Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUIAN

1.1 Latar Belakang


Pekanbaru menjadi ibu kota provinsi Riau sejak 20 Januari 1959.
Pekanbaru awalnya dikenal dengan sebagai Senapelan dan terletak di tepi muara
sungai Siak. Sungai Siak yang membelah Pekanbaru menjadi jalur pelayaran
stragis selain itu juga sebagai perhubungan antar pulau dan juga keluar negeri.
Letak kota ini strategis berada diantara tiga negara dan jalur lintas angkutan lintas
timur Sumatera. Karena letak kota yang strategis dan menjadi jalur pertemuan
perdagangan antar tiga negara tersebut perkembangan kota Pekanbaru tiap
tahunya meningkat pesat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya.

Jumlah penduduk kota Pekanbaru pada tahun 2009 adalah 834.378 jiwa
dengan pertumbuhan penduduk 3,20 persen. Bersumber dari AntarRiau.com
pertambahan penduduk sekitar 5300 jiwa per bulan yang tersebar pada 60
kelurahan dan 12 kecamatan terutama di Kecamatan Tampan dan Marpoyan
Damai. Pertumbuhan penduduk lebih dikarenakan migrasi dari pada faktor
kelahiran. Pertumbuhan penduduk yang meningkat ini menjadikan Pekanbaru
sebagai kota metropolitan yang padat. Kota Pekanbaru sendiri mengalami
perkembangan fisik yang luar biasa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Fakta
yang mendukung adalah pertambahan jumlah bangunan rata-rata 10.000 unit tiap
tahunnya. Pekanbaru juga telah memiliki setidaknya 5 (lima) pusat perbelanjaan
besar dan memiliki kecenderungan untuk terus bertambah. Ditambah dengan laju
pertumbuhan penduduk yang lebih dari 4 % per tahun, dapat dibayangkan tingkat
penambahan/perluasan pemanfaatan lahan untuk memenuhi kebutuhan tempat
tinggal dan usaha di dalam wilayah kota. Hal ini membawa dampak negatif dan
positif bagi kota ini.
Dampak negatif dari penjumlahan penduduk di Pekanbaru ini
mengakibatkan penggunaan ruang yang tidak optimal bahkan adanya penyalah
gunaan lahan yang bisa memberikan dampak negative terhadap lingkungan.
Untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan penduduk dan ruang yang tersedia

1
maka perlunya pengaturan tata ruang wilayah agar lingkungan mampu
mendukung kehidupan makhluk hidup terutama manusia dalam menjalankan
aktifitasnya dan melakukan pembangunan yang berkelanjutan untuk masa kini
dan yang akan datang.

Penataan ruang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah, hal ini sejalan
dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang
menetapkan bahwa pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerh dititik beratkan
pada Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga pemerintah daeranh memiliki wewenagn
lebih luas dalam mengatur dan mengelola wilayahnya.

1.2 Tujuan Studi

Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis masalah lingkungan


(dalam bidang drainase, sampah, air minum, ruang terbuka hijau, dan air buangan
atau limbah) di Kecamatan Tampan.

1.3 Metode Studi

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu dari studi pustaka
yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru serta sumber
dari buku dan internet.

2
BAB II

LAPORAN DAN ANALISIS HASIL STUDI LAPANGAN

1.1 Profil Kecamatan Tampan

Kecamatan Tampan merupakan salah satu Kecamatan di Ibukota


Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Riau, tanggal 20 September 1996 Nomor KPTS: 151/IX/1996. Secara
geografis, lokasi penelitian berada pada kooordinat 101° 22‘ 45“BT–101° 23‘
09“BT dan 0° 28‘ 41“LU–0° 29‘ 09“LU memiliki luas wilayah 59.81 km2.
Kecamatan Tampan merupakan wilayah terluas dibandingkan kecamatan lain
yang ada di wilayah Kota Pekanbaru, sehingga adanya wacana pemekaran
menjadi dua kecamatan, yakni Kecamatan Tampan dan Kecamatan Tuah Karya.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1987 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru, luas wilayah Kecamatan
Tampan adalah 4.872 Km2 atau sama dengan 9,46% dari luas kota Pekanbaru,
yang sebagian besar wilayahnya digunakan untuk perumahan/perkarangan.

Kondisi iklim dan cuaca di Kecamatan Tampan mengikuti iklim Kota


Pekanbaru pada umumnya yang beriklim sangat basah, tipe A klasifikasi
Schmidt dan Ferguson. Suhu berkisar antara 21,6°-35,0° C dengan rata-rata
28,0°C, sedangkan kelembaban udara berkisar antara 57,9%-93,2% dengan rata-
rata 74,6% dan tekanan udara 1.007,2 Mb-1.013,0 Mb, dengan rata-rata
1,010,1 Mb serta mempunyai kecepatan angin 7-8 knot/jam. Curah hujan
antara 1.408 mm/th–4.344 mm/th, dengan rata-rata curah hujan mencapai
2.938 mm/th dan hari hujan selama 198 hari. Musim hujan terjadi pada bulan
Januari sampai April dan September sampai Desember. Musim kemarau
terjadi pada bulan Mei sampai Agustus.Keadaan topografi Kecamatan Tampan
yaitu datar dengan kelerengan antara 0–8% dan ketinggian lokasi lebih kurang 20
m dpl. Jenis tanahnya adalah brown forest soil. Kondisi tekstur tanahnya berupa
lempung dengan tingkat kesuburan sedang.

3
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru terdiri dari 4 kelurahan, 54 rukun
warga (RW), dan 304 rukun tetangga (RT). Empat kelurahan yang berada di
lingkungan Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru yaitu Kelurahan Simpang Baru,
Kelurahan Sidomulyo Barat, Kelurahan Tuah Karya dan Kelurahan Delima.

Kecamatan Tampan merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk


terbanyak di Kota Pekanbaru. Jumlah Penduduk Kecamatan yang tinggi terdapat
di Kelurahan Tuah Karya. Jumlah penduduk yang tinggi terjadi karena Kecamatan
Tampan mempunyai wilayah yang luas dibanding dengan kecamatan lainnya,
berjumlah 175.634 jiwa.

Dalam kehidupan bermasyarakat di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru


yang mempunyai bermacam suku dan budaya, jarang sekali terjadi perbenturan
dan pada umumnya mereka hidup rukun dan damai. Perbedaan suku, golongan
bahkan juga agama tidak menjadikan mereka sulit untuk bergaul dengan sesama.
Sementara budaya-budaya daerah setiap suku terbina melalui kesenian tradisional,
seperti tayuban, pencak silat, dan lain sebagainya.

Di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru juga tersedia sarana dan prasarana


sosial sebagai penunjang kegiatan yang dilakukan masyarakat, diantaranya adalah
sarana olah raga, sarana kesenian dan sarana sosial lainnya. Sarana olahraga yang
tersedia diantara lain lapangan sepakbola, badminton, voly dan lain-lain. Untuk
sarana kesenian terdiri dari bermacam-macam kesenian diantaranya; sanggar tari,
tayuban, pencaksilat dan lain sebagainya. Sedangkan untuk sarana sosial
diantaranya posyandu, pos kamling, dan lain-lain. Berikut merupakan peta
kecamatan tampan:

4
1.2 Penyajian dan Analisis Data

1.2.1 Sistem Persampahan

Sampah adalah zat-zat atau benda-benda yang tidak berfungsi atau tidak
terpakai lagi, baik yang berasal dari rumah-rumah ataupun sisa-sisa proses
Industry atau bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi
(barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya. Menurut
Slamet(2002), sampah adalah segala sesuatu yang tidak dikehendaki lagi oleh
yang punya dan bersifat padat. Sedangkan dalam akademis Rancangan Undang-
Undang Persampahan disebutkan sampah adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang berwujud padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap tidak
berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

Jenis dan Sumber Sampah Menurut (Widyatmoko, 2002 : 2) sampah dapat


dikelompokkan menjadi :

5
a. Sampah Rumah Tangga, terdiri dari :
 Sampah basah yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik
yang mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan,
potongan hewan, sayuran dan lain-lain.
 Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi,
kaleng bekas dan sampah kering yang non logam misalnya kertas,
kayu, kaca, keramik dan batu-batuan dan sisa kain.
 Sampah lembut, misalnya sampah debu yang berasal dari penyapuan
lantai, penggergajian kayu dan abu dari sisa pembakaran kayu.
 Sampah besar yaitu sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga
yang besar-besar seperti meja, kursi, dan lain-lain.
b. Sampah Komersial, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan komersial
seperti pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan, dan
lain-lain.
c. Sampah bangunan,yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan
termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti
semen,kayu, batubara dan sebagainya.
d. Sampah fasilitas umum, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan
pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman, lapangan, tempat
rekreasi dan fasilitas umum lainnya.

Pelaksanaan di lapangan Kenyataan di lapanggan banyak sekali tumpukan


sampah yang berserakan dipinggir jalan raya, khususnya kecamatan tampan yang
tidak sesuai dengan RTRW Pekanbaru, adapun penyebabnya adalah:
 tidak ada lahan TPA untuk pembuangan sampah,
 tidak ada rehabilitasi dan penambahan TPS
 tidak ada pembanguna fasilitas TPA
 tidak ada penggandaan lahan TPS
 tidak ada pemeliharaan dan pembangunan sarana pengangkutan sampah
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini

6
Gambar 1. Sampah yang dibuang ke parit

Selain adanya sarana dan prasarana untuk pengangkutannya,


dalam pengelolaan sampah juga harus ada dana atau tarif untuk pekerja yang
mengumpulkan sampah untuk dibuang ke TPA Ketentuan mengenai tarif
pengelolaan sampah.berdasarkan prinsip berikut:
 Prinsip dan sasaran dalam penetapan dan besarnya tarif retribusi jasa
umum didasarkan untuk keperluan biaya penyelenggaraan pelayanan
sampah dan kebersihan dengan mempertimbangkan kemampuan
masyarakat dan aspek keadilan.
 Atas jasa pelayanan atau penyelenggaraan pengambilan sampah dari TPS
selanjutnya dibuang ke tempat penampungan sampah akhir (TPA) dengan
memakai sarana angkutan dari pemerintah kota.
 Penarikan retribusi kebersihan dilaksanakan setiap hari, sebulan sekali
oleh dinas kebersihan sesuai dengan ketentuan pemerintah daerah kota
pekanbaru.
 Besarnya tarif retribusi kebersihan yang dikenakan kepada masyarakat
setiap bulan sesuai dengan banyaknya timbulan sampah dan dampak
sampah tersebut terhadap lingkungan sekitarnya ditetapkan pada masing-
masing objek retribusi perbulan.Besarnya tarif retribusi kebersihan
berdasarkan Perda Nomor 4 tahun 2000 tentang retribusi kebersihan.
Selain sarana dan prasarana yang kurang memadai, faktor yang ikut
mempengaruhi pelaksanaan retribusi kebersihan Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru adalah luas wilayah, Kecamatan Tampan memiliki empat
kelurahan yaitu kelurahan simpang baru,delima tuah karya,dan sidomulyo

7
barat.Kecamatan Tampan ini sangat luas, satu kelurahan Tuah Karya
memiliki 9000-an kepala keluarga, belum kelurahan Simpang Baru yang
mencapai 4000-an, hal ini menyulitkan dalam melakukan pengawasan,
begitu juga dengan masalah pengangkutan sampah, mobil pengangkutan
sampah yang dimiliki sangat terbatas, meskipun sudah ada
mobilpengangkut sampah

Ketentuan mengenai tarif pengelolaan sampah.berdasarkan prinsip berikut:


 Prinsip dan sasaran dalam penetapan dan besarnya tarif retribusi jasa
umum didasarkan untuk keperluan biaya penyelenggaraan pelayanan
sampah dan kebersihan dengan mempertimbangkan kemampuan
masyarakat dan aspek keadilan.
 Atas jasa pelayanan atau penyelenggaraan pengambilan sampah dari TPS
selanjutnya dibuang ke tempat penampungan sampah akhir (TPA) dengan
memakai sarana angkutan dari pemerintah kota.
 Penarikan retribusi kebersihan dilaksanakan setiap hari, sebulan sekali
oleh dinas kebersihan sesuai dengan ketentuan pemerintah daerah Kota
Pekanbaru.
 Besarnya tarif retribusi kebersihan yang dikenakan kepada masyarakat
setiap bulan sesuai dengan banyaknya timbulan sampah dan dampak
sampah tersebut terhadap lingkungan sekitarnya ditetapkan pada masing-
masing objek retribusi perbulan. Besarnya tarif retribusi kebersihan
berdasarkan Perda Nomor 4 tahun 2000 Tentang Retribusi Kebersihan.

Data lapangan tidak sesuai dengan RTRW Pekanbaru bahwa tumpukan


sampah yang dibuang ke parit dan tidak tersedianya TPS di dekat perumahan
warga padat penduduk.
 Tidak tersedia TPS ataupun TPS-3R di dekat perumahan warga padat
penduduk, serta tidak dilakukan rehabilitasi TPS di dalam pasar.
 Tidak ada penggandaan lahan TPS.
 Tidak ada pemeliharaan dan pembangunan sarana pengangkutan sampah.

8
 Dengan melihat gambar di atas, pengelolaan sampah perlu diberlakukan
sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Menurut Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Kebersihan disebutkan
bahwa retribusi kebersihan yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan pemerintahan. Sarana dan prasarana
belum memadai untuk mengangkut sampah. Selain itu, bak sampah
tersedia dipinggir jalan, sehingga sampah masyarakat tidak menganggu
estetika, menimbulkan bau tidak sedap, dan sebagai sarang penyakit.

Selain itu, Kecamatan Tampan memiliki empat kelurahan dengan jumlah


penduduk masing-masing mencapai 19.099 kepala keluarga di Kelurahan Tuah
Karya dan 34.830 kepala keluarga di Kelurahan Delima akan menyulitkan proses
pengumpulan dan pengangkutan sampah, karena Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP) Pekanbaru hanya memiliki empat unit truk biasa berkapasitas
8 m^3, 3 unit mobil operasional, 46 unit gerobak dorong berkapasitas 1 m^3
dengan jumlah pengangkutan yang dilakukan sebanyak 2-3 kali perhari sehingga
tidak semua timbulan sampah dapat diangkut oleh pihak DKP Pekanbaru (Ditjen
Cipta Karya, 2005).

Untuk menentukan lokasi TPS juga harus memenuhi hal berikut ini:
 ketersediaan fasilitas umum (jalan masuk, saluran drainase,
pos jaga/kantor dan pagar),
 fasilitas perlindungan lingkungan (lapisan dasar kedap air,
jaringan pengumpul leachate, instalasi pengolahan leachate, ventilasi gas,
tanah penutup, buffer zone, sumur uji dll),
 fasilitas operasional (alat berat, dump truck tanah, jembatan timbang) dan
fasilitas penunjang seperti air bersih, bengkel dan lain-lain.

9
Berikut ini merupakan rencana peta penyebaran sistem distribusi sampah hingga
ke TPS:

1.2.2 Sistem Drainase

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan drainase adalah


lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur lain.
Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh mengacu
pada SIDLACOM (Survey, Investigation, Design Land Acqulsation,
Construction, Operation, Maintenance), serta ditunjang dengan peningkatan
kelembagaan pembiayaan serta partisipasi masyarakat.
Sistem drainase kota berupa jaringan pembuangan yang berfungsi
mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air pemukiman yang berasal dari
hujan local sehingga tidak mengganggu masyarakat. Pekanbaru memiliki
beberapa titik daerah banjir.Titik banjir setiap terjadinya hujan ini diakibatkan
karena sistem drainase yang buruk.

10
Menurut Ahli Perkotaan Mardianto Manan dalam Detikriau.com
mengungkapkan bahwa terjadinya banjir karena drainase yang buruk, kendati ada
pembuatan drainase namun tidak dilakukan dengan benar. Dinas Pekerjaan Umum
harus bekerjasama dengan stake holder lain seperti tata kota guna mengatasi
banjir. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Pekanbaru harus bekerja ekstra untuk
mengatasi masalah banjir yang terjadi di Pekanbaru selama ini, karena saat ini
Pekanbaru selalu mengalami kebanjiran saat hujan datang. Dinas Pekerjaan umum
harus bekerjasama dengan stake holder lain seperti tata kota guna mengatasi
kebanjiran ini, sehingga pekanbaru tidak lagi menjadi langganan banjir setiap
musim hujan tiba.
Dinas PU harus menertibkan pengalian kabel fiber optik yang juga bisa
menyebabkan kebanjiran, dimana pihak ketiga yang di tunjuk oleh PU tidak
punya planing dalam melakukan pengalian fiber optik ini. Hasil dari survey
lapangan drainase daerah kecamatan tampan terdapat banyak sampah dan menjadi
pemicu terjadinya sumbatan mengakibatkan banjir.Drainase yang penuh dengan
sampah sehingga aliran air tidak mengalir dan menyebabkan bau tidak sedap dan
mengurangi nilai estetika. Selain itu air run off yang berada dipinggir jalan
dikarenakan drainase yang tidak memadai. Selain dari drainase yang tidak
memadai yang menjadi faktor penyebab banjir di daerah kecamatan tampan yaitu
kurangnya lahan terbuka untuk resapan air karena lahan yang ada sudah
disemenisasi.

Berikut merupakan fakta lapangan salah satu Drainase di Jalan Garuda Sakti dan
Akibat Tidak Adanya Drainase:

11
Berikut ini merupakan rencana peta penyebaran sistem drainase di Kecamatan
Tampan:

12
1.2.3 Sistem Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka


(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan
vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak
langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.

Perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi ladang/kebun yang kemudian


berubah menjadi lahan perumahan merupakan proses umum yang terjadi.
Peningkatan jumlah manusia serta adanya perpindahan menyebabkan naiknya
perubahan fungsi lahan menjadi lahan perumahan dan sebagian menjadi lahan
pertokoan dan juga lahan industri. Perkembangan selanjutnya menyebabkan juga
naiknya perubahan pemanfaatan lahan menjadi lahan fasilitas perkotaan seperti
lahan untuk transportasi baik berupa jalan maupun terminal.
Perlunya penataan kota untuk efisiensi dan efektifitas sumberdaya kota.
Hal ini juga tidak terlepas dari Visi dan Misi pemerintah daerah yang juga
dicakukp dalam RTRW (Rencana Tata Ruang / Wilayah) dengan memperhatikan
faktor Tata Ruang Kota yaitu Tata Guna Lahan, Sistem Transportasi, dan Sistem
Jaringan Utilitas untuk mencapai kesejahteraan, kenyamanan dan kesehatan
warga/kotanya.
Perlu adanya nilai estetika kota (obyek dan lingkungan) dan fungsi RTH
(ekologis, ekonomi dan arsitektural) yang kesemuanya untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan hidup perkotaan dan juga menjadi
suatu kebanggaan warga dan identitas (ikon) kota.

Untuk Kecamatan Tampan, telah terdapat 4 lokasi RTH yang dikelola oleh
pihak kecamatan :

a. Sempadan Sungai Air Hitam, Sibam (58,18 ha)

b. Buffer zone (334,06 ha)

13
c. Hutan Kampus UNRI/UIN (320 ha)

Berikut ini merupakan rencana peta penyebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan
Tampan:

1.2.4 Sistem Air Buangan atau Limbah

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu cara yang efektif dalam


mengurangi dampak pencemaran sumber air oleh limbah domestik, adalah dengan
memusatkan pengumpulan limbah tinja dari setiap rumah ke tempat pengolahan
terpadu (komunal). Metode ini pada dasarnya bukanlah hal yang baru di
Indonesia, sejak zaman Belanda telah dibangun prasarana dan sarana air limbah
terpusat di beberapa kota seperti di Yogja, Bandung, Medan dan Cirebon (Dirjen
Cipta Karya Dep.PU. 2008). Di Pekanbaru penerapan IPAL komunal telah mulai
dilaksanakan, pemerintah Kota Pekanbaru bekerja sama dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan konsultan lingkungan asal Belanda Haskoning. Sejak
tahun 2006 telah dibangun tujuh lokasi unit

14
Pengolahan limbah komunal di beberapa tempat dalam kota Pekanbaru,
yang bertujuan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan oleh limbah
domestik termasuk oleh tinja manusia. Namun demikian, metode ini belum
disyaratkan kepada developer pengembang perumahan. Ternyata sampai saat ini
pemerintah kota Pekanbaru belum menekankan pentingnya membuat IPAL
komunal kepada pengusaha pengembang perumahan. Minimnya pemahaman
responden terhadap keunggulan septic tank komunal dari septic tank individu
tercermin dari jawaban yang diberikan terhadap persepsi tentang IPAL komunal
jika pola tersebut diterapkan di perumahan mereka.

Keutamaan IPAL komunal sebagai salah satu cara untuk mengurangi


dampak pencemaran air sumur di lokasi perumahan, ternyata belum mendapat
perhatian dari pemerintah dan dianggap penting oleh masyarakat. Hal ini terlihat
jelas industri kecil seperti bengkel motor, rumah makan, bengkel las, dan laundr,
bahkan perumahan masih membuang limbah ke parit.

Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran air di


lokasi perumahan sederhana adalah dengan memutus pipa saluran langsung dari
septic tank ke parit. Jika saluran langsung ini tidak ada dan bangunan septic tank
tidak memenuhi standar, yang akan tercemar hanyalah air bersih (air sumur)
setempat, tetapi dengan dibuatnya saluran langsung ke parit, pencemaran air tidak
hanya terjadi secara lokal melainkan akan meluas jauh sampai ke anak sungai dan
perairan umum.

Menurut Sulistiyo (2009), memang tidak mudah untuk mendapatkan


dukungan langsung dari masyarakat tentang sesuatu yang baru khususnya IPAL
komunal. Penerapan IPAL Komunal membutuhkan waktu 3-4 tahun untuk
mendapatkan dukungan penuh masyarakat dan IPAL komunal bisa berjalan
optimal.

Salah satu unsur sanitasi lingkungan yang penting adalah berfungsinya


saluran air dalam lokasi perumahan secara baik, yang ditandai dengan lancarnya

15
jalan air di lokasi perumahan, tidak ditemukan genangan air menetap, karena itu
akan menjadi wadah bagi nyamuk untuk berkembang biak. Dari pengamatan
langsung di lapangan ditemukan beberapa permasalahan parit di lapangan seperti
letak parit lebih tinggi dari posisi rumah, parit yang mampat oleh pasir, bangunan
parit yang rusak, genangan air yang tidak jalan, bahkan ada paritnya yang telah
tertutup sama sekali sehingga air tumpah ke jalan. Keadaan tersebut akan
mendorong memburuknya sanitasi lingkungan perumahan.

Berikut ini merupakan rencana peta penyebaran penyaluran air limbah di


Kecamatan Tampan:

1.2.5 Sistem Penyaluran Air Bersih


Kecamatan Tampan merupakan satu dari 12 kecamatan di Kota Pekanbaru
yang terdiri dari empat Kelurahan yaitu Kelurahan Delima, Simpang Baru, Tuah
Karya dan Sidomulyo Barat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru,

16
luas wilayah Kecamatan Tampan adalah 59,81 𝑘𝑚2 atau sama dengan 9,46% dari
luas kota Pekanbaru sebanyak 97.296 jiwa atau sama dengan 12,47% dari jumlah
penduduk kota Pekanbaru sebesar 779.881 jiwa, dengan kepadatan penduduk
1.627 jiwa/𝑘𝑚2 . Jumlah penduduk laki-laki 48.834 jiwa dan perempuan 50.462
jiwa dengan sex ratio antara penduduk laki-laki dan perempuan sebesar 109,
sedangkan jumlah rumah tangganya tercatat sebanyak 20.814 rumah tangga
dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga per kepala keluarga sebanyak 5
jiwa (Bappeda Kota Pekanbaru, 2007).

Topografi Kecamatan Tampan relatif datar, sebagian bergelombang


dengan kemiringan 0-2%. Jenis tanah sebagian besar terdiri atas liat berpasir,
bergambut dan podzolik merah kuning. Sumber air bersih rumah tangga di
Kecamatan Tampan berasal dari sumur bor dan sumur gali, tidak ada
menggunakan prasarana air bersih PDAM Tirta Siak. Sumber air bersih dari
sumur pompa sebanyak 12.454 rumah tangga (59.83%) dan 8.360 rumah tangga
(40.17%) dari sumur gali. Banyaknya pemakaian sumur pompa di Kecamatam
Tampan.
Fasilitas sumur biasanya hanya dibuat sampai kedalaman 5 meter saja,
artinya air sumur yang diambil termasuk air tanah dangkal. Menurut Sutrisno dan
Suciastuti (1987), air tanah dangkal kualitasnya lebih rendah dari air tanah dalam,
karena masih sangat rentan terhadap pengaruh zat-zat kimia (garam-garam yang
terlarut) seperti mangan, besi, dipengaruhi sifat organik tanah dan adakalanya air
berwarna. Dengan demikian tidak heran jika banyak penghuni rumah di
Kecamatan Tampan mengatasi masalah sumur dangkalnya dengan beralih kepada
sumur bor yang sumber airnya lebih dalam.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penghuni rumah bahwa pada
saat musim kemarau, air sumur warga berbau seperti bau air parit, kuat dugaan
bahwa telah terjadi perembesan air parit ke sumur milik warga. Keyakinan
semakin diperkuat oleh fakta di lapangan bahwa banyak ditemukan saluran parit
tidak berfungsi sehingga air limbah rumah tangga yang masuk ke dalam parit

17
menjadi tergenang dan merembes ke dalam tanah, fakta ini relevan dengan data
yang dikemukan oleh Tim Pokja Sanitasi Kota Pekanbaru tahun 2007.

Berikut ini merupakan rencana peta penyebaran penyaluran air bersih di


Kecamatan Tampan:

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan dilaksanakannya studi lapangan ke Kecamatan Tampan didapat


kesimpulan bahwa:

1. Implementasi dari Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kecamatan Taman


terutama masih perlu dibenahi, karena kurangnya ketersediaan air bersih bagi
masyarakat, limbah rumah tangga, pasar dan industri kecil belum diolah dengan
tepat, belum dibangun sistem drainase, kurangnya ketersediaan TPS ataupun TPS-
3R, dan tidak tersedianya bak sampah dekat pinggiran jalan.

2. Kurangnya ketersediaan air bersih bagi masyarakat disebabkan oleh kecilnya


anggaran pemerintah untuk meningkatkan pelayanan di prasarana sumber air
bersih, baik segi kualitas, kuantitas, maupun kontinuitasnya.

3. Saluran drainase belum dibangun secara terpadu. Masih terlihat beberapa


wilayah belum dibangun drainase untuk mengatasi masalah banjir. Tidak hanya
itu, saluran drainase hanya dibangun sebagai bak penampung, bukan penyalur
debit air, sehingga saluran drainase tersumbat oleh sampah masyarakat.

4. TPS Kecamatan Tampan dirasa kurang memadai. TPS ataupun TPS-3R


harusnya dibangun sesuai dengan kriteria lokasi wilayah untuk mengurangi beban
operasional pengangkutan sampah ke pengolahan akhir.

5. Masyarakat belum memiliki kesadaran untuk mengolah limbahnya, sehingga


mereka langsung membuang ke lingkungan dan menyebabkan mengurangi
estetika, menimbulkan bau, menyebabkan tempat bersarangnya penyakit, dan
meluapnya parit-parit di sekitar rumah warga.

19

Вам также может понравиться