Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
Rachmat Wihandana Agasi 20141660015
Rizaldy Heru Susanto 20141660102
Desta Pankyano 20141660082
Vicky Ari Wibowo 20141660097
1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
yang diakibatkanoleh bencana yang merupakan salah satu wujud perlindungan negara
kepada warga negara. Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
masyarakat dari ancaman, risiko dan dampak bencana. Wilayah Negara Kesatuan
yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh factor alam, factor
non alam maupun factor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam
Bencana Indonesia (DIBI) BNPB menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencana dan
3
Bencana yang menelan korban meninggal paling banyak adalah akibat gempa bumi dan
tsunami meskipun kejadian bencana yang sering terjadi adalah banjir (Gambar 1). Fakta
bumi dan tsunami sehingga jumlah korban jiwa meninggal akibat bencana ini masih
cukup banyak. Posisi Indonesia yang terletak pada 3 (tiga) lempeng yaitu Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik selain membuat Indonesia kaya
akan cadangan mineral sekaligus mempunyai dinamika geologis yang sangat dinamis
yang berpotensi menimbulkan gempa bumi dan tsunami. Terdapat 172 kabupaten/kota
yang berisiko tsunami (Tsunami Risk Assesment 2012, BNPB). Dalam hal demikian
sektor industri yang mungkin memerlukan skenario dan cara penanggulangan secara
1.3 Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari 4
Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda
merupakan salah satu jalur lalu lintas laut yang strategis karena dapat dilalui kapal
besar yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia
merupakan jalur penghubung antara Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi
geografis, dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama daerah Tangerang raya
wilayah penyangga bagi Jakarta. Secara ekonomi wilayah Banten memiliki banyak
5
industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang
laut di Jakarta, dan ditujukan untuk menjadi pelabuhan alternatif selain Singapura.
mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 7.124.120 jiwa (67,01
persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 3 508 046 jiwa (32,99 persen).
terendah sebesar 3,52 persen di Kota Cilegon hingga yang tertinggi sebesar 26,66
terendah sebesar 3,52 persen di Kota Cilegon hingga yang tertinggi sebesar 26,66
6
Penduduk laki-laki Provinsi Banten sebanyak 5.439.148 jiwa dan perempuan
sebanyak 5.193.018 jiwa. Seks Rasio adalah 105, berarti terdapat 105 laki-laki untuk
Selatan sebesar 102 dan tertinggi adalah Kota Serang sebesar 106.
Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar
107, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 100 sampai
Dalam rangka penanganan terhadap korban yang ditimbulkan gempa bumi maka perlu
diambil beberapa kebijakan agar semua korban dapat segera tertolong dan berbagai fasilitas dan
infrastruktur dapat diperbaiki. Sehingga nantinya semua aktifitas masyarakat dapat berjalan
normal kembali. Beberapa kebijakan penting yang harus diambil tersebut adalah :
1. Mengerahkan semua sumber daya yang ada untuk dapat dipergunakan dalam penanganan
bencana.
3. Memastikan semua korban (dalam hal ini manusia), dapat segera di tolong. Bagi korban
yang luka-luka diberikan pengobatan dan korban yang kehilangan tempat tinggal
dimakamkan.
4. Apabila intensitas becana cukup besar, maka perlu dilakukan koordinasi dengan lembaga-
7
5. Memantau dan melaporkan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana, baik harta benda
maupun jiwa.
Adapun untuk merealisasikan kebijakan yang telah ditetapkan diatas, maka perlu
1. Merealisasikan kan prosedur tetap yang dibuat sebelum terjadinya bencana gempa bumi
sumber daya dengan mempergunakan sarana dan prasarana yang sudah disiapkan
sebelumya.
6. Menyediakan mobilisasi pengungsi antara lain Ambulance, tenaga medis/ obatobatan, tenda
7. Prioritas adalah Lansia, anak-anak, Pasien Rumah sakit, Penyandang cacat, Ibu Hamil,
Orang Stres
8. Apabila dampak yang ditimbulkan cukup besar, maka perlu dilakukan pengajuan bantuan
10. Mengevaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan yang sudah dilaksanakan serta tindak lanjut
yang direncanakan.
