Вы находитесь на странице: 1из 27

A.

Uraian Materi
1. Pengertian Fluida Statis
Fluida Statis adalah suatu keadaan dimana suatu fluida yang ada
dalam keadaan diam (tidak bergerak) pada keadaan setimbang.
a. Massa Jenis
Salah satu sifat penting dari suatu zat adalah kerapatan atau
massa jenisnya. Istilah lainnya adalah densitas. Kerapatan atau
massa jenis merupakan perbandingan massa terhadap volume zat.
Secara matematis ditulis:
𝑚
𝜌=
𝑣
Massa jenis atau kerapatan dari suatu fluida homogen dapat
bergantung pada faktor lingkungan, seperti temperatur (suhu) dan
tekanan. Satuan Sistem Internasional untuk massa jenis adalah
kilogram per meter kubik (kg/m3).
b. Berat Jenis
Berat jenis merupakan perbandingan kerapatan suatu zat
terhadap kerapatan air. Berat jenis suatu zat dapat diperoleh dengan
membagi kerapatannya dengan 103 kg/m3 (kerapatan air). Berat
jenis tidak memiliki dimensi. Apabila kerapatan suatu benda lebih
kecil dari kerapatan air, maka benda akan terapung. Berat jenis
benda yang terapung lebih kecil dari 1. Sebaliknya, jika kerapatan
suatu benda lebih besar dari kerapatan air, maka berat jenisnya
lebih besar dari 1. Untuk kasus ini benda tersebut akan tenggelam.

2. Tekanan Dalam Fluida


Tekanan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tekan
(yang arahnya tegak lurus dan bekerja pada suatu bidang) dengan luas
bidang tekannya.
Pada fluida statis, arah gaya selalu tegak lurus permukaan.
Hukum III Newton mengatakan bahwa jika ada gaya aksi maka akan
ada gaya reaksi yang besarnya sama tetapi berlawanan arah. Ketika
fluida memberikan gaya aksi terhadap permukaan, di mana arah gaya
tidak tegak lurus, maka permukaan akan memberikan gaya reaksi
yang arahnya juga tidak tegak lurus. Hal ini akan menyebabkan fluida
mengalir. Tapi kenyataannya fluida tetap diam. Jadi kesimpulannya,
pada fluida diam, arah gaya selalu tegak lurus permukaan wadah yang
ditempatinya. Sifat penting lain dari fluida diam adalah fluida selalu
memberikan tekanan ke semua arah.
Rumus Tekanan

𝐹 dimana :
𝑝=
𝐴 p = tekanan pada suatu permukaan (N/m2
` atau Pa)
F = gaya tekan (Newton, N)
A = luas bidang tekan (m2)
a. Tekanan Hidrostatis
Gaya gravitasi menyebabkan zat cair
dalam suatu wadah selalu tertarik ke bawah.
Makin tinggi zat cair dalam wadah, makin
berat zat cair itu, sehingga makin besar juga
tekanan zat cair pada dasar wadahnya.
Tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh
beratnya sendiri disebut tekanan
hidrostatis.
Tekanan pada fluida juga bergantung pada kerapatan atau
massa jenis fluida atau zat cair itu sendiri. Jadi, ketika Anda
menyelam pada zat cair yang kerapatannya lebih besar maka
akan semakin besar tekanan hidrostatik yang Anda rasakan.
Misalnya, kita anggap zat cair terdiri dari beberapa lapis.
Lapisan bawah ditekan oleh lapisan-lapisan di atasnya sehingga
mengalami tekanan yang lebih besar. Lapisan paling atas hanya
ditekan oleh udara sehingga tekanan pada permukaan zat cair sama
dengan tekanan atmosfer.
Penurunan rumus tekanan hidrostatis
Bayangkan luas penampang
persegi panjang (luas yang diarsir), 𝑝 𝑥 𝑙,
yang terletak pada kedalaman ℎ di bawah
permukaan zat cair (massa jenis = 𝜌),
seperti tampak pada gambar. Volume zat
cair di dalam balok = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 ℎ, sehingga
massa zat cair di dalam balok adalah
𝑚=𝜌𝑥𝑉
=𝜌𝑥𝑝𝑥𝑙𝑥ℎ
Berat zat cair di dalam balok,
𝐹 =𝑚𝑥𝑔
=𝜌𝑥𝑝𝑥𝑙𝑥ℎ𝑥𝑔
Tekanan zat cair di sembarang titik pada luas bidang yang diarsir
adalah
𝐹 𝜌𝑥𝑝𝑥𝑙𝑥ℎ𝑥𝑔
𝑝ℎ = = =𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ
𝐴 𝑝𝑥𝑙
Jadi, tekanan hidrostatis zat cair (𝑝ℎ ) dengan massa jenis 𝜌 pada
kedalaman ℎ dirumuskan dengan
dimana :
𝑝ℎ = 𝜌 𝑔 ℎ
ph = tekanan hidrostatis zat cair (N/m2
atau Pa)
ρ = massa jenis atau kerapatan zat cair
(kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman zat cair diukur dari
permukaan zat cair (m)

