Вы находитесь на странице: 1из 71

PERENCANAAN KONTINJENSI BENCANA GEMPA BUMI

DI WILAYAH PROVINSI BANTEN

OLEH :
Rachmat Wihandana Agasi 20141660015
Rizaldy Heru Susanto 20141660102
Desta Pankyano 20141660082
Vicky Ari Wibowo 20141660097

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2018

1
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam .......................................................................................... i

Lembar Persetujuan .................................................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demografi Wilayah Banten ................................................................ 3

2.2 Jumlah Penduduk dan Puskesmas Wilayah Banten............................. 3

2.3 Perencanaan Kontijensi Gempa Bumi ............................................... 4

2.3.1 Kebijakan dan Strategi ............................................................ 4

2.3.2 Pengembangan Sektoral .......................................................... 6

2.3.3 Pemantauan dan Tindak Lanjut ............................................ 12

2.4 Surveilens dan Epidemiologi ............................................................ 13

2.5 Alat Komunikasi Yang Digunakan................................................... 14

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 17

3.2 Saran ................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penanggulangan bencana adalah bagian integral dari pembangunan nasional

dalamrangka melaksanakan amanat UUD 1945, sebagaimana dimaksud dalam alinea

ke-IV Pembukaan. Dalam implementasinya, penanggulangan bencana tersebut menjadi

tugas dan tanggung-jawab pemerintah dan pemerintah daerah bersama-sama

masyarakat luas. Bentuk tanggung-jawab antara lain memenuhi kebutuhan masyarakat

yang diakibatkanoleh bencana yang merupakan salah satu wujud perlindungan negara

kepada warga negara. Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan bencana disebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana

merupakan tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah. Selanjutnya Pasal 2

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan

bencana menyatakan bahwa Penanggulangan bencana dilaksanakan secara terencana,

terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada

masyarakat dari ancaman, risiko dan dampak bencana. Wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demograsi

yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh factor alam, factor

non alam maupun factor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam

keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. Data dan Informasi

Bencana Indonesia (DIBI) BNPB menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencana dan

korban meninggal di Indonesia terdapat kecenderungan mengalami peningkatan.

3
Bencana yang menelan korban meninggal paling banyak adalah akibat gempa bumi dan

tsunami meskipun kejadian bencana yang sering terjadi adalah banjir (Gambar 1). Fakta

ini menunjukkan bahwa masyarakat belum memiliki kesiapsiagaan menghadapi gempa

bumi dan tsunami sehingga jumlah korban jiwa meninggal akibat bencana ini masih

cukup banyak. Posisi Indonesia yang terletak pada 3 (tiga) lempeng yaitu Lempeng

Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik selain membuat Indonesia kaya

akan cadangan mineral sekaligus mempunyai dinamika geologis yang sangat dinamis

yang berpotensi menimbulkan gempa bumi dan tsunami. Terdapat 172 kabupaten/kota

yang berisiko tsunami (Tsunami Risk Assesment 2012, BNPB). Dalam hal demikian

rencana kontinjensinya juga harus memperhitungkan kegiatan penanganan darurat pada

sektor industri yang mungkin memerlukan skenario dan cara penanggulangan secara

spesifik serta sumberdaya yang spesifik pula.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Perencanaan Kontijensi Bencana Gempa Bumi Di Wilayah Banten

1.3 Tujuan

Untuk Mengetahui Perencanaan Kontijensi Bencana Gempa Bumi Di Wilayah Banten

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demografi Wilayah Banten

Wilayah Banten terletak di antara 5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-

106º7'12" Bujur Timur, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari 4

kota, 4 kabupaten, 154 kecamatan, 262 kelurahan, dan 1.273 desa.

Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda

merupakan salah satu jalur lalu lintas laut yang strategis karena dapat dilalui kapal

besar yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia

Tenggara misalnya Thailand, Malaysia, dan Singapura. Di samping itu Banten

merupakan jalur penghubung antara Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi

geografis, dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama daerah Tangerang raya

(Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan) merupakan

wilayah penyangga bagi Jakarta. Secara ekonomi wilayah Banten memiliki banyak

5
industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang

dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan

laut di Jakarta, dan ditujukan untuk menjadi pelabuhan alternatif selain Singapura.

2.2 Jumlah Penduduk dan Puskesmas Wilayah Banten

Jumlah penduduk Provinsi Banten sebanyak 10.632.166 jiwa yang mencakup

mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 7.124.120 jiwa (67,01

persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 3 508 046 jiwa (32,99 persen).

Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang

terendah sebesar 3,52 persen di Kota Cilegon hingga yang tertinggi sebesar 26,66

persen di Kabupaten Tangerang.

Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang

terendah sebesar 3,52 persen di Kota Cilegon hingga yang tertinggi sebesar 26,66

persen di Kabupaten Tangerang.

6
Penduduk laki-laki Provinsi Banten sebanyak 5.439.148 jiwa dan perempuan

sebanyak 5.193.018 jiwa. Seks Rasio adalah 105, berarti terdapat 105 laki-laki untuk

setiap 100 perempuan.

Seks Rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kota Tangerang

Selatan sebesar 102 dan tertinggi adalah Kota Serang sebesar 106.

Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar

107, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 100 sampai

dengan 121, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 94.

2.3 Perencanaan Kontijensi Gempa Bumi

2.3.1. Kebijakan Dan Strategi

Dalam rangka penanganan terhadap korban yang ditimbulkan gempa bumi maka perlu

diambil beberapa kebijakan agar semua korban dapat segera tertolong dan berbagai fasilitas dan

infrastruktur dapat diperbaiki. Sehingga nantinya semua aktifitas masyarakat dapat berjalan

normal kembali. Beberapa kebijakan penting yang harus diambil tersebut adalah :

1. Mengerahkan semua sumber daya yang ada untuk dapat dipergunakan dalam penanganan

bencana.

2. Mengkoordinasikan kegiatan penanganan bencana yang dilakukan berbagai lembaga baik

pemerintah, swasta dan relawan.

3. Memastikan semua korban (dalam hal ini manusia), dapat segera di tolong. Bagi korban

yang luka-luka diberikan pengobatan dan korban yang kehilangan tempat tinggal

ditampung pada tempat-tempat pengungsian. Sedangkan yang meninggal dunia segera

dimakamkan.

4. Apabila intensitas becana cukup besar, maka perlu dilakukan koordinasi dengan lembaga-

lembaga internasional melalui Bakornas PBP.

7
5. Memantau dan melaporkan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana, baik harta benda

maupun jiwa.

Adapun untuk merealisasikan kebijakan yang telah ditetapkan diatas, maka perlu

dioperasionalkan dalam beberapa strategi, yaitu :

1. Merealisasikan kan prosedur tetap yang dibuat sebelum terjadinya bencana gempa bumi

2. Menetukan arah / langkah permasalahan yang akan dilaksanakan.

3. Membagi tugas pelaksanan kerja dari unsur yang terkait.

4. Memerintahkan seluruh Dinas instansi/lembaga/masyarakat untuk mengerahkan semua

sumber daya dengan mempergunakan sarana dan prasarana yang sudah disiapkan

sebelumya.

5. Menginventarisir semua kerugian / korban yang ditimbulkan oleh bencana tersebut.

6. Menyediakan mobilisasi pengungsi antara lain Ambulance, tenaga medis/ obatobatan, tenda

pengungsi/ dapur umum, Pangan / air bersih/ MCK/sanitasi

7. Prioritas adalah Lansia, anak-anak, Pasien Rumah sakit, Penyandang cacat, Ibu Hamil,

Orang Stres

8. Apabila dampak yang ditimbulkan cukup besar, maka perlu dilakukan pengajuan bantuan

yang dibutuhkan kepada organisasi donatur.

9. Memberikan laporan pertanggung jawaban tugas yang diberikan.

10. Mengevaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan yang sudah dilaksanakan serta tindak lanjut

yang direncanakan.

2.3.2. Pengembangan Sektoral

1. Sektor Manajemen Dan Koordinasi

a. Gambaran Umum Situasi

Apabila terjadi gempa bumi dan tsunami dengan kekuatan 6 SR dan gelombang

pasang minimal 4m s/d 12m di prediksikan :

8
1. Akan terjadi kepanikan dan semua infrastrukur serta asset yang ada akan

porakporanda.

2. Lumpuhnya roda pemerintahan

3. Terputusnya akses dan hubungan dengan pihak luar baik transportasi

maupun

komunikasi

4. Banyaknya datang bantuan dari berbagai pihak dengan berbagai macam

bentuk

baik berupa obat- obatan baik sandang ,pangan dll.

b. Sasaran

1. Tergeraknya sumberdaya yang ada untuk melakukan tanggap darurat

2. Terkendalinya penanganan bencana

3. Terkoordinirnya segala bentuk bantuan bencana

4. Terinventarisirnya kerugian dan korban yang ditimbulkan.

c. Kegiatan

d. Standard :

9
1. Posko induk tingkat kabupaten,10 posko pembantu tingkat kecamatan Tim

reaksi cepat terdiri dari 20 orang yaitu berasal dari unsur TNI, POLRI,

POLPP,SAR, RELAWAN.

2. Rapat koordinasi dilakukan setiap hari

3. Laporan perkembangan situasi setiap hari

4. Media informasi setiap waktu

5. Laporan stok bantuan yang tersedia setiap hari

e. Kebutuhan dan sumber daya manusia

f.

2. Sektor Penyelamatan Dan Perlindungan

a. Situasi

Akibat dari adanya bencana gempa bumi dan tsunami, ada masyarakat yang

mampu untuk menyelamatkan diri, namun apabila intensitasnya besar maka

akan banyak terdapat penduduk yang menjadi korban baik meninggal, luka-luka

maupun hilang. Bagi korban yang luka-luka perlu segera diberikan pertolongan

berupa evakuasi ke tempat-tempat yang aman dan diberikan bantuan obat-

10
obatan, sandang dan pangan. Sedangkan korban yang meninggal dilakukan

pemakaman yang selayaknya, dan terhadap korban yang hilang dilakukan

pencarian. Bagi masyarakat yang selamat namun kehilangan tempat tinggal

perlu disiapkan tempat-tempat penampungan. Selain korban jiwa, bencana ini

juga menyebabkan rusaknya fasilitas umum seperti jalan, jembatan, rumah

ibadah, rumah sakit, sekolah dan juga gedung-gedung pemerintahan.

b. Sasaran

1. Terselamatkan dan terevakuasinya korban bencana yang masih hidup,

2. Ditemukan dan teridentifikasinya korban yang meninggal dunia

3. Terkoordinasinya kegiatan pencarian dan penyelamatan korban yang

hilang,

4. Terlaksananya pemakaman bagi korban yang meninggal dunia

c. Kegiatan

d. Standar

Posko

11
1. Kabupaten : 1 buah poskotis

2. Kecamatan : 21 buah pos pembantu

Tim Reaksi Cepat, terdiri dari :

Kabupaten :• TNI : 1 SST (31 orang), POLRI : 1 SST (31 orang), POL PP : 1

Pleton (31 orang), LSM : 10 Orang, Masyarakat : 10 Orang,

Kecamatan :• TNI : 110 Orang (21 nagari), POLRI : 110 Orang (21 nagari),

LSM : 42 Orang (21 nagari), Masyarakat : 105 Orang (21 nagari), JUMLAH : 480

Orang

Rapat Koordinasi dilakukan 1 kali dalam sebulan.

3. Sektor Kesehatan

a. Situasi

Gempa bumi yang melanda di Banten Pesisir Selatan dapat menimbulkan

korban terancam sebanyak 38.603 jiwa (13%) dari jumlah penduduk 294.782

jiwa, dimana sebanyak 5.362 jiwa diantaranya diprediksi akan meninggal

(13,5%). Kemudian sejumlah 3.071 jiwa akan mengalami luka-luka (8%),

korban yang hilang 1.909 jiwa (4,9%) dan yang mengungsi ± 20.869 jiwa.

Selain korban tersebut gempa bumi dan tsunami juga mengakibatkan rusaknya

sarana dan prasarana kesehatan termasuk tenaga medis dan paramedis yang

meninggal dan cedera / luka yang berakibat pelayanan kesehatan tidak bisa

dilaksanakan secara optimal. Sarana dan prasarana yang dimaksud diantaranya

3 unit RSUD, 10 RSU, 8 unit Puskesmas, 23 unit Pustu dan 88 unit Polindes.

b. Sasaran

1. Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi korban luka,

2. Terlaksananya pelayanan bagi Pengungsi

3. Terlaksananya rujukan kesehatan secara optimal

12
c. Kegiatan

8 Puskesmas Yang Buka 24 Jam :


1. Pandeglang
2. Lebak
3. Tangerang
4. Serang
5. Kota Tangerang
6. Kota Cilegon
7. Kota Serang
8. Kota Tangerang Selatan.

4. Sektor Sarana Dan Prasarana / Infrastruktur


a. Situasi
Apabila terjadi bencana gempa bumi dan tsunami, sebagian dan seluruh
penduduk yang berada di pinggir laut akan menyelamatkan diri ke tempat
yang aman (ketinggian). Rumah masyarakat sebagian besar hancur.
Sarana dan prasarana yang rusak adalah sebagai berikut :

- Jembatan : ±21 unit, 420 m2

- Jalan : ±90 km

- Air bersih : ±8 kecamatan

- Jaringan Listrik : ±180 km

b. Sasaran

- Tersedianya jalur penyelamatan / evakuasi ke tempat yang aman.

13
- Tersedianya areal pengungsian dengan sarana dan prasarana yang memadai.

