Вы находитесь на странице: 1из 9

The Conformity Therapy of Diarrhea Disease in Children with Manual

Therapy Diarrhea in Children According RI Kemenkes at Nurus Syifa Inpatient Clinic


in Bangsalsari Sub-districts Period Januari – Juli 2018

Nataniel Hadi Putra

Abstract
Diarrhea disease still health disesase in development country like in Indonesia. Therapy of
diarrhea in Inpatient Clinic is still low. Oralit is not used in all case od diarrhea. The usage of
intravenous treatment is being given too early regardless of the patient's dehydration status.
The usage of Antibiotik is affluent and it is nor suitable. Antidiarrhea is still used although it
is not recommended. The aims of the research were to see the conformity therapy of diarrhea
in children were observered by the usage of oralit, intravenous fluid, breast milk, zinc and
Antibiotic. This research was doing at October 2018 in Nurus Syifa Inpatient Clinic in
Bangsalsari Sub-dictricts, Jember Districts. This study used descriptive methods with
retrospective approach. The amount sample were 45 medical record which taken by total
sampling. The result showed from the 45 samples only 17.8% is suitable to the general
guideline of diarrhea, it is based on the administration of oral rehydration fluids, intravenous
fluids, breast milk and zinc. The conformity of Oralit usage is 33.3%. The conformity of
breast milk is 77.8% ehile the conformity of zinc is 68.9%. The conformity of the antibiotic
treatment is 34.6%.
Keywords: Therapy of diarrhea, Inpatient Clinic, Bangsalsari

Kesesuaian Penatalaksanaan Penyakit Diare pada Balita dengan Pedoman


Penatalaksanaan Diare pada Balita Menurut Kemenkes RI di Klinik Rawat Inap Nurus
Syifa di Kecamatan Bangsalsari Periode Januari – Juli 2018

