Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan, air bisa
didapatkan dari berbagai sumber seperti dari sumur bor, sumur konvensional,
air hujan, air laut, dan lain-lain. Penyediaan air bersih sangat dibutuhkan oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak,
menyiram dan lain-lain. Dari kegiatan manusia juga dihasilkan air telah pakai
yang disebut dengan air buangan. Dalam hal untuk menyalurkan air bersih dan
air buangan tersebut dibutuhkan suatu instalasi air yang biasa disebut plambing
yang merupakan salah satu sarana untuk menyalurkan ke beberapa bagian
rumah atau gedung yang membutuhkan, antara lain : kamar mandi, dapur,
mesin cuci, tempat cucian mobil motor, taman, tempat beribadah dan lain –
lain.
Plambing adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan instalasi perpipaan.
Baik itu sistem air bersih, sistem drainase, sistem hydrant maupun sistem
sprinkler. Maka dari itu sistem plambing tak dapat dipisahkan dalam
perencanaan gedung. Setiap gedung membutuhkan saluran untuk
menyaluarkan air bersih dan air buangan. Sumber air bersih dapat berasal dari
air PDAM, air sumur, ataupun air tanah.
Gedung perkuliahan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya merupaka salah satu gedung yang akan menjadi
gedung perkuliahan utama bagi jurusan sains dan teknologi. Gedung fakultas
ini akan dibangun dengan memiliki luas bangunan seluas 4000 m2 yang
bertingkat lima lantai serta ukuran panjang dan lebar gedung fakultas masing-
masing adalah 80 meter dan 50 meter. Diperkirakan jumlah orang yang akan
menempati gedung fakultas ini sekitar 2000 jiwa untuk jumlah keseluruhan
baik terdiri dari mahasiswa, pegawai dan dosen. Dalam perencanaan
pembangunan sebuah gedung, perancangan awal struktur baik bentuk
bangunan dan berbagai sistem saluran dalam gedung haruslah diperhatikan
demi kelayakan, keamanan, dan kenyamanan didirikannya sebuah bangunan.
Pada studi kasus ini, perancangan sistem pompa dan plambing difungsikan
sebagai penyalur air bersih dan air buangan yang efektif yang akan diterapkan
pada pembangunan gedung Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya. Air bersih yang digunakan bersumber dari air
PDAM.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, kami mengidenftifikasi masalah yang
akan dijadikan bahan penelitian ini adalah perancangan sistem plambing
sebagai penyalur air bersih dan air buangan pada Gedung Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

1.3 Pembatasan Masalah


Adapun batasan masalah pada tugas besar mata kuliah Plambing dan Pompa
ini adalah:
1. Berfokus pada sistem plambing dan pompa pada gedung Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Sistem pompa dan plambing yang digunakan meliputi perancangan
sistem perpipaan air bersih dan sistem perpipaan air buangan pada
gedung Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.
3. Sumber air yang digunakan di gedung Fakultas Sains dan Teknologi
bersumber dari air PDAM.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada
penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana rancangan sistem plambing instalasi air bersih dan air
buangan yang akan digunakan pada pembangunan gedung Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya?
2. Bagaimana cara menentukan sistem distribusi air yang digunakan
sehingga air yang didistribusikan sesuai dengan tekanan yang
dipersyaratkan dan air buangan dapat dialirkan tanpa mencemari
bagian gedung Fakultas Sains dan Teknologi lainnya?
1.5 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Mendefinisikan jenis dan fasilitas plambing yang ada pada gedung yang
disesuaikan dengan kebutuhan standars yang telah ditentukan.
2. Melakukan perancangan plambing instalasi air bersih dan air buangan
serta sistem distribusi air yang digunakan sesuai dengan perhitungan
kebutuhan air bersih dan air buangan pada bangunan gedung Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Perencanaan sistem plambing Gedung Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini mencakup pada:
1. Perencanaan sistem plambing Gedung Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini didasarkan pada
gambar perencanaan bangunan.
2. Sumber air bersih yang digunakan yaitu berasal dari PDAM.
3. Perencanaan sistem plambing meliputi sistem penyediaan air bersih dan
penyaluran air buangan.
4. Gambar detail sistem meliputi site plan, daerah jalur pipa, penyediaan
air bersih, penyaluran air buangan, gambar perlengkapan plambing, dan
gambar detail lainnya.
5. Spesifikasi teknis meliputi syarat material, persyaratan teknis
pelaksanaan pemasangan.