- Pulihnya seluruh sarana dan prasarana seperti jalur transportasi, sarana air

bersih, sarana kesehatan dll.

c. Standar
1. Areal aman / evakuasi dengan ketinggian > 15 meter dengan jalur
transportasi yang memadai (min. kls III A) dan ketentuan luas areal adalah
1500 jiwa / Ha
2. Air bersih 15 ltr/hari/jiwa
3. M.C.K : 4unit, ukuran 5,5 x 10 m / 1500 jiwa
4. Tempat ibadah : 4unit, ukuran 5,5 x 10 m / 1500 jiwa
5. Sekolah darurat : 4unit, ukuran 5,5 x 10 m / 1500 jiwa
6. Pos kesehatan : 1unit, ukuran 5,5 x 10 m / 1500 jiwa
7. Sarana air bersih 1 unit kapasitas 1500 L/hari untuk 100 jiwa
8. Membangun jembatan darurat, bentang + 4 m’ : 0,5 m3 kayu / m’
9. Pemulihan jalan : 1 Excavator + 2 Dump truk / 10 km jalan
10. Pemulihan jaringan komunikasi : diserahkan kepada TELKOM
11. Pemulihan jaringan listrik : diserahkan kepada PLN
5. Sektor Perhubungan
a. Situasi
Bila terjadi Gempa Bumi dan Tsunami maka mengakibatkan lumpuhnya
tranportasi, komunikasi dan informasi. Maka dalam hal ini diupayakan
penanggulangan bagi para korban yang selamat dan luka. Untuk itu diperlukan
sarana transportasi untuk memobilisasi pengungsi yang dipekirakan sebanyak
20.869 jiwa dan yang luka sebanyak 3.071 jiwa dari 21 nagari terkena bencana.
b. Sasaran
Penyelamatan para pengungsi dengan jalan sebagai berikut :
1. Diangkut ketempat penampungan yang tersedia
2. Bagi korban luka, berat maupun ringan langsung diantar ke posko
kesehatan agar segera mendapat pertolongan dan perawatan apabila
diperlukan.
3. Bagi korban luka berat diprioritaskan dalam upaya penyelamatan.

14
2.3.3 Pemantauan Dan Tindak Lanjut

Formalisasi

1. Rencana kontinjensi ini dihimpun bersama oleh berbagai instansi yang

tergabung dalam SATLAK PBP dan ditandatangani oleh Bupati selaku Ketua

SATLAK yang sebelumnya ditandatangani oleh sektor-sektor yang terkait.

2. Untuk menindaklanjuti rencana kontinjensi dilakukan pertemuan rutin untuk

pemutakhiran/validasi data dan lain-lain.Rekomendasi disampaikan kepada

Gubernur.

3. Apabila terjadi gempa bumi yang diikuti tsunami, maka yang memberitahukan

kepada masyarakat tanda-tanda peringatan dini (SMONG) adalah SATLAK

PBP.

4. Rencana kontinjensi ini dapat diuji/dipraktekkan bila terjadi bencana dengan

melaksanakan kegiatan yang tercantum dalam rencana kontinjensi sesuai

dengan kebutuhan dari masing-masing sektor.

5. Apabila terjadi gempa bumi dan tsunami segera saat itu juga rencana

kontinjensi ditetapkan menjadi rencana operasi tanggap darurat yang

disesuaikan dengan kejadian. Sebaliknya apabila tidak terjadi bencana,

rencana kontinjensi akan ditinjau kembali untuk 6 ( enam) bulan berikutnya

dengan catatan akan disesuaikan proyeksi kebutuhannya secara berkala

melalui rapat berkala dengan sektor-sektor terkait.

6. Dari proyeksi kebutuhan dan ketersediaan sumber daya akan terlihat

kesenjangan (gap). Untuk menutup kesenjangan ini dapat diupayakan dari

berbagai sumber.

2.4 Surveilens atau Epidemiologi

15
Beberapa bencana yang paling sering terjadi di Indonesia yang berpotensi untuk

merugikan jika diurutkan berdasarkan cakupan populasi tertinggi ialah gempa bumi

(11.056.806 penduduk), tsunami (5.402.239 penduduk), kekeringan/kemarau

(2.029.350 penduduk), longsor (197.372 penduduk), serta badai tropis (1.636

penduduk). Selain itu, jumlah kejadian bencana yang terjadi di Indonesia tergolong

yang terbesar di dunia. Indonesia berada pada ranking pertama dari total 265 negara

yang beresiko untuk bencana tsunami, rangking pertama untuk bencana longsor dari

total 162 negara paling beresiko, ranking ke tiga dari total 153 negara paling beresiko

untuk bencana gempa bumi, serta ranking ke enam dari total 162 negara paling beresiko

untuk bencana banjir (EM-DAT, 2008).

Dampak Bencana :

1. Kerugian Korban Jiwa

Presentase orang-orang yang terkena dampak bencana mulai dari yang

terbesar ialah 38% oleh banjir, 31% oleh gempa bumi, 17% oleh kebakaran,

6% oleh kemarau, 4% oleh penyakit epidemik, dan oleh 3% gunung merapi.

Selanjutnya, presentase tipe bencana yang dilaporkan paling banyak

memakan korban (kematian) di Indonesia 95% berasal dari bencana gempa

bumi, 3% disebabkan oleh banjir, dan 2% disebabkan oleh epidemik

penyakit (EM-DAT, 2008).

2. Kerugian Dana dan Material

Total kerugian ekonomi berdasarkan data yang dilansir oleh CDER dari

tahun 1980 hingga 2008, dana terbesar dikeluarkan untuk mengatasi

bencana gempa bumi dan tsunami ialah sebesar $.8.451.600,- , wabah

sebesar $.9.300.000, dan banjir sebesar $.1.755.800 (EM-DAT, 2008).

Sementara itu, dana yang dikeluarkan untuk menanggulangi bencana yang

16
akhir-akhir ini menimpa Indonesia seperti banjir bandang di Wasior,

tsunami di Mentawai, serta gunung Merapi di Jogjakarta seluruhnya masih

belum dapat dihitung. Berdasarkan klaim Bappenas, ditemukan bahwa

hingga saat ini total kerugian dana dan materi yang masuk baru disumbang

oleh bencana banjir di Wasior, yakni mencapai 300 miliar rupiah

(Hariandja, 2010).

3. Menurunkan Resiko Bencana

Dalam menanggulangi bencana yang terjadi, terdapat suatu siklus untuk

mengelola bencana.

2.5 Alat komunikasi yang digunakan

Pemerintah daerah mengatur informasi untuk disebarkan secara kronologis ke

korban bencana dan pihak lainnya yang membutuhkan, setelah bencana terjadi.

Pemerintah pusat dan daerah, serta lembaga penyiaran, berupaya mengembangkan

sistem, fasilitas, dan perlengkapan untuk menyebarkan informasi mengenai gempa dan

masalah sumber penghidupan bagi para korban. Selain itu, pemerintah pusat dan daerah

serta lembaga pemerintah lainnya berupaya akan mengembangkan sistem komunikasi

radio sebagai bagian dari sistem administrasi publik yang membagikan informasi

kepada setiap individu, termasuk mereka yang terkena dampak bencana dan

membutuhkan bantuan khusus. Di saat yang sama, pemerintah daerah akan

mengembangkan berbagai sistem komunikasi, termasuk telepon, telepon seluler, dan

lainnya. Lembaga penyiaran dan telekomunikasi berupaya mengembangkan sistem

untuk mengumpulkan dan membagikan informasi mengenai kerusakan akibat bencana

dan ketetapan keselamatan bagi orang-orang.

17
Pemerintah pusat dan daerah serta lembaga pemerintah berupaya mengembangkan

sistem distribusi informasi bagi:

1) orang-orang yang butuh diselamatkan saat bencana terjadi,

2) korban bencana yang terancam terisolasi di area bencana,

3) korban bencana di kota yang kesulitan memperoleh informasi untuk pulang.

18
Alur Komunikasi pada saat Bencana Gempa Bumi

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

makalah ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam penyusunan rencana kontinjensi

secara umum dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Untuk dapat memahami isi makna

buku ini secara lebih baik dan benar, diperlukan pendalaman karena setiap jenis

ancaman memiliki karakteristik penanganan berbeda, meskipun pola proses penyusunan

rencana kontinjensinya sama. Dalam hal terjadi bencana, maka rencana kontinjensi

dengan sendirinya berubah menjadi rencana operasi dengan merubah skenario kejadian

menjadi skenario berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Dalam hal daerah

kabupaten/kota telah memiliki rencana kontinjensi, maka daerah provinsi dapat

menyusun rencana kontinjensi tingkat provinsi untuk memback-up/mendukung

penyediaan sumberdaya kepada daerah kabupaten/kota. Hal ini sejalan dengan

kebijakan penanggulangan bencana yang mengedepankan tanggung jawab pada tataran

paling bawah yaitu pemerintah daerah dan masyarakat kabupaten/kota.

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa penerus generasi bangsa, kita harus bisa memahami bagaimana

perencanaan kontinjensi itu. jika ada kekurangan di makalah ini, penulis menyarankan

untuk mencari literatur lain untuk sebagai bahan referensi.

20
Daftar Pustaka

Thomas D. Schneid and Larry Collins. 2001. Disaster management and preparedness.

Florida, USA.

Juniawan Priyono. 2007. Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Indonesia. Available

from http://www.sutikno.org

Pan American Health Organization. 1999. Humanitarian Assistance in Disaster Situations; A

Guide for Effective Aid. Washington, USA

Setio, H. H. B (ed). 2011. Komunikasi Bencana. Yogyakarta: Mata Padi Presindo

Johsnton, J. B. 2003. Personal Account From Survivor of the Hilo Tsunamis 1946 and 1960:

Toward A Dister Communication Models. University Of Hawaii Library

Haddow, G. D, dan Kims. 2008. Disaster Communications, In A Changing Media World.

London. Elsevier

Mukti, A. G. dan A. Winarna. 2012. Manajemen Resiko Bencana dalam Konstruksi

Masyarakat Tangguh Bencana”. Yokyakarta: Mizan.

Mahyuzar. 2011. Dinamika Komunikasi Antarbudaya Pasca Tsunami (Studi Dramaturgis

Dalam Kegiatan Kemasyarakatan Antar Warga Korban Tsunami Dan Interaksi Dengan

Orang Asing di Banda Aceh. Bandung: Disertasi Program Doktor Ilmu Komunikasi

UNPAD.

Muhammad, B. 2008. Pemberdayaan Komunikasi Pemuka Pendapat dalam Penanganan

Bencana Gempa Bumi di Yogyakarta (Kasus Kabupaten Bantul). Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor.

21
Standard Operating Prosedur

Evakuasi Bencana Gempa Bumi

1. PENDAHULUAN

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi

(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi

karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi,

getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga

dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah

longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman

penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran,

kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun

tanggul penahan lainnya.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

SOP ini disusun dengan maksud sebagai pedoman kerja dan arahan tindakan

dalam menangani bencana gempa bumi di lingkungan kantor BDI Yogyakarta.

Sementara itu tujuan penyusunan Standar Operasional Prosedur Evakuasi Gempa

Bumi adalah untuk mewujudkan tertib operasi evakuasi gempa bumi di lingkungan

kerja.

3. MITIGASI DAN EVAKUASI GEMPA BUMI

A. Tindakan Mitigasi Bencana Gempa Bumi

Ada beberapa tindakan mitigasi yang perlu direncanakan dan disiapkan oleh bagian

rumah tangga BDI Yogyakarta, antara lain:

22
1. Konstruksi Bangunan

a. Pastikan bahwa struktur dan letak bangunan kantor dapat terhindar dari bahaya

yang disebabkan oleh gempa bumi

b. Melakukan evaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan yang rawan

rusak akibat gempa bumi

2. Jalur Evakuasi

a. Membuat jalur aman untuk evakuasi

b. Menentukan tempat aman untuk tujuan evakuasi/mengungsi

c. Menyepakati cara peringatan dini terjadinya bencana gempabumi

d. Persiapan pribadi dan keluarga, misalnya tas siaga.

3. Penataan Kantor

a. Perabotan (lemari, cabinet, dll) diatur menempel pada dinding untuk

menghindari jatuh, roboh, dan bergeser pada saat terjadi gempa bumi.

b. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah

agar terhindar dari kebakaran

c. Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan

B. Tindakan Saat Terjadi Bencana Gempabumi

1. Jika Anda Berada di dalam Gedung

a. Lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan

bersembunyi di bawah meja atau benda lain yang kokoh

b. Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan

c. Lari keluar apabila masih dapat dilakukan

23
2. Jika Anda di Area Terbuka atau di luar Gedung

a. Mengindari dari bangunan yang ada disekitar Anda seperti gedung, tiang

listrik, pohon, dll

b. Perhatikan tempat anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah

c. Segera cari lokasi yang terdapat tanda titik kumpul

C. Tindakan Setelah Terjadi Bencana (Pasca Bencana) Gempabumi

Jika Anda Berada dalam Gedung

a. Keluar dari bangunan tersebut dengan tertib

b. Periksa apakah terdapat anggota badan yang terluka, lakukan P3K

c. Telepon dna mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau

sekitar Anda

Setelah Anda memeriksa kondisi kesehatan dan dalam kondisi yang

memungkinkan, Anda dapat melakukan langkah sebagai berikut:

1. Periksa apabila terjadi kebakaran

2. Periksa apabila terjadi kebocoran gas

3. Periksa ababila terjadi hubungan arus pendek listrik

4. Periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan (mematikan listrik, tidak

menyalakan api, dll)

4. PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT

a. Pegawai yang bersangkutan

b. SATPAM

c. Kabag TU / Kasubag Umum

d. Kepala Balai Diklat Industri Yogyakarta

24
PEDOMAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGANAN TANGGAP DARURAT BENCANA
MUHAMMADIYAH DISASTER MANAGEMENT CENTER

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam situasi keadaan Darurat bencana sering terjadi kegagapan pananganan dan
kesimpang siuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga
mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana.
Sistem Koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, Penyaluran bantuan, distribusi
logistic sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penanganan tanggap
darurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di lapangan yang
seperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja Pos Komando dan Koordinasi
Tanggap Darurat Bencana yang baik, terstruktur dan sistematis.
Dalam kondisi Kedaruratan Bencana diperlukan sebuah institusi yang menjadi pusat
Komando dan Koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana
yang terjadi. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dapat dilengkapi
dengan PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana dengan gugus tugas yang terdiri dari unit
kerja yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan system yang terpadu dalam
penanganan Kedaruratan bencana.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Pedoman Standar Operasional Prosedur ini dimaksud menjadi panduan dalam
pembentukan Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat bencana dan PosKo
Lapangan Tanggap Darurat bencana.
2. Tujuan
a. Tersedianya buku panduan Standar Operasional Prosedur penanganan Tanggap
Darurat Bencana
b. Tersedianya panduan tata laksana kegiatan masing masing unit kerja dan
kerelawanan dalam rangka meningkatkan koordinasi, pengendalian , pemantauan
dan evaluasi kegiatan penanganan Tanggap Darurat Bencana.