Apabila terjadi gempa bumi dan tsunami dengan kekuatan 6 SR dan gelombang
8
1. Akan terjadi kepanikan dan semua infrastrukur serta asset yang ada akan
porakporanda.
maupun
komunikasi
bentuk
b. Sasaran
c. Kegiatan
d. Standard :
9
1. Posko induk tingkat kabupaten,10 posko pembantu tingkat kecamatan Tim
reaksi cepat terdiri dari 20 orang yaitu berasal dari unsur TNI, POLRI,
POLPP,SAR, RELAWAN.
f.
a. Situasi
Akibat dari adanya bencana gempa bumi dan tsunami, ada masyarakat yang
akan banyak terdapat penduduk yang menjadi korban baik meninggal, luka-luka
maupun hilang. Bagi korban yang luka-luka perlu segera diberikan pertolongan
10
obatan, sandang dan pangan. Sedangkan korban yang meninggal dilakukan
b. Sasaran
hilang,
c. Kegiatan
d. Standar
Posko
11
1. Kabupaten : 1 buah poskotis
Kabupaten :• TNI : 1 SST (31 orang), POLRI : 1 SST (31 orang), POL PP : 1
Kecamatan :• TNI : 110 Orang (21 nagari), POLRI : 110 Orang (21 nagari),
LSM : 42 Orang (21 nagari), Masyarakat : 105 Orang (21 nagari), JUMLAH : 480
Orang
3. Sektor Kesehatan
a. Situasi
korban terancam sebanyak 38.603 jiwa (13%) dari jumlah penduduk 294.782
korban yang hilang 1.909 jiwa (4,9%) dan yang mengungsi ± 20.869 jiwa.
Selain korban tersebut gempa bumi dan tsunami juga mengakibatkan rusaknya
sarana dan prasarana kesehatan termasuk tenaga medis dan paramedis yang
meninggal dan cedera / luka yang berakibat pelayanan kesehatan tidak bisa
3 unit RSUD, 10 RSU, 8 unit Puskesmas, 23 unit Pustu dan 88 unit Polindes.
b. Sasaran
12
c. Kegiatan
- Jalan : ±90 km
b. Sasaran
13
- Tersedianya areal pengungsian dengan sarana dan prasarana yang memadai.
- Pulihnya seluruh sarana dan prasarana seperti jalur transportasi, sarana air
c. Standar
1. Areal aman / evakuasi dengan ketinggian > 15 meter dengan jalur
transportasi yang memadai (min. kls III A) dan ketentuan luas areal adalah
1500 jiwa / Ha
2. Air bersih 15 ltr/hari/jiwa
3. M.C.K : 4unit, ukuran 5,5 x 10 m / 1500 jiwa
4. Tempat ibadah : 4unit, ukuran 5,5 x 10 m / 1500 jiwa
5. Sekolah darurat : 4unit, ukuran 5,5 x 10 m / 1500 jiwa
6. Pos kesehatan : 1unit, ukuran 5,5 x 10 m / 1500 jiwa
7. Sarana air bersih 1 unit kapasitas 1500 L/hari untuk 100 jiwa
8. Membangun jembatan darurat, bentang + 4 m’ : 0,5 m3 kayu / m’
9. Pemulihan jalan : 1 Excavator + 2 Dump truk / 10 km jalan
10. Pemulihan jaringan komunikasi : diserahkan kepada TELKOM
11. Pemulihan jaringan listrik : diserahkan kepada PLN
5. Sektor Perhubungan
a. Situasi
Bila terjadi Gempa Bumi dan Tsunami maka mengakibatkan lumpuhnya
tranportasi, komunikasi dan informasi. Maka dalam hal ini diupayakan
penanggulangan bagi para korban yang selamat dan luka. Untuk itu diperlukan
sarana transportasi untuk memobilisasi pengungsi yang dipekirakan sebanyak
20.869 jiwa dan yang luka sebanyak 3.071 jiwa dari 21 nagari terkena bencana.
b. Sasaran
Penyelamatan para pengungsi dengan jalan sebagai berikut :
1. Diangkut ketempat penampungan yang tersedia
2. Bagi korban luka, berat maupun ringan langsung diantar ke posko
kesehatan agar segera mendapat pertolongan dan perawatan apabila
diperlukan.
