Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
Diarrhea disease still health disesase in development country like in Indonesia. Therapy of
diarrhea in Inpatient Clinic is still low. Oralit is not used in all case od diarrhea. The usage of
intravenous treatment is being given too early regardless of the patient's dehydration status.
The usage of Antibiotik is affluent and it is nor suitable. Antidiarrhea is still used although it
is not recommended. The aims of the research were to see the conformity therapy of diarrhea
in children were observered by the usage of oralit, intravenous fluid, breast milk, zinc and
Antibiotic. This research was doing at October 2018 in Nurus Syifa Inpatient Clinic in
Bangsalsari Sub-dictricts, Jember Districts. This study used descriptive methods with
retrospective approach. The amount sample were 45 medical record which taken by total
sampling. The result showed from the 45 samples only 17.8% is suitable to the general
guideline of diarrhea, it is based on the administration of oral rehydration fluids, intravenous
fluids, breast milk and zinc. The conformity of Oralit usage is 33.3%. The conformity of
breast milk is 77.8% ehile the conformity of zinc is 68.9%. The conformity of the antibiotic
treatment is 34.6%.
Keywords: Therapy of diarrhea, Inpatient Clinic, Bangsalsari
Absktrak
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia. Penatalaksanaan diare di klinik rawat inap masih rendah. Oralit belum
seluruhnya diberikan pada penderita diare. Penggunaan tatalaksana intravena terlalu awal
diberikan tanpa melihat status dehidrasi pasien. Penggunaan antibotik masih berlebihan dan
tidak sesuai dengan indikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian
panatalaksanaan diare pada balita yang ditinjau dari pemberian oralit, cairan intravena, ASI,
zinc dan antibiotik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2018.di Klinik Rawat Inap
Nurus Syifa Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode
deskripitif dengan pendekatan retrospektif. Sampel diambil dari data sekunder rekam medik
pasien diare sebanya 45 lembar. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 45 lembar
peresepan yang ada, penatalaksanaan secara umum yang sesuai dilihat berdasarkan
pemberian cairan rehidrasi oral, cairan intravena, ASI serta zink sebesar 17.8%. Kesesuaian
pemberian Oralit sebesar 33.3%. Kesesuaian pemberian ASI 77.8%. Kesesuaian dosis Zink
sebesar 68.9%. Kesesuaian pemberian antibiotik sebesar 34.6%.
Kata Kunci: Penatalaksanaan diare, klinik rawat inap, Bangsalsari
Afiliasi Penulis : 1. GP RS Jember Korespondensi : Nataniel Hadi Putra,
Klinik Email : natanielhp@gmail.com, telp.
081946657817
Pendahuluan
Diare didefinisikan sebagai buang air Metode
besar dengan feses tidak berbentuk atau Penelitian ini merupakan penelitian
berbentuk cair dengan frekuensi lebih dari deskriptif yang bersifat retrospektif,
3 kali dalam 24 jam. Feses dapat dengan dengan melakukan observasi terhadap data
atau tanpa lendir, darah, atau pus.1-4 sekunder berupa rekam medik yang
Berdasarkan data WHO, diare membunuh diambil dari Klinik Rawat Inap Nurus
dua juta anak di dunia setiap tahun. Di Syifa di Kecamatan Bangsalsari periode
Indonesia, diare merupakan salah satu Januari-Juli 2018. Penelitian ini dilakukan
penyebab kematian kedua terbesar pada pada Agustus - September 2018 dengan
balita dan urutan ketiga bagi bayi serta sampel sebesar 45 pasien. Sampel
urutan kelima bagi semua umur.5,6 Secara didapatkan dari rekam medik yang
umum diperkirakan lebih dari 10 juta anak memuat data peresepan penatalaksanaan
berusia dibawah 5 tahun di dunia diare pada balita. Adapun variabel yang
meninggal setiap tahun, 20% diantaranya digunakan dalam penelitian ini adalah
meninggal karena infeksi diare.7 kesesuaian pemberian cairan oral,
Berdasarkan data yang diperoleh dari intravena, penggunaan antibiotik serta
Dinas Kesehatan Kota Jember, sepanjang pemberian zink yang dibandingkan dengan
periode Januari 2017 tercatat sekurangnya Pedoman Tatalaksana Diare yang
653.130 kasus diare (27%). Kecamatan dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Semua
Bangsalsari menyumbang 19.004 kasus variabel dikatakan sesuai jika sama dengan
(0.79%) baik yang berasal dari puskesmas, Pedoman Tatalaksana Diare yang
klinik rawat inap, dan klinik rawat jalan.20 dikeluarkan oleh Kemenkes RI dan tidak
Klinik Rawat Inap Nurus Syifa merupakan sesuai jika tidak sama dengan pedoman.
klinik rawat inap yang ada di Kecamatan Seluruh data yang ada di kumpulkan
Bangsalsari dan menyumbang kejadian kemudian dilakukan observasi dan
diare sebesar 117 pasien dalam periode dilakukan pemaparan dan dikelompokkan
Januari-Juli 2018, yang terdiri dari 47 serta diolah dalam bentuk tabel persentasi.
penderita dewasa (40.2%) dan 70 penderita
anak-anak (59.8%). Untuk balita sendiri
kejadian diare sebesar 45 anak atau sekitar Hasil
64.3% dari seluruh kasus diare pada anak, Jumlah pasien balita diare yang
serta. dirawat di Klinik Nurus Syifa pada tanggal
Penyebab utama tingginya kasus 1 Januari sampai dengan 31 Juli 2018
diare dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebanyak 45 kasus, terdiri dari 29 (64.4%)
yaitu faktor infeksi, malabsorbsi, alergi, anak lelaki dan 16 (35.6%) anak
keracunan dan immunodefisiensi, faktor perempuan. Usia kelompok umur dibagi
perilaku dan lingkungan, kurangnya menjadi lima kelompok, yakni kelompok
perilaku hidup bersih masyarakat dan usia 0-11 bulan 18 (40%) anak, 12-23
sanitasi yang buruk, serta tatalaksana yang bulan 14 (31.1%) anak, 24-35 bulan 7
tidak tepat baik di rumah maupun di sarana (15.5%) anak, 36-47 bulan 3 (6.7%) anak,
kesehatan.8,9 Untuk menurunkan kematian serta 48-60 bulan 3 (6.7%) anak. Derajat
akibat diare perlu tatalaksana yang cepat dehidrasi yang didapatkan adalah tanpa
dan tepat. Adapun penelitian ini bertujuan dehidrasi 27 (60%) anak, dehidrasi ringan-
untuk melihat kesesuaian penatalaksanaan sedang 17 (37.8%), dan dehidrasi berat 1
dari diare pada balita di Klinik Rawat Inap (2.2%) anak. Sementara untuk lama
Nurus Syifa di Kecamatan Bangsalsari perawatan rerata pasien rawat inap selama
yang ditinjau dari kesesuaian pemberian 3 hari (44.7%), 2 hari (35.6%), 4 hari
cairan, penggunaan antibiotik serta (13.3%), 1 hari (6,7%).
pemberian zinc.
Tatalaksana balita diare sesuai dilanjutkan pada 77.8% penderita dan
dengan program Lintas Diare Kemenkes 42.2% hanya mendapatkan ASI eksklusif.
RI yakni mendapatkan tatalaksana cairan Bagi yang mendapatkan susu formula,
rehidrasi oral, pemberikan ASI/MPASI, 42.2% pemberian susu formula dilanjutkan
pemberian zink, antibiotik selektif serta sementara 15.6% diencerkan dengan
edukasi orang tua. Untuk pemberian cairan perbandingan rerata 1 : 2.
rehidrasi oral (oralit) di Klinik Rawat Inap
Nurus Syifa hanya sebesar 33.3%, ASI
Tabel 4. Penggunaan Zink, Probiotik dan Antibiotik untuk Penatalaksanaan Diare pada
Balita di Klinik Nurus Syifa.
Diberikan Tidak Diberikan Total
Dosis
Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase
Zinc 31 68.9 14 31.1 45 100
Probiotik 37 82.2 8 17.8 45 100
Antibiotik 26 57.8 19 42.2 45 100
Tabel 5. Kesesuaian Pemberian Antibiotik untuk Penatalaksanaan Diare pada Balita di Klinik
Nurus Syifa.
Sesuai Tidak Sesuai Total
Dosis
Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase
Antibiotik 9 34.6 17 65.4 26 100
Tabel 6. Jenis Antibiotik untuk Penatalaksanaan Diare pada Balita di Klinik Nurus Syifa
Antibiotik Jumlah Prosentase (%)
Oral 10 38.5
Cefadroxyl 5 19.2
Cotrimoxazole 2 7.7
Cefixime 2 7.7
Amoxicilin 1 3.8
Injeksi 16 61.5
Cefotaxime 10 38.5
Ceftriaxone 6 23.1