Вы находитесь на странице: 1из 17

ESENSI DAN URGENSI INTEGRASI NASIONAL

Makalah Tugas Matakuliah Umum Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh:
Bella Saphira Evani 162010101044
Prasidha Putra H 162010101049
Siti Marissa Aisyah 162010101052
Afita Novira Tsania 162010101055
Annisa Nadhifa W 162010101056
Nadya Eka Fitri 162010101066

UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Integrasi Nasional ................................................................................ 3
2.2 Aspek-Aspek Integrasi Nasional ............................................................................ 3
2.3 Pentingnya Integrasi Nasional................................................................................ 4
2.4 Model Integrasi Nasional Indonesia....................................................................... 5
2.5 Pengembangan Integrasi di Indonesia .................................................................... 7
2.6 Dinamika Dan Tantangan Integrasi Nasional ....................................................... .9
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah mempelajari tentang identitas nasional, kita menjadi tahu bahwa
salah satu identitas nasional Negara Indonesia adalah semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika didapatkan dari kondisi bangsa
Indonesia itu sendiri yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, bahasa dan
agama. Keberagaman itu menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang harus
dipelihara sampai sekarang, namun menyelaraskan berbagai keberagaman
tidaklah mudah, maka dari itu diperlukanlah integrasi nasional. Tidak hanya
Indonesia, melainkan hampir semua negara di dunia dihadapkan dengan upaya
bagaimana menyatukan keanekaragaman orang – orang yang ada di dalamnya
agar memiliki rasa persatuan untuk membangun kesejahteraan suatu negara yang
bersangkutan. Jika tidak, negara tersebut tidak akan kokoh dan mudah sekali
dikuasai oleh negara lain yang lebih kuat.
Permasalahan integrasi nasional di Indonesia seringkali terjadi, dan masalah
ini telah menimbulkan keresahan masyarakat bahkan ketakutan, ketidakpercayaan
terhadap pemerintah, serta lunturnya nilai-nilai toleransi dan persatuan yang telah
dibangun oleh leluhur kita sejak dahulu. Contoh sikap yang menimbulkan
permasalahan integrasi nasional adalah, kita sebagai anak muda memiliki
pengetahuan yang kurang tentang kebudayaan di negara kita sendiri, kita lebih
tahu tentang segala hal yang modern daripada yang tradisional. Selain itu, sikap
masyarakat Indonesia yang individualisme menjadi salah satu faktor penyebab
runtuhnya jiwa persatuan dan kesatuan bangsa. Maka dari itu pengetahuan tentang
pengertian, esensi dan urgensi integrasi nasional perlu diberikan kepada
mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian integrasi nasional ?
2. Apa aspek-aspek integrasi nasional ?

1
3. Bagaimana pentingnya integrasi nasional ?
4. Bagaimana model integrasi nasional di Indonesia ?
5. Bagaimana pengembangan integrasi nasional Indonesia ?
6. Bagaimana dinamika dan tantangan integrasi nasional di Indonesia?
7. Bagaimana tantangan dalam membangun integrasi nasional?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian integrasi nasional
2. Untuk mengetahui aspek-aspek integrasi nasional
3. Untuk mengetahui pentingnya integrasi nasional
4. Untuk mengetahui model integrasi nasional di Indonesia
5. Untuk mengetahui pengembangan integrasi nasional Indonesia
6. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan integrasi nasional di Indonesia
7. Untuk mengetahui solusi dari tantangan dalam membangun integrasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Integrasi Nasional


Istilah integrasi nasional menurut beberapa sumber :
1. KBBI : integrasi nasional adalah pembauran hingga menjadi satu kesatuan
yang utuh dan bulat.
2. Menurut Saafroedin Bahar, 1996: integrasi nasional adalah upaya
menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan
wilayahnya.
3. Menurut Riza Noer Arfani, 2001: integrasi nasional adalah pembentukan
suatu identitas nasional dan penyatuan berbagai kelompok sosial dan
budaya ke dalam suatu kesatuan wilayah.
4. Menurut Djuliati Suroyo, 2002: integrasi nasional adalah bersatunya suatu
bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang
berdaulat.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat memahami bahwa istilah integrasi
nasional dapat berarti penyatuan, pembauran, keterpaduan dari berbagai macam
unsur/aspek menjadi satu.

