke lima ini penyaki gagal ginjal kronis ini telah menjadi gagal ginjal
terminal. Pada tahap ini pasien harus melakukan terapi penggantian fungsi
ginjal untuk menunjang kehidupan.
Pada satu sisi pengobatan gagal ginjal dengan hemodialysis masih menjadi
alternative utama dalam pengobatan gagal ginjal, tetapi sisi lain efek samping
dari pengobatan menjadi stressor yang besar kepada pasien. Permasalahan dan
stressor yang dimiliki oleh penderita gagal ginjal terminal ini menuntut
adaptasi dan kepatuhan dari pasien. Pada saat mendapatkan diagnose gagal
ginjal, maka banyak penyesuaian yang harus dilakukan misalnya penyesuaian
gaya hidup, pola makan, pekerjaan yang harus dilakukan misalnya
penyesuaian gaya hidup, pola makan, pekerjaan, peran dan fungsi dalam
rumah tangga, dan juga penyesuaian terhadap hemodialysis sendiri. Apabila
pasien tidak dapat beradaptasi dengan stesor yang ada, maka pasien biasanya
akan mengalami permasalahan psikologis dalam menjalani pengobatan. Salah
5
satu permasalahn psikologis yang sering terjadi pada pasien gagal ginjal
terminal adalah kecemasan (Rahimi, AHmadi, & Gholyaf, 2008).
Masalah psikososial menjadi sangat penting diperhatikan karena
berpotensi untuk menjadi gangguan jiwa dan bila tidak terkendali memiliki
kontribusi meningkatkan burden disease. Menurut WHO global burden of
disease sebesar 8,1% disebabkan oleh gangguan kesehatan jiwa.
Ketidakseimbangan psikososial yang ditunjukkan pasien adalah dengan
perilaku yang mengarah pada kecemasan, ketakutan, kacau, merasa berbeda
dengan orang lain, perasaan tidak berharga, merasa “tuhan tidak adil” dan
perasaan emosional yang lain. Hal tersebut muncul karena mekanisme koping
yang biasa digunakan saat stress tidak efektif lagi untuk mengatasinya
sehingga dapat mengakibatkan stress yang berkepanjangan. Stres yang dialami
oleh pasien GGK tersebut dimungkinkan terjadi akibat dari kesadaran pasien
bahwa penyakitnya tidak akan bisa disembuhkan, kesulitan pasien beradaptasi
dengan kondisinya serta banyaknya keterbatasan yang dialami pasien.
Karakteristik yang ditunjukkan oleh pasien yang mengalami stress akibat
diagnosis GGK diantaranya adalah sebagai berikut : sedih, murung, mudah
terharu, menangis, tidak berdaya, kecewa, kehilangan minat dan kegembiraan.
Lebih jauh lagi, karakteristik tersebut lebih menggambarkan adanya gangguan
konsep diri: harga diri rendah, semisal tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa
mengatur dirinya sendiri, hilang minat dan malu tentang keadaan dirinya.
Hal tersebut membutuhkan adanya penanganan yang lebih tepat dan serius
oleh masing-masing bidang.Terapi tentang masalah kognitif dan perilaku yang
tepat adalah Cognitive Behaviour Therapy (CBT). Cognitive Behaviour
Therapy adalah terapi yang digunakan untuk memodifikasi pikiran, perasaan
dan perilaku dengan menekankan pada peran otak di dalam menganalisis,
memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan kembali sehingga dapat
merubah perasaan dan pikirannya dari maladaptif menjadi adaptif
(Oemarjoedi, 2003 dan British Association for Behavioural and Cognitive
Psychotherapies, 2006 dalam Sasmitha, 2011).
1.1 RumusanMasalah
1. Bagaimana konsep penyakit gagal ginjal kronis?
6
2. Bagaimana askep pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronis ?
3. Bagaimana terapi self management pada pasien gagal ginjal kronis ?
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
Memberikan pengalaman dan metode penanganan yang tepat dalam
asuhan keperawatan pada gagal ginjal kronik
2. Manfaat bagi institusi pendidikan
Dapat di gunakan sebagai informasi dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan dalam penerapan proses asuhan keperawatan
di masa yang akan datang.
