Вы находитесь на странице: 1из 7

Memetik Inspirasi Pendidikan di Negeri Sakura

Oleh
Yanti Dwi Damayanti, M.Pd.
Guru IPA di SMP Negeri 11 Berau, Kalimantan Timur
fadhillahnisa@gmail.com

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya suatu
pengalaman yang luar biasa dapat kami alami, mendapat kesempatan untuk mempelajari Sistem
Pendidikan di Jepang dalam rangka Penghargaan Guru SMP Berprestasi yang diadakan oleh
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan pada tanggal 17 s.d 29 April 2016.
Kegiatan kami berupa short course (kursus singkat) yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman tentang: Sistem Pendidikan di Jepang; Pengembangan
Profesionalisme Guru; Metode Pengajaran; Strategi Penilaian; Pengembangan Kurikulum; Kode Etik
Guru; Asosiasi dan kelompok Kerja Guru. Adapun sekilas mengenai pendidikan di Jepang telah kami
uraikan dalam laporan kelompok yang kami susun selama perjalanan kami di sana. Disamping itu,
ada beberapa hal yang menarik perhatian saya untuk diungkap dalam artikel saya kali ini.

Jepang, negeri yang indah dihiasi oleh indahnya bunga-bunga yang mekar di musim semi.
Terutama bunga Sakura yang mekar secara bersamaan ternyata memiliki makna yang mendalam
bagi karakter masyarakat Jepang. “Deru kui wa utare ru “ yang artinya “Pagar yang menonjol harus
dipukul rata” , yang bermakna bahwa orang-orang Jepang tidak ada yang mau menonjolkan diri-
sendiri, sesuatu akan terlihat indah jika dikerjakan bersama-sama. Kebersamaan itu memacu setiap
individu untuk berinteraksi dengan baik antara satu dengan yang lainnya. Tampak dari cara mereka
berpakaian, berperilaku, saling menghormati, disiplin, dan beretika dalam masyarakat. Begitu pula
dengan Sistem Pendidikan di Jepang, sistemnya sudah terbentuk dengan baik, sehingga tercipta
budaya disiplin yang baik demi kemajuan bersama, bukan karena keinginan pribadi. Selain sistem
yang terbentuk dengan baik, social control (pengendalian sosial)nya sudah berfungsi dengan baik.
Sebagai gambaran, sekolah harus disesuaikan dengan blok tempat tinggal siswa. Terutama untuk SD
dan SMP. Sama dengan Indonesia, Jepang menerapkan jenjang SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3
tahun. Perjalanan dari rumah ke sekolah sudah diatur oleh pihak sekolah. Untuk siswa SD, hari
pertama sekolah diantar oleh orang tua, namun pulangnya diantar oleh kakak kelas, dan besoknya
sudah berangkat sendiri. Di setiap belokan ada sukarelawan dari asosiasi orang tua/ wali siswa yang
bertugas piket mengawasi siswa dari perjalanan menuju sekolah sampai pulang sekolah. Jika terjadi
sesuatu yang mencurigakan, petugas piket tersebut tidak segan-segan untuk melaporkannya kepada
polisi, dan kurang dari lima menit, polisi sudah sampai di tempat. Yang menjadi istimewa lagi, polisi
di Jepang cukup memakai sepeda, dan tidak bersenjata tajam, namun sangat dihormati oleh
masyarakatnya.
Sistem Pendidikan Jepang tidak beda jauh dengan sistem pendidikan di Indonesia. Bedanya,
kurikulum pendidikan di Jepang diperbaharui setiap 10 tahun sekali, dan perubahan politik tidak
mempengaruhi kelangsungan kurikulum yang sedang berjalan. Setiap tahun, kurikulum dievaluasi
dan dijadikan masukan untuk perbaikan kurikulum berikutnya. Kurikulum Pendidikan di Jepang
ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan secara terpusat. Namun sistem kontrol
dilakukan oleh Dewan Pendidikan di setiap provinsi, yang terdiri atas 47 provinsi.
Dewan Pendidikanlah yang berperan penting terhadap kelangsungan sistem pendidikan di
Jepang. Dewan Pendidikan yang merancang, memberi usulan, menyesuaikan kegiatan masyarakat
dengan kalender pendidikan, merekomendasikan taman bermain, mengatur tempat dan jadwal
kunjungan studi banding, dan sebagainya kepada balai kota provinsi masing-masing. Anggota Dewan
Pendidikan adalah tokoh-tokoh yang dinilai mempunyai kepedulian terhadap kemajuan pendidikan,
bisa terdiri atas guru, dosen, kepala sekolah, tokoh masyarakat, dan sebagainya. Dewan Pendidikan
mempunyai pengawas yang ditugaskan pada setiap sekolah. Pengawas wajib datang setiap hari ke
sekolah, selain mempunyai jam mengajar di kelas, juga bertugas melakukan pengawasan dan
evaluasi. Dari beberapa sekolah yang kami kunjungi, biasanya evaluasi yang melibatkan seluruh
dewan guru dilakukan seminggu sekali. Kemudian pengawas melaporkannya sebulan sekali, setelah
melalui diskusi, dewan pendidikan provinsi melaporkan dan memberikan rekomendsi tentang
kurikulum ke pusat setahun sekali. Sehingga sistem kontrol dan evaluasi yang dilakukan secara
efektif dan efisien dapat menciptakan kedisiplinan yang baik di setiap lapisan tenaga kependidikan.