Persamaan di atas berlaku bila tidak memperhitungkan


adanya tekanan udara luar atau tekanan atmosfer yang pada
keadaan tertentu dapat diabaikan.
Fluida (zat cair atau gas) selalu mengerjakan tekanan ke
segala arah. Karena itu, besaran tekanan tidak memiliki arah
tertentu, sehingga tekanan termasuk besaran skalar. Berbeda
dengan itu, gaya selalu memiliki arah tertentu, sehingga gaya
termasuk besaran vektor.
b. Tekanan Gauge
Tekanan Gauge merupakan kelebihan tekanan di atas tekanan
atmosfir. Secara matematis diartikan sebagai selisih antara tekanan
yang tidak diketahui dengan tekanan atmosfer (tekanan udara luar).
Nilai tekanan yang diukur oleh alat pengukur tekanan adalah tekanan
gauge. Adapun tekanan sesungguhnya disebut dengan tekanan mutlak.
Rumus Tekanan Gauge
dimana:
𝑝 = 𝑝𝑔𝑎𝑢𝑔𝑒 + 𝑝𝑎𝑡𝑚
p = tekanan mutlak (N/m2 atau Pa)
pgauge = tekanan gauge (N/m2 atau Pa)
patm = tekanan atmosfer (N/m2 atau Pa)
Sebagai contoh, sebuah ban yang mengandung udara dengan
tekanan gauge 2 atm (diukur oleh alat ukur) memiliki tekanan mutlak
kira-kira 3 atm. Ini karena tekanan atmosfer pada permukaan laut kira-
kira 1 atm.
c. Tekanan Mutlak pada Suatu Kedalaman Zat Cair
Telah disebutkan sebelumnya
bahwa pada lapisan atas zat cair bekerja
tekanan atmosfer. Pada tiap bagian
atmosfer bekerja gaya tarik gravitasi.
Makin ke bawah, makin berat lapisan
udara yang ada di atasnya. Oleh karena
itu, makin rendah suatu tempat, makin
tinggi tekanan atmosfernya. Di
permukaan laut, tekanan atmosfer bernilai
kira-kira 1 atm atau 1,01 x 105 Pa.
Tekanan pada permukaan zat cair adalah tekanan atmosfer p0.
Tekanan hidrostatis zat cair pada kedalaman h adalah ρgh. Sehingga
besar tekanan hidrostatis mutlak pada kedalaman h dengan
memperhitungkan adanya tekanan atmosfer dapat dirumuskan oleh
dimana:
𝑝 = 𝑝0 + 𝜌 𝑔 ℎ
p0 = tekanan atmosfer atau tekanan udara
luar (N/m2 atau Pa)

3. Hukum Hidrostatis
Hukum hidrostatis menyatakan bahwa, “semua titik yang
terletak pada bidang datar yang sama di dalam zat cair yang sejenis
memiliki tekanan (mutlak) yang sama”.
a. Aplikasi Alat Ukur dalam Mengukur Tekanan Gas
1) Barometer Raksa
Barometer raksa digunakan untuk
mengukur tekanan atmosfer.
Barometer tersebut berupa tabung kaca
yang panjang, di mana dalam tabung
tersebut diisi air raksa. Tabung kaca
yang berisi air raksa tersebut kemudian
dibalik dan dimasukkan ke dalam
sebuah wadah yang juga telah diisi air raksa.
Ketika tabung kaca yang berisi air raksa dibalik maka
pada bagian ujung bawah tabung (pada gambar terletak di
bagian atas) tidak terisi air raksa. Isinya hanya uap air raksa
yang tekanannya sangat kecil sehingga diabaikan (p = 0). Pada
permukaan air raksa yang berada di dalam wadah terdapat
tekanan atmosfer yang arahnya ke bawah (atmosfer menekan
air raksa yang berada di wadah). Tekanan atmosfer tersebut
menyanggah kolom air raksa yang berada dalam pipa kaca.
Pada gambar, tekanan atmosfer dilambangkan dengan 𝑝𝑜 .
Dengan menerapkan hukum utama hidrostatis untuk alat
pengukur tekanan berupa barometer, maka
𝑝𝐴 = 𝑝𝐵
𝑃𝑔𝑎𝑠 = 𝑃𝑜 + 𝜌 𝑔 ℎ
dengan 𝜌 adalah massa jenis raksa dan ℎ adalah tinggi
kolom raksa.
2) Manometer Tabung Terbuka
Pada manometer tabung terbuka,
di mana tabung berbentuk U, sebagian
tabung diisi dengan zat cair (air raksa
atau air). Tekanan yang terukur
dihubungkan dengan perbedaan dua
ketinggian zat cair yang dimasukan ke
dalam tabung.
Dengan menerapkan hukum hidrostatis untuk alat
pengukur tekanan berupa manometer, maka
𝑝𝐴 = 𝑝𝐵
𝑃𝑜 = 𝜌 𝑔 ℎ
dengan 𝜌 adalah massa jenis raksa dan ℎ adalah tinggi
kolom raksa.

4. Hukum Pascal
Tekanan zat cair pada dasar wadah tentu saja lebih besar dari
tekanan zat cair pada bagian di atasnya. Semakin ke bawah, semakin
besar tekanan zat cair tersebut, sebaliknya semakin mendekati
permukaan atas wadah, semakin kecil tekanan zat cair. Besarnya
tekanan sebanding dengan 𝜌 𝑔 ℎ. Pada setiap titik pada kedalaman
yang sama, besarnya tekanan sama. Hal ini berlaku untuk semua zat
cair dalam wadah apapun dan tidak bergantung pada bentuk wadah
tersebut. Apabila kita tambahkan tekanan luar, pertambahan tekanan
dalam zat cair adalah sama di mana pun. Jadi apabila diberikan
tekanan luar, setiap bagian zat cair mendapat “jatah” tekanan yang
sama, karenanya besar tekanan selalu sama di setiap titik pada
kedalaman yang sama.
Hukum Pascal menyatakan bahwa, “tekanan yang diberikan
pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan sama besar ke segala
arah”.
Sebuah terapan sederhana dari prinsip Pascal adalah dongkrak
hidrolik, seperti ditunjukkan dalam gambar. Dongkrak hidrolik terdiri
dari bejana dengan dua kaki (kaki 1 dan kaki 2) yang masing-masing
diberi pengisap. Pengisap 1 memiliki luas penampang A1 (lebih kecil)
dan pengisap 2 memiliki luas penampang A2 (lebih besar). Bejana
diisi dengan cairan.