3. Manfaat bagi Rumah sakit
7
Diharapkan dapat sebagai meningkatkan mutu pelayanan dan perawatan
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan secara komprehensif dan
efisien.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2002).
9
2.2 Epidemiologi
PGK merupakan penyakit yang sering dijumpai pada praktik klinik sehari-
hari.Prevalensinya di negara maju mencapai 10-13% dari populasi.Sebuah studi
yang dilakukan Perhimpunan Nefrologi Indonesia melaporkan sebanyak 12.5%
populasi di Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal.
2.3 Etiologi
Penyebab Insiden
Penyakit ginjal hipertensi 35%
Nefropati diabetika 26%
Glomerulopati primer 12%
Nefropati obstruksi 8%
Pielonefritis kronik 7%
Nefropati asam urat 2%
Nefropati lupus/SLE 1%
Ginjal polikistis 1%
Tidak diketahui 2%
Lain-lain 6%
Individu dengan GFR normal atau meningkat dan tanpa kerusakan pada
ginjal dapat beresiko menjadi GGK, sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan
untuk menentukan apakah menderita GGK atau tidak (Warady & Chadha, 2007).
Berdasarkan data tahunan ke empat IRR oleh PERNEFRI tahun 2011,
menyatakan urutan etiologi GGK dari nilai yang terbanyak adalah penyakit ginjal
hipertensi 34%, nefropati diabetika 27%, glomerulonefropati primer 14%,
nefropati obstruksi 8%, pielonefritis kronik 6%, sistemik lupus eritromatosus 1%,
ginjal polikistik 1%, gout 2%, lain-lain 6%, dan tidak diketahui 1%.
Secara umum penyebab GGK hampir sama di setiap negara, tetapi
dibedakan dalam perbandingan persentasenya (Riyanto, 2011). Menurut Fauci,
Braun, Kasper, Hauser, dan Ongo (2009) hal-hal yang dapat menyebabkan GGK
adalah diabetik nefropati, hipertensi nefrosklerosis, glomerulonefritis, iskemik
nefropati, ginjal polikistis, refluk nefropati, intersisial nefritis, nefropati dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV), transplant allograft failure.
10
2.4 Patofisiologi
11
tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi eritropoitein menurun
sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan keletihan, angina dan
sesak nafas.
Pada umumnya pasien GGK stadium satu sampai tiga tidak mengalami
tanda dan gejala awal atau tidak mengalami gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, endokrin dan metabolik. Sedangkan pasien GGK stadium empat dan
lima memperlihatkan beberapa gejala klinis (Kanitkar, 2009). Menurut Baradero,
Dayrit, dan Siswadi (2009), beberapa tanda dan gejala GGK yaitu:
12
lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh
meningkat, edema paru.
Sistem gastrointestinal Anoreksia, nausea, vomitus, perdarahan
gastrointestinal, distensi abdomen, diare dan
konstipasi.
Sistem neurologi Perubahan tingkat kesadaran, letargi,
bingung, stupor, koma, kejang, tidur
terganggu, asiteriksis.
Sistem skeletal Osteodistrofi ginjal dan nyeri sendi.
Sistem integumen Tampak pucat akibat anemia, berwarna
kekuningan akibat penimbunan urokrom,
pigmentasi, pruritus akibat toksin dan
endapan kalsium di pori-pori, lecet akibat
adanya bekas-bekas garukan karena rasa
gatal.
Sistem perkemihan Haluaran urin berkurang, berat jenis urin
menurun, proteinuria, fragmen dan sel dalam
urin, natrium dalam urin berkurang.
Sistem reproduksi Infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi
akibat penurunan produksi testosteron dan
spermatogenesis, pubertas lambat.
13
Derajat III Tanpa gejala, hasil tes laboratorium abnormal
pada beberapa sistem organ, terdapat
hipertensi.
Derajat IV Terdapat manifestasi klinis berupa kelelahan
dan penurunan rangsangan.