Gbr. Sambutan Dewan Pendidikan di Balai Kota Shizouka City


Kesadaran akan pentingnya pendidikan terhadap masa depan bangsa adalah merupakan
kewajiban bagi setiap lapisan masyarakat untuk menjadi daya dukung kemajuan pendidikan. Salah
satu daya dukung yang kuat adalah karakter bangsa. Karakter masyarakat Jepang yang patut kita
contoh antara lain adalah :
1. Kerja Keras, bangsa Jepang memiliki semangat kerja keras yang melebihi bangsa-bangsa lainnya
yang menjadikan negara Jepang maju. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan agak
memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa tenaga kependidikan tersebut termasuk “yang
tidak dibutuhkan” oleh sekolah.
2. Pantang Menyerah, sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Jepang adalah bangsa yang
tahan banting dan pantang menyerah. Terbukti dari perjuangan bangsa Jepang untuk bangkit
pasca bom Hirosima dan Nagasaki.
3. Teamwork, orang Jepang teguh dan bersemangat dalam bekerja. Uniknya, jika bangsa lain lebih
bersifat individualistis, bangsa Jepang justru sangat menyukai bekerja dalam kelompok.
4. Loyalitas, orang Jepang juga dikenal sangat loyal pada perusahaan tempat mereka bekerja.
Sangat jarang ditemukan mereka berpindah-pindah tempat kerja.
5. Budaya Membaca, orang Jepang itu hobi membaca. Bukan pemandangan aneh jika kita melihat
orang Jepang membaca di kereta, taman, perpustakaan, toko buku dan tempat lainnya. Bahkan
buku asing pun sudah ada terjemahan dalam bahasa Jepang dalam waktu dua minggu setelah
buku tersebut terbit. Dan Mereka lebih suka menulis dengan tangan mereka sendiri daripada
memfotokopi pekerjaan temannya walaupun mereka punya buku pelajaran pegangan masing-
masing.

6. Mandiri, orang Jepang telah menanamkan sikap disiplin dan mandiri sejak kecil kepada anak-
anaknya. Anak TK sudah belajar untuk membuang sampah pada tempatnya, bahkan
membersihkan tempat makanannya sendiri.
7. Hemat, orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Mereka memahami
betul bahwa mereka mendapatkan uang dari hasil kerja keras.. Itu sebabnya mereka sangat
hemat dan ketat dalam hal pengeluaran. Perilaku ini dapat kita lihat saat orang jepang suka
berbelanja di supermarket pada jam 19.30. Karena pada jam tersebut supermarket akan
memberikan diskon.
8. Inovasi, negara Jepang bukanlah negara penemu dalam berbagai hal, akan tetapi mereka tidak
pernah berhenti belajar dan berinovasi. Mereka adalah bangsa peniru yang andal. Kemampuan
bangsa dalam menciptakan inovasi-inovasi baru meniru Barat telah menjadikan Jepang sebagai
negara industri teknologi yang maju di bidangnya.