3. Bagi korban luka berat diprioritaskan dalam upaya penyelamatan.
14
2.3.3 Pemantauan Dan Tindak Lanjut
Formalisasi
tergabung dalam SATLAK PBP dan ditandatangani oleh Bupati selaku Ketua
Gubernur.
3. Apabila terjadi gempa bumi yang diikuti tsunami, maka yang memberitahukan
PBP.
5. Apabila terjadi gempa bumi dan tsunami segera saat itu juga rencana
berbagai sumber.
15
Beberapa bencana yang paling sering terjadi di Indonesia yang berpotensi untuk
merugikan jika diurutkan berdasarkan cakupan populasi tertinggi ialah gempa bumi
penduduk). Selain itu, jumlah kejadian bencana yang terjadi di Indonesia tergolong
yang terbesar di dunia. Indonesia berada pada ranking pertama dari total 265 negara
yang beresiko untuk bencana tsunami, rangking pertama untuk bencana longsor dari
total 162 negara paling beresiko, ranking ke tiga dari total 153 negara paling beresiko
untuk bencana gempa bumi, serta ranking ke enam dari total 162 negara paling beresiko
Dampak Bencana :
terbesar ialah 38% oleh banjir, 31% oleh gempa bumi, 17% oleh kebakaran,
Total kerugian ekonomi berdasarkan data yang dilansir oleh CDER dari
16
akhir-akhir ini menimpa Indonesia seperti banjir bandang di Wasior,
hingga saat ini total kerugian dana dan materi yang masuk baru disumbang
(Hariandja, 2010).
mengelola bencana.
korban bencana dan pihak lainnya yang membutuhkan, setelah bencana terjadi.
sistem, fasilitas, dan perlengkapan untuk menyebarkan informasi mengenai gempa dan
masalah sumber penghidupan bagi para korban. Selain itu, pemerintah pusat dan daerah
radio sebagai bagian dari sistem administrasi publik yang membagikan informasi
kepada setiap individu, termasuk mereka yang terkena dampak bencana dan
17
Pemerintah pusat dan daerah serta lembaga pemerintah berupaya mengembangkan
18
Alur Komunikasi pada saat Bencana Gempa Bumi
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
makalah ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam penyusunan rencana kontinjensi
secara umum dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Untuk dapat memahami isi makna
buku ini secara lebih baik dan benar, diperlukan pendalaman karena setiap jenis
rencana kontinjensinya sama. Dalam hal terjadi bencana, maka rencana kontinjensi
dengan sendirinya berubah menjadi rencana operasi dengan merubah skenario kejadian
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa penerus generasi bangsa, kita harus bisa memahami bagaimana
perencanaan kontinjensi itu. jika ada kekurangan di makalah ini, penulis menyarankan
20
Daftar Pustaka
Thomas D. Schneid and Larry Collins. 2001. Disaster management and preparedness.
Florida, USA.
from http://www.sutikno.org
Johsnton, J. B. 2003. Personal Account From Survivor of the Hilo Tsunamis 1946 and 1960:
London. Elsevier
Dalam Kegiatan Kemasyarakatan Antar Warga Korban Tsunami Dan Interaksi Dengan
Orang Asing di Banda Aceh. Bandung: Disertasi Program Doktor Ilmu Komunikasi
UNPAD.
21
Standard Operating Prosedur
1. PENDAHULUAN
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi
karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi,
dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah
longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman
kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun
SOP ini disusun dengan maksud sebagai pedoman kerja dan arahan tindakan
Bumi adalah untuk mewujudkan tertib operasi evakuasi gempa bumi di lingkungan
kerja.