C. Pengertian Istilah
LPB Muh : Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammdiyah
Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah dibentuk dalam rangka
melaksanakan tugas dan fungsi untuk melaksanakan penanggulangan Bencana.
MDMC : Muhammadiyah Disaster Managemen center
Bencana : Peristiwa atau rangkaian peristiwayang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh factor alam
dan atau factor non alam maupun factor manusia sehingga mngakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda
dan dampak psikologis.

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana :


Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat
dan rehabilitasi serta rekontruksi
Tanggap darurat Bencana :
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pendampingan dan penanganan pengungsi, serta pemulihan
sarana prasarana.
Masa tanggap darurat bencana :
Jangka waktu Kedaruratan bencana yang ditetapkan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah untuk jangka waktu tertentu
Pos Komando Kedaruratan:
Pos komando yang dibentuk pada saatkeadaan darurat yang meliputi tahap
siaga darurat, tahap tanggap darurat dan transisi dari tahap tanggap darurat ke
tahap pemulihan yang dapat berupa Pos Komando dan Koordinasi Tanggap
Darurat dan PosKo lapangan Tanggap darurat bencana yang terdiri dari gugus
tugas unit kerja yang merupakan satu kesatuan system penanganan
kedaruratan
Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana :
Institusi yang melaksanakan fungsi tugas sebagai pusat Komando operasi
Tanggap Darurat Bencana, untuk mengkoordinasikan, mengendalikan,
memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tanggap darurat bencana.
PosKo lapangan Tanggap Darurat Bencana :
Institusi yang betugas melakukan penanganan tanggap darurat langsung di
lokasi bencana ataupun di lokasi camp pengungsian yang terdiri dari para
relawan dengan unit kerja masing - masing yang melakukan pendampingan dan
pelayanan pada masyarakat yang terkena bencana.

D. Ruang Lingkup
1. Pedoman Standar Operasi Prosedur ini membahas Pembentukan Pos Komando dan
Koordinasi Tanggap Darurat Bencana, PosKo lapangan dan Gugus tugas Unit Kerja
Tanggap Darurat.
2. Pedoman Standar Operasi Prosedur berlaku bagi LPB - MDMC Daerah / wilayah dalam
membentuk Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana, serta dijadikan
acuan bagi Pimpinan Daerah / Wilayah untuk berpartisipasi dalam penanganan Tanggap
Darurat Bencana.
BAB II PEMBENTUKAN POS KOMANDO DAN KOORDINASI TANGGAP DARURAT BENCANA

A. Kedudukan
1. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana skala Nasional berkedudukan di
kantor LPB / MDMC PP Muhammadiyah, Pos Komando dan Koordinasi Tanggap darurat
Bencana skala regional (Propinsi) berkedudukan di kantor LPB / MDMC PW
Muhammadiyah, Pos Komando dan Koordinasi Tanggap darurat Bencana skala Daerah
berkedudukan di kantor LPB / MDMC PD Muhammadiyah atau ditempat yang lain
sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Pada bencana skala nasional dapat dibentuk Pos Komando dan Koordinasi Tanggap
Darurat Aju (Pos garis depan) di propinsi (Pimpinan Wilayah), dan pada bencana skala
regional (Propinsi) dapat dibentuk Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Aju
(Pos garis depan) di Kabupaten / Kota (Pimpinan Daerah) yang terkena Bencana.
3. Jangka waktu Keberadaan Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana
bersifat sementara selama masa tanggap darurat dan beroperasi selama 24 (dua puluh
empat) jam setiap hari serta dapat diperpanjang atau diperpendek waktunya sesuai
kondisi dan keadaan kedaruratan.

B. Persyaratan Lokasi
1. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap darurat Bencana dapat menempati bangunan
amal usaha, kantor Muhammadiyah atau tenda
2. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana menempati lokasi yang strategis
dengan criteria :
a. Mudah diakses oleh berbagai pihak dan unit kerja yang terlibat dalam kegiatan
tanggap darurat bencana
b. Aman dan terbebas dari ancaman bencana
c. Memiliki halaman yang memadai untuk area parkir kendaraan dan ruangan yang
cukup untuk gudang logistic.

C. Proses pembentukan
Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana terbagi dalam 2 jenis
kejadian bencana, antara lain :
1. Tahap Siaga darurat untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur – angsur, seperti
banjir dan gunung meletus
Untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur – angsur Pembentukan Pos
Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dengan cara mengikuti peningkatan
status Pusat Pengendali Operasi BNPB / BPBD wilayah Propinsi / Kabupaten / Kota.

2. Tahap Siaga darurat untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba – tiba, seperti tsunami,
gempa bumi dan tanah longsor
Untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba – tiba Pembentukan Pos Komando dan
Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dilakukan melalui 4 (empat) tahapan yang harus
dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian system komando dan
koordinasi yang terpadu, yaitu :
a. Informasi dan Data Awal Kejadian Bencana
Informasi awal data kejadian bencana bisa didapatkan melalui beberapa sumber
antara lain : Laporan Instansi / Lembaga terkait, media massa, masyarakat dan
internet. Kebenaran informasi perlu dikonfirmasi dilapangan dengan pertanyaan
Apa, Kapan, Dimana, Bagaimana Kondisi, Berapa Jumlah Korban, Akibat yang
ditimbulkan, Upaya yang telah dilakukan, dan Kebutuhan bantuan yang harus segera
diberikan.
b. Penugasan Tim Reaksi Cepat dan Tim Assesment
Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, LPB Wilayah dan atau LPB PP
menugaskan Tim Reaksi Cepat tanggap darurat (Rumah sakit DMC dan SAR) dan
Tim Assesment, untuk melaksanakan tugas kedaruratan (pertolongan medis dan
SAR ), Tim Assesment melakukan pengkajian secara cepat dan tepat, Melakukan
pemetaan lokasi bencana dan camp pengungsian serta memberikan dukungan
pendampingan dalam rangka kegiatan tanggap darurat
Hasil pelaksanaan tugas Tim Reaksi cepat dan Tim assessment merupakan bahan
pertimbangan bagi LPB / MDMC mengambil keputusan utk melakukan tindakan
berikutnya (menentukan lokasi PosKo Lapangan untuk pendampingan dan
pelayanan) dan menyediakan bantuan sesuai dengan kapasitas bencana yang terjadi
c. Menentukan skala bencana dan Analisa kemampuan wilayah / Daerah
Berdasar dari hasil laporan tim reaksi cepat dan kajian tim assessment ditentukan
skala bencana berdasar kemampuan organisasi LPB setempat dan kondisi
kerusakan serta pemetaan korban, untuk bencana skala nasional komando diambil
alih LPB PP, untuk skala bencana Propinsi komando dipegang LPB Wilayah, untuk
skala bencana Daerah komando dipegang LPB daerah
d. Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana
Sesuai dengan status dan skala bencana yang telah ditentukan maka LPB PP / LPB
Wilayah / LPB Daerah atas persetujuan Pimpinan Pusat / Pimpinan Wilayah /
Pimpinan Daerah sesuai tingkat kewenangan dan status / skala bencana :
1. Mengeluarkan surat keputusan Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi
Tanggap Darurat Bencana.
2. Melaksanakan Mobilisasi sumber daya manusia, perlatan dan logistic serta dana
dari semua unsure potensi yang dimiliki Muhammdiyah, Majelis / lembaga lain
atau masyarakat donator.
3. Meresmikan Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat
Bencana.
4. Bilamana di Pimpinan wilayah atau Pimpinan Daerah belum terbentu LPB /
MDMC, maka yang melaksanakan Pembentukan Pos Komando dan Koordinasi
Tanggap Darurat Bencana adalah Pimpinan Wilayah atau Pimpinan Daerah
membentuk dan menunjuk Tim Tanggap Darurat menangani bencana.
D. Pengorganisasian
1. Organisasi Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana merupakan
Organisasi satu komando dengan mata rantai garis komando serta tanggung jawab yang
jelas. Lembaga / Majelis dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu
kesatuan komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana
baik dari tingkat pusat , wilayah , atau daerah.
2. Struktur Organisasi Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat terdiri atas Ketua
PosKo yang dibantu oleh staf PosKo dan gugus tugas operasi, yang terdiri dari :
a. Ketua PosKo Tanggap Darurat Bencana
b. Wakil Ketua PosKo Tanggap Darurat Bencana
c. Staf PosKo :
Sekretaris
Keuangan
Publikasi dan Dokumentasi
Kerelawanan
d. Gugus Tugas Operasi
Unit kerja Assesment
Unit kerja Medis (DMC)
Unit kerja SAR
Unit kerja Psikososial
Unit kerja Logistik dan Peralatan
e. Struktur organisasi ini dapat diperluas sesuai kebutuhan

E. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi


Tugas Pokok Pos Komando dan Koordinasi Tanggap darurat bencana :
1. Menjamin berjalannya operasi Tanggap Darurat oleh berbagai unit kerja yang ada secara
terpimpin, terkoordinasi, efektif, dan efisien dilokasi bencana
2. Melaksanakan pengumpulan informasi dan data lapangan serta perkembangan
informasi sebagai dasar penyusunan rencana Operasi Tanggap darurat Bencana
3. Menyusun rencana Operasi penanganan Tanggap Darurat Bencana
4. Menentukan lokasi pendampingan dan pelayanan korban bencana alam berdasar dari
hasil kajian dan analisis tim reaksi cepat dan tim assessment.
5. Menempatkan Tim relawan dilokasi yang telah ditentukan sesuai unit kerja Tanggap
Darurat Bencana dengan berdasar kapasitas dan keahlian secara terukur dan sistematis
6. Merencanakan, Mengkoordinasikan, Mengendalikan, memantau pengerahan
sumberdaya untuk Operasi penanganan Tanggap darurat bencana secara cepat tepat
bermartabat, efektif dan efisien serta mengevaluasi pelaksanaan Operasi penanganan
Tanggap darurat.
7. Melaporkan Pelaksanaan Penanganan Tanggap darurat kepada Pimpinan LPB / MDMC
Daerah / Wilayah / Pusat, dan kepada Pimpinan Daerah / Pimpinan Wilayah / Pimpinan
Pusat Muhammadiyah
8. Menyebar luaskan informasi mengenai kejadian bencana secara akurat dan benar
kepada media dan masyarakat luas.

Fungsi Pos Komando dan Koordinasi Tanggap darurat bencana :

1. Mengkoordinasikan , mengintegrasikan dan mensikronisasikan seluruh unsure unit kerja


yang terlibat dalam organisasi Komando Tanggap Darurat untuk melakukan Pencarian,
Penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
pendampingan dan perlindungan pengungsi, serta pemulihan sarana dan prasarana vital
dengan segera pada saat status siaga darurat dan tanggap darurat.
2. Sebagai tempat berkumpul semua sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan tanggap
darurat
3. Sebagai tempat mengendalikan kegiatan dan mengerahkan sumberdaya dalam rangka
kegiatan tanggap darurat.

F. Tugas dan Tanggung Jawab Unit Organisasi


1. Ketua Tanggap Darurat Bencana
a. Ketua Tanggap Darurat Bencana adalah personel dengan kedudukan senior
peringkat pertama dalam Komando Tanggap Darurat sesuai tingkat dan
kewenangannya
b. Ketua bertugas :
1. Mengaktifkan dan meningkatkan Pos komando dan Koordinasi Tanggap Darurat
bencana sesuai denga jenis , lokasi dan tingkatan bencana.
2. Menentukan Lokasi titik wilayah Pendampingan sesuai dengan hasil kajian dan
analisis Tim Assesment.
3. Membentuk PosKo Pendampingan dan pelayanan di lokasi yang telah
ditentukan baik diwilayah pemukiman yang terkena bencana atau di lokasi camp
pengungsian
4. Membuat rencana Operasi mengorganisasikan, melaksanakan, dan
mengendalikan Operasi tanggap darurat bencana
5. Melaksanakan Komando dan pengendalian untuk pengerahan sumberdaya
manusia, peralatan, logistic dan penyelamatan serta berwenang
memerintahkan gugus tugas yang terdiri dari unit kerja medis, SAR, Psikososial,
Logistik dan atau lembaga yang terkait dalam memfasilitasi aksesibilitas
penanganan tanggap darurat bencana
6. Melaksanakan evaluasi melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan minimal satu
kali dalam sehari untuk menyusun rencana kegiatan berikutnya.
c. Dalam Pelaksanaan tugasnya Ketua PosKo Tanggap Darurat bertanggungjawab
kepada Pimpinan Daerah / Pimpinan Wilayah / Pimpinan Pusat melalui Pimpinan
LPB / MDMC Daerah / Wilayah / Pusat.
2. Wakil Ketua
Wakil Ketua Tanggap Darurat Bencana adalah personel dengan kedudukan senior
peringkat kedua dalam Komando Tanggap Darurat sesuai tingkat dan kewenangannya
a. Wakil ketua Tanggap Darurat bertugas :
1. Membantu Ketua Tanggap Darurat Bencana dalam merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan komando tanggap
darurat bencana.
2. Mengkoordinir tugas tugas kesekretariatan, humas, dan rumah tangga posko
3. Mewakili Ketua Tanggap darurat Bencana , Apabila Ketua berhalangan
b. Wakil ketua Tanggap Darurat Bencana bertanggungjawab langsung kepada Ketua
Tanggap Darurat Bencana.

3. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris
a. Sekretaris bertugas untuk :
1. Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan
2. Menyediakan papan informasi dan data kondisi korban dan penyebaran
pengungsi, serta peta lokasi bencana
3. Meng update informasi dan data terbaru sesuai hasil laporan dan evaluasi
4. Membuat dan Menyelenggarakan agenda Rapat dan evaluasi secara rutin dan
berkala.
b. Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada ketua Tanggap Darurat Bencana
4. Keuangan
a. Staf Keuangan dipimpin oleh bendahara yang bertugas :
1. Melaksanakan semua administrsi keuangan
2. Menganalisa dan membuat perencanaan kebutuhan dana dalam rangka
penanganan tanggap darurat bencana yang terjadi
3. Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka kegiatan tanggap darurat
yang terjadi
4. Mempertanggung jawabkan penggunaan keuangan, melakukan pencatatan
dana kas keluar, dana kas masuk dan membuat laporan keuangan yang
akuntabel
b. Bendahara bertanggungjawab langsung kepada Ketua Tanggap Darurat bencana.

5. Publikasi dan Dokumentasi


a. Staf Publikasi dan Dokumentasi dipimpin oleh Koordinator yang bertugas :
1. Membentuk jaringan informasi dan komunikasi serta menyebarkan informasi
tentang bencana tersebut ke media, masyarakat, dan persyarikatan atas
persetujuan Ketua Tanggap Darurat Bencana
2. Menghimpun data dan Informasi penanganan bencana yang terjadi
3. Mendokumentasikan semua kegiatan PosKo tanggap Darurat
b. Koordinator Publikasi dan Dokumentasi bertanggungjawab langsung kepada Ketua
Tanggap darurat Bencana.
6. Kerelawanan
a. Staf Kerelawanan dipimpin oleh Koordinator yang bertugas :
1. Mencukupi dan melayani kebutuhan akomodasi, konsumsi dan kesehatan
Relawan yang bertugas di semua unit kerja penanganan tanggap darurat
bencana yang terjadi
2. Membuat data base relawan yang bertugas menangani tanggap darurat yang
terjadi
3. Melayani kebutuhan administrasi relawan yang bertugas dilapangan
b. Koordinator kerelawanan bertanggungjawab langsung kepada Ketua Tanggap
darurat bencana.
7. Unit kerja Assesmen
a. Unit kerja Assesmen dipimpin oleh Koordinator yang ditunjuk dan disepakati ketua
Tanggap Darurat Bencana yang beranggotakan orang – orang / relawan yang
mempunyai keahlian pemetaan, analisa medis, dan mengerti kondisi lingkungan
serta karakter wilayah yang terkena bencana, bertugas :
1. Menyusun perencanaan kegiatan assesmen
2. Mengumpulkan data korban dan kerusakan
3. Membuat pemetaan lokasi kejadian bencana dan peta camp pengungsian
4. Membuat kajian dan analisis kondisi lokasi bencana secara tepat dan cepat
5. Menetukan titik lokasi pendampingan dan menentukan jenis bantuan yang akan
diberikan
6. Mencari dan berkomunikasi dengan Pimpinan Wilayah / Daerah / Cabang dan
ranting sesuai dengan jenis dan lokasi bencana yang terjadi untuk mendukung
tugas assesmen dan penanganan tanggap darurat bencana.
b. Koordinator tim assesmen bertanggung jawab langsung kepada ketua Tanggap
darurat bencana
8. Unit kerja Medis
a. Unit kerja Medis dipimpin oleh Koordinator medis yang di tunjuk dan disepakati
Ketua tanggap darurat bencana yang beranggotakan oaring – orang / relawan medis
Rumah sakit Muhammadiyah, yang bertugas :
1. Menyusun rencana kegiatan medis
2. Menghubungi dan Menginventaris rumah sakit diwilayah terdekat yang akan
dilibatkan penanganan tanggap darurat bencana
3. Menempatkan tim medis rumah sakit dilokasi titik pelayanan yang telah
ditentukan.
4. Menentukan jumlah rumah sakit yang akan dilibatkan pada setiap periode
pergantian sesuai dengan jumlah titik lokasi pelayanan yang telah ditentukan
dan disepakati Ketua PosKo tanggap darurat bencana.
5. Mengatur dan Membuat jadwal agenda kegiatan rumah sakit yang akan
dilibatkan penanganan tanggap darurat bencana
6. Menyediakan dan membuat daftar Obat dan alat alat kesehatan disertai tim
farmasi yang akan melakukan pencatatan distribusi obat yang diperlukan
7. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan tim medis yang terdiri
dari rumah sakit Muhammadiyah yang bekerja di lapangan
b. Koordinator medis bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tanggap darurat
bencana
9. Unit kerja SAR
a. Unit kerja SAR dipimpin oleh Koordinator SAR yang ditunjuk dan disepakati ketua
tanggap darurat bencana dengan anggota orang - orang / relawan yang
berkompeten dan ahli dibidang SAR yang bertugas :
1. Membuat rencana operasi SAR
2. Menghimpun dan mengkoordinasikan petugas / relawan dibidang SAR
3. Membentuk regu SRU (search and Rescue Unit)
4. Memimpin kegiatan pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban bencana
5. Membuat jadwal agenda kegiatan tim
6. Mendeteksi dan memetakan daerah bahaya da rawan akan terjadinya bencana
susulan
7. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan tim
8. Membangun hubungan informasi dan koordinasi dengan institusi atau pun
lembaga yang lain yang bergerak pada bidang yang sama untuk kepentingan
pananganan tanggap darurat bencana
b. Koordinator SAR bertanggung jawab langsung kepada ketua tanggap darurat
bencana
10. Unit kerja Psikososial
a. Unit kerja psikososial dipimpin oleh Koordinator psikososial yang ditunjuk dan
disepakati ketua tanggap darurat bencana yang beranggotakan dari orang – orang /
relawan yang digerakkan dari unsure ortom Muhammadiyah lembaga kampus
Muhammadiyah yang bertugas :
1. Membuat perencanaan kegiatan pendampingan psikososial
2. Mengkaji dan menganalisa permasalahan psikis dan sosial serta mempelajari
kondisi dan karakter masyarakat yang akan didampingi
3. Menentukan jumlah relawan yang akan ditempatkan di setiap titik lokasi
pendampingan.
4. Menentukan jangka waktu pendampingan disesuaikan dengan kondisi korban,
lokasi dan jenis bencana yang terjadi.
5. Menghimpun dan mengkoordinasikan petugas / relawan psikososial dengan
menggerak unsure angkatan muda Muhammadiyah dan potensi perguruan
tinggi Muhammadiayah (fakultas psikologi, fakultas pendidikan, dll)
6. Membuat pelatihan psikososial bagi relawan yang akan ditempatkan di PosKo
pendampingan pengungsi korban bencana
7. Menempatkan petugas / relawan tim psikososial pada titik lokasi pendampingan
yang telah ditentukan dan disepakati Ketua tanggap darurat bencana
8. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan tim psikososial
9. Membangun hubungan informasi dan koordinasi dengan lebaga lain yang
berkompeten pada pendampingan psikososial di lokasi bencana yang terjadi.
b. Koordinator psikososial bertanggungjawab langsung kepada ketua tanggap darurat
bencana.

11. Unit kerja Logistik dan peralatan


a. Unit kerja Logistik dan peralatan dipimpin oleh Koordinator yang ditunjuk dan
disepakati ketua tanggap darurat bencana yang beranggotakan dari orang – orang /
relawan yang digerakkan dari unsure Angkatan Muda Muhammadiyah, yang
bertugas :
1. Menyediakan fasilitas peralatan, perlengkapan dan jasa yang akan digunakan
oleh petugas / relawan dari unit kerja yang melakukan kegiatan penanganan
tanggap darurat bencana.
2. Menerima, mengadministrasikan dan menyalurkan bantuan kepada korban
bencana
3. Mengkoordinasikan semua bantuan logistic dan peralatan dari semua lembaga,
majelis, organisasi / instansi yang terkait.
4. Membuat daftar kebutuhan bantuan logistic dan peralatan yang diajukan
kepada Ketua tanggap darurat bencana
5. Mendukung penyelenggaraan kegiatan sanitasi umum, air bersih dan dapur
umum.
6. Memastikan, mengkoreksi dan mengevaluasi semua kebutuhan baik kebutuhan
bantuan korban bencana maupun kebutuhan peralatan dan perlengkapan
kegiatan unit kerja tim penanganan tanggap darurat bencana.
b. Koordinator Logistik dan peralatan bertanggung jawab langsung kepada Ketua
Tanggap darurat bencana.

G. Sarana dan Prasarana


Sarana penunjang Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana
a. Komunikasi : telpon, telpon satelit, mesin fax, radio komunikasi ( jarak dekat dan jarak
jauh)
b. Seperangkat computer dan multimedia : Laptop, desk top, printer, website, e-mail
c. Televisi, radio
d. Pengeras suara : megaphone
e. Alat transportasi : mobil, motor, perahu karet
f. Alat tulis kantor
g. Meja kursi kantor
h. Media presentasi : LCD projector
i. Papan nama, spanduk,
j. Papan data dan informasi
k. Peta Induk kegiatan PosKo
l. Peta lokasi geografi, peta wilayah topografi
m. Data logistic : perncanaan, ketersediaan, distribusi, dan stok barang
n. Data personil / relawan
o. Data Peralatan
p. Jam dinding
q. Jadwal tugas dan lokasi masing – masing tim / unit kerja
r. Genset

Prasarana Pos komando dan Koordinasi Tanggap darurat bencana berupa bangunan /
Gedung atau tenda dengan fasilitas dan fungsi ruangan :

a. Ruang Rapat dan Koordinasi


b. Ruang Administrasi dan kesekretariatan
c. Meja kerja per bidang / unit kerja
d. Ruang Logistik / Gudang Logistik
e. Ruang data, informasi dan komunikasi
f. Ruang Tamu dan meubeler
g. Ruang Ibadah
h. Ruang Istirahat relawan
i. MCK
j. Ruang Ibadah
k. Ruang Dapur
l. Tempat Parkir kendaraan

H. Pembiayaan
Biaya operasional Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana bersumber dari :
1. LPB / MDMC Daerah / Wilayah / pusat
2. Pimpinan Daerah / Pimpinan Wilayah / Pimpinan Pusat Muhammadiyah
3. Donatur
BAB III PEMBENTUKAN POSKO LAPANGAN TANGGAP DARURAT BENCANA

A. Kedudukan
1. PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana Berkedudukan dilokasi titik bencana baik di
pemukiman warga atau di lokasi camp pengungsian, yang dikendalikan oleh Koordinator
PosKo Lapangan.
2. Wilayah kerja masing masing PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana meliputi satu
kesatuan wilayah dimana bencana terjadi atau membawahi sebanyak banyaknya dua
kesatuan wilayah bencana jika salah satu kesatuan wilayah tersebut mengalami
kelumpuhan total akibat bencana.
3. Jangka waktu keberadaan PosKo lapangan Tanggap Darurat Bencana bersifat
sementara, dan beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam setiap hari selama masa
tanggap darurat bencana serta dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan.

B. Persyaratan Lokasi

PosKo lapangan Tanggap darurat Bencana dapat menempati bangunan amal usaha, kantor
Muhammadiyah, Rumah penduduk atau tenda yang idealnya memenuhi criteria sebagai
berikut :

1. Lokasi berada di lokasi bencana bisa rumah pemukiman warga / Camp pengungsian
2. Lokasi aman dan terbebas dari ancaman bencana
3. Berdekatan dengan akses jalan, mempunyai halaman yang cukup luas untuk melakukan
kegiatan
4. Mempunyai cukup ruangan untuk istirahat relawan dan gudang Logistik serta obat
obatan.
5. Tersedianya sanitasi dan air bersih yang memadai.

C. Proses Pembentukan
PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana dibentuk oleh Ketua Pos Komando dan
Koordinasi Tanggap darurat LPB – MDMC Daerah / wilayah / Pusat, tergantung lokasi,
kemampuan organisasi dan jenis bencana yang terjadi. Pembentukan PosKo lapangan
Tanggap darurat bencana berdasar dari hasil assesmen dan kebutuhan akan perlu tidaknya
suatu wilayah dijadikan titik pendampingan dan pelayanan tanggap darurat. Pembentukan
PosKo Lapangan Tanggap darurat Bencana sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah
kejadian bencana

D. Tugas Pokok
Tugas Pokok PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana adalah
1. Menyelenggarakan Operasi tanggap darurat Bencana secara terstruktur, sistematis,
cepat, tepat , bermartabat di lokasi bencana.
2. Bersinergi dan berkoordinasi dengan lembaga atau institusi lain yang bergerak pada
lokasi yang sama tanpa mengurangi efektifitas bantuan yang diberikan kepada korban
bencana.
E. Fungsi
PosKo Lapangan Tanggap darurat berfungsi :
1. Sebagai tempat berkumpul, konsolidasi dan berkoordinasi mengintegrasikan semua
sumberdaya dan unit kerja yang ditempatkan untuk melaksanakan penanganan tanggap
darurat pada wilayah PosKo Lapangan.
2. Sebagai tempat untuk menggerakan dan mengendalikan kegiatan tanggap darurat
bencana di lokasi bencana yang menjadi wilayah kerja PosKo Lapangan
3. Sebagai tempat pelayanan dan Pendampingan Pengungsi korban bencana
4. Sebagai pusat informasi dan data ditingkat PosKo lapangan

F. Uraian Tugas
1. Memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi
2. Melakukan kegiatan pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban bencana
3. Memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap korban bencana yang rentan (anak
– anak, perempuan, dan orang tua)
4. Melanjutkan kegiatan Assesmen korban dan kerusakan (baik umum dan kondisi amal
usaha Muhammadiyah) yang nantinya akan sangat berguna untuk proses rehabilitasi
dan rekontruksi
5. Menggerakan unit kerja yang tersedia untuk melakukan pelayanan dan penyaluran
bantuan secara tepat ,cepat dan bermartabat.

