Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
METODOLOGI PENELITIAN
Pusat Statistik dan dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan
penelitian. Untuk keperluan analisis, data yang digunakan adalah data dari Tabel
Input Output tahun 2006 yang kemudian di-Update ke tahun 2009 berdasarkan
RAS. Metode RAS merupakan salah satu teknik penyusunan Tabel IO dengan
menggunakan metode non survei. Secara sederhana metode RAS merupakan satu
metode untuk memperkirakan koefisien input yang baru pada tahun t, dimana A(t)
permintaan antara tahun t, dan total input antara tahun t. Langkah-langkah untuk
berikut : (1) data tahun dasar yang digunakan adalah Tabel IO 2006, (2) dengan
menggunakan asumsi tahun 2006, informasi koefisien input tahun 2006 kemudian
dihitung nilai input antara (Kuadran I), input primer (Kuadran III) dan permintaan
akhir (Kuadran II), (3) dari hasil perhitungan awal diperoleh total baris yaitu nilai
total permintaan (Kode 301) dan total penyediaan (Kode 700) yang tidak sama
(unbalance), meskipun secara kolom (input dan output) mempunyai nilai yang
balance, (4) melakukan balancing pada total baris (permintaan dan penyediaan)
ysang menyebabkan total baris menjadi unbalance dengan selisih yang semakin
52
kecil sampai diperoleh nilai baris permintaan dan penyediaan dan kolom input-
output yang balance; (6) hasil dari metode RAS kemudian dimasukkan pada
Tabel IO updating 2009 secara lengkap (Kuadran I-III) sehingga diperoleh nilai
permintaan (310) dan penyediaan (700), nilai input (210) dengan output (600)
Tabel Input-Output tahun 2006. Sektor yang akan dianalisis dalam penelitian ini
terdiri dari 55 sektor dengan menggunakan matrix 55x55 sektor seperti yang
terdapat pada Tabel Input-Output 2006. Dalam penelitian ini tidak dilakukan
sektor biasanya dilakukan sesuai dengan analisis data. Untuk melihat struktur
Tabel Input-Output Provinsi Aceh tahun 2009 yang terdiri dari matrix 55x55
sektor disajikan pada Tabel 6. Sedangkan untuk keterangan kode sektor yang
apabila terdapat dorongan atau peningkatan pada permintaan akhir yang bersifat
sektor yang dikendalikan oleh sisi biaya produksi. Dalam model ini, pertumbuhan
namun karena adanya perubahan biaya input primer. Analisis Input-Output sisi
permintaan yaitu setiap nilai transaksi input antara dibagi dengan nilai total input
nilai transaksi input antara dibagi dengan total output setiap sektor produksi yang
= ………………………………………………………………(12)
dimana:
Ekspor menunjukkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan Provinsi Aceh
yang dijual ke luar Provinsi Aceh , sedangkan impor menunjukkan nilai barang
dan jasa yang berasal dari luar Provinsi Aceh (Rochana, 1999).
Ii = OTi – Si
Ei = OTi – Di………………………………………………. (13)
dimana:
Untuk melihat jumlah ekspor antar sektor maka jumlah output total
untuk melihat jumlah impor maka jumlah output total sektor i dikurangi dengan
Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sektor-sektor ekonomi. Dimana total output sama dengan total input (Daryanto
55
dan Yundy, 2010b). Apabila input yang digunakan sama dengan satu maka output
yang dihasilkan juga sama dengan satu. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
n n
.
∑ = Xi =
i =1 j =1
∑Xj ………………………………………………… (14)
dimana:
dihasilkan oleh sektor i sama dengan jumlah input yang digunakan oleh sektor j.
Bila total input sektor i > 1 maka jumlah output yang dihasilkan oleh sektor j juga
lebih besar, dan sebaliknya bila total input sektor i < 1 maka output yang
produksi yang berperan dalam proses produksi . Dimana balas jasa mencakup
komponen yaitu: upah atau gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak
rata-rata struktur nilai tambah sektor i, bila Vj > 1 maka struktur nilai tambah
56
sektor j lebih besar dari rata-rata i, dan bila Vj < 1 maka struktur nilai tambah
analisis yang bertujuan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di Provinsi
dari sektor ini. Sektor–i dikatakan mempunyai keterkaitan (FLi) yang tinggi
apabila lebih besar dari satu. Sebaliknya nilai FLi rendah jika lebih kecil dari satu
Jika FLi sama dengan satu maka sektor i memiliki keterkaitan langsung
kedepan sama dengan rata-rata sektor ekonomi lain, bila FLi > 1 maka sektor i
ekonomi lain, dan bila FLi < 1 maka nilai keterkaitan langsung sektor i lebih kecil
(indirect forward linkage) juga digunakan untuk melihat kepekaan dari suatu
57
baik secara langsung maupun tidak langsung perunit kenaikan permintaan total.
