Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hamil di luar nikah, atau Married by Accident. Kalimat itu nampaknya saat ini telah cukup
akrab di telinga kita. Saat ini fenomena hamil di luar nikah bukanlah hal yang aneh, atau bahkan
sesuatu yang salah. Entah dikarenakan keadaan zaman yang mengalami demoralisasi atau
penurunan moral, atau karena zaman kian menjauh dari nilai-nilai dan moral agama, sehingga saat
ini banyak sekali pasangan yang masih berstatus pacaran berani melakukan hal-hal yang
merupakan bagian dari hak dan kewajiban suami istri.
Remaja merupakan sosok menarik yang tidak ada habisnya untuk diperbincangkan. Masa
remaja merupakan masa yang memberi kenangan, selain karena penuh gejolak dan tantangan, juga
karena remaja memiliki dunia pergaulannya sendiri yang mempengaruhi perkembangan fisik dan
psikhisnya menuju dewasa dan tua. Sayangnya, dunia modern telah banyak memberi pengaruh
buruk terhadap pergaulan remaja.
Pergaulan bebas remaja yang memberikan pengaruh buruk seperti merokok, minum-
minuman keras, berkelahi, membuat keonaran, merusak, melakukan seks bebas dan
mengkonsumsi narkoba merupakan perilaku yang menyimpang, dan merupakan salah satu
penyebab terjadinya Married by Accident. Adapun perilaku menyimpang yang seringkali
dilakukan remaja saat ini yaitu seks bebas pra-nikah. Munculnya kebebasan seks dikalangan
remaja ini sangat menggelisahkan.
Masalah Married by Accident ini sudah sangat populer, baik terjadi di kalangan remaja kota
maupun desa. Hal ini karena kasus-kasus hamil di luar nikah telah menjadi sesuatu yang sangat
marak dan biasa terjadi di masyarakat. Dan sebagian atau hampir seluruh di daerah di Indonesia
ini ada kejadian ini yaitu banyak pasangan yang menikah disebabkan karena masalah hamil di luar
nikah ini.
Selain pergaulan bebas, salah satu penyebab Married by Accident ini yaitu dekadensi moral
dan nilai-nilai agama dikesampingkan dengan mencontoh budaya barat. Pergaulan ala barat
nampaknya memicu keinginan bergaul secara bebas antara wanita dan laki-laki. Budaya ala barat
yang mengutamakan nafsu, merambah berbagai aspek hidup remaja seperti mode pakaian, alat
kecantikan, gaya rambut, dan terutama pergaulan hidup yang bebas seperti hewan telah menular
ke negeri yang beragama ini.
Umumnya, pada usia remaja adalah tidak siapnya menghadapi perubahan hormonal yang
dapat menyebabkan ada dorongan seks yang kuat dalam diri remaja. Sebenarnya, dorongan seks
yang kuat bukanlah hal yang salah melainkan memerlukan pengendalian rasional agar tidak
mencederai masa remaja yang seharusnya berjalan indah. Banyak remaja yang mengalami
“kecelakaan” atau “salah jalan” diakibatkan kelalaian orangtua mengawasi dorongan seksual di
masa remaja yang dahsyat ataupun perilaku seksual remaja yang menyimpang.
Terjadinya Married by Accident pada remaja tampaknya tidak hanya disebabkan masalah
pergaulan, namun ada kaitannya dengan lingkungan remaja sekitar, dimana dalam pemaknaan
terhadap seks pra-nikah yang bersangkutan. Misalnya saja banyak dari kaum remaja terpengaruh
dengan pendapat sekitar bahwa menganggap kolot jika ketika pacaran tidak melakukan hubungan
seks pra-nikah. Mereka menganggap bahwa seks pra-nikah merupakan pembuktian untuk
mengungkapkan cinta yang sesungguhnya. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa ketika salah satu
pihak menolak untuk melakukan hubungan seks, diklaim bahwa hubungan cintanya hanya sebatas
main-main. Oleh sebab itu kini umumnya jika remaja berpacaran, remaja tidak lagi hanya sebatas
berteman dekat saja namun sudah sampai pada tingkat melakukan hubungan seks pra-nikah remaja
beranggapan bahwa hubungan seks pra-nikah adalah simbol cinta dalam gaya hidup modern, yang
menuntut penyerahan diri secara total. Padahal bagi masyarakat, hubungan seks pra-nikah
dianggap sebagai perilaku yang melanggar norma sosial dan agama.
Married by Accident juga sangat menimbulkan dampak yang banyak bagi remaja,
diantaranya putus asa, frustasi atau stress, dan juga meningkatnya aborsi. Banyak remaja yang
putus asa akan hidupnya karena Married by Accident, melihat budaya di masyarakat Indonesia
yang menganggap bahwa hamil di luar nikah adalah aib besar bagi keluarga. Putus asa akan remaja
alami karena menganggap dirinya sudah tidak berguna lagi karena telah menjadi aib keluarga.
Remaja tentunya juga akan mengalami frustasi dan stress, karena mayoritas masyarakat
Indonesia untuk menutupi masalah ini biasanya langsung memilih jalan menikah, sehingga hal ini
akan menimbulkan stres pada remaja. Hal ini juga akan menyebabkan meningkatnya angka
pernikahan dini. Tingkat kejadian aborsi juga akan meningkat. Meningkatnya aborsi disebabkan
karena remaja yang tidak bisa menerima kehamilannya.
Menurut penelitian Tia Nopitri Yanti (2009), pada umumnya masyarakat memandang kasus
pernikahan wanita hamil di luar nikah adalah sebagai hal yang sudah biasa terjadi, walaupun hal
ini tidak sesuai dengan hukum islam, dikarenakan alasan yang dapat merugikan pihak wanita dan
mencoreng kehormatan serta nama baik keluarga. Fakta ini sesuai dengan pengamatannya, bahwa
pernikahan wanita hamil di luar nikah dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja dan lumrah
terjadi di kalangan remaja pada zaman sekarang. Persepsi masyarakat tentang pernikahan wanita
hamil di luar nikah sangalah rendah, sebesar 47.37% dari 95 Orang yang penulis mintai
jawabannya, memandang bahwa hal ini biasa terjadi. Dan masyarakat lebih cenderung bersikap
acuh tak acuh terhadap kasus ini. Karena tidak adanya kepastian hukum yang dapat menjerat
pelaku pernikahan hamil di luar nikah tersebut.
Kasus perilaku seksual pada remaja di Kota Pekanbaru Provinsi Riau sangat
memprihatinkan. Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak (GN-AKSA) tahun 2015
mencatat 97% remaja sudah pernah melihat materi porno. Kasus ini kasus ini semakin
membahayakan kaum remaja yang mana terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun tahun 2014
yang tercatat sebanyak 64% remaja sudah pernah melakukan Kissing dan 12,4 % sudah pernah
melakukan oral seks. Kejadian ini menjadi hal yang mengejutkan dan sangat memprihatinkan
dimana saat ini akses untuk mendapatkan gambar atau hal yang tidak baik sangatlah mudah karena
kecanggihan teknologi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2013) kepada seluruh remaja se- Kota
Pekanbaru kelas X dan XI dengan jemlah sampel sebanyak 1000 orang. Diperoleh hasil bahwa
remaja di Pekanbaru yang terpapar pornografi sebanyak 50,1%, remaja yang memiliki teman
sebaya dengan pengaruh buruk sebanyak 47,%, remaja yang memiliki pacar sebanyak 52,2%,
remaja dengan intensitas cinta yang tinggi terhadap pasangannya sebanyak (51%).
Persentase usia pernikahan dibawah 20 tahun paling banyak terdapat di Provinsi Kalimantan
Tengah yaitu 59,1% sedangkan di Provinsi Riau, jumlah perempuan yang menikah dibawah usia
20 tahun sebanyak 39,3% (Riskesdas, 2010) Data yang diperoleh dari Kementerian Agama Kota
Pekanbaru, yang terbanyak melakukan pernikahan dini tahun 2015 adalah Kecamatan Marpoyan
Damai yaitu 182 orang (26,18%).
Menurut data WHO (2012) ditemukan sekitar 16 juta anak perempuan berusia 15 sampai 19
tahun dan 2 juta anak perempuan di bawah usia 15 melahirkan setiap tahun. Di seluruh dunia, satu
dari lima anak perempuan telah melahirkan pada usia 18 tahun. Di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah, lebih dari 30% anak perempuan menikah sebelum berusia 18 tahun, dan
sekitar 14% menikah sebelum usia 15 tahun. Hubungan seks dan kehamilan sebelum menikah
terjadi di seluruh daerah dan pada semua kelas sosial dan latar belakang etnis (Utomo et al., 2010).
Di Indonesia sendiri, sebagaimana dilaporkan dalam sebuah Jurnal Ilmiah Kesehatan, penelitian
yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan (LSCK) di Yogyakarta mendapatkan
hasil bahwa 97,5% dari responden mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah (Banun
dan Setyorogo, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Persepsi Masyarakat terhadap Kehamilan Diluar Nikah (Married by Accident).

DAFTAR PUSTAKA
Yanti, Tia Nopitri. 2009. Persepsi dan Respon Masyarakat Mengenai Pernikahan Wanita Hamil di
Luar Nikah (Studi Pada Warga Kelurahan Jati Mekar, Kecamatan Jati Asih-Bekasi). Jakarta. UIN Syarif
Hidayatullah.

WHO. 2012. Adolence Pregnancy. Retrieved from A report on Early Marriages, Adolescent and
Young Pregnancies for the Sixty-fifth World Health Assembly: Diakses 17 maret 2019, pukul
15.00, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs364/en/.
Utomo ID, Reimondos PM, Hull T, Utomo A. 2010. Reproductive health services for single young
adults. The 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood Study 1.
Banun FOS & Setyorogo S. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual
pranikah pada mahasiswa semester V STIKes X Jakarta Timur 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan 5(1):
1-2.
Riskesdas (2010). Riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan penelitian dan pengembangan
kesehatan Kemenkes RI
Gn-Aksa.(2015).97 Persen Remaja Pernah Akses Konten Pornografi. Diakses dari
http://www.pekanbaru.trbunnews.com pada tanggal 17 maret 2019, pukul 16.00
Marlina,h.; Ezalina,& Lapau, B. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Seksual Remaja Sma Negeri Se-Kota Pekanbaru Tahun 2013. STIKes Hangtuah Pekanbaru

Вам также может понравиться