Derajat V BUN meningkat, anemia, hipokalsemia,
hiponatremia, asam urat meningkat,
proteinurea, pruritus, edema, hipertensi,
kreatinin meningkat, penurunan rangsangan,
asidosis metabolik, mudah mengalami
perdarahan, hiperkalemia.
2.6 Klasifikasi
14
Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular, penyakit
vaskuler ( penyakit pembuluh darah
besar, tekanan darah tinggi,
mikroangiopati), penyakit
tubulointerstitial (sumbatan,
keracunan obat, pielonefritis kronik),
ginjal polikistik
Penyakit pada transplantasi Rejeksi kronik, keracunan obat,
penyakit recurrent (glomerular),
transplant glomerulopathy
2.7 Prognosis
15
Sedimen urin: sel tubulus ginjal, sedimen eritrosit, sedimen leukosit,
sedimen granuler kasar, dan adanya eritrosit yang dismorfik merupakan
tanda patognomonik jejas ginjal;
Pemeriksaan protein urin kuantitatif 24 Jam (PUK);
Pencitraan: USG ginjal; BNO-IVP;
Biopsi ginjal;
Pemeriksaan lain (untuk komplikasi): EKG, foto polos thoraks, dan
ekokardiografi.
2.9 Penatalaksanaan
16
dengan ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan obat
antiinflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang
menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi
melalui kadar kalium plasma dan EKG.
Gejala-gejala asidosis baru h=jelas bila bikarbonat plasma kurang
dari mmol/liter. Biasanya terjadi pada pasien yang sangat kekurangan
garam dan dapat diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi.Namun
perbaikan yang cepat dapat berbahaya.
17
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi.Indikasi
dilakukan dialisis biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang
jelas meski telah dilakukan terapi konservatif, atau terjadi komplikasi.
18
BAB III
TELAAH JURNAL
19
untuk KDQOL-SF, penilaian (p ≤ gejala depresi
kelompok dibandingkan 0,001). dan
kontrol dengan nilai-nilai Penurunan peningkatan
dasar. dalam nilai skor kualitas
Perbandingan rata-rata BDI hidup pada
antara kedua keseluruhan kelompok yang
kelompok untuk setelah 3 menerima
data klinis- bulan intervensi
demografis (perbedaan dengan CBT
dilakukan oleh rata-rata: untuk jangka
ꭓ 2- tes 10.1 ± 1,7 waktu hingga 9
atau uji eksak poin, P< bulan
Fisher untuk 0,001) dan
variabel setelah 9
kualitatif, atau bulan
dengan Student t- (perbedaan
test atau uji rata-rata: 13,4
Mann-Whitney ± 2.0
untuk variabel poin, P
kuantitatif. <0,001).
Pendekatan data Untuk hasil
longitudinal sekunder ada
digunakan untuk peningkatan
analisis yang
inferensial dari signifikan
tiga titik waktu pada
penilaian, dengan kelompok
model campuran intervensi
menggunakan dalam
struktur beberapa
kovarians dimensi
autoregressive. KDQOL-SF
Analisis setelah 3 dan
dilakukan 9 bulan
dengan dibandingkan
menggunakan dengan
software SAS, baseline:
Cary, NC, USA beban
(PROC MIXED, penyakit
versi 9.2, SAS ginjal
Institute). (perbedaan
rata-rata: 14.9
20
± 4.3 poin, P
<0,001 dan
14,5 ±
5.3 poin, P =
0,009,
masing-
masing);
fungsi
kognitif
(Perbedaan
rata-rata: 12,8
± 4.1 poin, P
= 0,002 dan
16,7 ± 5.0
poin,
P< 0,001,
masing-
masing);
kualitas
interaksi
sosial
(perbedaan
rata-rata:
15,9 ± 3,9
poin, P
<0,001 dan
16,5 ± 4.7
poin,
P < 0,001,
masing-
masing); tidur
(perbedaan
rata-rata: 9.5
± 3.4 poin, P
= 0,006 dan
15,0 ± 4.2
poin, P
<0,001,
