Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan
lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan
(sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi
yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya
bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan
lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).
Batubara adalah penghasil listrik hampir setengah dari listrik dunia. Di Indonesia, batubara
hingga tahun 2017 masih menjadi komoditi idola dari dunia pertambangan. Walaupun jumlah
batubara di Indonesia hanya sekitar 1% dari jumlah batubara di dunia, namun saat ini Indonesia
adalah pengekspor batubara terbesar di dunia. Karakteristik batubara indonesia yang
berkualitas bituminus – sub bituminus, sangat cocok untuk bahan bakar PLTU. Oleh karena
itu, batubara indonesia banyak diminati juga oleh negara lain. Di samping itu, posisi Indonesia
sebagai negara kepulauan cukup strategis untuk pengiriman batubara ke negara lain melalui
transportasi laut.
4. Sejak 1991
Produksi batubara Indonesia terus meningkat secara signifikan – terutama dari
tambangtambang milik PTBA dan KKS. Tahun 1995 PTBA tidak lagi sebagai prinsipal
KKS – diambil alih oleh pemerintah – menjadi PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara). Sampai saat ini sudah terdapat 3 generasi PKP2B. Kebutuhan
domestik meningkat dengan dibangunnya PLTU-PLTU baru. Ekspor juga meningkat
dengan pesat sejalan dengan berkembangnya negara-negara industribaru di Asia Timur
Batubara sangat diminati karena memiliki banyak manfaat, seperti penghasil produk gas,
sebagai bahan baku untuk bahan bakar cair, sebagai sumber tenaga pembangkit listrik, dan
memproduksi banyak zat ataupun hal lainnya yang berguna bagi masyarakat. Pada sektor
ekspor, perekonomian di Indonesia ditopang dengan adanya ekspor batubara yang dilakukan,
khususnya ke China dan India. Seirama dengan kenaikan harga batubara, neraca perdagangan
Indonesia positif lagi, setelah dua bulan berturut-turut mencatatkan minus. Indonesia adalah
eksportir batubara terbesar kedua di dunia (setelah Australia, 2006). Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat, sepanjang Maret 2018, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 15,58 miliar.
Ini adalah nilai ekspor tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas
batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah -disebut pula batubara bermutu
rendah – seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh
dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan
kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu
batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam
mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan
meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan
waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit
dan gambut.
Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-
75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Batu bara yang langsung diambil dari bawah tanah, disebut batu bara tertambang run-of-
mine (ROM), seringkali memiliki kandungan campuran yang tidak diinginkan seperti batu dan
lumpur dan berbentuk pecahan dengan berbagai ukuran. Namun demikian pengguna batu bara
membutuhkan batu bara dengan mutu yang konsisten. Pengolahan batu bara – juga disebut
pencucian batu bara (“coal benification” atau “coal washing”) mengarah pada penanganan batu
bara tertambang (ROM Coal) untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan
kebutuhan pengguna akhir tertentu.
Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batu bara dan tujuan penggunaannya.
Batu bara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin
memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran.
Untuk menghilangkan kandungan campuran, batu bara terambang mentah dipecahkan dan
kemudian dipisahkan ke dalam pecahan dalam berbagai ukuran.
Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan dari industri penambangan batubara berupa debu/ partikulat,
serta gas lainnya yang dapat mengganggu.
Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar
dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan
penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan
nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk (breeding place).
Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut
logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam
merangsang penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit
kronis seperti asma dan bronchitis kronis.
Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah
genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya,
degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu
dapat megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen. Disamping itu,
penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai potensi sebagi
gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia,
memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca. Aktivitas pertambangan
batubara juga berdampak terhadap peningkatan laju erosi tanah dan sedimentasi pada
sempadan dan muara-muara sungai. Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung
dari aktivitas pertambangan batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk
bukaan tambang dan pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan
sarana dan prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan,Dampak
penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan batubara terjadi pada kegiatan
pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub soil/overburden).
Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah sifat-sifat tanah terutama
sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-
lapisan yang tertata rapi dari lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan
terbongkar akibat pengupasan tanah tersebut.
Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.
Di masa yang akan datang, mikroorganisme rekombinan dapat menyediakan cara yang
efektif untuk mengurangi senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya di lingkungan kita.
Bagaimanapun, pendekatan itu membutuhkan penelitian yang hati-hati berkaitan dengan
mikroorganisme rekombinan tersebut, apakah efektif dalam mengurangi polutan, dan apakah
aman saat mikroorganisme itu dilepaskan ke lingkungan. Selain bioremediasi yang perlu
ditingkatkan, adapula teknologi yang dinamakan desulfurisasi yang dapat digunakan kepada
limbah batubara, serta batubara itu sendiri.
Dalam proses penangkapan unsur ‘S’ atau desulfurisasi batubara dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara yang berbeda yaitu secara Kimia, Biologi, dan Fisik. Penghilangan unsur
S dalam batubara juga dapat diaplikasikan sebelum pembakaran berlangsung, sesudah
pembakaran ataupun ketika pembakaran batubara berlangsung.
Contohnya, untuk "menangkap” S, kedalam furnace disemburkan bubuk kapur CaCO3
yang disebut sorbent. Salah satu alasan pemilihan CaCO3 adalah harganya yang murah dan
mudah diperoleh. Proses yang terjadi di dalam furnace adalah sebagai berikut :
a. Desulfurization (De-SOx) Reaction :
CaCO3 → CaO + CO2 CaO + SO2+ ½ O2 → CaSO4 (solid) ( S telah "tertangkap" dalam
bentuk endapan )
b. Di suhu tinggi (di atas 1300˚ C) terjadi reaksi berikut: CaSO4 → CaO + SO2+ ½ O2 (
Hal ini menyebabkan De-SOx efisiensi berkurang drastis )
Tujuan desulfurisasi batubara dengan metode kimia, biologi, dan fisika bertujuan untuk :
Untuk menghasilkan batubara yang dapat dibakar secara langsung tanpa megalami proses
desulfurisasi pada gas buang.
Untuk mengurangi gas cleaning setelah proses gasifikasi batubara.
Mengurangi kandungan sulfur dan abu dalam batubara, dan hanya dapat menghilangkan
pyritic sulfur dan mineral lainnya.
8. Kesimpulan
Berdasarkan dari penjabaran informasi yang tertera diatas tentang industri penambangan
batu bara, dapat kemudian diambil beberapa kesimpulan, yakni :
Industri Pertambangan batubara di Indonesia memiliki peran yang besar dalam
perekonomian Indonesia lewat ekspornya
Industri penambangan batubara juga memiliki limbah yang masih tidak dapat dihilangkan
ataupun diolah secara sempurna
Pengaruh yang disebabkan dari adanya penambangan batubara cenderung lebih banyak
sisi negatifnya dibanding positifnya.
Pengolahan dan pencegahan yang dilakukan telah cukup mengurangi efek dan dampak
limbah penambangan batubara itu sendiri
Masih terdapat banyak teknologi yang dapat dikembangkan lebih lagi untuk menangani
permasalahan limbah industri penambangan batubara, seperti bioremediasi dan
desulfurisasi batubara.
9. Daftar Pustaka
https://gilangpranaditya12.wordpress.com/2017/06/02/sejarah-pertambangan-batubara-
indonesia/
http://planetcopas.blogspot.co.id/2012/09/proses-produksi-pengolahan-batu-bara_595.html
http://nasional.kontan.co.id/news/ekspor-indonesia-tertolong-harga-batubara
http://faiz-15.blogspot.co.id/2011/11/tailing.html
https://www.scribd.com/presentation/350464556/Limbah-Pertambangan-Batubara-Copy
http://asrarudin91.blogspot.co.id/2013/08/metode-pengolahan-air-limbah-tambang.html
http://vodca-stinger.blogspot.co.id/2012/11/dampak-pertambangan-dan-solusi.html
http://mheea-nck.blogspot.co.id/2011/01/dezulfurisasi-batubara.html
https://ilmubatubara.wordpress.com/2006/10/07/litbang-teknologi-pengolahan-dan-
pemanfaatan-batubara/
https://uwityangyoyo.wordpress.com/2016/02/06/dampak-penambangan-batu-bara-terhadap-
lingkungan/