G. Struktur

Struktur Organisasi PosKo Lapangan Tanggap Darurat terdiri atas Koordinator PosKo yang
dibantu oleh staf PosKo dan gugus tugas operasi, yang terdiri dari :

a. Koordinator PosKo Tanggap Darurat Bencana


b. Wakil Koordinator PosKo Tanggap Darurat Bencana
c. Staf PosKo :
Sekretaris
Keuangan
d. Gugus Tugas Operasi
Unit kerja Medis (DMC)
Unit kerja SAR
Unit kerja Psikososial
Struktur organisasi ini dapat diperluas sesuai kebutuhan
H. Uraian Tugas jabatan dan Tanggungjawab
1. Koordinator PosKo lapangan tanggap darurat bencana ditunjuk dan disepakati Ketua
tanggap darurat bencana
a. Koordinator PosKo bertugas :
1. Mengaktifkan PosKo lapangan sebagai pusat pelayanan dan pendampingan
korban bencana.
2. Membuat rencana Operasi mengorganisasikan, melaksanakan, dan
mengendalikan Operasi tanggap darurat bencana
3. Melaksanakan evaluasi melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan minimal satu
kali dalam sehari untuk menyusun rencana kegiatan berikutnya.
4. Berkoordinasi dengan tokoh Muhammadiyah dan tokoh masyarakat setempat
berkenaan dengan kegiatan penanganan tanggap darurat bencana.
5. Mensosialisasikan kegiatan pendampingan dan pelayanan yang dilakukan unit
kerja tanggap darurat kepada masyarakat korban bencana.
6. Membuat laporan tertulis secara berkala yang diberikan kepada Ketua Pos
Komando dan Koordinasi tanggap darurat bencana.
d. Dalam Pelaksanaan tugasnya Koordinator PosKo lapangan Tanggap Darurat
bertanggungjawab langsung kepada Ketua Pos Komando dan Koordinasi tanggap
darurat Daerah / Wilayah / Pusat tergantung dari jenis dan lokasi bencana yang
terjadi.

2. Wakil Ketua
Wakil Koordinator PosKo lapangan tanggap darurat bencana ditunjuk dan disepakati
Ketua tanggap darurat bencana
a. Wakil Koordinator PosKo lapangan Tanggap Darurat bertugas :
1. Membantu Koordinator PosKo lapangan Tanggap Darurat Bencana dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan
komando tanggap darurat bencana.
2. Mengkoordinir tugas tugas kesekretariatan, humas, dan rumah tangga PosKo
3. Mewakili Ketua Tanggap darurat Bencana , Apabila Ketua berhalangan
c. Wakil ketua Tanggap Darurat Bencana bertanggungjawab langsung kepada Ketua
Tanggap Darurat Bencana.

3. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris
a. Sekretaris bertugas untuk :
1. Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan
2. Menyediakan papan informasi dan data kondisi korban dan penyebaran
pengungsi, serta peta lokasi bencana
3. Meng update informasi dan data terbaru sesuai hasil laporan dan evaluasi
4. Membuat dan Menyelenggarakan agenda Rapat dan evaluasi unit kerja
lapangan secara rutin dan berkala.
b. Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada Koordinator PosKo lapangan
Tanggap Darurat Bencana

4. Keuangan
a. Keuangan dijalankan oleh bendahara yang bertugas :
1. Melaksanakan semua administrsi keuangan
2. Menganalisa dan membuat perencanaan kebutuhan dana dalam rangka
penanganan tanggap darurat bencana yang terjadi
3. Membuat pengajuan dana ke Pos Komando dan Koordinasi tanggap darurat
bencana sesuai dengan anggaran kegiatan yang telah disetujui Koordinator
PosKo Lapangan
4. Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka kegiatan tanggap darurat
yang terjadi
5. Mempertanggung jawabkan penggunaan keuangan, melakukan pencatatan
dana kas keluar, dana kas masuk dan membuat laporan keuangan yang
akuntabel
c. Bendahara bertanggungjawab langsung kepada Koordinator PosKo lapangan
Tanggap Darurat bencana.

5. Unit kerja Medis


a. Unit kerja medis dipimpin oleh Koordinator medis yang telah diberi surat mandate
dari rumah sakit muhammadiyah yang bersangkutan yang bertugas :
1. Membuat perencanaan kegiatan Medis
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik dengan cara stanby di lokasi
PosKo Lapangan ataupun mobile ke camp pengungsian atau pemukiman lokasi
tinggal korban bencana
3. Mengidentivikasi penyakit dan obat yang dibutuhkan
4. Melakukan pencatatan medis sebagai laporan perkembangan pasien dan
kegiatan yang dilakukan
5. Membuat Klinik Lapangan apabila memungkinkan dengan kondisi, situasi dan
kelayakan lokasi dan jenis bencana yang terjadi.
b. Koordinator medis berkoordinasi dengan Koordinator PosKo Lapangan untuk
menjalankan kegiatan medis dilokasi pendampingan dan pelayanan, Koordinator
Medis Lapangan bertanggungjawab langsung kepada Koordinator Medis Pos
Komando dan Koordinasi tanggap darurat bencana
6. Unit Kerja SAR
a. Unit kerja SAR yang ditempatkan di PosKo lapangan setingkat regu SRU (Search and
Rescue Unit) yang beranggotakan sejumlah 10 orang yang dipimpin oleh ketua regu
, yang bertugas :
1. Membuat rencana operasi SAR
2. Memimpin kegiatan pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban bencana
3. Membuat jadwal agenda kegiatan tim
4. Mendeteksi dan memetakan daerah bahaya da rawan akan terjadinya bencana
susulan
5. Membangun hubungan informasi dan koordinasi dengan institusi atau pun
lembaga yang lain yang bergerak pada bidang yang sama untuk kepentingan
pananganan tanggap darurat bencana
b. Ketua regu SRU bertanggung jawab langsung kepada Koordinator SAR tanggap
darurat bencana

7. Unit Kerja Psikososial


a. Unit kerja psikososial dipimpin oleh Koordinator tim psikososial lapangan yang
beranggotakan sekurang kurangnya 8 (delapan) relawan dan sebanyak banyaknya
20 (dua puluh) relawan, tergantung jumlah korban yang didampingi, lokasi dan jenis
bencana terjadi, dengan spesifikasi relawan yang mempunyai keahlian berhadapan
dengan anak - anak dan komunitas, ilmu psikologi, ilmu pendidikan, dan dakwah
yang bertugas :
1. Berkoordinasi dengan Koordinator PosKo lapangan, tokoh Persyarikatan
setempat dan tokoh masyarakat dalam menjalankan kegiatan pendampingan
dan penanganan tanggap darurat bencana
2. Membuat perencanaan kegiatan pendampingan psikososial
3. Mengkaji dan menganalisa permasalahan psikis dan sosial serta mempelajari
kondisi dan karakter masyarakat yang akan didampingi
4. Menyelenggarakan kegiatan pendampingan psikososial yang terstuktur sistemik
da berkesinambungan
5. Menghidupkan kegiatan anak – anak korban bencana baik di camp pengungsian
atau pun di pemukiman korban bencana
6. Menghidupkan kegiatan pendidikan dan keagamaan
7. Menggerakkan kegiatan kepemudaan
8. Melayani kebutuhan dasar anak – anak sesuai dengan kapasitas dan kondisi
bencana yang terjadi.
9. Membangun hubungan informasi dan koordinasi dengan lembaga lain yang
berkompeten pada pendampingan psikososial di lokasi bencana yang terjadi.
c. Koordinator tim psikososial Lapangan bertanggungjawab langsung kepada
Koordinator Psikososial Pos Komando dan Koordinasi tanggap darurat bencana.

a. Sarana dan Prasarana


Sarana penunjang PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana
a. Komunikasi : telpon, telpon satelit, radio komunikasi ( jarak dekat dan jarak jauh)
b. Seperangkat computer dan multimedia : Laptop, desk top, printer, website, e-mail
c. Televisi, radio
d. Pengeras suara : megaphone
e. Alat transportasi : mobil, motor, perahu karet
f. Alat tulis kantor
g. Meja kursi kantor
h. Media presentasi : LCD projector
i. Papan nama, spanduk,
j. Papan data dan informasi
k. Peta Induk kegiatan PosKo
l. Peta lokasi geografi, peta wilayah topografi
m. Data logistic : perncanaan, ketersediaan, distribusi, dan stok barang
n. Data personil / relawan
o. Data Peralatan
p. Jam dinding
q. Jadwal tugas dan lokasi masing – masing tim / unit kerja
r. Genset

Prasarana PosKo lapangan Tanggap darurat bencana berupa bangunan / Gedung atau tenda
dengan fasilitas dan fungsi ruangan :

a. Ruang Rapat dan Koordinasi


b. Ruang Administrasi dan kesekretariatan
c. Meja kerja per bidang / unit kerja
d. Ruang Logistik / Gudang Logistik
e. Ruang data, informasi dan komunikasi
f. Ruang Tamu dan meubeler
g. Ruang Ibadah
h. Ruang Istirahat relawan
i. MCK
j. Ruang Ibadah
k. Ruang Dapur
l. Tempat Parkir kendaraan

I. Pembiayaan
Biaya operasional PosKo lapangan Tanggap Darurat Bencana bersumber dari :
1. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana Daerah / Wilayah / Pusat
2. Pimpinan Daerah / Pimpinan Wilayah / Pimpinan Pusat muhammadiyah

BAB IV MEKANISME HUBUNGAN KERJA POS KOMANDO DAN KOORDINASI TANGGAP DARURAT
BENCANA

A. Bencana Skala Nasional


B. Bencana Skala Propinsi
C. Bencana Skala Kabupaten / Kota
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Materi Inti 3:

SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Deskripsi singkat
Sebuah tatanan informasi yang tidak berdiri sendiri, melainkan
unsur-unsur pengelolaan yang di orientasikan terhadap pemenuhan
maksud dan tujuan organisasi. Dimana Informasi sendiri adalah
perubahan bentuk data yang sudah diolah oleh suatu proses tertentu
serta dapat dimanfaatkan oleh pengguna.

Tujuan pembelajaran umum:


Untuk membangun suatu budaya agar bisa mengatasi kekurangan
maupun ketidak kompakan antar instansi atau sub sistem atau badan di
lingkungan rumah sakit

Tujuan pembelajaran khusus:


a. Meningkatkan kecepatan informasi sampai ke tempat tujuan

b. Meningkatkan ketepatan dan keakuratan informasi

c. Dapat dipertanggungjawabakan (reliable)

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan:


1. Konsep dari Komunikasi:

a. Prinsip-prinsip dari Komunikasi


b. Komunikasi yang Baik

2. Komunikasi-Koordinasi

3. Aktivasi Sistem Manejemen dan Komando:

a. Komando

b. Kegiatan

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 1


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

c. Perencanaan

d. Logistik

e. Keuangan

4. Sarana Komunikasi

a. Radio

b. Telephone

c. Sistem operasi Darurat

d. Komunikasi internal

5. Kontrol Isi Media

6. Sumberdaya manusia di bidang Komunikasi

Bahan Belajar:
a. Kebijakan dari sistem informasi = 80%

b. Teknis sistem informasi = 20%

Langkah pembelajaran:
a. Tutorial tentang konsep dasar sistem informasi

b. Siklus penegmbangan sistem informasi

c. Belajar menyusun mulai dengan misi, nilai2 informasi sampai dengan


tujuan serta melasaksanakan secara tehnis

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 2


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

1. KONSEP KOMUNIKASI DI BENCANA

A. Prinsip dalam Komunikasi Bencana

Mengkomunikasikan suatu informasi tentang bencana yang


berharga kepada publik merupakan hal yang utama dalam "risk
management". Publik perlu tahu tentang bahaya dan resiko yang akan
mereka hadapi, sehingga mereka bisa melakukan persiapan-persiapan
yang diperlukan bila tjadi suatu masalah. Tanpa pengetahuan yang
cukup, mereka sulit untuk melakukan persiapan-persiapan tersebut. Oleh
karena itu, seorang tenaga profesional hendaknya mengetahui sudut
pandang dan kebutuhan dari masyarakat di sekitarnya, sehingga mereka
bisa memberikan pertolongan dengan tepat.

Sudah banyak program-program yang ditawarkan untuk


mengatasi dampak suatu bencana, termasuk pemberian informasi dan
edukasi kepada publik, namun kenyataannya dibutuhkan suatu keahlian
yang tinggi untuk berkomunikasi secara efektif kepada masyarakat agar
dapat merubah sikap dan perilakunya. Namun hanya sedikit tenaga
profesional yang memahami hal ini. Seringkali masalah tehnik
penyampaian informasi dan edukasi ini hanya diselipkan begitu saja
dalam beberapa program, namun tidak diintegrasikan secara baik.
Sehingga proses komunikasinya jadi terhambat, dan masyarakat
kehilangan kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya. Hal inilah
yang menyebabkan banyak program/proyek yang kurang berhasil dalam
merubah sikap dan perilaku masyarakat.