masing-
masing);
kesehatan
secara
21
keseluruhan
(perbedaan
rata-rata: 10.7
± 3,5 poin,
P = 0,003
dan 12,1 ±
4.3 poin, P =
0,010,
masing-
masing); dan
ringkasan
komponen
mental yang
(perbedaan
rata-rata: 9.9
± 1.8 poin, P
<0,001 dan
8,9 ± 2.3
poin, P
<0,001,
masing-
masing)
3. Efektivitas Bo Kyung 7 peserta ( 3 Metode : Tujuh pasien Program CBT
terapi Sohn, Yun perempuan melakukan CBT menunjukkan pada penelitian
perilaku Kyu Oh, dan 4 laki- pada kelompok perbaikan ini termasuk
kognitif Jung Seok laki) yang selama 12 yang meditasi
kelompok Choi, menjalani minggu dengan 7 signifikan kesadaran dan
dengan Jiyoun hemodialysis pasien ESRD dalam metode praktis
kesadaran Song, yang dibagi yang menjalani kualitas seperti
pada pasien Ahyoung menjadi 3 hemodialisis dan hidup, menenangkan
hemodialysis Lim, Jung kelompok menderita suasana hati, diri,
penyakit Pyo Lee, dengan 2 depresi. QOL, kecemasan, manajemen
ginjal Jung Nam sampai 3 mood, dan stress kemarahan, dan
stadium An, Hee- peserta kecemasan dan yang komunikasi
akhir Jeong masing- stress yang dirasakan praktek
Choi, Jae masing dirasakan diukur setelah 12 keterampilan
Yeon kelompok pada awal dan minggu dalam rangka
Hwang, pada minggu 8 kelompok CBT
Hee Yeon dan 12 CBT. konvensional
Jung, Jun menggunakan WHOQOL- adalah layak
Young Lee, Kesehatan Dunia BREF dan dan efektif.
Chun Soo Organisasai skala self- Program ini
22
Lim Kualitas skala rating, BDI-II diaplikasikan
Hidup, versi dan BAI, pada pasien
singkat menunjukkan ESRD kronis
(WHOQOL- perbaikan yang menjalani
BREF), Beck terus-menerus hemodialysis
Depression di periode 12 dan
Inventory II minggu. Skor mengakibatkan
(BDI-II), HAM-D peningkatan
Hamilton Rating menunjukkan masalah
Scale untuk perbaikan kejiwaan secara
Depresi (HAM- yang keseluruhan
D), Beck signifikan seperi QOL
Anxiety pada minggu rendah, mood
Inventory (BAI), 8; PSS depresi,
dan Skala Stres menunjukkan kecemasan dan
yang dirasakan perbaikan stress yang
(PSS). Penanda yang dapat
biokimia diukur signifikan mempengaruhi
pada awal dan setelah kepatuhan
setelah 12 seminggu 8. medis pasien
minggu. Serum
Temperamen dan kreatinin juga
Karakter meningkat
Inventarisasi secara
dilakukan untuk signifikan
menilai setelah
karakteristik periode 12
pasien sebelum minggu.
memulai
kelompok CBT
4. Meneliti Ramony Melibatkan Metode : Peningkatan Dalam
terapi Chan PhD, 22 pasien pengobatan yang penelitian ini
perilaku Blake F. yang ICBT didirikan signifikan mendoirong
kognitif Dear PhD, melaksanakan untuk secara klinis dukungan
internet- Nick Titov dialisis kegelisahan dan (rata-rata% untuk potensi
disampaikan PhD, depresi. Hasil peningkatan) ICBT sebagai
untuk pasien Josephine utama dalah yang diamati cara inovatif
dengan Chow PhD gejala depresi, pada hasil untuk
penyakit dan kecemasan dan utama dari meningkatkan
ginjal kronis Michael tekanan depresi akses
hemodialisis Suranyi psikologis (34%), keperawatan
PhD umum. Hasil kecemasan psikologis yang
23
sekunder dan (31%) dan efektif untuk
tersier yang kesusahan pasien gagal
cacat, kualitas umum (26%), ginjal kronis.
hidup, terkait yang Hal ini
kerugian dipertahankan diperlukan
penyakit ginjal atau lebih untuk
dan beban ditingkatkan penelitian yang
penyakit ginjal. untuk 3 bulan lebih lanjut.