Ada beberapa tindakan mitigasi yang perlu direncanakan dan disiapkan oleh bagian
22
1. Konstruksi Bangunan
a. Pastikan bahwa struktur dan letak bangunan kantor dapat terhindar dari bahaya
2. Jalur Evakuasi
3. Penataan Kantor
menghindari jatuh, roboh, dan bergeser pada saat terjadi gempa bumi.
b. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah
c. Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan
23
2. Jika Anda di Area Terbuka atau di luar Gedung
a. Mengindari dari bangunan yang ada disekitar Anda seperti gedung, tiang
c. Telepon dna mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau
sekitar Anda
b. SATPAM
24
PEDOMAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGANAN TANGGAP DARURAT BENCANA
MUHAMMADIYAH DISASTER MANAGEMENT CENTER
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam situasi keadaan Darurat bencana sering terjadi kegagapan pananganan dan
kesimpang siuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga
mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana.
Sistem Koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, Penyaluran bantuan, distribusi
logistic sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penanganan tanggap
darurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di lapangan yang
seperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja Pos Komando dan Koordinasi
Tanggap Darurat Bencana yang baik, terstruktur dan sistematis.
Dalam kondisi Kedaruratan Bencana diperlukan sebuah institusi yang menjadi pusat
Komando dan Koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana
yang terjadi. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dapat dilengkapi
dengan PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana dengan gugus tugas yang terdiri dari unit
kerja yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan system yang terpadu dalam
penanganan Kedaruratan bencana.
C. Pengertian Istilah
LPB Muh : Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammdiyah
Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah dibentuk dalam rangka
melaksanakan tugas dan fungsi untuk melaksanakan penanggulangan Bencana.
MDMC : Muhammadiyah Disaster Managemen center
Bencana : Peristiwa atau rangkaian peristiwayang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh factor alam
dan atau factor non alam maupun factor manusia sehingga mngakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda
dan dampak psikologis.
D. Ruang Lingkup
1. Pedoman Standar Operasi Prosedur ini membahas Pembentukan Pos Komando dan
Koordinasi Tanggap Darurat Bencana, PosKo lapangan dan Gugus tugas Unit Kerja
Tanggap Darurat.
2. Pedoman Standar Operasi Prosedur berlaku bagi LPB - MDMC Daerah / wilayah dalam
membentuk Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana, serta dijadikan
acuan bagi Pimpinan Daerah / Wilayah untuk berpartisipasi dalam penanganan Tanggap
Darurat Bencana.
BAB II PEMBENTUKAN POS KOMANDO DAN KOORDINASI TANGGAP DARURAT BENCANA
A. Kedudukan
1. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana skala Nasional berkedudukan di
kantor LPB / MDMC PP Muhammadiyah, Pos Komando dan Koordinasi Tanggap darurat
Bencana skala regional (Propinsi) berkedudukan di kantor LPB / MDMC PW
Muhammadiyah, Pos Komando dan Koordinasi Tanggap darurat Bencana skala Daerah
berkedudukan di kantor LPB / MDMC PD Muhammadiyah atau ditempat yang lain
sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Pada bencana skala nasional dapat dibentuk Pos Komando dan Koordinasi Tanggap
Darurat Aju (Pos garis depan) di propinsi (Pimpinan Wilayah), dan pada bencana skala
regional (Propinsi) dapat dibentuk Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Aju
(Pos garis depan) di Kabupaten / Kota (Pimpinan Daerah) yang terkena Bencana.
3. Jangka waktu Keberadaan Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana
bersifat sementara selama masa tanggap darurat dan beroperasi selama 24 (dua puluh
empat) jam setiap hari serta dapat diperpanjang atau diperpendek waktunya sesuai
kondisi dan keadaan kedaruratan.
B. Persyaratan Lokasi
1. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap darurat Bencana dapat menempati bangunan
amal usaha, kantor Muhammadiyah atau tenda
2. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana menempati lokasi yang strategis
dengan criteria :
a. Mudah diakses oleh berbagai pihak dan unit kerja yang terlibat dalam kegiatan
tanggap darurat bencana
b. Aman dan terbebas dari ancaman bencana
c. Memiliki halaman yang memadai untuk area parkir kendaraan dan ruangan yang
cukup untuk gudang logistic.