Nataniel Hadi Putra

Absktrak
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia. Penatalaksanaan diare di klinik rawat inap masih rendah. Oralit belum
seluruhnya diberikan pada penderita diare. Penggunaan tatalaksana intravena terlalu awal
diberikan tanpa melihat status dehidrasi pasien. Penggunaan antibotik masih berlebihan dan
tidak sesuai dengan indikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian
panatalaksanaan diare pada balita yang ditinjau dari pemberian oralit, cairan intravena, ASI,
zinc dan antibiotik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2018.di Klinik Rawat Inap
Nurus Syifa Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode
deskripitif dengan pendekatan retrospektif. Sampel diambil dari data sekunder rekam medik
pasien diare sebanya 45 lembar. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 45 lembar
peresepan yang ada, penatalaksanaan secara umum yang sesuai dilihat berdasarkan
pemberian cairan rehidrasi oral, cairan intravena, ASI serta zink sebesar 17.8%. Kesesuaian
pemberian Oralit sebesar 33.3%. Kesesuaian pemberian ASI 77.8%. Kesesuaian dosis Zink
sebesar 68.9%. Kesesuaian pemberian antibiotik sebesar 34.6%.
Kata Kunci: Penatalaksanaan diare, klinik rawat inap, Bangsalsari
Afiliasi Penulis : 1. GP RS Jember Korespondensi : Nataniel Hadi Putra,
Klinik Email : natanielhp@gmail.com, telp.
081946657817
Pendahuluan
Diare didefinisikan sebagai buang air Metode
besar dengan feses tidak berbentuk atau Penelitian ini merupakan penelitian
berbentuk cair dengan frekuensi lebih dari deskriptif yang bersifat retrospektif,
3 kali dalam 24 jam. Feses dapat dengan dengan melakukan observasi terhadap data
atau tanpa lendir, darah, atau pus.1-4 sekunder berupa rekam medik yang
Berdasarkan data WHO, diare membunuh diambil dari Klinik Rawat Inap Nurus
dua juta anak di dunia setiap tahun. Di Syifa di Kecamatan Bangsalsari periode
Indonesia, diare merupakan salah satu Januari-Juli 2018. Penelitian ini dilakukan
penyebab kematian kedua terbesar pada pada Agustus - September 2018 dengan
balita dan urutan ketiga bagi bayi serta sampel sebesar 45 pasien. Sampel
urutan kelima bagi semua umur.5,6 Secara didapatkan dari rekam medik yang
umum diperkirakan lebih dari 10 juta anak memuat data peresepan penatalaksanaan
berusia dibawah 5 tahun di dunia diare pada balita. Adapun variabel yang
meninggal setiap tahun, 20% diantaranya digunakan dalam penelitian ini adalah
meninggal karena infeksi diare.7 kesesuaian pemberian cairan oral,
Berdasarkan data yang diperoleh dari intravena, penggunaan antibiotik serta
Dinas Kesehatan Kota Jember, sepanjang pemberian zink yang dibandingkan dengan
periode Januari 2017 tercatat sekurangnya Pedoman Tatalaksana Diare yang
653.130 kasus diare (27%). Kecamatan dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Semua
Bangsalsari menyumbang 19.004 kasus variabel dikatakan sesuai jika sama dengan
(0.79%) baik yang berasal dari puskesmas, Pedoman Tatalaksana Diare yang
klinik rawat inap, dan klinik rawat jalan.20 dikeluarkan oleh Kemenkes RI dan tidak
Klinik Rawat Inap Nurus Syifa merupakan sesuai jika tidak sama dengan pedoman.
klinik rawat inap yang ada di Kecamatan Seluruh data yang ada di kumpulkan
Bangsalsari dan menyumbang kejadian kemudian dilakukan observasi dan
diare sebesar 117 pasien dalam periode dilakukan pemaparan dan dikelompokkan
Januari-Juli 2018, yang terdiri dari 47 serta diolah dalam bentuk tabel persentasi.
penderita dewasa (40.2%) dan 70 penderita
anak-anak (59.8%). Untuk balita sendiri
kejadian diare sebesar 45 anak atau sekitar Hasil
64.3% dari seluruh kasus diare pada anak, Jumlah pasien balita diare yang
serta. dirawat di Klinik Nurus Syifa pada tanggal
Penyebab utama tingginya kasus 1 Januari sampai dengan 31 Juli 2018
diare dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebanyak 45 kasus, terdiri dari 29 (64.4%)
yaitu faktor infeksi, malabsorbsi, alergi, anak lelaki dan 16 (35.6%) anak
keracunan dan immunodefisiensi, faktor perempuan. Usia kelompok umur dibagi
perilaku dan lingkungan, kurangnya menjadi lima kelompok, yakni kelompok
perilaku hidup bersih masyarakat dan usia 0-11 bulan 18 (40%) anak, 12-23
sanitasi yang buruk, serta tatalaksana yang bulan 14 (31.1%) anak, 24-35 bulan 7
tidak tepat baik di rumah maupun di sarana (15.5%) anak, 36-47 bulan 3 (6.7%) anak,
kesehatan.8,9 Untuk menurunkan kematian serta 48-60 bulan 3 (6.7%) anak. Derajat
akibat diare perlu tatalaksana yang cepat dehidrasi yang didapatkan adalah tanpa
dan tepat. Adapun penelitian ini bertujuan dehidrasi 27 (60%) anak, dehidrasi ringan-
untuk melihat kesesuaian penatalaksanaan sedang 17 (37.8%), dan dehidrasi berat 1
dari diare pada balita di Klinik Rawat Inap (2.2%) anak. Sementara untuk lama
Nurus Syifa di Kecamatan Bangsalsari perawatan rerata pasien rawat inap selama
yang ditinjau dari kesesuaian pemberian 3 hari (44.7%), 2 hari (35.6%), 4 hari
cairan, penggunaan antibiotik serta (13.3%), 1 hari (6,7%).
pemberian zinc.
Tatalaksana balita diare sesuai dilanjutkan pada 77.8% penderita dan
dengan program Lintas Diare Kemenkes 42.2% hanya mendapatkan ASI eksklusif.
RI yakni mendapatkan tatalaksana cairan Bagi yang mendapatkan susu formula,
rehidrasi oral, pemberikan ASI/MPASI, 42.2% pemberian susu formula dilanjutkan
pemberian zink, antibiotik selektif serta sementara 15.6% diencerkan dengan
edukasi orang tua. Untuk pemberian cairan perbandingan rerata 1 : 2.
rehidrasi oral (oralit) di Klinik Rawat Inap
Nurus Syifa hanya sebesar 33.3%, ASI

Tabel 1 Karakteristik Subjek Parameter Jumlah


(%)
Parameter Jumlah
(%) N=45
N=45 Jenis Diare
Jenis Kelamin Diare Akut 44 (97.8)
Laki-laki 29 (64.4) Diare Melanjut 1 (2.2)
Perempuan 16 (35.6) Diare Persisten 0
Usia (Bulan) Lama Perawatan
0 bulan - 11 bulan 18 (40) 1 hari 3 (6.7)
12 bulan – 23 bulan 14 (31.1) 2 hari 16 (35.6)
24 bulan – 35 bulan 7 (15.5) 3 hari 20 (44.4)
36 bulan-47 bulan 3 (6.7) 4 hari 6 (13.3)
48 bulan-60 bulan 3 (6.7) Gejala Penyerta
Derajat Diare Tanpa Gejala 25 (55,6)
Penyerta
Tanpa Dehidrasi 27 (60)
ISPA 5 (11.1)
Dehidrasi Ringan/Sedang 17 (37.8)
Kejang Demam 1 (2.2)
Dehidrasi Berat 1 (2.2)
Vomiting 14 (31.1)

Pemberian cairan intravena diberikan pemberian antibiotik mencapai 57.8%.


pada semua kasus rawat inap, dengan Antibiotik yang paling sering digunakan
distribusi pemberian cairan intravena adalah antibiotik intravena (61.5%).
sebagai berikut: D5 ¼ NS (31.1%), D5 ½ Namun hanya 34.6% pemberian antibiotik
NS(24.4%), Ringer Asering 17.8%, yang sesuai indikasi, yakni pada kasus
KAEN3B (13.4%), Ringer Laktat (8.9%), diare dengan leukositis, dan shigelosis.
Normal Salin (4.4%). Pemberian zinc Probiotik diberikan pada 82.2% kasus.
diberikan pada 68.9% kasus, sementara
Tabel 2. Rehidrasi Oral pada Penderita Diare
Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Total (%)
Dehidrasi Ringan\Sedang Berat
CRO Ya 10 5 0 15 (33.3)
Tidak 17 12 1 30 (67.7)
ASI Ya 20 14 1 35 (77.8)
Tidak 7 3 0 10 (22.2)
Susu Formula Dilanjutkan 10 9 0 19 (42.2)
Diencerkan 2 5 0 7 (15.6)
Tanpa Sufor 15 3 1 19 (42.2)

Tabel 3. Jenis Cairan yang Digunakan pada Rehidrasi Parenteral


Jenis Cairan Jumlah Presentase (%)
D5 ¼ NS 14 31.1
D5 ½ NS 11 24.4
Ringer Asering 8 17.8
Ringer Laktat 4 8.9
KAEN3B 6 13.4
Normal Salin 2 4.4

Tabel 4. Penggunaan Zink, Probiotik dan Antibiotik untuk Penatalaksanaan Diare pada
Balita di Klinik Nurus Syifa.
Diberikan Tidak Diberikan Total
Dosis
Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase
Zinc 31 68.9 14 31.1 45 100
Probiotik 37 82.2 8 17.8 45 100
Antibiotik 26 57.8 19 42.2 45 100

Tabel 5. Kesesuaian Pemberian Antibiotik untuk Penatalaksanaan Diare pada Balita di Klinik
Nurus Syifa.
Sesuai Tidak Sesuai Total
Dosis
Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase
Antibiotik 9 34.6 17 65.4 26 100

Tabel 6. Jenis Antibiotik untuk Penatalaksanaan Diare pada Balita di Klinik Nurus Syifa
Antibiotik Jumlah Prosentase (%)
Oral 10 38.5
Cefadroxyl 5 19.2
Cotrimoxazole 2 7.7
Cefixime 2 7.7
Amoxicilin 1 3.8
Injeksi 16 61.5
Cefotaxime 10 38.5
Ceftriaxone 6 23.1

Bahasan institusi pendidikan. Penelitian dilakukan


Penelitian ini dilakukan sebagai di klinik rawat inap Nurus Syifa di
penelitian pendahuluan untuk Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
mengevaluasi tatalaksana diare akut di luar dalam periode Januari – Juli 2018.
Pemilihan rentang usia 0-59 bulan sebagai rehidrasi dimulai.12 Praktek penghentian
kelompok yang diteliti karena balita pemberian ASI pada kasus diare akut
merupakan kelompok umur yang paling ternyata masih dijumpai walaupun
rawan terkena diare. Pada usia ini, anak jumlahnya tidak banyak (22.2%). Perilaku
mulai mendapat makanan tambahan seperti yang tidak sesuai ini sebaiknya dihindari
makanan pendamping dan susu formula, dan merupakan tanggung jawab bersama
sehingga kemungkinan termakan makanan untuk tetap menganjurkan pemberian ASI,
yang sudah terkontaminasi oleh agen terutama pada bayi kecil, sebagai bagian
penyebab penyakit diare menjadi lebih dari upaya penanggulangan diare akut.
besar. Selain itu beberapa faktor yang
dapat memicu kerentanan terhadap diare Penggunaan Cairan Rehidrasi Oral dan
pada bayi dan anak-anak, antara lain: Cairan Intravena
pemberian ASI kurang dari 2 tahun, Penanganan pada pasien diare tanpa
kekurangan gizi, imunodefisiensi, dehidrasi atau dehidrasi ringan – sedang
imunosupresi, faktor lingkungan.14 menurut tatalaksana oleh WHO cukup
Berbeda dengan penelitian Parashar dkk,8 dengan menggunakan rehidrasi oral
pada penelitian ini kebanyakan pasien dengan oralit untuk untuk menggantikan
yang dirawat inap adalah penderita diare cairan dan elektrolit yang hilang akibat
tanpa dehidrasi (60%). Hal ini disebabkan diare pada anak dengan diare akut
adanya gejala penyerta pada penderita dehidrasi ringan-sedang.12,19 Pada pasien
yakni muntah (31.1%) sehingga orang tua dengan dehidrasi berat pilihan tatalaksana
kawatir anaknya akan jatuh ke tahap adalah dengan jalur intravena, antara lain
dehidrasi, ISPA (11.1%) dengan gejala dengan larutan RL, PZ, KaEn3B. Namun
demam tinggi, serta post kejang deman penanganan dehidrasi ringan – sedang di
(2.2%). Kecepatan orang tua dalam RSD dr.Soebandi Jember menggunakan
membawa pasien ke fasilitas kesehatan larutan parenteral dan peroral.19
pada saat awal diare kemungkinan Penggunaan oralit pada pasien rawat
merupakan salah satu faktor yang inap di Klinik Nurus Syifa hanya sebanyak
mempengaruhi perbedaan temuan tersebut. 15 kasus (33.3%). Kandungan kalium
Hasil penelitian menunjukkan usia dalam Oralit ditujukan untuk mengganti
yang terbanyak yang mengalami diare kalium yang hilang selama diare. Sitrat
adalah 0-11 bulan dengan persentase 40%, berfungsi sebagai korektor basa untuk
diikuti 12-23 bulan 31.1%, 24-35 bulan mengatasi keadaan asidosis yang terjadi
15.5%, 36-47 bulan 6.7%, serta 48-60 akibat diare dan dehidrasi.9
bulan 6.7%. Rentang usia 3-24 bulan Manfaat CRO selain sebagai upaya
merupakan rentang usia terbanyak terapi juga untuk mencegah terjadinya
terjadinya diare, bahkan tersering dengan dehidrasi serta gangguan elektrolit belum
manifestasi (dehidrasi) berat. Pada sepenuhnya dipahami dan dipraktekkan
kelompok usia ini, anak mulai aktif secara meluas. Kebanyakan kasus (97.8%)
bermain dan rentan terkena infeksi dengan diare akut tanpa dehidrasi dan
penyakit terutama diare.10 Infeksi dehidrasi ringan/sedang mendapat cairan
didapatkan pada saat anak bermain di rehidrasi parenteral tanpa ada keterangan
lingkungan yang kotor, cara hidup yang yang mendukung adanya kegagalan terapi
kurang bersih, selain itu infeksi juga rehidrasi oral sebelumnya. Selain itu pada
terjadi karena secara fisiologis sistem kasus diare akut dengan dehidrasi berat
pencernaan pada balita belum cukup (2.2%) ternyata cara pemberian cairan
matur.9 Protokol penanggulangan kasus rehidrasi parenteral tidak menggunakan
diare akut pada anak menurut WHO cara yang telah dibakukan oleh WHO,
maupun AAP sangat jelas untuk tetap yakni pem`berian rehidrasi parenteral yang
melanjutkan pemberian ASI sejak upaya dibagi menjadi dua periode.
Berdasarkan data yang didapatkan, dan bagi anak yang sering mengalami
diketahui penggunaan ringer laktat dalam infeksi.9 Kerusakan mukosa usus terjadi
penelitian ini adalah sebanyak 4 pasien pada kasus diare disebabkan oleh invasi
(8,9%). Ringer laktat merupakan cairan dan kerusakan oleh bakteri secara
garam fiologis steril yang kandungan asam langsung serta efek toksin bakteri pada
basanya menyerupai cairan plasma darah. permukaan epitel. Suplementasi zink
Larutan ringer laktat akan di metabolisme maupun probiotik mempengaruhi derajat
oleh hati menjadi bikarbonat yang berguna kerusakan mukosa, baik secara langsung
untuk memperbaiki keadaan seperti atau tidak.13 Zink juga menurunkan durasi
asidosis metabolik. Terapi intravena ringer dan keparahan pada diare persisten.14
laktat pada penderita diare dengan Pada peresepan zink yang diberikan
dehidrasi berat, pada bayi diberikan pada balita rawat inap di Klinik Nurus
sebanyak 30 mg/kg berat badan selama 1 Syifa, terdapat dosis yang sesuai sebesar
jam pertama, kemudian dapat dilanjutkan 68,9%. Angka ini menunjukkan capaian
dengan konsentrasi 70 mg/kg berat badan yang cukup baik namun masih perlu di kaji
untuk 5 jam berikutnya. Untuk anak-anak lebih dalam faktor apa yang menyebabkan
dan dewasa diberikan ringer laktat secara masih adanya resep yang tidak sesuai.
intravena dengan dosis 100 mg/kg berat WHO dan UNICEF mekomendasi dosis
badan.14 Ringer Asering digunakan pada 8 pemberian zink pada pasien diare di bawah
(17.8%) pasien, dimana cairan ini usia 5 tahun. Bayi usia di bawah 6 bulan
memiliki keunggulan 3-4 kali lebih cepat dapat diberikan zink 10 mg setiap hari, dan
dan efektif daripada cairan Ringer Laktat anak usia 6 bulan hingga 5 tahun diberikan
(RL). dengan dosis 20 mg setiap hari. Adapun
Penggunaan dekstrosa dalam lama pemberian zink adalah 10-14 hari.14
penelitian ini sebanyak 25 pasien (55,5%). Pemberian Zinc selama 10 hari terbukti
Dekstrosa merupakan monosakarida yang membantu memperbaiki mukosa usus
berfungsi sebagai sumber energi bagi yang rusak dan meningkatkan fungsi
tubuh. Tingginya frekuensi defekasi pada kekebalan tubuh secara keseluruhan.11
penderita diare akut, menyebabkan
terjadinya pengeluaran cairan tubuh Pemberian Probiotik
beserta pengosongan makanan secara cepat Probiotik telah banyak digunakan
di usus. Pada bayi yang kurang dari dua dalam pengelolaan diare saat ini. Saavedra
tahun diberikan sebanyak 75 ml/kg berat dkk15 melaporkan bahwa secara signifikan
badan selama 8 jam pertama, dan dapat kasus diare akut ditemukan lebih sedikit
dipertahankan selama 16 jam berikutnya. pada kelompok yang mendapatkan
Pada anak berusia 2-10 tahun diberikan 50 probiotik. McFarland dkk16 dalam suatu
ml/kg berat badan untuk 4-6 jam pertama, metaanalisis menyimpulkan probiotik
dan dapat dilanjutkan menjadi 100 ml/kg mengurangi frekuensi diare secara
berat badan untuk 18-24 jam berikutnya.14 signifikan dibanding kontrol. Penambahan
Namun menurut Departemen probiotik, zink, dan plasebo pada diet bayi
Anestesiologi dan Unit Terapi Intensif usia 6-12 bulan dilakukan oleh Shamir17 di
Fakultas Kedokteran Universitas Israel, terbukti secara signifikan
Hasanudin mengungkapkan bahwa cairan mengurangi derajat berat dan lama diare
dekstrosa hanya dapat diberikan sebagai akut pada kelompok perlakuan. Agustina
terapi rumatan, bukan untuk resusitasi dkk18 di Indonesia pemberian suplementasi
cairan.21 diet berupa susu formula mengandung
probiotik, prebiotik dan serat mikronutrien
Pemberian Zink (zink dan besi) pada anak usia 3-12 bulan
Zink adalah nutrisi esensial yang dilaporkan mengalami lama diare lebih
penting terutama bagi pertumbuhan anak pendek, dan penambahan berat badan
selama pengobatan meskipun tidak diare di Indonesia.9 Pada penelitian ini
signifikan. Pada penelitian yang dilakukan diperoleh data ternyata walaupun
di Klinik Nurus Syifa pemberian probiotik pengendalian penyakit diare sudah menjadi
sudah mencapai 82.2%, dan perlu terus program pemerintah dan modul
ditingkatkan pemberian probiotik, zink penatalaksanaan pun selalu terbit setiap
serta rehidrasi cairan optimal untuk tahunnya, ternyata masih ditemukan
medapatkan hasil yang maksimal. ketidaksesuaian penatalaksanaan diare
pada balita di Klinik Rawat Inap Nurus
Pemberian Antibiotik Selektif Syifa.
Dari hasil penelitian didapatkan Pada penelitian ini diperoleh
persentasi kesesuaian pemberian antibiotik penatalaksanaan secara umum yang sesuai
pada kasus diare akut dengan pedoman dengan buku pedoman penatalaksanaan
penatalaksanaan diare pada balita yang penyakit diare pada balita di Klinik Rawat
dikeluarkan Kemenkes RI hanya sebesar Inap Nurus Syifa di Kecamatan
34.6%. Pada terapi diare akut golongan Bangsalsari Kabupaten Jember Periode
antibiotik yang paling banyak digunakan Januari - Juli 2018 yang dilihat
adalah golongan sefalosporin sedangkan berdasarkan pemberian cairan rehidrasi
golongan antibiotik yang paling sedikit oral, cairan intravena, pemberian ASI, zink
diberikan adalah golongan penisilin. Data serta antibiotik selektif sebesar 17.8%.
pasien diare yang diberikan antibiotik dari Kesesuaian dosis Oralit sebesar 33.3%,
26 pasien yaitu pasien yang mendapatkan cairan intravena diberikan pada 100%
antibiotik golongan sefalosporin sebanyak penderita diare, dengan D5 ¼ NS
pasien 23 (88,5%), sedangkan 1 pasien merupakan cairan yang paling sering
(3,8%) mendapatkan antibiotik golongan digunakan (31.1%). Pemberian ASI pada
penisilin. Sefalosporin merupakan kasus diare sebesar 77.8%, serta 42.2%
antibiotik betalaktam yang memiliki diantaranya merupakan ASI eksklusif.
mekanisme menghambat sintesis dinding Kesesuaian dosis Zink sebesar 68.9%.
sel mikroba.14 Antibiotik diberikan pada 57.8% kasus,
Efek samping dari penggunaan dengan kesesuaian pemberian antibiotik
antibiotik yang tidak sesuai atau tidak dalam penatalaksanaan diare akut dengan
rasional adalah timbulnya gangguan fungsi buku pedoman penatalaksanaan diare pada
ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh balita sebesar 34.6%.
penggunaan antibiotik dan hal ini juga
akan mengeluarkan biaya pengobatan yang DAFTAR PUSTAKA
seharusnya tidak diperlukan. Selain itu, 1. Simadibrata M, Daldiyono. Diare
penggunaan antibiotik juga akan akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi
mengganggu ketahanan mikroflora usus B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
sehingga akan menimbulkan gejala diare S, editors. Buku Ajar Ilmu
(antibiotic associated diarrhea) yang Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
dapat berlanjut bahkan menjadi kronik. 9,12 Publishing; 2010. p.548-56.
2. Farthing M, Salam MA, Lindberg
Simpulan G, Dite P, Khalif I, Salazar-Lindo
Penatalaksanaan diare pada balita E, et al. Acute diarrhea in adults
merupakan salah satu program pemerintah, and children: A global perspective.
dimana sejak tahun 2008 Kementrian World Gastroenterology
Kesehatan Republik Indonesia Organisation Global Guidelines. J
memperbaharui tatalaksana diare yang Clin Gastroenterol. 2013; 47(1):
dikenal dengan “LINTAS DIARE” (Lima 12-20.
Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah 3. Zein U. Diare akut infeksius pada
satu strategi dalam pengendalian penyakit dewasa. e-USU Repository
[Internet]. 2004. Available from: Diberikan ASI dan Seng. Fakultas
http://repository.usu.ac.id/bitstream Kedokteran Universitas
/123456789/3388/1/penydalam- Dipenegoro. Semarang.
umar4.pdf 12. Dwipoerwantoro, Pramita, dkk.,
4. Farrar J, Hotez FJ, Junghanss T, 2005. Pola Tatalaksana Diare Akut
Kang G, Lalloo D, White N. Acute di Beberapa Rumah Sakit di
diarrhea. Manson’s Tropical Jakarta; apakah sesuai dengan
Diseases. Elsevier; 2013. protokol WHO? Sari Pediatri, Vol.
5. World Health Organization 6, No. 4, Maret 2005: 182-18
Diarrhoel disease (serial online) 13. Purnamasari, Hani, dkk., 2011.
2013 April (diunduh 7 Juli 2013). Pengaruh Pemberian Suplementasi
Tersedia dari: URL: HYPERLINK Seng dan Probiotik Terhadap
http://www.who.int/mediacentre/fa Kejadian Diare Berulang. Bagian
ctsheets/fs330/en/ Ilmu Kesehatan Anak Universitas
6. Walker CL. Fisher, Robert EB, Diponegoro / RSUP dr. Kariadi,
Rotavirus vaccine and diarrhea Semarang. Sari Pediatri, Vol. 13,
mortality: quantifying regional No. 2, Agustus 2011
variation in effect size. BMC 14. Siswidiasari, Arifani, dkk. 2014.
Public Health. 2011;11(3):516. Profil Terapi Obat Pada Pasien
7. Agtini, Destri M. Morbiditas dan Rawat Inap dengan Diare Akut
mortalitas diare pada balita di pada Anak di Rumah Sakit Umum
Indonesia tahun 2000-2007. Negara. Universitas Udyaana Bali.
Buletin Jendela Data dan Informasi 15. Saavedra JM, Bauman NA, Oung I,
Kesehatan. 2011; 2:1-44. Perman JA, Yolken RH. Feeding of
8. Prasetyo, Danu, Mothers’ Behavior Bifidobacterium bifidum and
in the Early Treatment of Diarrhea streptococcus thermophilus to
of Toddlers at Teguhan Village, infant in hospital for prevention of
Plumbungan Ward, Karangmalang diarrhea and shedding of rotavirus.
Sub-district, Sragen. Rumah Sakit Lancet 1994;344:1046-9.
Kusuma Husada Surakarta. 2015 16. McFarland LV, Elmer Gindian W,
9. Tarigan A, Umiana S, Pane M, McFarland M. Metaanalysis of
Kesesuaian Penatalaksanaan probiotics for the prevention and
Penyakit Diare pada Balita dengan Treatment of acute pediatric
Pedoman Penatalaksanaan Diare diarrhea. Int J Probiotics and
pada Balita Menurut Kemenkes RI Prebiotics 2006;1:63-76.
di Puskesmas Kota Karang Kota 17. Shamir R, Makhoul IR, Etzioni A,
Bandar Lampung Tahun 2013. Shehadeh N. Evaluation of a diet
Fakultas Kedokteran Universitas containing probiotics and zinc the
Lampung. 2013 treatment of mild diarrheal illness
10. Parashar UD, Holman RC, Clarke in children younger than one year
MJ, Bresee JS, Glass RI. of age. J Am Coll Nutr 2005: 370-
Hospitalizations associated with 5.
rotavirus diarrhea in the United 18. Agustina R. The effect of early
States, 1993 through 1995: nutritional supplementation with a
surveillance based on the new ICD- mixture of probiotic, prebiotic,
9-CM rotavirus specific diagnostic fiber and micronutrients in infant
code. J Infect Dis 1998; 177:13 with acute diarrhea in Indonesia.
11. Deviana.2012. Perbedaan Durasi Asia Pac J Clin Nutr 2007;16:435-
Penyembuhan Diare Dehidrasi 42.
Ringan- Sedang Balita yang
19. Agustina, Rahayu. 2012. Studi 20. Dinas Kesehatan Kabupaten
Penggunaan Obat Antidiare Serta Jember. Data Diare Kabupaten
Penanganan Dehidrasi Pada Bayi Jember 2018.
dan Anak Rawat Inap di RSD dr. 21. Resusitasi Cairan dan Elektrolit.
Soebandi Jember. Bagian Farmasi Departemen Anestesiologi dan
Klinik dan Komunitas Fakultas Unit Terapi Intensif Fakultas
Farmasi Universitas Jember. Kedokteran Universitas Hasanudin

Вам также может понравиться