Sebuah teknik tindak lanjut.
pemodelan Perbaikan
persamaan juga diamati
estimasi umum untuk kualitas
diperkejakan. hidup (12%)
dan penyakit
yang
berhubungan
dengan ginjal
loss (30%).
Namun, tidak
ada perbaikan
dalam
kecacatan dan
beban
penyakit
ginjal itu
ditemukan :
tingginya
kadar
penerimaan
dilaporkan
dan waktu
dokter yang
relative
sedikit (99,45
menit; SD =
14,61)
diperlukan
untuk
memberikan
perawatan
5. Terapi Jeta Sampel Penelitian ini Hasil dalam Dari penelitian
perilaku Ajasslari dalam adalah uji coba penelitian ini ini dapat
24
kognitif dan penelitian ini klinis secara acak menunjukkan disimpulkan
pengobatan sebanyak 56 dimana pasien bahwa CBT bahwa terapi
pasien anak peserta yang secara acak efektif dalam CBT
dengan sedang ditugaskan untuk menurunkan merupakan
penyakit menjalani salah satu dari depresi pada terapi yang
ginjal kronis hemodialisis dua kelompok pasien yang tepat untuk
perlakuan didiagnosa mengobati
menggunakan penyakit gejala
nomor acak gagal ginjal psikologis
generator. Di kronis pada pasien dengan
dalam penelitian stadium penyakit kronis
ini menggunakan akhir. dan masing-
SPSS versi 21 Dikarenakan masing pasien
digunakan untuk pasien yang dengan
menganalisis didiagnosa penyakit ginjal
data. ESRD kronis. Hal ini
mengalami sangat penting
depresi yang untuk
berat kebutuhan
sehingga pengamatan
diperlukan dan penelitian
terapi CBT. lebih lanjut
tentang
intervensi klinis
pada pasien ini.
Penciptaan dan
evaluasi
intervensi
psikologis bagi
pasien ini
sangat penting
bagi
peningkatan
kesejahteraan,
peningkatan
kualitas hidup
dan
memperpanjang
masa hidup
mereka.
25
LITERATUR REVIEW
26
difokuskan pada perubahan pikiran ini sedemikian rupa bahwa mereka dapat
memecahkan masalah psikologis..
Kesimpulan dari kelima jurnal didapatkan bahwa terapi perilaku kognitif
secara efektif dimanfaatkan untuk orang-orang yang menjalani hemodialysis
untuk mendapatkan kontrol atas pikiran negative mereka sehingga mengurangi
kecemasan dan depresi.Dalam kelima jurnal menunjukkan signifikan penurunan
gejala depresi dan peningkatan skor kualitas hidup pada kelompok yang menerima
intervensi CBT.Progrsm CBT yang dilakukan meliputi meditasi kesadaran dan
metode praktis seperti menenangkan diri, dan manjemen kemarahan sehingga
dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan medis.Hal ini sangat
penting untuk kebutuhan pengamatan dan penelitian yang lebih lanjut tentang
intervensi klinis pada pasien ini, karena sangat penting untuk peningkatan
kesejahteraan, peningkatan kualitas hidup dan memperpanjang masa hidup pasien
CKD.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2002).Yang memiliki etiologi penyakit ginjal hipertensi,
nefropati diabetika, glomerulopati primer, nefropati obstruksi, pielonefritis kronik,
nefropati asam urat, nefropati lupus, ginjal polikistis, dll.Penyakit GGK dapat
diatasi dengan salah satu terapi yaitu CBT yang dapat mengurangi kecemasan dan
depresi yang dirasakan oleh pasien karena penyakit yang dideritanya tidak
kunjung sembuh.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, kami berharap dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dan kami memohon saran untuk kesempurnaan makalah kami kedepannya.
28