1.7 Manfaat
Adapun manfaat penulisan ini adalah hasil dari perencanaan ini dapat
menjadi landasan dalam pengembangan media pembelajaran atau penerapan
media pembelajaran secara lebih lanjut mengenai sistem pompa dan plambing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Dan Peralatan Plambing

2.1.1. Definisi Sistem Plambing dan Alat Plambing

Plambing merupakan perpaduan antara seni dan teknologi pemipaan


serta peralatan pendukungnya untuk menyediakan air bersih ke tempat yang
diinginkan; baik dalam bentuk kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas
dengan memenuhi syarat yang berlaku, serta membuang air kotor atau air
bekas dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya
untuk menciptakan kondisi yang nyaman dan higienis sesuai dengan standar
yang berlaku. Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan
pembuangan air kotor yang saling berkaitan satu sama lain serta merupakan
perpaduan yang telah memenuhi syarat berupa peraturan perundangundangan
yang berlaku, pedoman pelaksanaan, serta standar tentang peralatan dan
instalasinya (Christianto, 2017).

Plambing didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan


dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung
atau gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan Air Bersih dan Air
Buangan yang dihubungkan dengan sistem saluran kota. Adapun fungsi dari
sistem instalasi plambing adalah:
a. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki
dengan tekanan yang cukup.
b. Membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa
mencemarkan bagian penting lainnya (Wibowo, 2017).

Istilah “alat plambing” digunakan untuk semua peralatan yang


dipasang di dalam maupun di luar gedung, untuk menyediakan
(memasukkan) air panas atau air dingin, dan untuk menerima
(mengeluarkan) air buangan. Atau secara singkat dapat dikatakan semua
peralatan yang dipasang pada: (Noerbambang & Morimura, 1984).
-Ujung akhir pipa, untuk memasukkan air
-Ujung awal pipa, untuk membuang air buangan.
Di dalam sistem plambing, dikenal adanya istilah peralatan
plambing atau alat plambing. Menurut (Noerbambang & Morimura, 1984)
istilah peralatan plambing meliputi :
1. Peralatan untuk penyediaan air bersih/air minum
2. Peralatan untuk penyediaan air panas
3. Peralatan untuk pembuangan dan ven
4. Peralatan saniter (plumbing fixtures)
Dalam artian yang lebih luas, selain peralatan-peralatan tersebut
diatas, istilah “peralatan plambing” seringkali digunakan untuk mencakup :
1. Peralatan pemadaman kebakaran (fire sprinkle).
2. Peralatan pengolahan air kotor ( tangki septik).
3. Peralatan penyediaan gas.
4. Peralatan dapur.
5. Peralatan untuk mencuci (laundry).
6. Peralatan pengolahan sampah.
7. Berbagai instalasi pipa lainnya.
Bahan yang digunakan sebagai alat plambing harus memenuhi
syarat-syarat sbagai berikut: (Noerbambang & Morimura, 1984)
1. Tidak menyerap air (atau,sedikit sekali)
2. Mudah dibersihkan
3. Tidak berkarat dan tidak mudah aus
4. Relatif mudah dibuat
5. Mudah dipasang
2.1.2. Fungsi Sistem Plambing