9. Menghindari Konflik, orang Jepang tidak suka dengan konflik atau ribut-ribut dengan orang lain.
Untuk menghindari konflik, orang Jepang lebih suka melakukan nemawashi, semacam lobi,
sebelum keputusan diambil.
10. Menjaga Tradisi, Meskipun kini sudah menjadi negara maju dan modern, hal itu tidak membuat
bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budaya ketimurannya. Contoh tradisi meminta maaf atau
menghormati dengan cara membungkukkan badan.
11. Budaya Malu, meskipun negara Jepang adalah negara maju dan canggih, namun mereka masih
memegang teguh tradisi turun-temurun dari para leluhurnya dan memegang budaya sebagai
bangsa orang timur. Tak heran jika ada samurai yang bunuh diri, lebih baik mati daripada malu
karna kalah dalam pertempuran (Harakiri). Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP
yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Oleh karena itu, untuk
mencegah terjadinya bunuh diri di kalangan siswa karena malu, Kemendikbud Jepang membuat
sistem pelaporan penilaian (raport) secara deskriptif, dengan menghindai kata-kata negatif di
dalam raport tersebut dan diusahakan agar seluruh siswa naik kelas. dengan tujuan tetap
menjaga semangat siswa dalam melanjutkan belajar ke tingkat berikutnya.
12. Belajar dari kegagalan, istilahnya shippaigaku (ilmu kegagalan) yaitu ilmu dan teori dimana orang
harus belajar dari kegagalan. Sebagai contoh, mengapa orang Jepang sangat peduli terhadap
kebersihan? Bahkan ketika kami selama di sana, tidak pernah melihat sampah berserakan di
jalanan sedikitpun. Ternyata mereka belajar dari Tragedi Minamata pada tahun 1956, yang
memakan ribuan korban jiwa karena pencemaran lingkungan. Begitu pula dalam pendidikan,
Jepang sempat mengalami stagnan dalam perkembangan Pendidikan, namun mereka
memperbaikinya secara terus menerus sehingga saat ini kualitas pendidikan di Jepang menjadi
unggul di mata dunia.`

Indonesia dengan berbagai keragamannya bisa belajar kepada Jepang tentang penanaman
karakter bangsa, tidak harus persis sama prosesnya, setidaknya diupayakan oleh semua komponen
bangsa mulai dari hal-hal kecil dan dari diri masing-masing. Kita bisa belajar dari kegagalan berupa
evaluasi untuk setiap elemen pendidikan di negeri kita ini. Prestasi pendidikan Indonesia sudah luar
biasa, hanya saja pemerataan pendidikan dan sistem penumbuhan karakter bangsa yang harus terus
dikembangkan. Kuncinya ada pada kesadaran setiap elemen pendidikan, baik keluarga, sekolah,
maupun masyarakat bahwa masa depan bangsa terletak pada kemajuan pendidikan pada suatu
bangsa. Perubahan kurikulum dilakukan secara sistematik dan konsisten, dengan sosial kontrol yang
sistematik pula. Sistem pendidikan di Jepang bisa dijadikan inspirasi bagi pendidikan di Indonesia.
Namun kita tidak harus persis , kita sesuaikan dengan karakter bangsa kita. Indonesia memiliki
karakter yang patut dikembangkan, seperti nilai-nilai Pancasila, budaya gotong royong, bhinneka
tunggal ika, dan musyawarah mufakat. Keberhasilan pendidikan Indonesia memerlukan suatu
proses, kita bisa belajar dari sistem pendidikan bangsa lain, kita petik hal-hal yang positif dengan
tidak langsung menjiplak, tapi harus kita cerna dulu disesuaikan dengan karakter positif bangsa
Indonesia. Dengan demikian, Indonesia menjadi bangsa yang pembelajar dengan tetap memegang
teguh nilai-nilai luhur bangsa.
Fasilitas di sekolah yang sangat diperhatikan

Penghormatan sekolah Jepang yang dikunjungi dengan memasang bendera Indonesia di samping bendera Jepang .

Вам также может понравиться