Jika pengisap 1 ditekan dengan gaya F1, zat cair akan menekan
pengisap 1 ke atas dengan gaya pA1 sehingga terjadi keseimbangan
pada pengisap 1 dan berlaku

𝐹1
𝑝𝐴1 = 𝐹1 atau 𝑝= (*)
𝐴1

Sesuai hukum Pascal bahwa tekanan pada zat cair dalam ruang
tertutup diteruskan sama besar ke segala arah, maka pada pengisap 2
bekerja gaya ke atas pA2. Gaya yang seimbang dengan ini adalah gaya
F2 yang bekerja pada pengisap 2 dengan arah ke bawah.

𝐹2
𝑝𝐴2 = 𝐹2 𝑝=
atau 𝐴2 (**)

Dengan menyamakan ruas kanan (**) dan (*), diperoleh


𝐹2 𝐹1
=
𝐴2 𝐴1

𝐴2
𝐹2 = 𝑥𝐹 (1)
𝐴1 1

Persamaan (1) menyatakan bahwa perbandingan gaya sama


dengan perbandingan luas pengisap.
Penampang pengisap dongkrak hidrolik berbentuk silinder
dengan diameter (garis tengah) yang diketahui. Misalnya, pengisap 1
berdiameter D1 dan pengisap 2 berdiameter D2, maka

𝜋𝐷1 2 𝜋𝐷2 2
𝐴1 = dan 𝐴2 =
4 4

𝐴2 (𝜋𝐷2 2 )/4 𝐷2 2
= =( )
𝐴1 (𝜋𝐷1 2 )/4 𝐷1

Jika nilai perbandingan ini dimasukkan ke Persamaan (1), akan


didapatkan
𝐴2
𝐹2 = 𝑥𝐹
𝐴1 1

𝐷2 2
𝐹2 = ( ) 𝑥 𝐹1 (2)
𝐷1

Persamaan (2) menyatakan bahwa perbandingan gaya sama


dengan perbandingan kuadrat diameter.
a. Penerapan Hukum Pascal Pada Kehidupan Sehari-hari

Dari hukum Pascal didapatkan bahwa dengan memberikan


gaya yang kecil pada pengisap (piston) berdiameter (atau luas
penampang) kecil, dapat diperoleh gaya yang besar pada pengisap
berdiameter besar. Prinsip inilah yang dimanfaatkan pada
peralatan teknik yang banyak membantu pekerjaan dalam
kehidupan sehari-hari.

Penggunaan pengangkat hidrolik bertujuan untuk


memperoleh gaya yang besar dengan memberikan sedikit
gaya dan umumnya digunakan untuk mengangkat benda-
benda yang berat. Prinsip kerja dari alat tersebut adalah
dongkrak hidrolik terdiri dari sebuah bejana yang memiliki dua
permukaan. Pada kedua permukaan bejana terdapat pengisap
(piston), di mana luas permukaan piston pada salah satunya lebih
kecil dari luas permukaan piston lainnya. Luas permukaan piston
disesuaikan dengan luas permukaan bejana. Bejana diisi cairan,
seperti pelumas. Apabila piston yang luas permukaannya kecil
ditekan ke bawah, maka setiap bagian cairan juga ikut tertekan.
Besarnya tekanan yang diberikan oleh piston yang permukaannya
kecil diteruskan ke seluruh bagian cairan. Akibatnya, cairan
menekan piston yang luas permukaannya lebih besar hingga
piston terdorong ke atas. Luas permukaan piston yang ditekan
kecil, sehingga gaya yang diperlukan untuk menekan cairan juga
kecil. Namun karena tekanan diteruskan ke seluruh bagian cairan,
maka gaya yang kecil tersebut berubah menjadi sangat besar
ketika cairan menekan piston di sebelah kanan yang luas
permukaannya besar. Jarang sekali orang memberikan gaya
masuk pada piston yang luas permukaannya besar, karena tidak
menguntungkan. Pada bagian atas piston yang luas permukaannya
besar biasanya diletakkan benda atau bagian benda yang ingin
diangkat.

5. Hukum Archimedes
Jika suatu benda yang dicelupkan dalam zat cair mendapat gaya
ke atas sehingga benda kehilangan sebagian beratnya (beratnya
menjadi berat semu), maka gaya ke atas ini disebut sebagai gaya
apung, yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada
benda. Gaya apung terjadi karena adanya perbedaan tekanan fluida
pada kedalaman yang berbeda. Munculnya gaya apung adalah
konsekuensi dari tekanan zat cair yang meningkat dengan kedalaman.
Dengan demikian berlaku

𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟
Untuk memahami arti dari “volume
air yang dipindahkan”, kita dapat
mencelupkan batu ke dalam sebuah bejana
berisi air, maka permukaan air akan naik.
Ini karena batu menggantikan volume air.
Jika batu dicelupkan pada bejana yang
penuh berisi air, sebagian air akan tumpah
dari bejana.Volume air tumpah yang
ditampung tetap sama dengan volume batu
yang menggantikan air. Jadi, suatu benda yang dicelupkan seluruhnya
dalam zat cair selalu menggantikan volume zat cair yang sama
dengan volume benda itu sendiri.
Archimedes mengaitkan antara gaya apung dengan volume zat
cair yang dipindahkan benda. Dari sini, Archimedes berhasil
menemukan hukumnya, yaitu Hukum Archimedes yang berbunyi,
“Apabila suatu benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke
dalam fluida, maka benda tersebut mendapatkan gaya ke atas
yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh
benda tersebut”.
a. Penurunan Matematis Hukum Archimedes
Apakah penyebab munculnya gaya apung yang dikerjakan oleh
suatu fluida kepada benda yang tercelup dalam fluida? Ternyata gaya
apung ini muncul karena selisih antara gaya hidrostatis yang
dikerjakan fluida terhadap permukaan bawah dengan permukaan atas
benda.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa gaya apung
terjadi akibat konsekuensi dari tekanan hidrostatis yang makin
meningkat dengan kedalaman. Dengan kata lain, gaya apung terjadi
karena makin dalam zat cair, makin besar
tekanan hidrostatisnya. Ini menyebabkan
tekanan pada bagian bawah benda lebih
besar daripada tekanan pada bagian atasnya.
Perhatikan sebuah silinder dengan tinggi h dan luas A, yang
tercelup seluruhnya di dalam zat cair dengan massa jenis ρf. Fluida
melakukan tekanan hidrostatis p1 = ρf g h1 pada bagian atas silinder.
Gaya yang berhubungan dengan tekanan ini adalah F1 = p1 A = ρfgh1A
berarah ke bawah. Dengan cara yang sama, fluida melakukan tekanan
hidrostatis F2 = p2 A = ρf g h2 A dengan arah ke atas. Resultan kedua
gaya ini adalah gaya apung Fa.
Jadi, 𝐹𝑎 = 𝐹2 − 𝐹1 (karena 𝑭𝟐 > 𝑭𝟏 )
= 𝜌𝑓 𝑔 ℎ2 𝐴 − 𝜌𝑓 𝑔 ℎ1 𝐴

= 𝜌𝑓 𝑔 𝐴 (ℎ2 − ℎ1 )

= 𝜌𝑓 𝑔 𝐴 ℎ (sebab 𝒉𝟐 − 𝒉𝟏 = 𝒉)

= 𝜌𝑓 𝑔 𝑉𝑏𝑓 (sebab 𝑨 𝒉 = 𝑽𝒃𝒇 adalah volume silinder


yang tercelup dalam fluida)

Perhatikan 𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓 = 𝑀𝑓 adalah massa fluida yang dipindahkan


oleh benda; 𝜌𝑓 𝑔 𝑉𝑏𝑓 = 𝑀𝑓 𝑔 adalah berat fluida yang dipindahkan
oleh benda. Jadi, gaya apung 𝐹𝑎 yang dikerjakan fluida pada benda
(silinder) sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda
(silinder). Pernyataan ini berlaku untuk sembarang bentuk benda, dan
telah dinyatakan sebelumnya sebagai Hukum Archimedes. Jadi, gaya
apung dapat dirumuskan sebagai
𝐹𝑎 = 𝑀𝑓 𝑔

𝐹𝑎 = 𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓 𝑔
(5-1)
dengan :
𝜌𝑓 = massa jenis fluida (kg/m3 atau g/cm3)
𝑉𝑏𝑓 = volume benda yang tercelup dalam fluida (cm3 atau m3)

b. Mengapung, Tenggelam, dan Melayang


Ilustrasi gambar di atas menunjukkan bahwa apakah suatu benda
mengapung, tenggelam, atau melayang jika hanya ditentukan oleh
massa jenis rata-rata benda dan massa jenis zat cair. Jika massa jenis
rata-rata benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair, benda akan
mengapung di permukaan zat cair. Jika massa jenis rata-rata benda
lebih besar daripada massa jenis zat cair, benda akan tenggelam di
dasar wadah zat cair. Jika massa jenis rata-rata benda sama dengan
massa jenis zat cair, benda akan melayang dalam zat cair di antara
permukaan dan dasar wadah zat cair. Jadi,
syarat mengapung 𝜌𝑏, 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 < 𝜌𝑓
syarat tenggelam 𝜌𝑏, 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 > 𝜌𝑓
syarat melayang 𝜌𝑏, 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝜌𝑓

Peristiwa mengapung,
tenggelam, dan melayang juga dapat
dijelaskan berdasarkan konsep gaya
apung dan berat benda. Pada suatu
benda yang tercelup sebagian atau
seluruhnya dalam zat cair, bekerja
gaya apung (𝐹𝑎 ). Dengan demikian,
pada benda yang tercelup dalam zat cair bekerja dua buah gaya, yaitu
gaya berat 𝑤 dan gaya apung 𝐹𝑎 . Pada benda yang mengapung dan
melayang terjadi keseimbangan antara berat benda 𝑤 dan gaya apung
𝐹𝑎 , sehingga berlaku
∑𝐹 = 0
+𝐹𝑎 − 𝑤 = 0 atau 𝑤 = 𝐹𝑎
Pada benda yang tenggelam, berat 𝑤 lebih besar daripada gaya apung
𝐹𝑎 . Jadi,
syarat mengapung atau melayang 𝑤 = 𝐹𝑎
syarat tenggelam 𝑤 > 𝐹𝑎
Syarat mengapung sama dengan syarat melayang, yaitu berat benda
sama dengan gaya apung (𝑤 = 𝐹𝑎 ). Perbedaan keduanya terletak pada
volume benda yang tercelup dalam zat cair (𝑉𝑏𝑓 ). Pada peristiwa
mengapung, hanya sebagian benda yang tercelup dalam zat cair,
sehingga 𝑉𝑏𝑓 < 𝑉𝑏 . Sedangkan pada peristiwa melayang, seluruh
benda tercelup dalam zat cair, sehingga 𝑉𝑏𝑓 = 𝑉𝑏 .

Masalah kuantitatif peristiwa mengapung


Berdasarkan konsep gaya apung, syarat benda mengapung
adalah dimana volume benda yang tercelup dalam zat cair lebih kecil
daripada volume benda seluruhnya (𝑉𝑏𝑓 < 𝑉𝑏 ). Secara matematis,
massa jenis benda yang mengapung dapat dirumuskan:
𝑤 = 𝐹𝑎
(𝜌𝑏 𝑉𝑏 )𝑔 = 𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓 𝑔

𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓
𝜌𝑏 =
𝑉𝑏

Persamaan tersebut berlaku untuk benda


yang mengapung dalam satu jenis fluida.
Sedangkan, untuk benda yang mengapung dalam
dua jenis fluida atau lebih, massa jenis benda yang
mengapung dapat dirumuskan:

𝜌𝑏 = ∑ 𝜌𝑓𝑖 𝑉𝑏𝑓𝑖

𝜌𝑓1 𝑉𝑏𝑓1 + 𝜌𝑓2 𝑉𝑏𝑓2 + 𝜌𝑓3 𝑉𝑏𝑓3 + ⋯


=
𝑉𝑏
c. Penerapan Hukum Archimedes dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Hidrometer
Hidrometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur massa jenis berbagai zat cair. Nilai massa jenis zat
cair dapat diketahui dengan membaca skala yang terdapat
pada tabung hidrometer. Ketika digunakan untuk mengukur
massa jenis zat cair, hidrometer dicelupkan ke dalam zat cair
dan nilai massa jenis zat cair tersebut dapat ditentukan
berdasarkan nilai skala yang berhimpit dengan permukaan zat
cair. Misalnya, dengan mengetahui massa jenis susu, dapat
ditentukan kadar lemak dalam susu. Dengan mengetahui massa
jenis cairan anggur, dapat ditentukan kadar alkohol dalam cairan
anggur. Hidrometer juga umum digunakan untuk memeriksa
muatan aki mobil.
Hidrometer terbuat dari tabung kaca.
Agar tabung kaca terapung tegak di dalam
zat cair, maka bagian bawah tabung
dibebani dengan butiran timbal. Diameter
bagian bawah tabung kaca dibuat lebih
besar agar volume zat cair yang
dipindahkan hidrometer lebih besar.
Dengan demikian, akan dihasilkan gaya
apung yang lebih besar hingga hidrometer dapat mengapung di
dalam zat cair.
Tangkai tabung kaca didesain agar perubahan kecil dalam
berat benda yang dipindahkan (berkaitan dengan perubahan kecil
dalam massa jenis cairan) menghasilkan perubahan besar pada
kedalaman tangkai yang tercelup di dalam cairan. Ini berarti
perbedaan bacaan pada skala untuk berbagai jenis cairan menjadi
lebih jelas.
Dasar matematis prinsip kerja hidrometer adalah sebagai
berikut.
Hidrometer terapung di dalam cairan, sehingga berlaku
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑉𝑏𝑓 𝜌𝑓 𝑔 = 𝑤 (𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒉𝒊𝒅𝒓𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒘 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑)
(𝐴 ℎ𝑏𝑓 ) 𝜌𝑓 𝑔 = 𝑚 𝑔 (𝒔𝒆𝒃𝒂𝒃 𝑽𝒃𝒇 = 𝑨𝒉𝒃𝒇 )
Jadi, persamaan Hidrometer adalah
𝑚
ℎ𝑏𝑓 =
𝐴 𝜌𝑓

Massa hidrometer 𝑚 dan luas tangkai 𝐴 adalah tetap, sehingga


tinggi tangkai yang tercelup di dalam cairan ℎ𝑏𝑓 berbanding
terbalik dengan massa jenis cairan 𝜌𝑓 . Jika massa jenis cairan
kecil (𝜌𝑓 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙), tinggi hidrometer yang tercelup di dalam cairan
besar (ℎ𝑏𝑓 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟). Akan didapat bacaan skala yang menunjukkan
angka yang lebih kecil.
Jika massa jenis cairan besar (𝜌𝑓 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟), tinggi hidrometer
yang tercelup di dalam cairan kecil (ℎ𝑏𝑓 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙). Akan didapat
bacaan skala yang menunjukkan angka yang lebih besar.

2) Kapal Laut
Massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air laut,
tetapi mengapa kapal laut yang terbuat dari besi dapat mengapung
di atas air?