Fungsi dari peralatan plambing adalah pertama, untuk menyediakan


air bersih ke tempat-tempat yang dihendaki dengan tekanan yang cukup,
dan kedua, membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa
mencemarkan bagian penting lainnya. Fungsi pertama dilaksanakan oleh
sistem penyediaan air bersih, dan yang kedua oleh sistem pembuangan.
(Noerbambang & Morimura, 1984).
2.1.3 Peralatan Saniter
Peralatan saniter seperti kloset/kakus, peturasan, dan bak cuci
tangan, umunya dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini sangat
populer karena biaya pembuatannya cukup murah, dan ditinjau dari segi
sanitasi sangat baik. (Noerbambang & Morimura, 1984)
Berikut ini adalah beberapa jenis peralatan saniter yaitu :
1. Kloset (Water Closet)
Jika ditinjau dari kontruksinya, kloset terbagi menjadi beberapa tipe.
(a) Tipe wash-out
Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Kotoran
tidak jatuh ke dalam air yang merupakan sekat , sehingga pada
suatu permukaan penampung yang agak lurus dan sedikit berair,
sehingga seringkali pada waktu penggelontoran tidak bisa
bersih betul. Akibatnya menimbulkan bau yang tidak sedap
(b) Tipe wash-down
Tipe ini mempunyai konstruksi sedemukian hingga kotoran
jatuh langsung atau tidak kedalam air sekat, sehingga bau yang
timbul akibat sisa kotoran kurang dibandingkan dengan
tipe wash-out.
(c) Tipe siphon
Tipe ini mempunyai konstruksi jalan nya air bunangan yang
lebih rumit dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit
menunda aliran air buangan tersebut sehinggatimbul
efek siphon. Jumlah air yang ditahan dalam mangkuk sebagai
“sekat” lebih banyak, juga muka airnya lebih tinggi, dibanding
tipe wash-down. Oleh karena itu bau lebih berkurang lagi pada
tipe ini. Seperti pada gambar 2.1
(d) Tipe siphon-jet
Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat,
dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil
searah aliran air buangan. Dibandingkan dengan tipe siphon, tipe
siphon-jet akan menggunakan air penggelontor lebih banyak
(e) Tipe blow-out
Tipe sebenarnya dirancang untuk menggelontar dengan dengan
cepat air kotor dalam mangkuk kloset tetapi akibatnya
membutuhkan air dengan tekan sampai 1 kg/cm2 dan
menimbulkan suara berisik.

Gambar 2.1 Water Closet Tipe Siphon


2. Peturasan (Urinoir)
Ditinjau dari konstruksinya, peturasan dapat dibagi seperti
kloset. Yang paling banyak digunakan dari tipe wash-down. Untuk
tempat=tempat umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip
“talang”, dibuat dari porselen atau baja tahan karat, dan harus memenuhi
syarat-syarat berikut: (Noerbambang & Morimura, 1984)
(1) Dalamnya “talang” 15 cm atau lebih
(2) Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan
saringan
(3) Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram
bidang belakang talang dengan lapisan air
(4) Laju aliran penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap
setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.
Berikut contoh pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Peturasan


3. Lavatory
Lavatory merupakan suatu tempat atau wadah yang digunakan
untuk mencuci tangan dan biasanya sering kita disebut sebagai
westafel. Pada umumnya bahan yang digunakan adalah porselen dan
dalam pemasangannya biasanya dilengkapi dengan faucet.
Lavatorydapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.

Gambar 2.3 Lavatory


2.1.4 Jenis Peralatan Plambing

Jenis peralatan plambing diklasifikasikan secara khusus dan secara


umum. Secara khusus, jenis peralatan plambing meliputi :

1. Peralatan untuk penyediaan air bersih dan air minum


2. Peralatan untuk penyediaan air panas
3. Peralatan untuk pembuangan dan ven
4. Peralatan saniter atau plumbing fixtures (Suhardiyanto,
2016).

Sedangkan secara umum, jenis peralatan plambing meliputi :

1. Peralatan pemadam kebakaran


2. Peralatan pengolah air kotor
3. Peralatan penyediaan gas
4. Peralatan dapur
5. Peralatan mencuci
6. Peralatan pengolah sampah
7. Dan berbagai jenis peralatan pendukung lainnya, seperti
penyediaan zat asam, air minum dan pipa vakum
(Christianto, 2017).

2.1.5 Peralatan Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih diperlukan untuk mengalirkan air


bersih menuju tempat yang memerlukan. Dalam perancangan sistem air
bersih harus diperhatikan mengenai sistem yang akan digunakan, pada
umumnya terbagi dalam beberapa jenis seperti: sistem sambungan
langsung, sistem tangki atap, dan sistem tangki tekan (Suhardiyanto, 2016).

Menurut (Noerbambang & Morimura, Perancangan dan


Pemeliharaan Sistem Plambing, 1984) ada beberapa sistem penyediaan air
bersih yang banyak digunakan, yaitu sebagai berikut :
(a) Sistem sambungan langsung
Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung
langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini
dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan
rendah, karena pada umumnya pada perumahan dan gedung
kecil tekanan dalam pipa utama terbatas dan dibatasinya ukuran
pipa cabang dari pipa utama. Ukuran pipa cabang biasanya
diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum. Tangki
pemanas air biasanya tidak disambung langsung kepada pipa
distribusi, dan dibeberapa daerah tidak diizinkan memasang
katup gelontor.

Gambar 2.8 Sistem sambungan langsung


Sumber: (Noerbambang & Morimura, Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing, 1984).
Pada sistem sambungan langsung pipa distribusi dalam
gedung langsung terkoneksi dengan pipa utama penyediaan air
bersih (misalnya: pipa utama dibawah jalan dari perusahaan air
minum). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan
dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka
sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-
gedung kecil dan rendah. Ukuran pipa cabang biasanya
diatur/ditetapkan oleh perusahaan air minum. Tangki pemanas air
biasanya tidak disambung langsung kepada pipa distribusi, dan
dibeberapa daerah tidak diizinkan memasang katup gelontor (flush
valve).

(b) Sistem tangki atap


Pada sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki
bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka
tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya
dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan.
Gambar 2.9 Sistem dengan tangki atap
Sumber: (Noerbambang & Morimura, Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing, 1984).
Sistem tangki atap, air ditampung lebih dahulu dalam tangki
bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka
tanah) kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya
dipasang diatas atap atau diatas lantai tertinggi bangunan. Sistem
tangki atap ini diterapkan dengan alasan-alasan berikut :

a. Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada


alat plambing hampir tidak terjadi, perubahan tekanan ini
hanyalah akibat muka air dalam tangki atap.
b. Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja
otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil
sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya
dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka
dalam tangki atap.
c. Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan
dengan tangki tekan.
(c) Sistem tangki tekan
Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut : air yang telah
ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana
(tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari
tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.
Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor
tekanan. Daerah fluktuasi biasanya ditetapkan 1- 1.5 kg/cm2 .
Sistem tangki tekan biasanya dirancang sedemikian rupa agar
volume udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70%
volume tangki berisi air. Jika awalnya tangki tekan berisi udara
bertekanan atmosfer, kemudian diisi air, maka volume air yang akan
mengalir hanya 10% volume tangki.

Gambar 2.10 Sistem tangki tekan


Sumber: (Noerbambang & Morimura, Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing, 1984).
Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana suatu
kondisi tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip
kerja sistem ini adalah sebagai berikut : Air yang telah ditampung
dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki)
tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dalam tangki
tersebut dialirkan ke dalam suatu distribusi bangunan. Pompa
bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan,
yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa.
Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu
batas minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi tekanan ini
biasanya ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg/cm2. Daerah yang
makin lebar biasanya baik bagi pompa karena memberikan waktu
lebih lama untuk berhenti, tetapi seringkali menimbulkan efek yang
negatif pada peralatan plambing (Prahara, 2016).
(d) Sistem tanpa tangki (booster system)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki
bawah, tangki tekan maupun tangki atap. Air dipompakan langsung
ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung
dari pipa utama (misal : pipa utama PDAM). Ada dua macam
pelaksanaan sistem ini, dikaitkan dengan kecepatan putaran pompa
konstan dan variabel. Namun sistem ini dilarang di Indonesia, baik
oleh perusahaan air minum maupun pada pipa-pipa utama dalam
pemukiman khusus (tidak untuk umum).

Gambar 2.11 Sistem tanpa tangki


Sumber: (Noerbambang & Morimura, Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing, 1984).
1.2 Penentuan Kebutuhan Air
Langkah-langkah dalam menentukan kebutuhan air bersih dalam
perancangan suatu bangunan dapat diperhitungkan melalui:
1. Pemakaian air dalam satu hari
Qd = jumlah penghuni x pemakaian air per orang per hari ....... (Pers 2.1)

2. Kebutuhan air rata-rata pemakaian per hari


𝑄𝑑
Qh = ................................................................................. (Pers 2.2)
𝑡

Dimana:
Qh = pemakaian air rata-rata (l/jam)
Qd = pemakaan air rata-rata (l/hari)
t = pemakaian rata-rata (jam/hari)

3. Pemakaian air pada jam puncak


Qh-maks = C1.Qh ........................................................................ (Pers 2.3)
Dimana:
Qh-maks = pemakaian air (l/jam)
C1 = konstata 1,5 untuk bangunan rumah tinggal; 1,75 untuk
bangunan perkantoran; 2,0 untuk bangunan
hotel/apartement.
Qh = pemakaian rata-rata (l/jam)

4. Pemakaian air pada menit puncak


Qm-maks = C2.Qh ................................................................... (Pers 2.4)
Dimana:
Qm-maks = pemakaian air (l/menit)
C2 = konstata 3,0 untuk bangunan rumah tinggal; 3,5
untuk bangunan perkantoran; 4,0 untuk bangunan
hotel/apartement.
Qh = pemakaian rata-rata (l/jam)

Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya


digunakan untuk menetukan volume tangki bawah, tangki atap, pompa dan
sebagainya, adapun untuk menentukan perhitungan dimensi bak air bawah
(Ground Water Tank) berdasarkan rumus menurut (Noerbambang &
Morimura, 2005) yaitu:
1. Ground reservoir (tangki bawah tanah)
Kapasitas tangki air bawah untuk tangki air yang digunakan
hanya menampung air minum (Noerbambang dan morimura
1991):
VR = Qd – Qs x T……..…………………………. (Pers 2.5)
Sedangkan kalau tangki juga berfungsi menyimpan air untuk
pemadam kebakaran, ukuran tangkinya adalah :

VR= Qd – Qs x T + VF……………..…………… (Pers 2.6)


Dimana :
Qd = jumlah kebutuhan air perhari (m3)
Qs = kapasitas pipa dinas (m3/jam)
T = rata-rata pemakaian perhari (jam)
VR = volume tangki air (m3)
VF = cadangan air untuk pemadam kebakaran (m3)

2. Kapasitas tangki air atas (Noerbambang dan morimura 1991)


VE = (Qp-Qmax) x Tp + Qpu x Tpu…………….(pers. 2.6)
Dimana :
VE = kapasitas efektif tangki atas (m3)
Qp = kebutuhan puncak (liter/menit)
Qmax = kebutuhan jam puncak (liter/menit)
Qpu = kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
Tp = jangka waktu kebutuhan puncak (menit )
Tpu = jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)
MASIH BELUM, AKU LONCATIN DULU
2.2 Perencanaan Sistem Pembuangan Air Buangan
2.2.1 Jenis Air Buangan
Air buangan, atau sering pula disebut air limbah, adalah semua
cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan,
bekas tumbuh-tumbuhan, maupun yang mengandung sisa-sisa proses
dari industri.
Air buangan dapat dibagi menjadi empat golongan:
(1) Air kotor : Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet,
dan air buangan mengandung kotoran manusia yang berasal dari
alat-ala plambing lainnya.
(2) Air bekasi : Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing
lainnya, seperti bak mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak dapur
dsb.
(3) Air hujan : Dari atap, halaman dsb.
(4) Air buangan khusus : yang mengandung gas, racun, atau bahan-
bahan berbahaya seperti yang berasal dari pabrik, air buangan dari
laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah
sakit, rumah pemotongan hewan, air yang bersifat radioaktif atau
mengandung bahan radioaktif yang dibuang dari Pusat Listrik
Tenaga Nukir atau laboratorium penelitian atau pengobatan yang
menggunakan bahan radioaktif.
2.2.2 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air buangan
(1) Klasifikasi menurut jenis air buangan
(a) Sistem pembuangan air kotor
Sistem pembuangan air yang berasal dari kloset, peturasan
dan lain-lain dalam gedung yang selanjutnya dialirkan keluar
gedung atau menuju riol umum.
(b) Sistem pembuangan air bekas
Sistem pembuangan dimana air bekas pakai yang umumnya
berasal dari peralatan lavatory ataupun sink di dalam gedung
akan dikumpulkan dan dialirkan ke luar melalui suatu saluran.
(c) Sistem pembuangan air hujan
Sistem pembuangan khusus untuk air hujan yang jatuh pada
atap gedung ataupun tempat lainnya, yang kemudian
dikumpulkan dan dialirkan keluar melalui suatu saluran.
(d) Sistem pembuangan air dari dapur
Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci dapur
harus diperlakukan secara khusus guna mencegah timbulnya
pencemaran akibat aliran balik dari saluran air kotor atau air
bekas. Sedangkan apabila air buangannya banyak mengandung
lemak, maka perlu dilengkapi dengan perangkap lemak.
(2) Klasifikasi menurut cara pembuangan air
(a) Sistem pembuangan air campuran
Sistem pembuangan dimana segala macam air buangan
dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke luar gedung
tanpa memperhatikan jenis air buangan.
(b) Sistem pembuangan air terpisah
Sistem pembuangan dimana setiap jenis air buangan
dikumpulkan dalam suatu saluran terpisah yang kemudian
dialirkan ke luar gedung secara terpisah juga.
(c) Sistem pembuangan tak langsung
Sistem pembuangan dimana air buangan dari beberapa lantai
gedung bertingkat digabungkan dalam satu kelompok.
2.2.3 Jenis-Jenis Pipa Pembuangan
(1) Pipa Pembuangan Alat Plambing
Pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap pada
alat plambing dengan pipa pembuangan lainnya. Pipa ini biasanya
dipasang tegak dan ukurannya harus sama atau lebih besar dari
lubang keluar perangkap pada alat plambing.
(2) Pipa Cabang Mendatar
Pipa pembuangan yang dipasang mendatar dan
menghubungkan pipa pembuangan dari alat plambing dengan pipa
tegak air buangan.
(3) Pipa Tegak Air Buangan
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan
air buangan dari pipa-pipa cabang mendatar.
(4) Pipa Tegak Air Kotor
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan
air kotor dari pipa-pipa cabang mendatar.
(5) Pipa atau Saluran Pembuangan Gedung
Pipa pembuangan yang mengumpulkan air kotor maupun air
bekas dari pipa-pipa tegak. Di dalam sistem pembuangan air dalam
gedung, pipa pembuangan gedung ini umumnya dibatasi hingga
jarak satu meter ke arah luar dari dinding terluar gedung.
(6) Riol Gedung
Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa
pembuangan gedung dengan riol umum ataupun instalasi
pengolahan.
2.2.4. Ukuran Pipa Pembuangan
Langkah-langkah penentuan dimensi pipa air buangan adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan daerah atau jalur tiap sistem pada ruang saniter. Jalur setiap
sistem tersebut ditentukan karena penentuan dimensi pipa air buangan
dilakukan berdasarkan unit alat plambing kumulatif.
2. Menentukan besarnya beban unit alat plambing dari alat plambing pada
setiap jalur yang telah ditetapkan. Nilai beban unit alat plambing (UAP)
ini dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini :

Tabel 2.6 Nilai Unit Alat Plambing untuk Tiap Alat


Sumber : (Noerbambang & Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing, 1984).
3. Menentukan diameter perangkap minimum untuk mesing-masing alat
plambing sesuai tabel 2.7 di bawah ini :

Tabel 2.7 Diameter Minimum untuk Perangkap dan Pipa Buangan Alat
Plambing
Sumber : (Noerbambang & Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing, 1984)

Вам также может понравиться