C. Proses pembentukan
Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana terbagi dalam 2 jenis
kejadian bencana, antara lain :
1. Tahap Siaga darurat untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur – angsur, seperti
banjir dan gunung meletus
Untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur – angsur Pembentukan Pos
Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dengan cara mengikuti peningkatan
status Pusat Pengendali Operasi BNPB / BPBD wilayah Propinsi / Kabupaten / Kota.
2. Tahap Siaga darurat untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba – tiba, seperti tsunami,
gempa bumi dan tanah longsor
Untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba – tiba Pembentukan Pos Komando dan
Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dilakukan melalui 4 (empat) tahapan yang harus
dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian system komando dan
koordinasi yang terpadu, yaitu :
a. Informasi dan Data Awal Kejadian Bencana
Informasi awal data kejadian bencana bisa didapatkan melalui beberapa sumber
antara lain : Laporan Instansi / Lembaga terkait, media massa, masyarakat dan
internet. Kebenaran informasi perlu dikonfirmasi dilapangan dengan pertanyaan
Apa, Kapan, Dimana, Bagaimana Kondisi, Berapa Jumlah Korban, Akibat yang
ditimbulkan, Upaya yang telah dilakukan, dan Kebutuhan bantuan yang harus segera
diberikan.
b. Penugasan Tim Reaksi Cepat dan Tim Assesment
Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, LPB Wilayah dan atau LPB PP
menugaskan Tim Reaksi Cepat tanggap darurat (Rumah sakit DMC dan SAR) dan
Tim Assesment, untuk melaksanakan tugas kedaruratan (pertolongan medis dan
SAR ), Tim Assesment melakukan pengkajian secara cepat dan tepat, Melakukan
pemetaan lokasi bencana dan camp pengungsian serta memberikan dukungan
pendampingan dalam rangka kegiatan tanggap darurat
Hasil pelaksanaan tugas Tim Reaksi cepat dan Tim assessment merupakan bahan
pertimbangan bagi LPB / MDMC mengambil keputusan utk melakukan tindakan
berikutnya (menentukan lokasi PosKo Lapangan untuk pendampingan dan
pelayanan) dan menyediakan bantuan sesuai dengan kapasitas bencana yang terjadi
c. Menentukan skala bencana dan Analisa kemampuan wilayah / Daerah
Berdasar dari hasil laporan tim reaksi cepat dan kajian tim assessment ditentukan
skala bencana berdasar kemampuan organisasi LPB setempat dan kondisi
kerusakan serta pemetaan korban, untuk bencana skala nasional komando diambil
alih LPB PP, untuk skala bencana Propinsi komando dipegang LPB Wilayah, untuk
skala bencana Daerah komando dipegang LPB daerah
d. Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana
Sesuai dengan status dan skala bencana yang telah ditentukan maka LPB PP / LPB
Wilayah / LPB Daerah atas persetujuan Pimpinan Pusat / Pimpinan Wilayah /
Pimpinan Daerah sesuai tingkat kewenangan dan status / skala bencana :
1. Mengeluarkan surat keputusan Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi
Tanggap Darurat Bencana.
2. Melaksanakan Mobilisasi sumber daya manusia, perlatan dan logistic serta dana
dari semua unsure potensi yang dimiliki Muhammdiyah, Majelis / lembaga lain
atau masyarakat donator.
3. Meresmikan Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat
Bencana.
4. Bilamana di Pimpinan wilayah atau Pimpinan Daerah belum terbentu LPB /
MDMC, maka yang melaksanakan Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi
Tanggap Darurat Bencana adalah Pimpinan Wilayah atau Pimpinan Daerah
membentuk dan menunjuk Tim Tanggap Darurat menangani bencana.