Apabila permintaan akhir setiap sektor perekonomian meningkat satu unit, maka
sektor–i tersebut dapat menyumbang pemenuhan sebesar αij unit (Daryanto dan
Yundy, 2010a).
dimana:
Jika nilai FTLi sama dengan satu berarti nilai keterkaitan tidak langsung
kedepan sektor i sama dengan rata-rata sektor ekonomi lain, bila FTLi > 1 maka
nilai keterkaitan tidak langsung sektor i lebih tinggi dengan rata-rata nilai
keterkaitan tidak langsung sektor ekonomi lain, dan bila FTLi < 1 berarti sektor i
memiliki nilai keterkaitan tidak langsung yang lebih rendah dibandingkan sektor
ekonomi lain.
dimana:
Bila BLj sama dengan satu maka sektor j dikatakan mempunyai kaitan
kebelakang yang sama i, bila BLj > 1 maka sektor j memiliki keterkaitan
kebelakang yang tinggi dibandingkan dengan sektor i, sebaliknya jika BLj < 1
linkage) digunakan untuk menunjukkan akibat dari suatu sektor terhadap sektor-
sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung
maupun tidak langsung perunit kenaikan permintaan total. Besaran ini dapat
unit, produksi selisih sektor perekonomian naik sebesar ij unit (Daryanto dan
Yundy, 2010b).
lebih kecil dari satu. Bila BTLj = 1, ini berarti bahwa sektor j memiliki keterkaitan
tidak langsung ke belakang yang sama dengan rata-rata keterkaitan tidak langsung
sektor i, bila BTLj > 1 maka keterkaitan tidak langsungnya diatas rata-rata sektor
59
i, dan bila BTLj < 1 maka keterkaitan tidak langsungnya lebih rendah
tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap
sektor tidak sama. Oleh karena itu, kedua indeks tersebut haruslah dinormalkan
tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan
dampak penyebaran yang terbagi dua, yaitu: kepekaan penyebaran dan derajat
sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini juga
pertumbuhan industri hulunya atau kemampuan suatu sektor untuk menarik sektor
apabila PDj mempunyai nilai lebih besar dari satu, sebaliknya jika nilai PDj
60
mempunyai nilai lebih kecil dari satu (Daryanto dan Yundy, 2010b). Rumus yang
dimana:
∑ ∑
j =1 i =1
ij
Bila PDj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j sama dengan
rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Bila PDj > 1 hal tersebut
berarti daya penyebaran sektor j lebih tinggi dari daya penyebaran seluruh sektor
ekonomi. Sebaliknya, bila PDj < 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran
kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor yang lain malalui mekanisme pasar
output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
sektor ini atau dengan kata lain adalah kemampuan suatu sektor untuk mendorong
∑ ∑
j =1 i =1
ij
dimana;
Nilai SDi dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1.
Bila SDi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i sama dengan
rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Bila SDi > 1 hal tersebut
berarti derajat kepekaan sektor i lebih tinggi dari derajat kepekaan seluruh sektor
ekonomi. Sebaliknya, bila SDi < 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan
dan tenaga kerja. Multiplier adalah pengukuran suatu respon atau dampak dari
langsung dari meningkatnya permintaan akhir sesuatu sektor terbesar satu unit
terhadap produksi total semua sektor di wilayah penelitian. Total multiplier yang
berbeda yaitu : initial impact, first round effect, industrial support effect,
Item Multipler
Output Pendapatan Tenaga kerja
Efek awal 1 hi ei
Efek putaran ∑iaij ∑iaij hi ∑iaij ei
Efek Dukungan ∑iαij – 1 - ∑iaij ∑iαij hi – hj - ∑iaij hi ∑iαij ei – ej - ∑iaij ei
Industri
Efek Konsumsi ∑iα*ij - ∑αij ∑iα*ij hi - ∑αij hi ∑iα*ij ei - ∑αij ei
Efek Total ∑iα*ij ∑iα*ij hi ∑iα*ij ei
Efek Lanjutan ∑iα*ij – 1 ∑iα*ij hi - hi ∑iα*ij ei - ei
Sumber: Daryanto dan Yundy (2010)
dimana:
62
ai = Koefisien output
hi = Koefisien pendapatan rumah tangga
ei = Koefisien tenaga kerja
αij = Matriks kebalikan Leontif model terbuka
α*ij = Matrik kebalikan Leontif model terbuka
Type I =
Type II =
awal, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan. Setiap
pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor –i sebesar satu
unit satuan ke permintaan akhir. Dengan demikian informasi ini mempunyai arti
dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah
disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak
multiplier tenaga kerja maka Tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang
koefisien tenaga kerja. Cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah
dari setiap sektor akibat adanya perubahan output sektor ke –i. Efek langsung dan
tidak langsung ditunjukkan dengan αij ei untuk setiap sektor ∑α*ij untuk semua
maka digunakan alat analisis yang bertujuan untuk melihat dampak perubahan
permintaan akhir terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. Permintaan akhir
akhir tersebut merupakan produk barang dan jasa yang digunakan sebagai
eksogen terhadap neraca endogen pada Tabel I-O Provinsi Aceh 2006. Selain itu
kebijakan.
Pemerintah Aceh atas dasar harga konstan menurut penggunaannya dalam kurun
(Lampiran 19).
dimana:
X = Matriks output
-1
[I-A] = Matriks pengganda
F = Permintaan Akhir
2. Dampak Permintaan Akhir terhadap Pendapatan
dimana:
I = Matriks pendapatan
τ = Matriks koefisien nilai tambah
v = Matriks koefisien pendapatan
3. Dampak Permintaan Akhir terhadap Kesempatan Kerja
dimana: