Вы находитесь на странице: 1из 3

. Senyawa Aktif dalam Bawang Putih Bawang putih mengandung lebih dari 200 senyawa kimia.

Beberapa diantaranya sangat penting, salah satunya termasuk : volatile oil (0,1-0,36 %) yang
mengandung sulfur, termasuk didalamnya adalah alliin; ajoene dan vinyldithiines (produk sampingan
alliin yang dihasilkan secara non enzimatik dari allicin); S-allylmercaptocysteine (ASSC) dan S-
methylmercaptocysteine (MSSC); terpenes (citral, geraniol, linalool, α-phellandrene, dan β-
phellandrene). Allicin (diallyl thiosulphinate) yang diproduksi secara enzimatik dari alliin, berperan
sebagai antibiotik. Ajoene berperan sebagai anti koagulan dari bawang putih. Bawang putih juga
mengadung enzim allinase, peroxidase dan myrosinase, serta bahan lain seperti protein, mineral,
vitamin, lemak, asam amino dan prostaglandin (Newall et al., 1996)

Komponen utama bawang putih yang tidak berbau, disebut komplek sativumin, yang diabsorbsi oleh
glukosa dalam bentuk aslinya untuk mencegah proses dekomposisi. Dekomposisi komplek sativumin
akan menghasilkan bau khas yang tidak sedap dari allyl sulfide, allyl disulfide, allyl mercaptane, alun
allicin, dan alliin (Sunarto & Susetyo, 1995). Hal ini disebabkan oleh senyawa yang mengandung
belerang dalam bawang putih. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa seperlima kandungan
minyaknya merupakan senyawa belerang. Bau khas pada bawang akan timbul bila jaringan tanaman
tersebut terluka, karena prekursor bau dan cita rasa terletak pada bagian sitoplasma. Bawang putih
utuh mengandung γ-glutamil sistein dalam jumlah besar. Komponen ini dapat mengalami proses
hidrolisis dan oksidasi menjadi alliin yang terakumulasi secara alami selama penyimpanan pada suhu
kamar. Bila bawang putih diolah, enzim yang terdapat pada vakuola, yaitu aliinase, akan mengubah
alliin menjadi allisin. Allisin secara cepat pula berubah menjadi bentuk lain seperti dialil sulfida (DAS),
dialil disulfida (DADS), dialil trisulfida (DATS), ditiin dan ajoene. Pada saat yang bersamaan γ-glutamil
sistein berubah menjadi S-alil sistein (SAC) melalui jalur yang berbeda. SAC dilaporkan mempunyai
efek terhadap kesehatan (Amagase et al., 2001).

Komponen bioaktif bawang putih dapat menurunkan kadar kolesterol serum, yang dapat melindungi
terhadap penyakit jantung dan aterosklerosis. Efek menurunkan lemak telah diteliti di berbagai
laboratorium. Mekanisme kerjanya antara lain adalah menghambat ketergantungan konsentrasi
biosintesis kolesterol pada beberapa tahapan enzim yang berbeda (14-alpha-demethilase, HMG CoA
reduktase) (Handayani, 2006). Pemberian makanan tinggi kolesterol akan menyebabkan
hiperkholesterolemia dalam bentuk kolesterol bebas (free cholesterol= FC), kolesterol ester (ester
cholesterol = Ec) dan kolesterol total. Kolesterol ester menumpuk terutama di lapisan intima
pembuluh darah, sehingga akan meningkatkan kolesterol jaringan dan pembentukan atheroma di
aorta. bawang putih akan menghambat hiperkholesterolemia secara bermakna, menurunkan
kolesterol jaringan dan menekan pembentukan atheroma di aorta. Hal tersebut dapat dilihat dari
menurunnya kadar kolesterol ester dan meningkatnya rasio FC/EC (Sunarto & Susetyo, 1995).
Sehingga akan mengurangi pengembangan timbunan lemak (Handayani, 2006).

Sejak tahun 1932 dilaporkan beberapa efek yang berhubungan dengan konsumsi bawang putih,
antara lain : 1) Iritasi gastrointestinal dan diare (Amagase, 2001) 2) Penurunan protein serum dan
kalsium (Amagase, 2001) 3) Anemia (Amagase, 2001) 4) Asma bronkial (Amagase, 2001) 5)
Dermatitis kontak (Amagase, 2001) 6) Menghambat spermatogenesis (Amagase, 2001) 7)
Menyebabkan perdarahan dan merangsang kontraksi uterus sehingga dapat terjadi aborsi pada
perempuan hamil (Handayani, 2006).
Cengkeh

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN


ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA EKSTRAK
DAUN CENGKEH (EUGENIA AROMATICA
O.K) PADA KELINCI
Antioxidant and antihypercholesterolemic activities of clove
leave extract (Eugenia aromatica O.K) in rabbits