Oleh karena itu sekarang digalakkan pelatihan dan penelitian


untuk masalah komunikasi ini, tidak hanya di masalah kesehatan namun
juga untuk masalah bencana. Pada sesi ini, akan dibahas 4 aspek penting
dalam berkomunikasi kepada masyarakat dan tenaga profesional yang
lain:

1. Prinsip dalam berkomunikasi yang baik

2. Dasar-dasar metode dan pendekatan yang dapat digunakan untuk


edukasi dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat.

3. Edukasi dan pelatihan untuk tenaga profesional.

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 3


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

4. Penggunaan internet dalam penanggulangan dampak bencana.

B. Komunikasi yang baik

Selama beberapa tahun, beberapa ahli berpendapat bahwa mereka


sanggup merangsang pertumbuhan sosial dan ekonomi dengan cara
memberikan informasi yang memadai kepada masyarakat miskin. Namun
ternyata ide-ide dan teknologi tersebut tidak mampu diserap oleh
masyarakat. Hal ini karena masyarakat kurang memahami informasi dan
ide-ide tersebut. Jadi harus ditemukan cara-cara yang lebih efektif untuk
menginformasikan hal tersebutt kepada masyarakat.

Walaupun banyak perdebatan tentang bagaimana cara yang efektif


untuk menyebarkan informasi ini kepada masyarakat, namun baru sekitar
tahun 1980-an hal ini diseriusi. Karena ketika itu banyak program-
program yang gagal karena masalah komunikasi ini, dimana masyarakat
tidak dapat memahami ide-ide yang disampaikan oleh para ahli. Hal ini
dikarenakan para ahli tidak mengerti kebutuhan, prioritas, dan
kemampuan masyarakat, sehingga informasi dan ide yang diberikan tidak
adekuat.

Akhir-akhir ini para ahli setuju bahwa mereka harus


mendengarkan aspirasi masyarakat, mengidentifikasi masalah, dan
mencari solusi terhadap masing-masing permasalahan tersebutt. Hal ini
merubah paradigma yang semula penyebaran informasi SATU ARAH
menjadi DUA ARAH antara para ahli dan masyarakat (misal dialog dan
pertukaran informasi). Untuk keberhasilan metode ini menuntut
partisipasi aktif dari masing-masing pihak. Dan cara ini nampaknya
sudah mulai banyak dianut dan berkembang pesat.

Untuk program penanggulangan dampak bencana masih agak


terbelakang, dan pendekatan dengan jalan dialog masih jarang dipakai.
Sebagian besar ahli bencana berasumsi bahwa masyarakat tidak
sepenuhnya tahu akan resiko yang mereka hadapi. Oleh karena itu
edukasi dan informasi yang akan disampaikan harus disesuaikan terlebih
dahulu agar masyarakat lebih mudah memahami. Masyarakat juga harus
diberikan edukasi tentang faktor-faktor resiko dan cara-cara
penanggulangannya. Namun kadang edukasi kepada masyarakat ini

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 4


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

tidak diberikan oleh orang yang ahli dibidang komunikasi, sehingga


pesannya sering tidak ditangkap oleh masyarakat. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu manager program/proyek yang memahami tehnik
komunikasi dengan baik. Serta dapat memahami situasi, kondisi,
kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Pendekatan dengan cara dialog tidaklah mudah, karena adanya


perbedaan kultur antara para ahli dengan masyarakat. Walapun untuk itu
sudah dibuatkan pedoman-pedoman tertentu.

Kesulitan-kesulitan yang sering dialami misalnya :

1. Para ahli cenderung lebih senang mewujudkan ide dalam bentuk


tulisan. Sedangkan masyarakat lebih mudah memahami dengan cara
mendengarkan dan melihat langsung.

2. Para ahli lebih cenderung untuk menggunakan angka-angka dalam


menganalisa suatu hal, sedangkan masyarakat lebih cenderung
membandingkan dampaknya secara langsung dalam kehidupan
nyata.

3. Para ahli juga cenderung suka mendefinisikan dan meng-kuantifikasi


suatu variabel, dimana kadang-kadang hal itu bersifat subyektif. Dan
hal tersebut membuat para ahli kesulitan dalam memahami masalah
di masyarakat yang kompleks dan dinamis.

Tehnik dialog itu sendiri juga menyulitkan. Karena disitu tjadi


diskusi, debat, dan kadang perbedaan argumen antara pihak-pihak
pengambil keputusan. Belum tentu juga bisa tercapai kata sepakat. Dialog
juga memakan banyak waktu dan tenaga. Dialog juga tidak menjamin
bahwa pesertanya mampu mendapatkan gambaran yang utuh tentang
permasalahan yang dihadapi. Sehingga perlu disadari oleh para ahli
(selaku peserta dialog) bahwa mereka tidak akan bisa memenuhi semua
kebutuhan masyarakat. Maka sebisa mungkin masyarakat dilibatkan
dalam dialog ini untuk menjabarkan sudut pandang mereka dan
kebutuhannya.

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 5


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

2. KOMUNIKASI DAN KOORDINASI

Kemampuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja


secara efektif sebagai suatu team merupakan faktor utama dalam
menentukan keberhasilan suatu rencana. Dalam suatu bencana berskala
besar, maka makin banyak sumber daya yang dibutuhkan. Kemampuan
masing-masing pihak penolong untuk mendata permasalahan,
menghitung sumber daya yang dimiliki, dan berkomunikasi antar sesama
akan menentukan keberhasilan suatu program/proyek. Ada banyak
anggota masyarakat yang akan bersedia membantu, para penegak hukum,
pemadam kebakaran, paramedis, dan lain-lain akan dengan sukarela
membantu Tim penanggulangan dampak bencana. Namun kemampuan
mereka berbeda-beda, sehingga tugas kita untuk mendata hal tersebut,
kemudian memberikan pelatihan dan perlengkapan yang diperlukan.
Kita juga harus meyakinkan mereka bahwa kita mampu memberi bantuan
yang diperlukan, sehingga mereka percaya pada kita.

Kemudian segera hubungi kepala dari pemadam kebakaran,


kepolisian, dan tenaga kesehatan setempat untuk mendiskusikan tentang
program yang akan dijalankan. Bila diperlukan evakuasi warga, maka
koordinasi dengan pihak penyedia transportasi lokal juga diperlukan.
Selain itu kita juga harus mendata kebutuhan lain apa yang kita perlukan
untuk menjamin keamanan misal: kantong pasir, truk besar, tim SWAT,
atau tim penjinak bom. Beri mereka keyakinan dan kepercayaan diri
bahwa mereka sanggup bertindak untuk menjamin keselamatan dan
melindungi keamanan warga

Dan karena banyak pemadam kebakaran, polisi, dan tenaga


kesehatan yang menggunakan sistem koordinasi berjenjang, maka kita
harus melakukan pendekatan ke semua pihak-pihak tersebut. Selain itu
juga beritahukan mereka tentang keuntungan dan resiko-resikonya. Dan
jangan malu atau sungkan untuk mengkritisi kinerja dari tim. Karena hal
tersebut penting bagi keberhasilan program dan menjamin keselamatan
warga.

LEPC (Local Emergency Planning Committee) atau panitia lokal


penanggulangan bencana juga hrs dilibatkan dalam masalah ini. Serta

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 6


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

SERC (State Emergency Respon Commision) yang akan mengevaluasi


perencanaan yang kita buat. Mengingat bahwa banyak resiko yang akan
kita hadapi, maka kita harus menjalankan standar keamanan yang benar.

Berikut adalah daftar dari sumber daya yang dapat kita gunakan
untuk mendukung pelaksanaan program :

o Hotel
o sekolah senam
o Militer
o Ormas
o Palang Merah
o Pekerja Sukarela
o Perusahaan penyedia alat-alat berat
o Truk
o Kontraktor
o Perusahaan penyedia bahan
o Perusahaan penyedia foam U/ kebakaran
o Generator
o Perusahaan persewaan alat-alat
o Pompa
o Penghangat
o Bagian pekerjaan umum
o Perusahaan utilitas
o Rumah sakit
o Helikopter medis
o Forensik
o Tim Penjinak Bom
o SWAT
o Penjaga Pantai
o Badan meteorologi dan geofisika
o Badan penaggulangan narkoba
o FBI

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 7


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

o Badan penerbangan nasional


o Psikiater
o Perusahaan asuransi.

Selain itu, ukuran, cakupan, kondisi geologis, serta jarak dari


masing-masing resource ke tengah kota, danau, sungai, bandara, dan
pelabuhan, sangat berpengaruh besar terhadap peranan masing-masing
resource tersebut. Setelah mendata semua resource atau sumber daya
yang kita miliki, maka kita pilah mana sajakah dari sumber daya tersebut
yang dapat segera kita gerakkan bila ada keadaan darurat. Sehingga kita
harus mengenali dengan baik masing-masing sumber daya yang kita
miliki. Karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
Ini bagaikan suatu tim sepakbola, dimana masing-masing saling
bekerjasama dan memiliki keahlian/skill sendiri-sendiri. Dimana kita
bertindak sebagai pelatih yang mengkoordinasi tim tersebut sehingga bisa
menang mencapai tujuan yang diharapkan bersama.

Kemudian kita bagi-bagi sumber daya tersebut mejadi :

1. First Responder Operation Level

2. Hazardous Material Technisian

3. Hazardous Material Specialist

Mereka berkonsentrasi tentang bagaimana mencegah penyebaran


dan melindungi daerah yang steril. Tim yang bekerja di tingkat teknisi
dan spesialis memiliki peralatan pelindung dan pelatihan untuk
memungkinkan mereka berhasil memasuki daerah spills (zona panas) dan
bekerja dengan aman untuk membersihkan sisa–sisa bencana. Tingkat
pelatihan dan peralatan yang diperlukan meningkat sesuai dengan level
kesulitannya. Teknisi yang bertugas pada level operasi atau di atasnya
harus diarahkan oleh seorang komandan yang telah berhasil
menyelesaikan Pelatihan manajer material berbahaya. Individu yang
dilatih pada masing-masing level memerlukan pelatihan penyegaran
untuk menjaga keahlian dan kompetensi. Sekali lagi, Anda mungkin
cukup beruntung untuk memiliki tim Haz-Mat yang dilengkapi dengan
peralatan yang baik dan terlatih untuk melindungi fasilitas anda. Orang-
orang ini akan dengan senang hati mendapat kesempatan untuk belajar

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 8


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

sebanyak mungkin tentang fasilitas Anda karena mereka tahu mereka


akan dipanggil untuk menanggulangi bahaya apapun. Jika Anda tidak
memiliki tim di tempat, Anda mungkin dapat menyediakan dana untuk
melatih dan melengkapi pemadam kebakaran di tempat kerja anda.

Waktu adalah sumber daya yang terbatas. Manfaatkan sesi


pertemuan, pelatihan, dan perencanaan dengan sebaik-baiknya. Karena
ini merupakan lembaga tanggap darurat, harus diakui bahwa respon dari
perusahaan lain mungkin agak lambat. Jika Anda bergantung pada
relawan, maka sebagian besar perencanaan dan pelatihan mungkin harus
dilaksanakan malam hari ketika sebagian besar karyawan tidak bekerja.

Keberhasilan perencanaan yang telah dibuat dan masa depan


potensi fasilitas yang anda miliki bergantung pada kemampuan anda
untuk memotivasi dan mendorong anak buah anda . Upaya pembinaan
yang anda lakukan harus meliputi semua aspek mulai dari pendidikan,
pelatihan, penelitian dan evaluasi terhadap tiap-tiap kondisi yang ada di
lapangan.

3. AKTIVASI SISTEM MANAJEMEN DAN KOMANDO

Setelah Anda memiliki komitmen dari sebuah instansi, maka


mulailah menilai kemampuan mereka untuk bekerja bersama, berlatih
bersama, dan berkomunikasi melalui radio, telepon, dan lain-lain.
Kemampuan memberikan perintah seacra efektif mengenai sebuah
insiden menggunakan struktur perintah terpadu adalah kunci sukses
penanganan kondisi darurat apapun. Sistem Pengelolaan Insiden (IMS)
juga dikenal sebagai sistem komando insiden (ICS) merupakan sebuah
sistem yang dirancang untuk menangani insiden dengan sigap dalam
rentang waktu tertentu. Dalam kondisi darurat, petugas hanya dapat
secara efektif menagani 3 sampai 7 orang. Apabila unit pertama datang
maka karyawan perusahaan yang bertugas bertanggung jawab sampai
atasan mengambil alih. Jika unit pertama kewalahan dalam melakukan
upaya penyelamatan, maka karyawan perusahaan dapat menunda
mendirikan pos komando formal dengan meninggalkan pesan kepada
karyawan perusahaan berikutnya. Karena kejadian pertama telah berada

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 9


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

di bawah kendalinya, maka petugas masih memegang komando yang


efektif di lapangan meskipun pusat komando resmi belum didirikan.
Ketika kondisi darurat berlangsung, sumber daya tambahan akan
dikerahkan dan divisi, kelompok, atau sektor akan didirikan, masing-
masing oleh petugas sendiri.

Setiap saat jaringan komando ditambah, pergunakan kesempatan


untuk meneruskan komando pada level diatasnya. Para komandan segera
membangun sistem piramida yang memungkinkan setiap petugas hanya
berinteraksi dengan 3 sampai 7 orang. Dalam insiden skala yang sangat
besar, lima jabatan fungsional dialokasikan:

a. Komando

b. Operasi

c. Perencanaan

d. Logistik

e. Keuangan

A. Komando

Adalah sistem yang memberikan instruksi secara keseluruhan


melalui komandan insiden (Incident Commander/IC). Fungsi ini harus
selalu dijalankan bahkan dalam satu perusahaan. Jika kejadian
berlangsung melibatkan beberapa perusahaan, IC sering membuat sistem
staf komando khusus yaitu Safety Officer (SO) dan seorang Liaison Officer
(LO). Pada insiden skala besar sebaiknya segera mendirikan Public
Information Officer (PIO) yang bertugas mencatat peristiwa yang terjadi
secara terus menerus.