D. Pengorganisasian
1. Organisasi Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana merupakan
Organisasi satu komando dengan mata rantai garis komando serta tanggung jawab yang
jelas. Lembaga / Majelis dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu
kesatuan komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana
baik dari tingkat pusat , wilayah , atau daerah.
2. Struktur Organisasi Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat terdiri atas Ketua
PosKo yang dibantu oleh staf PosKo dan gugus tugas operasi, yang terdiri dari :
a. Ketua PosKo Tanggap Darurat Bencana
b. Wakil Ketua PosKo Tanggap Darurat Bencana
c. Staf PosKo :
Sekretaris
Keuangan
Publikasi dan Dokumentasi
Kerelawanan
d. Gugus Tugas Operasi
Unit kerja Assesment
Unit kerja Medis (DMC)
Unit kerja SAR
Unit kerja Psikososial
Unit kerja Logistik dan Peralatan
e. Struktur organisasi ini dapat diperluas sesuai kebutuhan
3. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris
a. Sekretaris bertugas untuk :
1. Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan
2. Menyediakan papan informasi dan data kondisi korban dan penyebaran
pengungsi, serta peta lokasi bencana
3. Meng update informasi dan data terbaru sesuai hasil laporan dan evaluasi
4. Membuat dan Menyelenggarakan agenda Rapat dan evaluasi secara rutin dan
berkala.
b. Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada ketua Tanggap Darurat Bencana
4. Keuangan
a. Staf Keuangan dipimpin oleh bendahara yang bertugas :
1. Melaksanakan semua administrsi keuangan
2. Menganalisa dan membuat perencanaan kebutuhan dana dalam rangka
penanganan tanggap darurat bencana yang terjadi
3. Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka kegiatan tanggap darurat
yang terjadi
4. Mempertanggung jawabkan penggunaan keuangan, melakukan pencatatan
dana kas keluar, dana kas masuk dan membuat laporan keuangan yang
akuntabel
b. Bendahara bertanggungjawab langsung kepada Ketua Tanggap Darurat bencana.
Prasarana Pos komando dan Koordinasi Tanggap darurat bencana berupa bangunan /
Gedung atau tenda dengan fasilitas dan fungsi ruangan :
H. Pembiayaan
Biaya operasional Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana bersumber dari :
1. LPB / MDMC Daerah / Wilayah / pusat
2. Pimpinan Daerah / Pimpinan Wilayah / Pimpinan Pusat Muhammadiyah
3. Donatur
BAB III PEMBENTUKAN POSKO LAPANGAN TANGGAP DARURAT BENCANA
A. Kedudukan
1. PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana Berkedudukan dilokasi titik bencana baik di
pemukiman warga atau di lokasi camp pengungsian, yang dikendalikan oleh Koordinator
PosKo Lapangan.
2. Wilayah kerja masing masing PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana meliputi satu
kesatuan wilayah dimana bencana terjadi atau membawahi sebanyak banyaknya dua
kesatuan wilayah bencana jika salah satu kesatuan wilayah tersebut mengalami
kelumpuhan total akibat bencana.
3. Jangka waktu keberadaan PosKo lapangan Tanggap Darurat Bencana bersifat
sementara, dan beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam setiap hari selama masa
tanggap darurat bencana serta dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan.
B. Persyaratan Lokasi
PosKo lapangan Tanggap darurat Bencana dapat menempati bangunan amal usaha, kantor
Muhammadiyah, Rumah penduduk atau tenda yang idealnya memenuhi criteria sebagai
berikut :
1. Lokasi berada di lokasi bencana bisa rumah pemukiman warga / Camp pengungsian
2. Lokasi aman dan terbebas dari ancaman bencana
3. Berdekatan dengan akses jalan, mempunyai halaman yang cukup luas untuk melakukan
kegiatan
4. Mempunyai cukup ruangan untuk istirahat relawan dan gudang Logistik serta obat
obatan.