Badan kapal yang terbuat dari besi dibuat berongga. Ini


menyebabkan volume air laut yang dipindahkan oleh badan kapal
menjadi sangat besar. Gaya apung sebanding dengan volume air
yang dipindahkan, sehingga gaya apung menjadi sangat besar.
Gaya apung ini mampu mengatasi berat total kapal sehingga kapal
laut mengapung di permukaan laut. Jika dijelaskan berdasarkan
konsep massa jenis, massa jenis rata-rata besi berongga dan udara
yang menempati rongga masih lebih kecil daripada massa jenis air
laut. Itulah sebabnya kapal mengapung.
3) Kapal Selam
Sebuah kapal selam memiliki tangki pemberat yang terletak
di antara lambung sebelah dalam dan lambung sebelah luar.
Tangki ini dapat diisi udara atau air. Tentu saja udara lebih ringan
daripada air. Mengatur isi tangki pemberat berarti mengatur berat
total kapal. Ketika tangki ini diisi penuh dengan air, maka
berat keseluruhan kapal ini tidak dapat diimbangi oleh gaya
ke atas yang dialami oleh kapal selam, sehingga kapal selam
tenggelam. Tetapi ketika sebagian air dalam tangki
dikeluarkan, maka kapal selam akan mengalami gaya ke atas
yang lebih besar, sehingga kapal selam dapat melayang
dalam air dan ketika tangki dikosongkan, maka gaya ke atas
yang dialami kapal selam semakin besar, sehingga kapal
selam dapat mengapung. Sesuai dengan konsep gaya apung, berat
total kapal selam akan menentukan apakah kapal akan
mengapung atau menyelam.
(gambar)
4) Balon Udara
Seperti halnya zat cair, udara (termasuk fluida) juga
melakukan gaya apung pada benda. Gaya apung yang dilakukan
udara pada benda sama dengan berat udara yang dipindahkan oleh
benda. Rumus gaya apung yang dilakukan udara tetap sama
seperti rumus gaya apung yang dilakukan oleh fluida, hanya di
sini 𝜌𝑓 adalah massa jenis udara. Prinsip gaya apung yang
dikerjakan udara inilah yang dimanfaatkan pada balon udara.
Pada gambar
ditunjukkan sebuah balon
udara yang diisi dengan gas
panas. Prinsip kerjanya
adalah sebagai berikut.
Mula-mula balon diisi
dengan gas panas sehingga
balon menggelembung dan
volumenya bertambah. Bertambahnya volume balon berarti
bertambah pula volume udara yang dipindahkan oleh balon. Ini
berarti, gaya apung bertambah besar. Suatu saat gaya apung sudah
lebih berat daripada berat total balon (berat balon dan muatan)
sehingga balon mulai bergerak naik.
Awak balon udara terus menambah gas panas sampai balon
itu mencapai ketinggian tertentu. Setelah ketinggian yang
diinginkan tercapai, awak balon mengurangi gas panas sampai
tercapai gaya apung sama dengan berat balon. Pada saat itu balon
melayang di udara. Sewaktu awak balon ingin menurunkan
ketinggian, sebagian isi gas panas dikeluarkan dari balon. Ini
menyebabkan volume balon berkurang, yang berarti gaya pung
pun berkurang. Akibatnya, gaya apung lebih kecil daripada berat
balon, dan balon bergerak turun.
5) Galangan Kapal
Galangan kapal merupakan alat yang didesain untuk
mengangkat kapal-kapal laut ke daratan. Galangan kapal akan
tenggelam di laut karena air laut memasuki galangan kapal.
Ketika kapal akan diangkat dengan galangan tersebut, maka kapal
laut ditempatkan pada penopang dalam galangan kapal dan air laut
dikeluarkan secara perlahan, sehingga galangan kapal akan
terangkat ke atas dan kapal pada penopang galangan tersebut
segera terangkat ke atas.
6. Tegangan Permukaan Zat Cair
Tegangan Permukaan pada zat cair merupakan gejala dimana zat
cair memiliki kecenderungan untuk menegang, sehingga seolah-olah
zat cair tersebut seperti diselubungi membran elastik ketat yang
diregangkan pada permukaan cairan. Peristiwa tegangan permukaan
dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada gejala
tetesan air yang berbentuk bola, hingga pada peristiwa ketika serangga
hinggap di atas permukaan zat cair.
a. Definisi Analitik Tegangan Permukaan
Partikel-partikel sejenis dalam
suatu fluida akan saling mengerjakan
gaya tarik menarik yang disebut dengan
gaya kohesi. Gambar tersebut
merepresentasikan mengapa tegangan
permukaan bisa terjadi. Partikel A
mewakili partikel yang terdapat pada
zat cair, sedangkan B mewakili (sumber:kholidah-fisikaupi.blogspot.com)

partikel di permukaan zat cair. Partikel A ditarik oleh partikel


sejenis dengan gaya sama besar ke segala arah sehingga
resultannya sama dengan nol. Oleh karena itu, di dalam zat cair
tidak terjadi tegangan permukaan.
Sedangkan partikel-partikel B (yang terletak di permukaan
zat cair) ditarik oleh partikel-partikel yang ada di samping dan di
bawahnya dengan gaya yang sama, sehingga terdapat resultan gaya
yang bekerja dan berarah ke bawah dikarenakan tidak ada partikel
di atas partikel B. Resultan ini menyebabkan seolah-olah terdapat
membran elastik tipis yang menghampar di atas permukaan fluida.
Oleh karena itu, sejumlah cairan akan cenderung mengambil
bentuk sesempit mungkin. Pertistiwa inilah yang dinamakan
dengan tegangan permukaan.
b. Formulasi Tegangan Permukaan
Misalkan, sebuah kawat memiliki panjang sebesar d terapung
di atas permukaan zat cair. Kemudian pada permukaan zat cair
bekerja gaya sebesar F yang tegak lurus dengan kawat, sehingga
tegangan permukaan dapat diformulasikan sebagai berikut:

𝐹 dimana:
𝛾=
𝑑 𝛾 = tegangan permukaan (N/m)
𝐹 = gaya tegangan permukaan (N)
𝑑 = panjang permukaan dimana gaya itu
bekerja (m)
Oleh karena itu, secara formulasi, tegangan permukaan dapat
didefinisikan sebagai per satuan panjang yang bekerja pada
permukaan yang tegak lurus dengan kawat.

Pada gambar, sebuah


kawat dibengkokkan sehingga
membentuk huruf U, dan seutas
kawat kedua dimodifikasi agar
dapat bergerak pada kaki-kaki
kawat U, dan dicelupkan pada
permukaan air sabun. Kita
(sumber :fisikadiana.blogspot.com)
misalkan kawat kedua memiliki
panjang sebesar l.

Larutan sabun yang menyentuh kawat kedua memiliki dua


permukaan, sehingga gaya tegangan permukaan bekerja sepanjang
2l. maka, secara matematis, tegangan permukaan dapat
diformulasikan sebagai berikut:

𝐹 dimana:
𝛾=
2𝑙 1
𝑙 = 2𝑑

Tegangan permukaan bukanlah gaya, melainkan gaya per


satuan panjang, sehingga satuan tegangan permukaan adalah N/m.
(Tabel Nilai Hasil Pengukuran Tegangan Permukaan)

Zat cair yang kontak


Suhu (°C) Tegangan Permukaan (x 10-3N/m)
dengan udara

Air 0 75,6
Air 25 72,0
Air 80 62,6
Etil Alkohol 20 22,8
Aseton 20 23,7
Gliserin 20 63,4
Raksa 20 435

c. Penerapan Tegangan Permukaan Dalam Kehidupan Sehari-hari


Tegangan permukaan air berhubungan dengan kemampuan
air membasahi benda. Makin kecil tegangan permukaan air, makin
baik kemampuan air untuk membasahi benda, dan ini berarti
kotoran-kotoran pada benda lebih mudah larut dalam air. Prinsip
inilah yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan fisika sehari-
hari.
Tegangan permukaan air diepengaruhi oleh suhu. Makin
tinggi suhu air, makin kecil tegangan permukaan air, dan ini berarti
makin baik kemampuan air untuk membasahi benda. Karena itu,
mencuci dengan air panas menyebabkan kotoran pada pakaian
lebih mudah larut dan cucian menjadi lebih bersih.
Detergen sintesis modern juga didesain untuk meningkatkan
kemampuan air membasahi kotoran yang melekat pada pakaian,
yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan air.
Contoh dalam keseharian dapat dilihat pada itik yang
berenang di air. Itik dapat berenang di air karena bulu-bulunya
tidak basah oleh air. Jika air diberi detergen, tegangan permukaan
air berkurang dan itik yang berusaha berenang, bulu-bulunya akan
basah oleh air. Akibatnya, itik akan tenggelam.
Antiseptik yang dipakai untuk mengobati luka, selain
memiliki daya bunuh kuman yang baik, juga memiliki tegangan
permukaan yang rendah, sehingga antiseptik dapat membasahi
seluruh luka. Jadi, alkohol dan hampir semua antiseptik memiliki
tegangan permukaan yang rendah.

7. Gejala Meniskus
Pada umumnya, permukaan suatu zat cair harus tegak lurus
dengan resultan gaya yang bekerja. Namun, jika zat cair bersentuhan
dengan suatu zat padat, permukaan pada tepi persentuhan zat cair
dengan benda biasanya berbentuk lengkungan. Gejala tersebut disebut
dengan gejala meniskus.

B
dinding B
Dinding
fluida
A fluida A

C C
R
R
(b) Meniskus cekung (a) Meniskus cembung

Pada gambar (a), zat cair B mengalami gaya tarik menarik


sebesar BC yang disebabkan oleh gaya tarik antar molekul zat cair
disekitarnya atau gaya kohesi. Gaya kohesi adalah gaya tarik menarik
antar molekul yang sejenis. Selain gaya kohesi, ada gaya lain yang
bekerja pada sistem yaitu gaya adhesi. Gaya adhesi adalah gaya tarik
menarik antar molekul yang berbeda, dalam kasus ini adalah zat cair
dengan dinding. Gaya adhesi direpresentasikan dengan gaya BA yang
dihasilkan oleh molekul-molekul zat padat. Gaya BA (adhesi) lebih
besar dibandingkan dengan gaya BC (kohesi), oleh karena itu, resultan
kedua gaya tersebut mengarah ke kiri sebesar BR .Akibatnya,
permukaan di B tegak lurus terhadap arah gaya BR, sehingga terjadi
gejala meniskus cembung.
Pada gambar (b), gaya kohesi (BC) yang terjadi lebih besar
dibandingkan dengan gaya adhesi (BA), sehingga resultan (BR)
mengarah ke kanan, sehingga permukaan zat cair B akan tertarik kea
rah tegak lurus terhadap arah gaya BR sehingga terjadi gejala meniscus
cekung.
Untuk menentukan kecembungan dan kecekungan pada gejala
meniscus, didefinisikanlah sudut kontak θ, yaitu sudut permukaan zat
padat dengan gradient bidang permukaan zat cair. Besarnya sudut
kontak θ tergantung besarnya gaya adhesi pada molekul dinding dengan
zat cair, dan gaya kohesi antar molekul zat cair.

8. Gejala Kapilaritas
Zat cair yang membasahi dinding (misalnya air) akan naik
dalam pipa kapiler (tabung dengan diameter relatif kecil). Gejala ini
disebut dengan gejala kapilaritas, yang disebabkan oleh gaya kohesi
dari tegangan permukaan dengan gaya adhesi antara zat cair dengan
tabung kaca. Gejala kapilaritas dapat berupa gejala kapilaritas naik dan
gejala kapilaritas turun. Gejala kapilaritas naik terjadi apabila sudut
kontak permukaan zat cair dengan dinding wadah kurang dari 90°, dan
sebaliknya jika sudut kontak lebih dari 90° akan menyebabkan gejala
kapilaritas turun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gejala
kapilaritas naik terjadi ketika meniscus cekung, dan gejala kapilaritas
turun terjadi karena meniskus cembung.
a. Perumusan Gejala Kapilaritas
Sesuai dengan hukum III Newton, pipa akan mengerjakan
gaya yang sama besar terhadap zat cai, namun berlawanan arah,
sehingga menyebabkan zat cair naik. Zat cair akan berhenti ketika
berat kolom zat cair yang naik sama dengan gaya ke atas yang
dikerjakan pipa pada zat cair.
Jika diketahui:
Massa jenis zat cair =ρ
Tegangan permukaan = γ
Sudut kontak =θ
Kenaikan zat cair =h

Maka,

Berat zat cair yang naik = mg = ρVg = ρπr2hg (1)

Komponen gaya vertikal yang menarik zat cair naik adalah,

𝐹 = (𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃)(2𝜋𝑟) (2)

Dengan mensubstitusi persamaan (1) dan (2) maka diperoleh:

2𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃
ℎ=
𝑟𝜌𝑔

b. Peristiwa Kapilaritas dalam Kehidupan Sehari-hari


Gejala kapilaritas dapat mudah dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya adalah peristiwa naiknya air dan garam
garam mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Gejala
kapilaritas teraplikasi pada naiknya minyak tanah dari wadah ke
sumbu kompor. Obat nyamuk elektrik juga merupakan salah satu
contoh pemanfaatan gejala kapilaritas. Selain menguntungkan,
gejala kapilaritas juga merugikan, contohnya pada peristiwa
merembesnya air ke dinding rumah pada saat hujan.

9. Viskositas Fluida
Viskositas merupakan ukuran kekentalan pada fluida. Pada
fluida ideal, (fluida idak kental) viskositasnya dianggap bernilai nol
atau tidak ada viskositas. Semakin besar nilai viskositas suatu fluida,
semakin susah pula fluida itu mengalir. Sebaliknya semakin kecil nilai
viskositas suatu fluida, semakin gampang fluida itu mengalir.
Viskositas pada zat cair terjadi karena gaya kohesi yang terjadi
pada molekul-molekul zat cair. sedangkan pada gas, viskositas terjadi
karena tumbukan antar molekul gas.
a. Hukum Stokes untuk Fluida Kental
Viskositas dalam fluida kental sama dengan gesekan pada
gerak benda padat. Untuk fluida ideal η = 0, sehingga setiap benda
yang bergerak pada fluida ideal dianggap tidak mengalami gesekan
yang disebabkan oleh fluida. Akan tetapi, bila benda tersebut
begerak dalam fluida kental dengan kelajuan tertentu, gerak benda
tersebut akan dihambat oleh gaya gesekan fluida pada benda
tersebut. Besar gaya gesekan fluida diformulasikan oleh:
𝐹𝑓 = 𝑘ɳ𝑣 (1)

Koefisien k bergantung pada bentuk geometris benda. Untuk benda


yang memiliki bentuk geometris berupa bola dengan jari-jari r,
maka

𝑘 = 6𝜋𝑟 (2)

Dengan mensubstitusi persamaan (2) ke persamaan (1), maka


diperoleh Hukum Stokes.

𝐹𝑓 = 6𝜋ɳ𝑟𝑣

dengan : η = koefisien viskositas (Pa)

r = jari-jari bola (m)

v = kelajuan benda (m/s2)

b. Kecepatan Terminal
Benda yang dijatuhkan bebas pada fluida kental, contohnya
kelereng yang dijatuhkan ke dalam oli, akan mengalami Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dipercepat dengan percepatan
sama dengan percepatan gravitasi g. Oleh karena itu, jarak antara
dua posisi kelereng dalam waktu yang sama makin besar, namun
pada saat tertentu jarak antara dan posisi kelereng dalam selang
waktu yang sama adalah sama besar. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa suatu benda yang dijatuhkan dalam fluida
kental, kecepatannya akan membesar sampai saat dimana
kecepatan benda tersebut tetap. Kecepatan terbesar dan konstan
inilah yang dimaksud dengan kecepatan terminal.
Selama benda jatuh ke dalam fluida kental, pada benda
tersebut bekerja 3 gaya, yaitu gaya berat, w = mg, gaya ke atas oleh
fluida, Fa, dan gaya gesekan yang dikerjakan fluida Ff, seperti pada
gambar di bawah ini

(sumber: rpprasetio.wordpress.com)

Pada saat kecepatan terminal vT


tercapai, gaya-gaya yang bekerja
pada benda adalah seimbang:
Σ𝐹 = 0

+𝑚𝑔 − 𝐹𝑎 − 𝐹𝑓 = 0

𝐹𝑓 = 𝑚𝑔 − 𝐹𝑎 (*)
Diketahui : massa jenis benda = ρb

Massa jenis fluida = ρf

Volume benda = Vb
Maka,
Gaya ke atas : 𝐹𝑎 = 𝑉𝑏 𝜌𝑓 𝑔
Berat benda mg : 𝑚𝑔 = (𝜌𝑏 𝑉𝑏 )𝑔
Gaya gesekan : 𝐹𝑓 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣𝑡
Dengan mensubstitusi ketiga persamaan gaya diatas pada *) maka
diperoleh

6𝜋𝜂𝑟𝑣𝑡 = 𝜌𝑏 𝑉𝑏 𝑔 − 𝜌𝑓 𝑉𝑏 𝑔

6𝜋𝜂𝑟𝑣𝑇 = 𝑔𝑉𝑏 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 )

Jadi, kecepatan terminal dalam fluida kental adalah


𝑔𝑉𝑏 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 )
𝑣𝑇 =
6𝜋𝜂𝑟

Untuk benda berbentuk berbentuk bola dengan jari-jari r, maka volume


4
benda Vb = 3 𝜋𝑟 3 , sehingga

4
𝑔(3 𝜋𝑟 3 )(𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 )
𝑣𝑇 =
6𝜋𝜂𝑟

2 𝑟2𝑔
𝑣𝑇 = (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 )
9 𝜂

B. REFERENSI
Kanginan, Marthen. 2010. PHYSICS for SENIOR HIGH SCHOOL (Grade
XI 2nd Semester). Jakarta: Erlangga.
Tipler, P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (Terjemahan).
Jakarta: Erlangga.

Вам также может понравиться