Littleton, seorang petugas pemadam kebakaran memberikan


gambaran tentang tugas yang diberikan padanya untuk mendengarkan
rekaman radio transmisi guna merekonstruksi waktu kejadian dan urutan
peristiwa pada April 1999 tentang insiden penembakan yang terjadi di
Sekolah Menengah Atas Columbine. Tehnik ini juga digunakan saat
kerusuhan di Los Angeles yang melibatkan kebrutalan polisi Rodney
King, Los Angeles Fire Department. Jadi pada dasarnya wartawan baik

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 10


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

media televisi maupun media cetak akan senantiasa meliput cuplikan


tentang kejadian2 tertentu. Dan hal tersebut dapat kita manfaatkan untuk
merekonstruksi dan mempelajari situasi yang terjadi,untuk mencari solusi
pemecahannya.

B. Operasi

Merupakan bagian yang bertugas untuk merencanakan taktik pada


IC. Komandan operasi bekerja sama dengan kelompok2 yang berusaha
untuk mengatasi keadaan darurat.

C. Perencanaan

Merupakan bagian yang bertugas mengumpulkan informasi dan


menganalisis berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi akibat dari
rencana yang telah dibuat. Dan bila diperlukan membuat modifikasi yang
agar operasi dapat berjalan dengan sukses.

D. Logistik

Merupakan bagian yang bertugas untuk memastikan bahwa


sumber daya tersedia sesuai kebutuhan. Barang-barang seperti bahan
bakar, makanan, layanan medis, peralatan khusus, kendaraan tambahan,
dan personil adalah contoh dukungan yang harus disediakan jika operasi
taktis diteruskan.

E. Keuangan

Merupakan fungsi yang perlu diadakan untuk kejadian yang luar


biasa/skala besar. Operasi skala besar memerlukan dokumentasi
pengeluaran fiskal, dan petugas keuangan juga dapat membantu IC dalam
perencanaan keuangan dan pengaturannya. Jika terjadi kelalaian dalam
menggunakan dana operasi hingga menyebabkan deficit keuangan yang

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 11


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

cukup berat, dokumentasi petugas keuangan tentang pengeluaran


departemen dapat membantu memulihkan sebagian dari biaya operasi.

4. ALAT KOMUNIKASI: RADIO, TELEPON, PUSAT


OPERASI DARURAT DAN KOMUNIKASI INTERNAL

Tugas untuk mengelola komunikasi di lokasi yang mengalami


kondisi tidaklah mudah. Idealnya diharapkan kejadian berlangsung di
tempat di mana semua badan mampu menangkap berbagi frekuensi
radio. Pada beberpa kejadian ada juga yang kehabisan baterai untuk
semua radio portabelnya.Polisi, pemadam kebakaran, EMS, dan instansi
pekerjaan umum tidak secara rutin berbicara dengan satu sama lain,
namun pada insiden tertentu kemampuan untuk menentukan apakah
orang tersebut harus ada di lokasi dapat berarti perbedaan antara hidup
dan mati. EOC tidak harus bermarkas di tempat kejadian. Informasi dapat
disampaikan melalui radio, telepon selular, faks, dan pencitraan digital.
kendaraan personil Komunikasi dapat mengatur perintah komunikasi dan
membantu komandan operasi dengan menetapkan giliran kelompok2
dalam menggunakan jalur komunikasi. Hal ini dapat meminimalkan
chatter (gangguan) pada sinyal radio.

EOC dapat didirikan dalam kendaraan khusus komunikasi atau


bangunan dekat lokasi darurat, tetapi sering misi pengolahan informasi
(menerima, menyampaikan, perencanaan, logistik, keuangan, dan tugas
lainnya) dapat dilakukan di lokasi terpencil. Telepon panggilan masuk
dapat disaring dan diarahkan pada individu yang tepat atau, jika tidak
bersifat darurat dapat dihentikan sementara.

Seperti sering terjadi pihak yang merespon panggilan dapat


melalui frekuensi radio yang berbeda. Ini harus ditentukan dan diatur di
awal tahap perencanaan, sehingga tidak terjadi kekacauan pada system
transmisi. Hal ini terutama penting pada kasus tindak pidana kekerasan.
Aparat kepolisian harus tahu mana pihak yang baik dan mana pihak yang
jahat. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi memungkinkan penjahat
berbahaya untuk melarikan diri, mengambil sandera tambahan, atau
membunuh dan melukai lebih banyak orang. Petugas pemadam

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 12


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Kebakaran dan EMS unit harus dapat memanggil bantuan dan melakukan
pencarian korban tanpa takut ditembak oleh sesama petugas. Hal ini
sangat penting untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman antar petugas
yang dapat berakibat kecelakaan maupun kematian di pihak-pihak yang
tidak bersalah.

Deteksi kebakaran dan sistem alarm harus diperiksa dan diuji.


False alarm harus dihindari sebisa mungkin. Pemilihan yang tepat,
pemasangan, perawatan, dan pengujian alarm kebakaran adalah langkah
pertama yang harus dilakukan. The NFPA 72 standard series
menyediakan informasi tentang alarm kebakaran. Kemampuan untuk
menginterpretasikan sinyal alarm kebakaran memungkinkan anggota tim
untuk menangani kebakaran pada fase awal sehingga tingkat
keberhasilannya makin tinggi.

Aktifkan sistem tanggap darurat untuk mendapatkan bantuan


secara cepat di jalan. Selain mengirim seseorang ke tempat kejadian,
pastikan bahwa Anda mengirim seseorang ke ruang pompa dan ke ruang
kontrol kebakaran.

5. KONTROL DAN ISI MEDIA

Salah satu bidang penting yang sering terabaikan dalam


penyusunan program dan rencana persiapan bencana adalah kontrol
informasi dan pencitraan yang ditransfer kepada dunia melalui media.
Pra-perencanaan yang berkaitan dengan siapa, apa, kapan, di mana, dan
bagaimana arus informasi sangat penting untuk memastikan keakuratan
informasi yang disebarkan tentang perusahaan Anda dan situasi darurat
serta gambar yang publik adalah keputusan perusahaan anda dalam 30
detik.

Perhatikan contoh berikut: sebuah perusahaan publik mengalami


ledakan yang mengakibatkan kerusakan parah pada berbagai fasilitas,
sepuluh korban jiwa, dan sejumlah besar pekerja terluka. Setelah
diberitahukan kepada pemadam kebakaran, EMS, dan para penegak
hukum lokal, maka media lokal yang biasanya memantau transmisi radio,

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 13


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

akan mengirim kru reporter atau televisi ke TKP. Para awak televisi akan
bekerja dalam tenggat waktu tertentu untuk mendapatkan rekaman video
dan informasi mengenai kejadian perkara secepat mungkin dan dalam
waktu tertentu untuk siaran di televisi. Rekaman video harus menarik
pemirsa, dan informasi didapatkan langsung dari karyawan, pemadam
kebakaran, atau siapa pun yang ada d tempat kejadian.

Informasi yang dikumpulkan di tempat kejadian akan sangat cepat


diperoleh oleh channel TV tertentu, misal CNN dan stasiun televisi global,
kemudian dipublikasikan melalui internet, dan melalui berita surat kabar.
Informasi yang diperoleh sering mengalami perubahan untuk
menghasilkan berita yang menarik Sehingga banyak fakta-fakta dan
kebenaran situasi yang hilang.

Masyarakat yang menonton berita di rumah atau membaca koran


akan dapat menilai perusahaan atau organisasi yang diberitakan tersebut.
Masyarakat ini mungkin merupakan pemegang saham, karyawan yang
berpotensi, pelanggan, atau bahkan semua orang. Mereka akan membuat
penilaian mengenai perusahaan atau organisasi Anda sejak 30 detik
pertama. Rekaman video dan komentar yang disampaikan oleh media,
akan sangat mungkin berpengaruh pada masa kerja pekerja di perusahaan
Anda, pembelian produk Anda, atau pembelian/penjualan saham Anda.
Pada dasarnya, informasi yang diberikan kepada masyarakat melalui
televisi, internet, dan media lainnya akan membantu dalam membentuk
opini di publik tentang perusahaan anda atau organisasi ,apakah baik
atau buruk dan hal ini akan mempengaruhi interaksi mereka dengan
perusahaan atau organisasi di masa depan.

Kontrol terhadap penyebaran arus informasi adalah hal yang


sangat penting dan harus menjadi bagian yang komprehensif dari
penanganan gawat darurat dan rencana persiapan penanganan bencana.
Pada intinya, saat ini adalah penting untuk mengontrol arus informasi
karean setiap informasi yang disampaikan akan mempengaruhi
kehidupan perusahaan kedepannya.

Sebagai bagian dari keseluruhan kegawatdaruratan dan upaya


kesiapsiagaan bencana, perlu dipikirkan:

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 14


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

 Darimana media akan mendapatkan informasi ?

 Siapa yang akan memberikan informasi kepada media?

 Gambar apa yang akan diberikan oleh narasumber?

 Apa bakground dari narasumber saat diwawancarai?

 Apakah rekaman video yang akan media dapatkan?

 Apa yang media ketahui tentang perusahaan Anda atau organisasi


selain situasi bencana?

 Apakah media akan memberikan dampak buruk terhadap upaya


kegawatdaruratan?
Bagaimana penampilan narasumber?

 Apakah narasumber memiliki kapasitas yang baik dalam mewakili


perusahaan anda?

 Apakah informasi akan disaring oleh penasihat hukum sebelum


diberikan kepada media?

 Apa ada waktu tertentu saat media di lokasi ?

Pengendalian informasi sangat penting dalam rangka


meminimalkan dampak buruk setelah bencana. Langkah–langkah berikut
dapat dipertimbangkan untuk penanganan kegawatdaruratan secara
keseluruhan dan perencanaan penanganan bencana yaitu:

• Menyediakan satu area terentu di areal parkir yang jauh dari area
bencana

• Petugas keamanan ditugaskan di daerah media untuk melarang


perwakilan media masuk ke area bencana

• Memilih seseorang sebagai perwakilan perusahaan untuk berbicara


kepada media dan tidak ijinkan karyawan lain untuk memberikan
informasi kepada media.

• Juru bicara dipilih untuk memberikan platform yang tepat,


mikrofon, dan latar belakang perusahaan (misalnya, logo
perusahaan)

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 15


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

• Penampilan, nada suara, kemampuan untuk tetap tenang, dan


atribut lainnya adaah hal yang pentng dupertimabngkan untuk
memilih juru bicara

• Media diarahkan ke area yang tepat untuk mendapatkan rekaman


video.

• Sediakan paket informasi yang akan diberikan kepada media

• Semua informasi disaring oleh pengacara hukum sebelum


presentasi dan pertanyaan dari media dipertahankan seminimal
mungkin.

• Selalu memberikan informasi yang benar atau tidak ada informasi


sama sekali.

• Perlu diingat deadline media. Jika memungkinkan berikan


informasi kepada media karena bila tidak ada informasi yang
diterma maka media akan mendapatkan kabar angin.

Sebagai kesimpulan, media adalah fakta kehidupan hari ini. Media


harus dikelola dengan baik. Bila tidak dikelola dengan baik maka situasi
bencana akan memiliki dampak yang panjang terhadap perusahaan anda.
Dan haruslah di ingat, semua yang telah disampaikan atau dilihat oleh
media disimpan dengan baik oleh mereka dan memiliki probabilitas
tinggi bahwa rekaman tersebut akan digunakan masa depan. Setiap aspek
dari media yang harus dikontrol dalam rangka untuk menempatkan yang
terbaik pada situasi yang buruk.

Ingatlah, ketika bencana terjadi situasi berubah menjadi panik


banyak individu yang terluka. Persiapan untuk menghandel media
haruslah dilakukan dengan tenang, kepala dingin, cara yang tepat dan
melakukan majeman bencana dengan baik.

6. SDM BIDANG KOMUNIKASI

EOC Manager

• Segera memberitahukan kepada CEO tentang situasi darurat yang


mungkin secara berpengaruh signifikan

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 16


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

• Ketika diarahkan oleh CEO, atau ketika keadaan mendesak, maka


CEO menugaskan untuk memberikan informasi dan mengarahkan
mereka untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan SOP

• Aktifkan EOC ketika diarahkan oleh CEO atau keadaan mendesak

• Mengelola sumber daya dan langsung beroperasi.

Tugasnya adalah menjamin bahwa semuanya berjalan sesuai


rencana dan pengolahan informasi (mengumpulkan, mengevaluasi,
menampilkan, dan menyebarluaskan informasi tentang situasi.

Tugas khusus meliputi:

• Mendokumentasi peristiwa-peristiwa penting

• Menggabungkan informasi yang salah dari semua sumber yang


tersedia

• Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya

• Menyiapkan Laporan tentang kerusakan yang terjadi

• Mempersiapkan briefing pejabat manajemen senior

• Menampilkan informasi yang tepat dalam EOC

• Menyiapkan dan menyampaikan laporan penting ketika


diperlukan (laporan situasi, status sumber daya kritis, dan lain-lain)

• Mengkoordinasikan dukungan logistik untuk personil tanggap


bencana

• Ketika diarahkan oleh CEO, atau ketika kondisi mendesak, perlu


merelokasi staf untuk EOC alternatif yang akan melanjutkan
operasi tanggap bencana

Komunikasi

• Aktifkan sistem komunikasi di dalam EOC

• Terapkan prosedur komunikasi darurat

• Menjamin bahwa komunikasi oleh EOC memiliki kemampuan


untuk mempertahankan operasi sepanjang waktu

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 17


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Peringatan

• Aktifkan bagian “early warning” di EOC


• Pastikan bahwa sistem peringatan darurat diaktifkan ketika ada
instruksi

Komunikasi

• Ketika diberitahu tentang darurat, laporkan kepada EOC bila


diperlukan

• Kelola bagian darurat komunikasi di EOC dan perintah langsung


siapa yang diberi tugas

• Perlu dukungan pusat operasi media komunikasi

Koordinator Evakuasi
Arah dan Pengendalian

• Ketika diberitahu tentang situasi darurat, laporkan kepada EOC


bila diperlukan

• Mengkoordinasikan pelaksanaan tindakan evakuasi bagi selurah


orang dengan organisasi yang bersangkutan

Evakuasi

• Lakukan review tentang seluruh informasi yang diketahui dan


rekomendasikan kepada manajer program kegawatdaruratan
untuk tindakan evakuasi yang tepat

• Identifikasi alat angkut yang tepat untuk mengangkat orang-orang


yang tidak memiliki transportasi sendiri

• Identifikasi rute evakuasi

• Pilih rute utama dari daerah bencana untuk diguakan sebagai


fasilitas perawatan massal

• Menentukan daya tampung dari setiap rute utama

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 18


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

• Memeriksa akses ke rute utama dari setiap bagian dari daerah


risiko

• Siapkan rencana kontrol terhadap gerakan evakuasi

• Membantu, mengevakuasi hewan dari daerah beresiko

Koordinator Perawatan Massal


Arah dan Pengendalian

• Ketika diberitahu tentang situasi darurat, laporkan kepada EOC


bila diperlukan

• Mengkoordinasikan pelaksanaan tindakan perawatan massal


dengan organisasi yang terkait

Pengungsian

Tugaskan staf dan fasilitas perawatan massal terbuka di luar area


evakuasi ketika ada instruksi oleh pejabat yang berwenang

Perawatan massal

• Lakukan penilaian dan berikan rekomendasi kepada majer


kegawatdaruratan tentang jumlah dan lokasi untuk fasilitas
perawatan masssal yang dibuka

• Review fasilitas pelayanan massal yang tersedia

• Beritahukan kepada orang dan organisasi tetang fasilitas massal


yang tersedia dan kemungkinan keperluan lain yang diperlukan

• Pilih tempat perawatan massal yang akan digunakan

• Analisa kemunginan Bahaya / kerentanan

• Lokasi yang berkaitan dengan rute evakuasi

• Pelayanan yang tersedia di fasilitas

• Ketika ada intruksi, segera koordinasikan tindakan yang


diperlukan untuk memastikan bahwa perawatan fasilitas massal
dibuka dan ada staf yang bertugas

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 19


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

• Beritahu manajer perawatan fasilitas massal untuk melakukan


salah satu dari berikut ini, bila diperlukan:

o Bersiap untuk insruksi selanjutnya tentang kapan perawatan


massal dibuka

o Ambil tindakan yang diperlukan untuk membuka fasilitas


perawaatan massal oleh mereka yang diberi tanggung jawab

o Pastikan bahwa setiap fasilitas perawatan massal mendapatkan


perlengkapannya

o Berkoordinasi dengan staf EOC untuk memastikan bahwa


komunikasi telah diaktifkan, rute ke fasilitas perawatan massal
ditandai dengan jelas, dan kontrol terhadap sistem lalu lintas
telah ditetapkan

o Memastikan bahwa setiap fasilitas perawatan massal memiliki


penanda identitas yang dapat dilihat dengan jelas dan tanda
untuk lokasi juga harus jelas

o Menyediakan fasilitas massal oleh setiap manajer perawatan


dengan daftar lokasi penampungan hewan yang telah dibuka

o Membantu sebaik mungkin sesuai dengan Animal Care dan


Control Agency untuk memberi makan, tempat tinggal, dan
perawatan medis untuk hewan selama keadaan darurat
bencana

o Setelah keadaan darurat dinyatakan telah selesai, berikan


pernyataan mengenai perawatan massal

Manajer Fasilitas Perawatan Massal


Perawatan massal

• Ketika mendapatkan instruksi bersiaplah untuk petunjuk


selanjutnya atau membuat laporan ke pusat perawatan massal

• Hubungi tim anggota dan perintahkan mereka untuk mengambil


tindakan yang diperlukan

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 20


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

• Staffing dan operasikan fasilitas perawatan massal saat tiba di


fasilitas, ambillah tindakan yang diperlukan untuk memulainya,
menerima pengungsi, dan menyediakan pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan mereka

• Hubungi EOC saat fasilitas sudah siap dibuka

• Buka dan menjaga fasilitas tetap operasi selama diperlukan

• Melaksanakan pendaftaran dan penyelidikan untuk semua


pengungsi yang da dalamfasiitas perawatan massal

• Memastikan bahwa dukungan oang lain dan keluarga diberikan di


fasilitas perawatan massa

• Jika hewan peliharaan tidak diizinkan di dalam fasilitas tersebut,


maka bantulah pemiliknya untuk menempatkan mereka di tempat
penampungan yang telah dibuka sebagai tempat tingga dan yang
merawat mereka

• Setiap hari, laporankan kondisi berikut EOC:

o Jumlah orang yang tinggal di fasilitas

o Status persediaan barang

o Kondisi fasilitas dan setiap masalah yang terjadi

• Permintaan untuk kebutuhan khusus bila diperlukan

• Menulis catatan tentang persediaan barang yang dikeluarkan

• Mengatur pengungsi kembali ke rumah mereka atau menyediakan


transportasi ke tempat penampungan sementara untuk jangka
panjang bila diperlukan

• Jika memungkinkan, menghentikan pelayanan dan tutup fasilitas

• Bersihkan fasilitas pelayanan dan mengembalikannya kepada


keadaan semula

• Kirimkan laporan mengenai fasilitas status kepada koordinator


mengenai peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk
diisi kembali dan masalah lain yang perlu diselesaikan sebelum
fasilitas ini digunakan lagi

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 21


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Koordinator Kesehatan Masyarakat


Arah dan Pengendalian

• Ketika diberitahu tentang situasi darurat, kirim perwakilan ke EOC


jika diperlukan

• Mengkoordinasikan kegiatan pengobatan yang meliatkan semua


organisasi yang terlibat untuk memberikan bantuan medis bagi
korban bencana

• Mengkoordinasikan layanan kamar mayat yang diperlukan, untuk


melakukan operasi “forensik” sementara, dan identifikasi korban

• Mengumpulkan informasi, melaporkan kerusakan, status


kesehatan dan fasilitas medis dan peralatan untuk EOC

Kesehatan dan Kedokteran

• Pastikan bahwa tim darurat medis telah bersiap di pos komando


medis serta ada satu coordinator

• Mengkoordinasikan penggunaan semua layanan kesehatan


masyarakat sesuai dengan hukum yang berlaku selama kondisi
darurat

• Mengkoordinasikan kesehatan yang berhubungan dengan kegiatan


diantara lembaga umum setempat dan keperluan pribadi atau
kelompok

• Melakukan koordinasi dengan daerah tetangga dan pejabat


kesehatan masyarakat tentang hal2 yang memerlukan bantuan
hukum

• Melakukan pemantauan dan evaluasi risiko atau bahaya terhadap


kesehatan lingkungan untuk dapat mengambil tindakan
perlindungan yang diperlukan

• Periksa kemurnian dan kegunaan bahan makanan, air, obat-obatan,


dan bahan habis pakai lainnya yang terkena bahaya

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 22


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

• Mendeteksi dan memeriksa sumber kontaminasi yang berbahaya


bagi kesehatanfisik dan mental masyarakat

• Periksa kerusakan bangunan yang berbahaya bagi kesehatan

• Menyediakan surveilans epidemiologi, case nvestigasi, dan follow


up

• Memberikan pelayanan laboratorium untuk identifikasi dan


pelayanan medis darurat

• Melaksanakan tindakan untuk mencegah atau mengendalikan


vektor seperti lalat, nyamuk, dan tikus, yang bekerjasama dengan
badan perawatan dan pengendalian hewan untuk mencegah
penyebaran penyakit oleh hewan

• Koordinasi imunisasi darurat umum atau prosedur karantina

• Menetapkan layanan kesehatan preventif, termasuk pengendalian


penyakit menular

• Berkoordinasi dengan PAPAAM, pekerjaan umum, atau


departemen sanitasi, untuk menjamin ketersediaan air minum dan
sistem pembuangan kotoran yang efektif, pembuangan sampah
sanitasi, dan pemusnahan hewan yang mati

• Monitor penanganan makanan dan pelayanan sanitasi makanan di


fasilitas darurat, termasuk memberikan perhatian lebih untuk
tempat yang menjadi makanan komersial dan fasilitas yang
digunakan untuk memberi makan korban bencana

• Melakukan koordinasi dengan Perawatan Hewan dan Badan


Pengawasan untuk membuang hewan mati dan bangkai yang
terkontaminasi

• Memberikan saran kepada masyarakat mengenai masalah sanitasi


umum. Kapan saja bila memungkinkan semua informasi harus
diberikan kepada masyarakat dan media melalui PIO

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 23


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Referensi
1. Thomas D. Schneid and Larry Collins. 2001. Disaster management
and preparedness. Florida, USA.

2. Juniawan Priyono. 2007. Sistem Informasi Penanggulangan


Bencana Indonesia. Available from http://www.sutikno.org

3. Pan American Health Organization. 1999. Humanitarian Assistance


in Disaster Situations; A Guide for Effective Aid. Washington, USA

4. Pete Brewster. 2006. Hospital Incident Command System


Guidebook. Emergency Medical Service Authority. California,
USA.

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 24


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Penugasan

• Peserta didik diminta untuk membuat alur koordionasi komunikasi


mulai dari Incident Commander sampai dengan pelaksana (Masuk ke
Materi Pengorganisasian)

• Peserta membuat Simulasi koordinasi dengan pihak di luar (Masuk ke


Materi Pengorganisasian) RS dan media center

• Membuat suatu table-top execise mengenai komunikasi untuk


berbagai macam bentuk disaster

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 25


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Catatan Singkat:

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 26


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Catatan Singkat:

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 27


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Latihan:

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 28


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Materi Inti 3: Sistem Informasi dan Komunikasi Training of Trainer

Latihan:

Modul Peningkatan Kapasitas SDM dalam Penyusunan Rencana Rumah Sakit 29


dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Вам также может понравиться

  • Jurnal
    Jurnal
    Документ16 страниц
    Jurnal
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Vicky Plagiasi
    Vicky Plagiasi
    Документ77 страниц
    Vicky Plagiasi
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ16 страниц
    Jurnal
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Manuskript
    Manuskript
    Документ11 страниц
    Manuskript
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya
    Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya
    Документ7 страниц
    Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya
    Ekaekaekaa
    Оценок пока нет
  • RPP 3 27 Statistik
    RPP 3 27 Statistik
    Документ15 страниц
    RPP 3 27 Statistik
    engkos hardi
    75% (4)
  • SURFAKTAN] Terapi Surfaktan pada Penyakit Membran Hyalin
    SURFAKTAN] Terapi Surfaktan pada Penyakit Membran Hyalin
    Документ9 страниц
    SURFAKTAN] Terapi Surfaktan pada Penyakit Membran Hyalin
    febrymaharaniputri
    Оценок пока нет
  • 75 389 1 PB PDF
    75 389 1 PB PDF
    Документ13 страниц
    75 389 1 PB PDF
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Proposal Penerimaan Pasien Baru
    Proposal Penerimaan Pasien Baru
    Документ17 страниц
    Proposal Penerimaan Pasien Baru
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Senam Kaki DM Lansia
    Senam Kaki DM Lansia
    Документ7 страниц
    Senam Kaki DM Lansia
    Dwi Aprilizia
    Оценок пока нет
  • 215 1 651 2 10 20190527
    215 1 651 2 10 20190527
    Документ9 страниц
    215 1 651 2 10 20190527
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • 10 132 1 PB
    10 132 1 PB
    Документ23 страницы
    10 132 1 PB
    Galih Adi Pratama
    Оценок пока нет
  • Proposal Penerimaan Pasien Baru
    Proposal Penerimaan Pasien Baru
    Документ25 страниц
    Proposal Penerimaan Pasien Baru
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • BAB 4 Jiwa
    BAB 4 Jiwa
    Документ11 страниц
    BAB 4 Jiwa
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Gagal Ginjal Kronik
    Gagal Ginjal Kronik
    Документ12 страниц
    Gagal Ginjal Kronik
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Materi Lingkaran
    Materi Lingkaran
    Документ2 страницы
    Materi Lingkaran
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Kepus PDF
    Kepus PDF
    Документ1 страница
    Kepus PDF
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Bap Mediator
    Bap Mediator
    Документ3 страницы
    Bap Mediator
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Gagal Ginjal Kronik
    Gagal Ginjal Kronik
    Документ12 страниц
    Gagal Ginjal Kronik
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Materi Lingkaran
    Materi Lingkaran
    Документ6 страниц
    Materi Lingkaran
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Intervensi Baru
    Intervensi Baru
    Документ3 страницы
    Intervensi Baru
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Bap Mediator
    Bap Mediator
    Документ3 страницы
    Bap Mediator
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Minggu 1-Review Jurnal
    Minggu 1-Review Jurnal
    Документ2 страницы
    Minggu 1-Review Jurnal
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Intervensi Baru
    Intervensi Baru
    Документ3 страницы
    Intervensi Baru
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Persalinan
    Persalinan
    Документ8 страниц
    Persalinan
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет
  • Woc DM
    Woc DM
    Документ1 страница
    Woc DM
    Firsha Arda II
    Оценок пока нет
  • Leaflet Thy P Hoid
    Leaflet Thy P Hoid
    Документ2 страницы
    Leaflet Thy P Hoid
    Rachmat Wihandana Agasi
    Оценок пока нет