2.2 Aspek-Aspek Integrasi Nasional


Dalam realitas nasional integrasi nasional dapat dilihat dari tiga aspek
yakni aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Dari aspek politik, lazim disebut
integrasi politik, aspek ekonomi (integrasi ekonomi), yakni saling ketergantungan
ekonomi antar daerah yang bekerjasama secara sinergi, dan aspek sosial budaya
(integrasi sosial budaya) yakni hubungan antara suku, lapisan dan golongan.
Berdasar pendapat ini, integrasi nasional meliputi: 1) Integrasi politik, 2) Integrasi
ekonomi, dan 3) integrasi sosial budaya.

3
a. Integrasi Politik
Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi
yang bersifat vertikal menyangkut hubungan elit dan massa, baik antara elit
politik dengan massa pengikut, atau antara penguasa dan rakyat guna
menjembatani celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses politik yang
partisipatif. Dimensi horizontal menyangkut hubungan yang berkaitan dengan
masalah teritorial, antar daerah, antar suku, umat beragama dan golongan
masyarakat Indonesia.

b. Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antar daerah dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya saling ketergantungan
menjadikan wilayah dan orang – orang dari berbagai latar akan mengadakan kerja
sama yang saling menguntungkan dan sinergis. Di sisi lain, integritas ekonomi
adalah penghapusan hambatan – hambatan antar daerah yang memungkinkan
ketidaklancaran hubungan antar keduanya, misal peraturan, norma dan prosedur
dan pembuatan aturan bersama yang mampu menciptakan keterpaduan di bidang
ekonomi.

c. Integrasi Sosial Budaya


Integrasi ini merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam
masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebur
dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan lain
sebagainya. Integrasi sosial budaya juga berarti kesediaan bersatu bagi kelompok -
kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku, agama, dan ras.

2.3 Pentingnya Integrasi Nasional


Pada tahun 1945, Membangun Integrasi nasional menjadi sangat penting
bagi bangsa Indonesia yang baru saja merdeka. Alasan pertama yang mendasari
adalah pemerintah kolonial Belanda tidak pernah memikirkan tentang perlunya
membangun kesetiaan nasional dan semangat kebangsaan pada rakyat Indonesia.

4
Penjajah lebih mengutamakan membangun kesetiaan demi kepentingan integrasi
pribadi kolonial. Alasan kedua adalah Indonesia merupakan negara kepulauan
yang memiliki masyarakat plural atau majemuk,terdiri dari banyak pulau dengan
keragaman suku (adat-istiadat, budaya, bahasa daerah), agama, ras, dan golongan.
Selanjutnya, masyarakat Indonesia bersepakat untuk bersatu dalam sebuah bangsa
yang besar, suku-suku tersebut terjalin dalam ikatan primordial, dan menjelma
menjadi kesatuan etnik yang selanjutnya menuntut pengakuan tingkat kenegaraan.
Hal ini menjadikan pembangunan integrasi nasional sangat penting untuk
mempersatukan segala perbedaan yang terjadi.
Integrasi nasional sangat diperlukan sebagai pembangkit kesadaran akan
identitas bersama, penguat identitas nasional, dan pembangun persatuan bangsa.
Simbol hakikat integrasi nasional terletak pada lambang “Bhinneka Tunggal Ika”
yang menunjukkan meskipun berbeda tetapi memiliki kekuatan persatuan dan
kesatuan untuk menjamin tewujudnya negara yang makmur, aman, dan tentram.
Kegagalan dalam mewujudkan integrasi nasional menimbulkan perpecahan
unsur-unsur negara atau disintegrasi bangsa. Segala perbedaan yang ada dalam
masyarakat memiliki potensi konflik sehingga menimbulkan perseteruan dan
semakin memudarnya kesatupaduan antar golongan atau kelompok dalam suatu
bangsa. Apabila tidak dikelola dan dihadapi dengan tepat, terjadi kegagalan dalam
membangun kejayaan nasional. Oleh karena itu, integrasi nasional harus selalu
diupayakan dengan cara mengakui, menghargai, dan saling bertoleransi terhadap
segala perbedaan sehingga tidak terjadi konflik secara berkepanjangan yang dapat
mengancam dan merugikan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