5. Tersedianya sanitasi dan air bersih yang memadai.
C. Proses Pembentukan
PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana dibentuk oleh Ketua Pos Komando dan
Koordinasi Tanggap darurat LPB – MDMC Daerah / wilayah / Pusat, tergantung lokasi,
kemampuan organisasi dan jenis bencana yang terjadi. Pembentukan PosKo lapangan
Tanggap darurat bencana berdasar dari hasil assesmen dan kebutuhan akan perlu tidaknya
suatu wilayah dijadikan titik pendampingan dan pelayanan tanggap darurat. Pembentukan
PosKo Lapangan Tanggap darurat Bencana sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah
kejadian bencana
D. Tugas Pokok
Tugas Pokok PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana adalah
1. Menyelenggarakan Operasi tanggap darurat Bencana secara terstruktur, sistematis,
cepat, tepat , bermartabat di lokasi bencana.
2. Bersinergi dan berkoordinasi dengan lembaga atau institusi lain yang bergerak pada
lokasi yang sama tanpa mengurangi efektifitas bantuan yang diberikan kepada korban
bencana.
E. Fungsi
PosKo Lapangan Tanggap darurat berfungsi :
1. Sebagai tempat berkumpul, konsolidasi dan berkoordinasi mengintegrasikan semua
sumberdaya dan unit kerja yang ditempatkan untuk melaksanakan penanganan tanggap
darurat pada wilayah PosKo Lapangan.
2. Sebagai tempat untuk menggerakan dan mengendalikan kegiatan tanggap darurat
bencana di lokasi bencana yang menjadi wilayah kerja PosKo Lapangan
3. Sebagai tempat pelayanan dan Pendampingan Pengungsi korban bencana
4. Sebagai pusat informasi dan data ditingkat PosKo lapangan
F. Uraian Tugas
1. Memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi
2. Melakukan kegiatan pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban bencana
3. Memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap korban bencana yang rentan (anak
– anak, perempuan, dan orang tua)
4. Melanjutkan kegiatan Assesmen korban dan kerusakan (baik umum dan kondisi amal
usaha Muhammadiyah) yang nantinya akan sangat berguna untuk proses rehabilitasi
dan rekontruksi
5. Menggerakan unit kerja yang tersedia untuk melakukan pelayanan dan penyaluran
bantuan secara tepat ,cepat dan bermartabat.
G. Struktur
Struktur Organisasi PosKo Lapangan Tanggap Darurat terdiri atas Koordinator PosKo yang
dibantu oleh staf PosKo dan gugus tugas operasi, yang terdiri dari :
2. Wakil Ketua
Wakil Koordinator PosKo lapangan tanggap darurat bencana ditunjuk dan disepakati
Ketua tanggap darurat bencana
a. Wakil Koordinator PosKo lapangan Tanggap Darurat bertugas :
1. Membantu Koordinator PosKo lapangan Tanggap Darurat Bencana dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan
komando tanggap darurat bencana.
2. Mengkoordinir tugas tugas kesekretariatan, humas, dan rumah tangga PosKo
3. Mewakili Ketua Tanggap darurat Bencana , Apabila Ketua berhalangan
c. Wakil ketua Tanggap Darurat Bencana bertanggungjawab langsung kepada Ketua
Tanggap Darurat Bencana.
3. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris
a. Sekretaris bertugas untuk :
1. Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan
2. Menyediakan papan informasi dan data kondisi korban dan penyebaran
pengungsi, serta peta lokasi bencana
3. Meng update informasi dan data terbaru sesuai hasil laporan dan evaluasi
4. Membuat dan Menyelenggarakan agenda Rapat dan evaluasi unit kerja
lapangan secara rutin dan berkala.
b. Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada Koordinator PosKo lapangan
Tanggap Darurat Bencana
4. Keuangan
a. Keuangan dijalankan oleh bendahara yang bertugas :
1. Melaksanakan semua administrsi keuangan
2. Menganalisa dan membuat perencanaan kebutuhan dana dalam rangka
penanganan tanggap darurat bencana yang terjadi
3. Membuat pengajuan dana ke Pos Komando dan Koordinasi tanggap darurat
bencana sesuai dengan anggaran kegiatan yang telah disetujui Koordinator
PosKo Lapangan
4. Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka kegiatan tanggap darurat
yang terjadi
5. Mempertanggung jawabkan penggunaan keuangan, melakukan pencatatan
dana kas keluar, dana kas masuk dan membuat laporan keuangan yang
akuntabel
c. Bendahara bertanggungjawab langsung kepada Koordinator PosKo lapangan
Tanggap Darurat bencana.
