Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
1.3 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Meningkatkan keterampilan dan profesionalisme mahasiswa
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
1.4 Metode
Diskusi dan curah pendapat.
1.5 Media
1. Dokumen rekam medik pasien
2. ATK
3. LCD
1.6 Skema Ronde Keperawatan
Tahap pra
PP 1. Penetapan
pasien
2. persiapan pasien baru
Informed consent
Hasil pengkajian/validasi
Tahap Pelaksanaan data
Apa diagnosis
Di Nurse Station 3. keperawatan?
Penyajian Apa data yang mendukung?
masalah Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
Tahap pelaksanaan Apa hambatan yang
Dikamar pasien ditemukan?
5. Lanjutan-Diskusi di
Nurse Station
NIM. NIM.
Mengetahui
A. Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas
tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan
aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal.
(Soemantri, 2009)
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme termasuk bacteria, mikobakteria, jamur, dan virus. Pneumonia
diklasifikasikan sebagai pneumonia didapat di komunitas, pneumonia didapat dirumah
sakit, pneumonia pada pejamu yang mengalami luluh imun, dan pneumonia aspirasi.
(Brunner & Suddarth, 2014)
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme dan kadang non infeksi. ( Astuti & Angga, 2010)
B. Etiologi
Penyebab pneumonia menurut Soemnatri, (2009) adalah :
1. Streptococcus pneumonia tanpa penyulit.
2. Streptococcus pneumonia dengan penyulit.
3. Haemaphilus influenza.
4. Streptococcus aureus.
5. Mycoplasma pneumonia.
6. Virus patpgen.
7. Aspirasi basil gram negative, klebsiela, pseudomonas, enterobacter, Escherichia
proteus, basil gram positif.
8. Stafilococcus.
9. Aspirasi asam lambung.
10. Terjadi bila kuman pathogen menyebar ke paru-paru melalui aliran darah, seperti
pada kuman stafilococcus, E coli, anaerob enterik.
C. Manifestasi Klinis
Pneumonia pada pasien lansia dapat mucul sebagai diagnosis primer atau sebagai
komplikasi dari penyakit kronis. Infeksi primer pada lansia seringkali sulit di obati dan
menyebabkan angka mortalitas yang tinggi pada individu yang lebih muda. Perburukan
umum, kelemahan, gejala abdomen, anoreksia, konfulsi, takikardi, dan takipnea dapat
menandai awitan pneumonia. Diagnosis pneumonia mungkin terabaikan karena gejala
klasik seperti batuk, nyeri dada, produksi sputum, dan demam mungkin tidak ada atau
tersamarkan pada pasien lansia. Selain itu, munculnya sejumlah gejala juga dapat
menyesatkan. Bunyi nafas abnormal, misalnya, mungkin disebabkan oleh
mikroatelektasis yang terjadi akibat penurunan mobilitas, penurunan volume paru, atau
perubahan fungsi pernafasan lain. Foto ronsen dada mungkin diperlukan untuk
membedakan gagal jantung kronis dan pneumonia sebagai penyebab atau tanda gejala
klinis.
(Brunner & Suddarth, 2014)
D. Patofisiologi
Timbulnya hepatisasi merah diakibatkan pembesaran eritrosit dan beberapa leukosit
dari kapiler paru-paru. Pembesaran tersebut membuat aliran darah menurun, alveoli
dipenuhi dengan leukosit dan eritrosit, jumlah eritrosit relative sedikit. Leukosit lalu
melakukan fagositosis Pneumococcus dan sewaktu resolusi berlangsung makrofag
masuk kedalam alveoli dan menelan leukosit beserta pneumococcus. Paru-paru masuk
kedalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara
perlahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli sehingga
terjadi pemulihan sempurna. Paru-paru kembali menjadi normal tanpa kehilangan
kemampuan dalam pertukaran gas. (Soemantri,2008)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram
(airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia
(segmental disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan
pneumonia interstisial (interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi
infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman
aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di
lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus
bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah
dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga
tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi
imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada
pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer
tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat
hipoksia dan kebutuhan oksigen.
F. Pathway
G. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009) , Brashers (2007), dan Smeltzer (2001) penatalaksanaan untuk
pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan berdasarkan
pemeriksaan sampel sputum pra pengobatan. Terapi yangdapat dilakukan antara lain:
a. Farmakologi
1) Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakteri. Pneumonia lain
dapatdiobati dengan antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi
bakterisekunder yang dapat berkembang dari infeksi asal, misalnya
penisilinG merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S.
pneumoniae.Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin,
klindamisin,sefalosporin generasi kedua dan ketiga,
trimetoprimsulfametoksazol(Bactrim).
2) Oksigen dan hidrasi bila ada indikasi.
b. Non farmakologi
1) Istirahat
2) Perbaikan nutrisi
3) Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
4) Teknik napas dalam dan batuk efektif, fisioterapi dada bila tersedia.
Lampiran :
NOTULENSI RONDE KEPERAWATAN
HARI :
TANGGAL :
JAM :
RUANG :
A. ANALISA MASALAH
B. MASUKAN
1. Perawat :
2. Apoteker :
3. Fisioterapi :
4. Dokter :
5. Psikologi :
6. CMM :
7. Pembimbing Wahana Klinik:
8. Pembimbing Institusi:
19
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DAFTAR HADIR
Hari/Tanggal :
Acara :
Ruang :
No Nama Jabatan TTD
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
Malang, 2019
Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ketua Kelompok
NIM NIM.
20
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Ruang :
No. RM. : …………………………………..
Malang,
Perawat yang menerangkan Penanggung jawab
……………………………... ……………………………
21
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
B. Diagnosis
Efusi Pleura + Heart Failure
C. Keluhan Utama
Sesak nafas
22
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
G. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
TD : 180/120 mmHg N: 94x/menit RR: 35x/menit S: 36
SPO2: 95%
BB: 62kg
23
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Nafsu makan menurun, pasien makan habis 5 sendok, minum 6 gelas dalam
sehari, mukosa bibir kering, abdomen soepel, peristaltic usus 13x/menit, BAB 1
kali sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning dan bau khas
N. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, pasien juga tidak memiliki riwayat
diabetes mellitus (GDA : 108 mg/dl)
O. Kebersihan Pribadi
Pasien mampu mandi sendiri 2x sehari, gosok gigi 2x sehari dan ganti pakaian 2x
sehari, penampilan rapi
Q. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 29/11/2018
Hb : 8,9 gr/dl (N P: 12,0 – 18,0)
Eritrosit : 4.150.000 Ul (3.000.000 – 6.000.000)
Hematokrit : 31,4 % (37 – 47)
MCV : 75,7 (80,0 – 93,0)
MCH : 21,4 pg (27 – 31)
24
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
R. Terapi
Inj. Furosemide 40mg ( 2 ml )
Nebul Velutin 3x1
Candesartan / oral 0-0-8mg
Amllodipin 5mg-0-0
Cairan infus NaCl 7tpm
S. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d ekspansi paru yang tidak maksimal
2. Kelebihan volume cairan b/d penurunan cardiac output
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat
T. Rencana Tindakan
Ketidakefektifan pola nafas
1. Berikan oksigen dengan nasal canul 2 lpm
2. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam
3. Ajarkan pasien batuk efektif
4. Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator
25
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
U. Evaluasi
Ketidakefektifan pola nafas tidak efektif
26