2.4 Model Integrasi Nasional Indonesia


Model integrasi nasional Indonesia dimaksudkan untuk membenuk
kesatuan yang baru yaitu bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki semangat
kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru.
Model integrasi ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa khususnya
pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami proses pendidikan sebagai
dampak dari politik etis pemerintah kolonial Belanda. Mereka mendirikan

5
organisasi-organisasi pergerakan baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan,
kedaerahan, politik, ekonomi, perdagangan, dan kelompok perempuan. Kaum
terpelajar ini mulai menyadari bahwa bangsa mereka adalah bangsa jajahan yang
harus berjuang meraih kemerdekaan jika ingin menjadi bangsa merdeka dan
sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Mereka berasal dari berbagai daerah dan
suku bangsa yang merasa sebagai satu nasib dan penderitaan sehingga bersatu
menggalang kekuatan bersama. Misalnya, Sukarno bersal dari Jawa, M. Hatta dari
Sumatera, AA Maramis dari Sulawesi, Tengku Mohammad Hasan dari Aceh.

Dalam sejarahnya, penumbuhan kesadaran berbangsa tersebut dilalui dengan


tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Masa Perintis
Masa perintis adalah masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui
pembentukan organisasi-organisasi pergerakan. Masa ini ditandai dengan
munculnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Kelahiran
Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2) Masa Penegas
Masa penegas adalah masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan
pada diri bangsa Indonesia yang ditandai dengan peristiwa Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dengan Sumpah Pemuda, masyarakat
Indonesia yang beraneka ragam tersebut menyatakan diri sebagai satu
bangsa yang memiliki satu Tanah Air, satu bangsa, dan bahasa persatuan
yaitu bahasa Indonesia.
3) Masa Percobaan
Bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan mecoba meminta
kemerdekaan dari Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang
tergabung dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia) tahun 1938
mengusulkan Indonesia Berparlemen. Namun, perjuangan menuntut
Indonesia merdeka tersebut tidak berhasil.
4) Masa Pendobrak

6
Pada masa tersebut semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telah
berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan.
Kemerdekan bangsa Indonesia diprklamirkan pada tanggal 17 Agustus
1945. Sejak saat itu bangsa Indonesia menjadi bangsa merdeka, bebas, dan
sederajar dengan bangsa lain. Nasionalisme telah mendasari bagi
pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern.

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menghasilkan arti dari dua sisi,


yaitu sisi politik dan sosial budaya. Dari sisi politik, proklamasi merupakan
pernyataan bangsa Indonesia baik ke dalam maupun ke luar bahwa bangsa
Indonesia telah merdeka, bebas dari jajahan, dan sederajat dengan bangsa-bangsa
lain. Dari sisi sosial budaya, proklasi merupakan “revolusi integratifnya” bangsa
Indonesia dari bangsa yang terpisah dengan beragam identitas menuju bangsa
yang satu yaitu Bangsa Indonesia.

2.5 Pengembangan Integrasi di Indonesia


Terdapat lima cara pemimpin politik untuk mengembangkan integrasi bangsa,
kelima pendekatan tersebut adalah adanya ancaman dari luar, gaya politik
kepemimpinan, kekuatan lembaga-lembaga politik, Ideologi Nasional, dan
kesempatan pembangunan ekonomi. (Muhaimin & Collin MaxAndrews (1995))

1. Adanya ancaman dari luar


Ancaman dari luar dapat menyatukan masyarakat meskipun berbeda suku,
agama, dan ras karena adanya rasa senasib sepenanggungan. Hal ini
tercermin saat Indonesia kembali menjajah Indonesia, masyarakat
Indonesia bersatu dalam satu tujuan untuk melawan penjajahan Belanda.
Contoh lainnya yaitu saat negara tetangga Indonesia yaitu Malaysia secara
sepihak mengakui macam-macam kebudayaan Indonesia sebagai
kebudayaan Malaysia, saat itu masyarakat Indonesia serempak
mempertahankan kebudayaan tersebut agar tidak jatuh ke tangan Malaysia.
2. Gaya politik kepemimpinan

7
Gaya politik para pemimpin bangsa dapat menyatukan atau
mengintegrasikan masyarakat bangsa tersebut. Pemimpin yang karismatik,
dicintai rakyatnya dan memiliki jasa-jasa besar umumnya mampu
menyatukan bangsanya yang sebelumya tercerai berai. Misal Nelson
Mandela dari Afrika Selatan. Gaya politik sebuah kepemimpinan bisa
dipakai untuk mengembangkan integrasi bangsanya.
3. Kekuatan lembaga- lembaga politik
Lembaga politik, misalnya birokrasi, juga dapat menjadi sarana pemersatu
masyarakat bangsa. Birokrasi yang satu dan padu dapat menciptakan
sistem pelayanan yang sama, baik, dan diterima oleh masyarakat yang
beragam. Pada akhirnya masyarakat bersatu dalam satu sistem pelayanan.
4. Ideologi Nasional
Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan disepakati.
Ideologi juga memberikan visi dan beberapa panduan bagaimana cara
menuju visi atau tujuan itu. Jika suatu masyarakat meskipun berbeda-beda
tetapi menerima satu ideologi yang sama maka memungkinkan masyarakat
tersebut bersatu. Bagi bangsa Indonesia, nilai bersama yang bisa
mempersatukan masyarakat Indonesia adalah Pancasila. Pancasila
merupakan nilai sosial bersama yang bisa diterima oleh seluruh
masyarakat Indonesia.
5. Kesempatan pembangunan ekonomi
Jika pembangunan ekonomi berhasil dan menciptakan keadilan, maka
masyarakat bangsa tersebut bisa menerima sebagai satu kesatuan. Namun
jika ekonomi menghasilkan ketidakadilan maka muncul kesenjangan atau
ketimpangan. Orang–orang yang dirugikan dan miskin sulit untuk mau
bersatu atau merasa satu bangsa dengan mereka yang diuntungkan serta
yang mendapatkan kekayaan secara tidak adil. Banyak kasus karena
ketidakadilan, maka sebuah masyarakat ingin memisahkan diri dari bangsa
yang bersangkutan. Dengan pembangunan ekonomi yang merata maka
hubungan dan integrasi antar masyarakat akan semakin mudah dicapai.

8
Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat
dapat terintegrasi, apabila:
1. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental
yang dapat dijadikan rujukan bersama.
2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus, memiliki “cross
cutting affiliation” sehingga menghasilkan “cross cutting loyality”.
3. Masyarakat berada di atas memiliki sifat saling ketergantungan di antara
unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya dalam memenuhi kebutuhan
ekonomi.

2.6 Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional


Terdapat banyak perkembangan dan dinamika dari integrasi yang terjadi di
Indonesia. Dinamika integrasi sejalan dengan tantangan zaman waktu itu.
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiswa integrasi berdasar 5 (lima) jenis
integrasi sebagai berikut:

a. Integrasi bangsa

Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of Understanding)


di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil secara damai
mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia
memegang teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di
Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005.

b. Integrasi wilayah

Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, pemerintah


Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar laut teritorial
seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar
pada pulau-pulau Negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi
wilayah teritorial Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah

9
dan laut tidak lagi merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi penghubung pulau-
pulau di Indonesia.

c. Integrasi nilai

Pengalaman mengembangkan Pancasila sebagai nilai integratif terus-


menerus dilakukan, misalnya, melalui kegiatan pendidikan Pancasila baik dengan
mata kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di sekolah. Melalui kurikulum
1975, mulai diberikannya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di
sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran PPKn. Melalui
pelajaran ini, Pancasila sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat negara
disampaikan kepada generasi muda.

d. Integrasi elit-massa

Dinamika integrasi elit–massa ditandai dengan seringnya pemimpin


mendekati rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan ke daerah,
temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya mendekatkan
elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional. Berikut ini
contoh peristiwa yang terkait dengan dinamika integrasi elit massa.

e. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif).

Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan


lembagalembaga politik dan pemerintahan termasuk birokrasi. Dengan lembaga
dan birokrasi yang terbentuk maka orang-orang dapat bekerja secara terintegratif
dalam suatu aturan dan pola kerja yang teratur, sistematis, dan bertujuan.
Pembentukan lembaga-lembaga politik dan birokrasi di Indonesia diawali dengan
hasil sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yakni memilih Presiden dan Wakil
Presiden. Sidang PPKI ke-2 tanggal 19 Agustus 1945 memutuskan pembentukan
dua belas kementerian dan delapan provinsi di Indonesia.

2.7 Tantangan Dalam Membangun Integrasi

10
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis yang diwarnai oleh
berbagai macam keanekaragaman. Hal ini dapat memunculkan potensi konflik
yang cukup besar, baik dilihat secara dimensi vertikal maupun horizontal.
Konflik- konflik ini terjadi bersamaan dengan melemahnya otoritas pemerintahan
di pusat. Kebebasan yang digulirkan pada era reformasi sebagai bagian dari proses
demokratisasi telah banyak disalahgunakan oleh kelompok-kelompok dalam
masyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri. Tindakan ini memunculkan
gesekan-gesekan antar kelompok dalam masyarakat dan memicu terjadinya
konflik atau kerusuhan antar kelompok.
1. Dalam dimensi vertikal, konflik terjadi antara pemerintah dan rakyat.
Konflik tersebut dilatarbelakangi adanya kebijakan yang diambil oleh
pemerintah tidak sesuai dengan keinginan dan harapan sebagian besar
masyarakat sehingga masyarakat melakukan penolakan terhadap kebijakan
tersebut. Kebijakan pemerintah pusat sering dianggap memunculkan
kesenjangan antardaerah sehingga ada daerah-daerah tertentu yang sangat
maju dalam pembangunannya sementara ada daerah-daerah yang masih
terbelakang. Menurut Stedman, konflik kedaerahan disebabkan oleh krisis
pemerintahan nasional karena persoalan suksesi dan lemahnya konstitusi,
kegagalan lembaga-lembaga negara yang melibatkan masyarakat dan
lembaga negara, pembatasan partisipasi politik warga negara di daerah-
daerah, ketidakadilan distribusi sumber daya ekonomi nasional dan
sulitnya akses masyarakat terhadap sumber daya tersebut, serta rezim yang
tidak responsif terhadap tuntutan warga negara dan tidak
bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Contoh kasus yang terjadi seperti
kasus Papua yang memiliki gejolak kedaerahan berupa tuntutan untuk
memisahkan diri dari NKRI. Isu dikhotomi Jawa-luar Jawa dimana Jawa
dianggap mempresentasikan pusat kekuasaan yang kondisinya sangat maju
sementara daerah di luar jawa masih terbelakang.
Integrasi dalam arti vertikal tercipta apabila adanya keinginan yang kuat
dari pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat, kebijakan
pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat,

11
dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sah, dan ketaatan warga
masyarakat melaksanakan kebijakan pemerintah.
2. Dalam dimensi horizontal, konflik terjadi antarkelompok masyarakat
karena masalah primordialisme yang masih kuat, seperti masalah
kesukuan(bahasa, ras, kekerabatan, tradisi suku) atau etnis, keagamaan,
dan kepentingan (ekonomi, sosial, politik) antarkelompok atau golongan.
Adanya perbedaan ini memunculkan kerusuhan, perang antarsuku,
pembakaran rumah-rumah ibadah, dan sebagainya. Konflik etnis
dilatarbelakangi adanya sifat naluri alamiah saling memiliki dan sifat
kesukuan. Konflik keagamaan muncul akibat sikap tertutup dan curiga
antaragama serta keterkaitan yang berlebihan terhadap simbol-simbol
keagamaan, konflik ini dinilai paling sensitif. Adanya masalah yang
bernuansa keagamaan sangat mudah membangkitkan solidaritas di
kalangan sesama pemeluk agama untuk melibatkan diri ke dalam konflik
yang sedang berlangsung. Konflik kepentingan antarkelompok
dilatarbelakangi adanya kecemburuan sosial seperti kelompok tertentu
yang menunjukkan kondisi kemajuan sosial-ekonomi sementara kelompok
lain merasa terpencil dan terisolasi dari daerah lainnya. Contoh tantangan
integrasi nasional dari dimensi horizontal seperti masih besarnya
ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dapat menimbulkan
berbagai rasa ketidakpuasan dan keputusasaan pada masalah SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi dan unjuk rasa.
Integrasi horizontal tercipta apabila antar kelompok masyarakat bersedia
untuk saling berhubungan, bekerjasama, hidup berdampingan secara
damai, dan saling menghargai satu sama lain terhadap perbedaan yang
ada.
3. Dalam era Globalisasi, tantangan integrasi nasional semakin berat oleh
adanya tarikan global dimana keberadaan negara-bangsa sering dirasa
terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan dan kecenderungan global.
Budaya-budaya barat masuk dan mempengaruhi pola pikir warga negara