Prasarana PosKo lapangan Tanggap darurat bencana berupa bangunan / Gedung atau tenda
dengan fasilitas dan fungsi ruangan :
I. Pembiayaan
Biaya operasional PosKo lapangan Tanggap Darurat Bencana bersumber dari :
1. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana Daerah / Wilayah / Pusat
2. Pimpinan Daerah / Pimpinan Wilayah / Pimpinan Pusat muhammadiyah
BAB IV MEKANISME HUBUNGAN KERJA POS KOMANDO DAN KOORDINASI TANGGAP DARURAT
BENCANA
Materi Inti 3:
Deskripsi singkat
Sebuah tatanan informasi yang tidak berdiri sendiri, melainkan
unsur-unsur pengelolaan yang di orientasikan terhadap pemenuhan
maksud dan tujuan organisasi. Dimana Informasi sendiri adalah
perubahan bentuk data yang sudah diolah oleh suatu proses tertentu
serta dapat dimanfaatkan oleh pengguna.
2. Komunikasi-Koordinasi
a. Komando
b. Kegiatan
c. Perencanaan
d. Logistik
e. Keuangan
4. Sarana Komunikasi
a. Radio
b. Telephone
d. Komunikasi internal
Bahan Belajar:
a. Kebijakan dari sistem informasi = 80%
Langkah pembelajaran:
a. Tutorial tentang konsep dasar sistem informasi
Berikut adalah daftar dari sumber daya yang dapat kita gunakan
untuk mendukung pelaksanaan program :
o Hotel
o sekolah senam
o Militer
o Ormas
o Palang Merah
o Pekerja Sukarela
o Perusahaan penyedia alat-alat berat
o Truk
o Kontraktor
o Perusahaan penyedia bahan
o Perusahaan penyedia foam U/ kebakaran
o Generator
o Perusahaan persewaan alat-alat
o Pompa
o Penghangat
o Bagian pekerjaan umum
o Perusahaan utilitas
o Rumah sakit
o Helikopter medis
o Forensik
o Tim Penjinak Bom
o SWAT
o Penjaga Pantai
o Badan meteorologi dan geofisika
o Badan penaggulangan narkoba
o FBI
a. Komando
b. Operasi
c. Perencanaan
d. Logistik
e. Keuangan
A. Komando
B. Operasi
C. Perencanaan
D. Logistik
E. Keuangan
Kebakaran dan EMS unit harus dapat memanggil bantuan dan melakukan
pencarian korban tanpa takut ditembak oleh sesama petugas. Hal ini
sangat penting untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman antar petugas
yang dapat berakibat kecelakaan maupun kematian di pihak-pihak yang
tidak bersalah.
akan mengirim kru reporter atau televisi ke TKP. Para awak televisi akan
bekerja dalam tenggat waktu tertentu untuk mendapatkan rekaman video
dan informasi mengenai kejadian perkara secepat mungkin dan dalam
waktu tertentu untuk siaran di televisi. Rekaman video harus menarik
pemirsa, dan informasi didapatkan langsung dari karyawan, pemadam
kebakaran, atau siapa pun yang ada d tempat kejadian.
• Menyediakan satu area terentu di areal parkir yang jauh dari area
bencana
EOC Manager
Komunikasi
Peringatan
Komunikasi
Koordinator Evakuasi
Arah dan Pengendalian
Evakuasi
Pengungsian
Perawatan massal
Referensi
1. Thomas D. Schneid and Larry Collins. 2001. Disaster management
and preparedness. Florida, USA.
Penugasan
Catatan Singkat:
Catatan Singkat:
Latihan:
Latihan: