Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah sebuah usaha sadar yang terencana dalam proses belajar
mengajar yang bertujuan menciptakan peserta didik yang terarah sesuai dengan
ilmu pengetahuan yang diberikan. Dengan begitu, matematika menjadi pelajaran
yang penting untuk siswa karena merupakan salah satu pelajaran untuk
menunjang pendidikan yang baik bagi peserta didik. Matematika merupakan
pelajaran dengan cakupan penting bagi kehidupan umum maupun khusus.
Tarnoto dan Purnamasari (2012) menunjukkan bahwa Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia menduduki rangking 106 dari 126
negara. Posisi Indonesia jauh dibawah negara-negara ASEAN yang merupakan
pesaing terdekat. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia harus mempunyai
komitmen yang kuat dalam pengembangan sumber daya manusia. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan sumber daya manusia adalah
dengan pengembangan kreativitas pada remaja yang merupakan salah satu aset
sumber daya manusia bagi negara yang sedang berkembang.
Menurut UU Kemendiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa :
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.”
Sudah semestinya pendidikan khususnya pembelajaran matematika dapat
terlaksana dengan mewujudkan aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Peraturan
menteri 22 Tahun 2006 menyatakan mata pelajaran matematika diberikan kepada
semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama yang
ditunjang dengan beberapa kemampuan untuk mencapai pembelajaran matematika
yang baik. Oleh karena itu, pada makalah ini membahas tentang tiga kemampuan

1
diantaranya kemampuan pemahaman matematis, kemampuan penalaran
matematis, dan kemampuan berfikir kreatif.
Pada pemahaman matematis merupakan salah satu dari lima kemampuan
yang esensial dalam pembelajaran matematika. Hal ini didasarkan pada hasil studi
National Research Council tahun 2001 (Walle, Karp, & Bay-Williams, 2010, hlm.
24), yang menyatakan bahwa terdapat lima kemampuan yang saling berkaitan
dalam matematika yaitu pemahaman konseptual (conceptual understanding),
kelancaran prosedural (procedural fluency), kompetensi strategis (strategic
competence), penalaran adaptif (adaptive reasoning), dan disposisi produktif
(productive disposition). Selain itu, kemampuan berpikir kreatif harus dimiliki
oleh setiap siswa, hal ini sejalan dengan Abdul (2012) kemampuan berpikir kreatif
ini sangat diperlukan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan matematika.
Oleh karena itu kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran matematika perlu
ada untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang dihadapi oleh siswa.
Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan
penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar materi matematika. Kemampuan
penalaran matematis embantu siswa dalam menyimpulkan dan membuktikan
suatu pernyataan, membangun gagasan baru, sampai pada menyelesaikan
masalah-masalah dalam matematika. Oleh karena itu, kemampuan penalaran
matematis harus selalu dibiasakan dan dikembangkan dalam setiap pembelajaran
matematika. Pembiasaan tersebut harus dimulai dari kekonsistenan guru dalam
mengajar terutama dalam pemberian soal-soal yang non rutin. Turmudi
(Sumartini, 2015:4) menyatakan bahwa penalaran matematis merupakan suatu
kebiasaan otak seperti halnya kebiasaan yang lain yang harus dikembangkan
secara konsisten dengan menggunakan berbagai macam konteks.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian kemampuan pemahaman, penalaran dan berfikir kreatif
matematis?

2
2. Apa indikator dalam kemampuan pemahaman, penalaran, dan berfikir
kreatif matematika?
3. Bagaimana bentuk soal yang menunjukkan kemampuan pemahaman,
penalaran dan berfikir kreatif matematis?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pennulisan dalam
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian kemampuan pemahaman, penalaran dan berfikir kreatif
matematis
2. Indikator dalam kemampuan pemahaman, penalaran, dan berfikir kreatif
matematika
3. Bentuk soal yang menunjukkan kemampuan pemahaman, penalaran dan
berfikir kreatif matematis

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kemampuan Pemahaman Matematis


2.1.1 Pengertian Kemampuan Pemahaman Matematis
Pemahaman akan sebuah konsep ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari
memiliki peranan yang sangat penting. Siswa akan berkembang ke jenjang
kognitif yang lebih tinggi jika ia memiliki pemahaman konsep yang baik. Jika
pemahaman konsep dikuasai dengan baik maka siswa akan mampu
menghubungkan atau mengaitkan sebuah konsep yang satu dengan yang lainnya.
Selain itu, konsep tersebut dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan dari
mulai yang sederhana hingga ke permasalahan yang lebih kompleks.
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep
akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap
pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa
memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain
seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat
mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran
dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan
atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip
dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan
kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Menurut Sanjaya (2009) mengatakan apa yang di maksud pemahaman
konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi
pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah
konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain
yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu
mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan

4
Carpenter (dalam Dafril: 2011). Pengajaran yang menekankan kepada
pemahaman mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:
a. Pemahaman memberikan generative artinya bila seorang telah memahami
suatu konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang
lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga
setiap pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah
ada sebelumnya.
b. Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah dipahami
dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuan-
pengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema atau pengetahuan
secara lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga pengetahuan
itu lebih mudah diingat.
c. Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya jalinan
yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam struktur
kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman merupakan
jalinan yang sangat baik.
d. Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya pemahaman suatu konsep
matematika akan diperoleh siswa yang aktif menemukan keserupaan dari
berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu siswa untuk menganalisis
apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu kondisi tertentu.
Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa artinya siswa yang
memahami matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang positif
yang selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan matematikanya.
Menurut Ruseffendi (2006), mengkategorikan pemahaman menjadi tiga
macam, yaitu: (1) Penerjemahan; yaitu kemampuan untuk mengubah atau
menerjemahkan simbol ke dalam kata-kata dan sebaliknya, mampu mengartikan
suatu kesamaan dan mampu mengkonkritkan konsep yang abstrak. (2)
Interpretasi; yaitu kemampuan untuk memahami sebuah konsep yang disajikan
dalam bentuk lain seperti diagram, tabel, grafik dan lain-lain. (3) Ekstrapolasi;
yaitu kemampuan untuk memperkirakan atau meramalkan suatu kecenderungan
yang ada menurut data tertentu.

5
Menurut Polya (Jihad, 2008: 167), membedakan 4 jenis pemahaman,
yaitu:

a. Pemahaman mekanikal, yaitu dapat mengingatkan dan menerapkan


sesuatu secara rutin atauperhitungan sederhana;
b. Pemahaman induktif, yaitu dapat mencobakan sesuatu dalam kasus
sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa;
c. Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran sesuatu;
d. Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran sesuatu tanpa
ragu-ragu, sebelum menganalisis secara analitik.

Berbeda dengan Polya, Pollatsek (Sumarmo, 1987, 2010,2012),


menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu pemahaman komputasional
adalah kemampuan menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan
mengerjakan perhitungan secara algoritma. Pemahaman fungsional adalah
kemampuan mengkaitkan satu konsep/prinsip lainnya dan menyadari proses yang
dikerjakannya.

Sementara itu, Skemp (Idris, 2009: 37) membedakan pemahaman ke


dalam tiga macam, yaitu:
a. Pemahaman instrumental (instrumental understanding);
b. Pemahaman relasional (relational understanding);
c. Pemahaman logis (logical understanding).

Pemahaman instrumental adalah kemampuan seseorang menggunakan


prosedur matematis untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa mengetahui
mengapa prosedur itu digunakan. Dengan kata lain siswa hanya mengetahui
“bagaimana” tetapi tidak mengetahui “mengapa”. Pada tahapan ini, pemahaman
konsep masih terpisah dan hanya sekedar hafal suatu rumus untuk menyelesaikan
permasalahan rutin / sederhana sehingga siswa belum mampu menerapkan rumus
tersebut pada permasalahan baru yang berkaitan. Sementara itu, pemahaman
relasional adalah kemampuan seseorang menggunakan prosedur matematis
dengan penuh kesadaran bagaimana dan mengapa prosedur itu digunakan.
6
Sedangkan pemahaman logis berkaitan erat dengan meyakinkan diri sendiri dan
meyakinkan orang lain. Dengan kata lain, siswa dapat mengkonstruksi sebuah
bukti sebelum ide-ide yang dimilikinya dipublikasikan secara formal atau
informal sehingga membuat siswa tersebut merasa yakin untuk membuat
penjelasan kepada siswa yang lain.
Menurut Purwanto (1994:44) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya. Sementara Mulyasa (2005 : 78) menyatakan bahwa pemahaman
adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya
Ernawati (2003:8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman
adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu
mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat
dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya.
Menurut Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa pemahaman adalah
konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka
mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan
konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. “Secara
umum, indikator pemahaman matematika meliputi: mengenal, memahami dan
menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan idea matematika” (Sumarmo, 2010: 4).
Pentingnya pemilikan pemahaman oleh siswa juga dikemukakan Santrock (2008)
bahwa pemahaman konsep adalah aspek kunci dari pembelajaran. Demikian pula,
pemahaman matematis merupakan landasan penting untuk berpikir dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan matematika maupun masalah kehidupan
nyata. Selain itu, kemampuan pemahaman matematis sangat mendukung pada
pengembangan kemampuan matematis lainnya, yaitu komunikaasi, pemecahan
masalah, penalaran, koneksi,representasi,berpikir kritis dan kreatif matematis serta
kemampuan matematis lainnya.

2.1.2 Indikator Pemahaman Konsep


Menurut Sanjaya (2009) indikator yang termuat dalam pemahaman konsep
diantaranya :
a. Mampu menerangka secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya

7
b. Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta
mengetahui perbedaan,
c. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau
tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut,
d. Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,
e. Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang
dipelajari,
f. Mampu menerapkan konsep secara algoritma,
g. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Pendapat diatas sejalan dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor


506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 tentang rapor pernah diuraikan
bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu :
a. Menyatakan ulang sebuah konsep,
b. Mengklasifikasi objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya,
c. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu,
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

NCTM (1989) menyatakan bahwa, pemahaman siswa terhadap konsep


matematik dapat dilihat dari kemampuan siswa sebagai berikut.
a. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan;
b. Membuat contoh dan non contoh penyangkal;
c. Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan symbol;
d. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk yang lain;
e. Mengenal berbagai makna dan interprestasi konsep;
f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dsn mengenal syarat-syarat yang
menentukan suatu konsep;
g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

8
Indikator kompetensi berpikir matematika (dalam Susilowati, 2009:
56) sebagai berikut:
a. Pemahaman induktif terdiri dari pemahaman mekanikal, instrumental
(melaksanakan perhitungan rutin), komputasional (algoritmik). Knowing
hoe to (menerapkan rumus pada kasus serupa).
b. Pemahaman deduktif terdiri dari pemahaman rasional (membuktikan
kebenaran), relasional (mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya),
fungsional (mengerjakan kegiatan matematika secara sadar), dan knowing
(memperkirakan satu kebenaran tanpa ragu).
c. Pemahaman reasional (Kilpatrick dan Findel) yaitu:
1) Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari;
2) Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau
tidaknya persyaratan yang berbentuk konsep tersebut;
3) Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma;
4) Kemampuan memberikan contoh dan kontra contoh dari konsep yang
telah dipelajari;
5) Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk
representatif matematika;
6) Kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika;
7) Kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu
konsep.

Sumarmo menyatakan bahwa, “Pemahaman matematika secara umum


mempunyai indikator mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur,
prinsip dan ide matematika”. Jika seseorang telah paham terhadap sesuatu, maka
ia dapat mengungkapkan kembali dengan menggunakan bahasanya sendiri baik
suatu konsep ataupun prosedurnya.
Hendriana dan Sumarmo (2014), membedakan dua tingkat pemahaman
sebagai berikut:

9
a. Pemahaman tingkat rendah yaitu pemahaman mekanikal, komputasional,
instrumental, dan induktif yang meliputi kegiatan: mengingat dan
menerapkan rumus secara rutin atau dalam perhitungan sederhana.
b. Pemahaman tingkat tinggi yaitu pemahaman rasional, fungsional,
relasional, dan intuitif yang meliputi: mengkaitkan satu konsep/ prinsip
dengan konsep/ prinsil lainnya, menyadari proses yang dikerjakannya, dan
membuat perkiraan dengan benar.

Adapun rubrik scoring menurut Sumarmo yaitu :


Tabel 1
Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman

Tingkat
Kriteria Skor
Pemahaman
Tidak Paham Jawaban hanya mengulang pertanyaan 0
Miskonsepsi Jawaban menunjukkan salah paham yang
1
mendasar tentang konsep yang dipelajari
Miskonsepsi Jawaban memberikan sebagian informasi yang
Sebagian benar tapi menunjukkan adanya kesalahan 2
konsep dalam menjelaskan
Paham Sebagian Jawaban benar dan mengandung paling sedikit
satu konsep ilmiah serta tidak mengandung 3
suatu kesalahan konsep
Paham Jawaban benar dan mengandung seluruh
4
Seluruhnya konsep ilmiah

2.2 Kemampuan Penalaran Matematis


2.2.1 Pengertian Kemampuan Penalaran Matematis
Penalaran matematis merupakan satu kemampuan matematis yang perlu
dan penting di miliki oleh siswa sekolah menengah. Pentignya pemilikan
kemampuan penalaran matematik pada siswa pada dasarnya sejalan dengan visi
10
matematika khususnya untuk memenuhi kebutuhan masa datang. Sehubungan
dengan itu, Sumarmo (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika di
arahkan untuk memberi peluang berkembangnya kemampuan bernalar,
kesadaraan terhadap kebermanfaatan matematika, menumbuhkan rasa percaya
diri, sikap objektif dan terbuka untuk menghadapi masa depan yang selalu
berubah. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa penalaran di butuhkan untuk
membangun suatu gagasan matematika dan untuk menunjukan bukti kebenaran
dari gagasan tersebut. Penalaran menjadi penting dalam kehidupan apalagi dalam
matematika karena memuat proses yang aktif, dinamis, dan generatif yang di
kerjakan oleh pelaku dan pengguna matematika (Schoenfeld, dalam
Sumarmo,2006, 2010)
Pentingnya pemilikan kemampuan penalaran matematik juga dkemukakan
oleh Baroody (1993) dan Nasoetion (2004) bahwa penalran matematis sangat
penting dalam membantu individu tidak sekedar mengingat fakta , aturan, dan
langkah-langkah penyelesaian masalah,tetapi menggunakan ketermpilan dalam
melakukan pendugaan atas dasar pengalamannya sehingga yang bersangkutan
akan memperoleh pemahaman konsep matematika yang saling berkaitan dan
belajar secara bermakna atau meaningfull learning.
Rasional lain pentingnya pemilikan kemampuan penalaran matematis pada
siswa SM adalah karena kemampuan tersebut merupakan sebagian dari tujuan
pembelajaran matematika (KTSP, 2006, Kurikulum Matematika 2013) antara lain
: mapu menggunakan penalaran terhadap pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam menarik generalisasi, menyusun bukti serta menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika
Keraf (1982) menjelaskan istilah penalaran (reasoning) secara umum
sebagai ; “ proses berfikir yaang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta
yang di ketahui menuju kepada suatu kesimpulan”. Dalam matematika, penalaran
matematis berdasarkan fakta atau data, konsep, dan metode yang tersedia atau
yang relevan. Pengertian serupa tentang penalaran matematis di kemukakan Kerap
(1982), dan Shurter dan Pierce (Sumarmo, 1987) bahwa penalaran matematis di
definisikan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan
sumber yang relevan. Ciri-ciri penalaran matematis adalah :

11
a. Adanya suatu pola pikir yang di sebut logika. Dalam hal ini dapat di
katakan bahwa kegiatan penawaran merupakan suatu proses berpikir logis.
Berpikir logis ini diartikan sebagai berfikir menurut suatu pola tertentu
atau menurut logika tertentu
b. Proses berfikirnya bersifat analitik dan menggunakan logika.
Kemudian, berdasarkan cara menarik kesimpulannya, Sumarmo (1987,
2010, 2012)mengemukakan, penalaran matematis di klasifikasikan dalam
dua jenis yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran
induktif di artikan sebagai
1) Menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan terhadap data
terbatas
2) Proses penarikan kesimpulan yang berdasarkan pada beberapa
kemungkinan yang di munculkan dari premis-premis.

2.2.2 Indikator Kemampuan Penalaran Matematis


Berdasarkan pengeertian istilah penalaran matematis yang telah di uraikan
dalam bagian A, beberapa penulis merinci beberapa indikator penalaran
matematis yang kemudian menjadi rujukan para peneliti dalam menyusun
instrumen dan rencana pembelajaran penelitiannya.
Kemampuan penalaran matematis menurut Sumarmo (2014), yaitu :
a. Menarik kesimpulan logis
b. Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan
c. Memperkirakan jawaban dan proses solusi
d. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau
membuat analogi dan generalisasi
e. Menyusun dan menguji konjektuur
f. Membuat counter example (kontra contoh)
g. Mengikuti aturan inferensi dan memeriksa validitas argumen
h. Menyusun argumen yang valid
i. Menyusun pembuktian langsung, tidak langsung, dan menggunakan
induksi matematika

12
Selanjutnya, sebagai pedoman penyusunan butir tes, ia merinci indikator
kemampuan penalaran induktif matematis yang meliputi :
a. Penalaran transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus pada satu kasus
lainnya.
b. Penalaran analogi; penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan proses
atau data
c. Penalaran generalisasi: menarik kesimpulan mum berdasarkan sejumlah
data terbatas yang di cermati
d. Merperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan, interpolasidan
ekstrapolasi
e. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan atau pola yang
ada
f. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi dan menyusun
konjektur
Kemudian, penalaran deduktif di rinci kedalam beberapa kegiatan sebagai
berikut :
a. Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu
b. Menarik kesimpulan logis (penalaran logis) yang di rinci kedalam sub
indikator: penalaran proposional: berdasarkan aturan inferensi, memiliki
validitas argumen, membuktikan dan menyusun argumen yang valid;
penalara probabilitas, penalaran kombinatorial
c. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan
pembuktian dengan induksi matematika

2.2.3 Kisi-Kisi Dan Butir Tes Penalaran Matematis Tingkat SMP

Indikator Penalaran Butir Soal Skor


matematis
Melaksanakan 1. Sebuah model kolam renang 4
perhitungan di buat skala 1 : 5, apabila
berdasarkan aturan atau model kolam renang itu
rumus tertentu mempunyai volume
120.000 𝑐𝑚3 , hitunglah

13
volume sebenarnya dari
kolam renang tersebut

Jawab
Volume model kolam
3
renang = 120.000 𝑐𝑚
= 0,12 𝑚3
Misalnya volume
sebenarnya dari kolam
renang itu adalah v 𝑚3 .
Maka :
𝑣 50 125.000
=(1)= 1
0,12

V = 125.000 x 0,12 =
15.000
Jadi, volume sebenarnya
kolam renang itu adalah
15000 𝑚3

Memberikan 2. Apakah bangun-bangun di 15


penjelasan terhadap bawah ini sebangun?berilah
dua bangun yang penjelasan singkat
sebangun

Jawab
Semua sudut yang
bersesuaian sama besar dan
sisi-sisi yang bersesuaian
adalah
𝐴𝐵 3 1
=6=2
𝑆𝑇

𝐴𝐹 2 1
= =
𝑆𝑋 4 2

𝐷𝐶 2 1
=4=2
𝑉𝑈

𝐷𝐸 1
=2
𝑉𝑊

1
FE = 2

14
𝐵𝐶 1
=2
𝑇𝑈

Terlihat bahwa sisi-sisi


yang bersesuaian sebnding.
Jadi, ABCDEF dan
STUVWX adalah dua
bangun yang sebangun

Memeriksa validitas Periksa setiap langkah di bawah ini 4


argumen Misalkan a = b
Kalikan dengan a
Kurangkan dengan 𝑏 2
Faktorkan
Bagi dengan a-b
Substitusi untuk a
Bagi dengan b

Jawab
𝑎2 = ab
𝑎2 - 𝑏 2 = ab - 𝑏 2
(a + b)(a-b)=b (a-b)
a+b=b
2b = b
2=1

Memeriksa kesahihan
suatu argumen

2.3 Kemampuan Kreatif Matematis


2.3.1 Pengertian Kemampuan Kreatif Matematis
Pada dasarnya berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan
matematis esensial yang perlu dikuasai dan dikembangkan pada siswa yang
belajar matematika.
Berpikir kreatif secara umum dan dalam matematika merupakan bagian
keterampilan hidup yang sangat diperlukan siswa dalam menghadapi kemajuan

15
IPTEKS yang semakin pesat serta tantangan, tuntutan, dan persaingan global yang
semakin ketat.
Beberapa pakar mendefinisikan berpikir kreatif dengan ungkapan yang
beragam, namun memuat empat komponen utama : kelancaran, kelenturan,
keaslian dan elaborasi. Beberapa definisi berpikir kreatif merupakan kegiatan :
a. Menyusun ide barusan menetapkannya dalam pemecahan masalah
b. Melakukan kegiatan yang diklasifikasikandlm 4 komponen
c. Mendefinisikan bahwa kreatifitas merupakan kinerja seorang individu
yang menghasilkan sesuatu yang baru
d. Memulai ide, menciptakan jawaban baru untuk masalah lama
e. Berpikir yang menghasilkan sesuatu yang berjalan konsep, pengertian,
penemuan dan karya seni
f. Menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk.

Munandar (1987) dan Situasi (1994) mengidentifikasi orang yang kreatif


adalah mereka yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi kaya akan ide,
imajinatif, percaya diri, non-konformis, bertahan mencapai keinginannya.,
bekerja keras, optimistik, sensitif Terhadap masalah, berpikir positif, memiliki
rasa, kemampuan diri, berorientasi pada masa datang, menyukai masalah yang
kompleks dan menantang.
Puccio dan Murdock (cinta, es., 2001) mengemukakan perilaku afektif
yang terbuat dalam berfikir kreatif antara lain : merasakan masalah dan peluang,
toleran terhadap ketidakpastian, memahami lingkungan dan kekreatifan orang
lain, bersifat terbuka, berani mengambil risiko, membangun rasa percaya diri,
mengobrol diri, rasa ingin tahu, menyatakan dan merespons perasaan dan emosi
serta mengantisipasi sesuatu yang tidak diketahui.

2.3.2 Indiktor Berpikir Kreatif Matematis


Berdasarkan definisi berpikir kreatif yang telah diuraikan Munandar
(Sumarmo dkk, 2017:113) menguraikan indikator berpikir kreatif adalah
sebagai berikut :

16
a. Kelancaran meliputi : (1) mencetuskan banyak gagasan dalam
menyelesaikan masalah; (2) memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal; (3) bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
banyak daripada yang lain.
b. Kelenturan meliputi : (1) menghasilkan gagasan penyelesaian masalah
atau jawaban suatu pertanyaan yang bervariasi; (2) dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; (3) menyajikan suatu
konsep dengan cara yang berbeda.
c. Keaslian meliputi : (1) memberikan gagasan yang baru dalam
menyelesaikan masalah; (2) membuat kombinasi-kombinasi yang tidak
lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
d. Elaborasi meliputi : (1) mengembangkan atau memperkaya gagasan
orang lain; (2) menambah atau memperinci suatu gagasan sehingga
meningkatkan kualitas gagasan tersebut.

Balkan (mana, 2005) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif


matematis meliputi kemampuan berpikir konvergen dan berpikir divergen, yang
dirinci menjadi :
a. Kemampuan memformulasi hipotesis matematika yang difokuskan pada
sebab dan akibat dari suatu situasi masalah matematis.
b. Kemampuan menentukan pola-pola yang ada dalam situasi situasi masalah
matematis.
c. Kemampuan memecahkan masalah kebuntuan pikiran dengan mengajukan
solusi solusi baru dari masalah masalah matematis
d. Kemampuan mengemukakan ide ide matematika yang tidak biasa dan
dapat mengevaluasi konsekuensi konsekuensi yang ditimbulkan.
e. Kemampuan mengidentifikasi informasi matematis yang hilang dari
masalah yang diberikan.
f. Kemampuan merinci masalah matematis yang umum ke dalam sub sub
masalah yang lebih spesifik.

2.3.3 Kisi-Kisi Dan Butir Tes kemampuan Berfikir kreatif Tingkat SMP

17
Aspek Indikator Soal score
kemampuan Materi
yang diukur
Kelancaran Mengidentifikasi Seekor tikus berada pada
(fluency) sifat-sifat balok. titik A dan akan mengambil
kue yang berada di atas
lemari di atas lemari yang
berada pada titik G.
Diketahui titik A adalah
salah satu titik alas pada
lemari dan titik G adalah
salah satu titik pada atap
lemari. Tentukan bangun
ruang apakah lemari
tersebut, kemudian tentukan
rute perjalanan melalui
sketsa bangun ruang dan
tentukan jarak terdekat yang
ditempuh tikus jika lemari
tersebut memliki panjang =
80 cm, lebar = 50 cm dan
tinggi = 60 cm.
Keluwesan Membuat jaring- Buatlah model jaring-jaring
(flexibility) jaring kubus dan kubus dan balok dan
balok. tentukan bagian alas dan
atapnya!
Orisinal Menghitung luas Sebuah akuarium
(originality) permukaan mempunyai luas permukaan
kubus dan balok. 376 cm2. Jika panjang
akuarium 10 cm dan lebar
akuarium 6 cm. Tentukan
tinggi akuarium tersebut?
Elaborasi Menghitung Kotak kemasan handphone
(elaboration) volume kubus yang berukuran 5cm x 3cm
dan balok. x 8cm dimasukan kedalam
sebuah dus dan disusun
rapi. Dus tersebut dapat
memuat susunan kotak
dengan tiap susun berisi 12
buah kotak. Tentukan
volum dus?

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan siswa
menggunakan matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika),
dan kemampuan siswa mengkomunikasikan matematika yang dipelajari
sebagai isi pesan yang harus disampaikan (NCTM, 1989).
2. Menurut Baroody dalam Ansari (2012) ada lima aspek komunikasi yaitu
representasi (representing), mendengar (listening), membaca (reading),
diskusi (discussing) dan menulis (writing).
3. Faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi ada beberapa factor
yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematik, antara lain,
pengetahuan prasyarat (prior knowledge), kemampuan membaca, diskusi,
dan menulis serta pemahaman matematik (mathematical knowledge)
1. Adapun indikator kemampuan komunikasi siswa menurut NCTM
(Fachrurazi, 2011) dapat dilihat dari :
a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan,
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-
ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual
lainnya;
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah- istilah, notasi-notasi
matematika dan struktur- strukturnya untuk menyajikan ide-ide,
menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.
1. Sementara itu dalam NCTM (2000) dinyatakan bahwa standar
komunikasi matematis adalah penekanan pengajaran matematika pada
kemampuan siswa dalam hal :
a. mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan berfikir matematis
(mathematical thinking) mereka melalui komunikasi;

19
b. mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara koheren
(tersusun secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan
orang lain;
c. menganalisis dan mengevaluasi berfikir matematis (mathematical
thinking) dan strategi yang dipakai orang lain;
d. menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide
matematika secara benar.
2. Adapun kendala-kendala dalam komunikasi menurut Shadiq, (Zainab,
2011) adalah sebagai berikut:
a. Siswa yang kurang atau tidak dibiasakan mengemukakan
gagasan.Sebagai guru harus dapat membiasakan/member kesempatan
kepada siswa untu dapat mengemukakan gagasan atau ide-idenya dari
soal baik lisan ataupun tulisan, seperti melalui kegiatan talk dan write.
b. Guru kesulitan dalam membimbing siswa merumuskan suatu konjektur
(dugaan) dari data yang ada.Setiap siswa mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda, oleh karena itu dalam membimbing siswa guru
harus merumuskan konjektur dari data yang ada.
3. Soal berbentuk komunikasi matematika berbentuk eksploratif, transfer,
estimasi, aplikatif dan eloratif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ansari,Bansu, (2012), Komunikasi Matematik dan Politik, Pena, Banda Aceh


Ahmad, Marzuki, (2012), Komunikasi Matematika, (Online),
http://lubisbrother88.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
diakses pada 16 September 2014
Fachrurazi, (2011), Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Alex Media
Komputindo, Jakarta
Herdian, (2010), Kemampuan Komunikasi Matematika, (online),
(http://herdy07.wordpress.com/2010/05/07/kemampuan-komunikasi-
matematis/) diakses pada 18 September 2014
Mellyirzal, (2008), Dunia Matematikan, (online),
(http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html)
diakses pada 13 November 2014
Mulyana, Dr. Endang, (2012), Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan,
Alfabeta, Bandung
NCTM, (2000), Principles and Standards for School Mathematics. Reston:
NCTM Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
Sumarmo,U. , (1999), Implementasi Kurikulum 1994 Pada Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah. Laporan Penelitian Bandung: FMIPA IKIP Bandung

21
Kisi-kisi Pre-Test Kemampuan Komunikasi Matematika

Satuan Pendidikan : SMP


Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Waktu : 2 x 40 menit

Aspek Indikator Kemampuan Komunikasi Nomor Soal

Menyatakan ide-ide matematika menggunakan


Ekspresi
simbol-simbol atau bahasa matematika secara tertulis 1, 2
Matematika
sebagai representasi dari suatu ide atau gagasan

Pemahaman Menjelaskan suatu masalah dengan memberikan


4
Matematika argumentasi terhadap permasalahan matematika

Menggambar Dapat melukiskan dan membaca gambar, diagram,


3
Matematika grafik maupun table

22
SOAL KOMUNIKASI MATEMATIKA

Satuan Pendidikan : SMP


Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Teorema Pytagoras
Kelas / Semester : VIII / Ganjil
Waktu : 60 menit

Petunjuk :
 Tulis nama, kelas, dan nomor soal pada lembar jawaban
 Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah
 Lembar soal dan lembar jawaban dikumpul bersama-sama
 Tidak dibenarkan bekerja sama dengan teman

1. Untuk dapat mengambil layangan yang menyangkut di pohon, seorang anak


harus menyandarkan sebuah tangga yang panjangnya 5 m. Jika jarak ujung
tangga terhadap pangkal pohon adalah 3 m, maka:
a. Lukislah keadaan di atas!
b. Buat model matematikanya.
c. Berapakah tinggi pohon yang dicapai tangga tersebut? Berikan alasan
jawaban kamu.
2. Dari suatu pelabuhan, 2 buah kapal berlayar bersama-sama. Kapal pertama
berlayar dengan arah 700 ke timur sejauh 15 km, sedangkan kapal kedua
berlayar dengan arah 1600 ke selatan sejauh 8 km. Beri argumentasi dari cara
kamu memperoleh jarak antara kedua kapal sekarang!
3. Sebuah hiasan dinding digantungkan pada sebuah paku oleh dua utas tali
seperti pada gambar di bawah.

23
T

Tali Tali
S R

P Q

Misalkan PQRS adalah hiasan dinding berbentuk persegi panjang, dengan


panjang PQ = 18 cm dan QR = 40 cm. Jika jarak TU = 12 cm, maka:
a. Buatlah keterangan yang kamu dapatkan dari gambar tersebut.
b. Buatlah model matematika untuk memperoleh panjang tali minimal yang
dibutuhkan.

4. Sebuah kapal berlayar dari pelabuhan A ke arah timur menuju pelabuhan B


sejauh 150 km. Kemudian dilanjutkan ke arah selatan menuju pelabuhan C
sejauh 180 km. Dari pelabuhan C dilanjutkan ke arah barat menuju pelabuhan
D sejauh 210 km.
a. Buatlah sketsa dari keterangan di atas.
b. Nyatakan ide yang kamu miliki untuk menentukan jarak pelabuhan A ke
pelabuhan D.
c. Jika diketahui jarak pelabuhan A ke pelabuhan D sejauh 190 km.
Analisislah pernyataan tersebut, bandingkan dengan jawaban yang anda
peroleh.

24
ALTERNATIF PENYELESAIAN PRE TEST
1. Diketahui : Panjang tangga = 5 m
Jarak ujung bawah tangga terhadap pangkal pohon = 3 m
Ditanya : a. Gambar
b. Model matematika
c. Tinggi pohon dengan memberikan alasan jawaban
Jawab : a. Misalkan tinggi pohon = t
Jarak ujung bawah tangga terhadap pangkal pohon = p
Panjang tangga = s

s b. s2 = p2 + t2
t t2 = s2 – p2
t2 = 52 – 32
p t2 = 25 – 9
t2 = 16
t=4m
c. Tinggi pohon adalah 4 m. Tinggi pohon diperoleh dengan
menggunakan rumus Pythagoras. Dari gambar bagian a.
Diperoleh rumus Pythagoras s2 = p2 + t2.
2. Diketahui : Kapal 1 berlayar 700 ke timur sejauh 15 km
Kapal 2 berlayar 1600 ke selatan sejauh 8 km
Ditanya : Jarak kedua kapal dengan memberikan argumentasi
Jawab :
U
700 15km Q
P1600
8 km
R
 UPQ = 700 dan  UPR = 1600, maka diperoleh

 QPR = 1600 – 700 = 900


Karena  QPR = 900, Sehingga  PQR merupakan segitiga
siku-siku di P

25
QR2 = PQ2 + PR2
QR2 = 152 + 82
QR2 = 225 + 64
QR2 = 289
QR = 289 = 17
Jarak kedua kapal sekarang adalah 17 km.
3. Diketahui : PQRS merupakan persegi panjang dengan panjang PQ = 18 cm
dan QR = 40 cm.
Panjang TU = 12 cm
Ditanya : a. Keterangan yang diperoleh dari gambar
b. Model matematika untuk memperoleh panjang tali minimal
Jawab :
T
Tali Tali
S R

P Q
a. Dari gambar diperoleh panjang SR = PQ = 18 cm. Karena
 RST merupakan segitiga sama kaki, maka panjang SU = 9
cm.  STU memiliki panjang SU = 9 cm dan TU = 12 cm.
b. Model matematika
ST2 = TU2 + SU2
ST2 = 122 + 92
ST2 = 144 + 81
ST2 = 225
ST = 15
Jadi panjang ST = tali = 15 cm
Karena  RST merupakan segitiga sama kaki, maka panjang
ST = panjang TR = 15 cm, maka panjang tali yang
dibutuhkan adalah 30 cm
26
4. Diketahui : Kapal berlayar dari pelabuhan A ke timur menuju pelabuhan B
sejauh 150 km, ke selatan menuju pelabuhan C sejauh 180 km,
ke barat menuju pelabuhan D sejauh 210 km.
Ditanya : a. sketsa gambar
b. Menyatakan ide untuk menentukan jarak pelabuhan A ke D
Jawab :
a. A150 km B

180 km

D 210 kmC
Dari gambar sketsa gambar diatas dapat dibuat gambar:
A 150km B
180 km

D EC
210 km
b. Karena CD = 2100, maka DE = 60 dan AE = 180
AD2 = AE2 + DE2
AD2 = 1802 + 602
AD2 = 32400 + 3600
AD2 = 36000
AD = 189, 74
Maka jarak pelabuhan A ke pelabuhan D adalah 189, 74 km

c. Dari pernyataan yang terdapat pada soal tidak sesuai dengan jawaban
yang diperoleh. Jarak pelabuhan A ke pelabuhan D adalah sejauh
189,74 km. Jadi, dari pernyataan yang ada pada soal salah seharusnya
jarak antara pelabuhan A ke pelabuhan D adalah 189,74 km.

27
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematika ..................................... 4
1.2 Aspek-Aspek Komunikasi Matematika ...................................................... 5
1.2.1 Representatif ................................................................................... 5
1.2.2 Mendengar (listening) ..................................................................... 5
1.2.3 Membaca (reading) ......................................................................... 5
1.2.4 Diskusi (discussing) ........................................................................ 6
1.2.5 Menulis (writing) ............................................................................ 7
1.3 Faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi ................................ 9
1.3.1 Pengetahuan prasyarat..................................................................... 9
1.3.2 Kemampuan membaca, diskusi dan menulis .................................. 9
1.4 Bentuk Komunikasi Matematis ................................................................... 10
1.5 Indikator Kemampuan Komunikasi ............................................................ 12
1.6 Bentuk Soal Komunikasi Matematika ........................................................ 14
1.6.1 Soal berbentuk transfer ................................................................... 16
1.6.2 Soal berbentuk eksploratif .............................................................. 16
1.6.3 Soal berbentuk elaboratif ................................................................ 16
1.6.4 Soal berbentuk aplikatif .................................................................. 17
1.6.5 Soal berbentuk estimasi .................................................................. 17
BAB III : PENUTUP
1.1 Kesimpulan ................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA

i
Lampiran

Kisi-kisi Pre-Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ....................................... 21


Soal Kemampuan Komunikasi Matematika ........................................................... 22
Kunci Alternatif Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematika ......................... 24

ii
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATISA

KELOMPOK III:

DEWI LESTARI 8146171016


NUR ASYIAH NASUTION 8146171059
RISKY YASMITA SARI HSB 8146171074
YUSI SABRIDA 8146171091

DIKMAT A-3

Dosen Pengampu Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
1

Вам также может понравиться