12
sehingga memperlemah ikatan primordial. Nilai-nilai budaya kesukuan
atau kedaerahan semakin hilang. Apabila jiwa nasionalisme semakin
memudar, Integrasi nasional terancam sehingga tidak ada yang
memperkokoh identitas nasional.

13
BAB III
KESIMPULAN

Integrasi nasional berasal dari kata integrasi dan nasional. Integrasi berarti
memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
integrasi berarti pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh.
Integrasi nasional juga merupakan proses mempersatukan bagian-bagian, unsur
atau elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih bulat,
sehingga menjadi satu nation (bangsa). Jenis jenis integrasi mencakup 1) integrasi
bangsa, 2) integrasi wilayah, 3) integrasi nilai, 4) integrasi elit-massa, dan 5)
integrasi tingkah laku (perilaku integratif). Pengembangan integrasi dapat
dilakukan melalui lima strategi atau pendekatan yakni 1) Adanya ancaman dari
luar, 2) Gaya politik kepemimpinan, 3) Kekuatan lembaga–lembaga politik, 4)
Ideologi Nasional, dan 5) Kesempatan pembangunan ekonomi. Integrasi bangsa
diperlukan guna membangkitkan kesadaran akan identitas bersama, menguatkan
identitas nasional, dan membangun persatuan bangsa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Suwirta, Andi., & Adam, Arlin. 2012. Membincang Kembali Masalah Etnisitas,
Nasionalitas, dan Integrasi Nasional di Indonesia. Jakarta: ATIKAN.

Irhandayaningsih, A. 2012.Kajian Filosofis Terhadap Multikulturisme Indonesia.


Jakarta: HUMANIKA.

Suroyo, D. 2002. Integrasi Nasional dalam Perspektif Sejarah Indonesia. Pidato


Pengukuhan Guru Besar Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra, Undip Semarang.

Ristekdikti. 2016. Bab III Bagaimana Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional
Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Dipetik Maret
7, 2019, dari kuliahdaring.dikti.go.id

Retnowati. 2018. Agama, Konflik dan Integrasi Sosial Refleksi Kehidupan


Beragama di Indonesia: Belajar dari Komunitas Situbondo Membangun
Integrasi Pasca Konflik. Surabaya : LP3 Universitas Kristen Satya Wacana.

Suroyo. 2002. Integrasi Nasional Dalam Perspektif Sejarah Indonesia: Sebuah


Proses Yang Belum Selesai. Semarang : LP3 Universitas Diponegoro.

Poerwanto, H. 1999. Asimilasi, Akumulasi, dan Integrasi Nasional. Jurnal


HUMANIORA UGM. Vol.11 No. 3 September 1999, 29-37.

Salam, A.J. 2014. Jejak Integrasi Indonesia Dari Kilometer Nol: Melacak Akar
Budaya Nasional Bangsa. Jurnal Hukum Pidana dan Politik Hukum:
Legitimasi Vol. 1 No.1 Juni 2012, 5-19.

Irianto, A.M. 2013. Integritas Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrime di


Indonesia. Jurnal HUMANIKA UNDIP, Vol. 6, No.2 September 2013, 14-20.

Suryohadiprojo, Sayidiman. 2001. Integrasi Bangsa. Jurnal Ketahanan Nasional:


Vol. 1 No.2 Agustus 2001, 49-68.

15

Вам также может понравиться