Cengkeh adalah salah satu jenis tanaman rempah khas Indonesia. Setiap bagian tanaman
cengkeh baik pada bunga, tangkai bunga, dan daun mengandung beberapa komponen bioaktif
fenol, yaitu eugenol, asetil eugenol, kariofelin, eugenia, vanillin, dan asam galotanin. Komponen
bioaktif fenol pada tanaman cengkeh khususnya pada daun cengkeh belum banyak dilaporkan
dan potensinya sebagai antioksidan, antihiperkolesterolemia, dan antiaterosklerosis secara in
vivo belum banyak diketahui. Sehubungan dengan ketersediaan daun cengkeh yang cukup
banyak dan lebih bersifat ekonomis dibanding bila menggunakan kuncup bunga, maka dilakukan
kajian secara ilmiah untuk mengetahui aktivitas antioksidatif komponen total fenol yang
terkandung dalam ekstrak daun cengkeh baik secara in vitro maupun in vivo dalam mencegah
dan memperbaiki kerusakan jaringan yang ditimbulkan akibat kondisi hiperkolesterolemia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menentukan komponen fitokimia daun cengkeh dan
ekstraknya, (2) menentukan jenis pelarut ekstraksi yang dapat menghasilkan ekstrak daun
cengkeh dengan aktivitas antioksidan paling tinggi, (3) mengevaluasi secara in vivo daya
antihiperkolesterolemia dan kapasitas antioksidan ekstrak daun cengkeh baik secara kimiawi
(katalase, superoksida dismutase, dan glutatio n peroksidase) maupun secara imunohistokimia
(Cu, Zn-SOD) pada kelinci hiperkolesterolemia, (4) mengevaluasi kapasitas antioksidan ekstrak
daun cengkeh dalam melindungi oksidasi LDL jaringan hati dan ginjal kelinci, dan (5)
mengevaluasi kapasitas antioksidan ekstrak daun cengkeh sebagai pencegah aterosklerosis dan
kelainan histologi hati dan ginjal kelinci hiperkolesterolemia. Penelitian ini dilakukandalam 2
tahap utama, yaitu: (1) Uji in vitro ekstrak daun cengkeh, (2) Uji in vivo ekstrak metanol daun
cengkeh pada kelinci. Penelitian secara in vitro diawali dengan penentuan rendemen, total fenol,
dan aktivitas antioksidan dari ekstrak akuades, metanol, dan etanol daun cengkeh. Kemudian
dilakukan analisis kandungan fitokimia dan dilanjutkan analisis kandungan eugenol dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak metanol daun cengkeh. Pengujian
secara in vivo menggunakan 27 ekor kelinci jantan tipe New Zealand. Kelinci dibagi ke dalam 9
kelompok perlakua n. Kelompok kontrol negatif (kelompok 1), diberi pakan standar. Kelompok
kontrol positif (kelompok 2) diberi pakan yang mengandung 1% kolesterol selama 50 hari.
Kelompok preventif, diberi ekstrak daun cengkeh 1 g/kg/bb/hari selama 10 hari (kelompok 3), 20
hari (kelompok 4), dan 30 hari (kelompok 5) sebelum mengkonsumsi kolesterol 1% selama 50
hari. Kelompok kuratif, diberi ekstrak daun cengkeh 1 g/kg/bb/hari selama 10 hari (kelompok 6),
20 hari (kelompok 7), dan 30 hari (kelompok 8) setelah mengkonsumsi kolesterol 1% selama 50
hari, dan kelompok 9, diberi ekstrak daun cengkeh 1 g/kg/bb/hari dan kolesterol 1% secara
bersamaan selama 50 hari. v Pada akhir pemberian perlakuan, kelinci dikorbankan, segera
setelah mati, organ hati, ginjal, dan aorta dikoleksi. Organ hati dan ginjal diuji kadar
malondialdehid (MDA), uji aktivitas enzim antioksidan baik secara kimiawi (superoksida
dismutase, katalase, dan glutatio n peroksidase) maupun secara imunohistokimia (Cu, Zn-SOD),
serta gambaran histologi ha ti dan ginjal dengan pewarnaan hematoksilin- eosin. Organ aorta
digunakan untuk melihat adanya pembentukan plak aterosklerosis dengan pewarnaan Verhoeff-
von Gieson. Ekstrak metanol daun cengkeh mengandung total fenol sebesar 63.14±1.86 mg/ml
lebih tinggi dibanding ekstrak etanol (56.58±3.80 mg/ml) dan ekstrak akuades (32.42±3.86
mg/ml), serta mengandung senyawa eugenol, flavonoid, tannin, triterpenoid, dan saponin.
Potensi antioksidan ekstrak metanol lebih tinggi dari a- tokoferol, ekstrak akuades, dan etanol
dengan faktor protektif berturut-turut 10.56, 8.42, 6.25, dan 7.39. Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa kelompok kelinci preventif dan kuratif yang diberi ekstrak daun cengkeh selama 30 hari
dan 50 hari yang diberi kolesterol secara bersamaan mampu mencegah hiperkolesterolemia,
dengan penurunan secara nyata (P<0.05) kadar kolesterol total, low density lipoprotein (LDL),
dan trigliserida serta meningkatkan high density lipoprotein (HDL) serum. Demikian pula halnya
dengan enzim antioksidan (katalase, superoksida dismutase, dan glutation peroksidase)
meningkat secara nyata (P<0.05) dan kadar MDA menurun secara nyata (P<0.05) baik pada hati
maupun ginjal kelinci. Hasil pewarnaan secara imunohistokimia menunjukkan terjadinya
penurunan secara nyata (P<0.05) kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan hati dan
ginjal kelinci hiperkolesterolemia sementara kelompok kelinci preventif dan kuratif yang diberi
ekstrak daun cengkeh selama 30 hari dan 50 hari diberi kolesterol secara bersamaan
memperlihatkan peningkatan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD yang terlihat pada inti dan
sitoplasma sel hati dan sel tubuli renalis. Selain itu juga kejadian aterosklerosis, perlemakan hati,
dan pengendapan protein pada ginjal dapat dicegah. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
ekstrak daun cengkeh dengan kandungan total fenolnya berpotensi sebagai senyawa
antioksidatif, antihiperkolesterolemia, serta dapat mencegah kejadian aterosklerosis, perlemakan
hati, dan pengendapan protein pada ginjal.

Вам также может понравиться