Вы находитесь на странице: 1из 11

Latihan Slow Deep Breathing Dan Kadar Gula Darah

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Tarwoto, Wahyu Widagdo


Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I
Email : tarwoto_spp@yahoo.com

Abstrak control group after exercise SDB (Pv = 0.032, α =


0.05. Having controlled the confounding factors
Slow deep breathing (SDB) merupakan teknik
(age, gender , BMI and comorbidities) showed a
pernapasan dengan frekuensi bernapas kurang dari
significant effect of exercise SDB in patients with
10 kali permenit dan fase inhalasi yang panjang.
type 2 Diabetes Mellitus (Pv = 0.024).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
Recommendation result of this study is the SDB can
pengaruh latihan SDB terhadap kadar gula darah
be applied as a nursing intervention in patients with
pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Desain
type 2 Diabetes Mellitus.
penelitian adalah kuasi eksperimen pre post test
Keywords: blood sugar levels, diabetes mellitus
dengan kelompok kontrol terhadap 20 responden
type 2, slow deep breathing.
kelompok intervensi dan 20 responden kelompok
kontrol. Kelompok intervensi diberikan tindakan
SDB selama 6 hari dengan frekuensi 2X selama 15 Pendahuluan
menit dan pada hari ke tujuh dilakukan pengukuran
kadar gula darah. Hasil penelitian diperoleh ada Diabetes Melitus (DM) merupakan
perbedaan yang bermakna selisih rerata kadar gula
darah pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 pada
penyakit gangguan metabolisme kronis
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang ditandai peningkatan glukosa darah
setelah dilakukan latihan SDB (Pv=0,032, α = 0,05. (hiperglikemia), disebabkan karena
Setelah dikontrol dengan factor confounding ( usia, ketidakseimbangan antara suplai dan
jenis kelamin, IMT dan penyakit penyerta)
kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh
menunjukkan pengaruh yang signifikan latihan SDB
pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (Pv = dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya
0,024). Rekomendasi hasil penelitian ini adalah glukosa dalam sel agar dapat digunakan
SDB dapat diterapkan sebagai intervensi untuk metabolisme dan pertumbuhan sel.
keperawatan pada penderita Diabetes Melitus Tipe Berkurang atau tidak adanya insulin
2.
menjadikan glukosa tertahan di dalam
Kata kunci: kadar gula darah , diabetes melitus tipe darah dan menimbulkan peningkatan gula
2, slow deep breathing
darah, sementara sel menjadi kekurangan
Abstract glukosa yang sangat dibutuhkan dalam
kelangsungan dan fungsi sel.
Slow deep breathing (SDB) is a breathing Berdasarkan hasil penelitian WHO
technique with breathing frequency less than 10 pada tahun 2001 jumlah penderita DM di
beats per minute and long inhalation phase. The
purpose of this study was to determine the effect of
Indonesia mencapai 17 juta orang atau
exercise on blood sugar levels of SDB in patients 8.6 % dari 220 juta populasi penduduk
with Type 2 Diabetes Mellitus. The study design negeri ini dan menurut penelitian
was quasi-experimental pre-post test with a control Departemen Kesehatan pada tahun 2001
group of 20 respondents to the intervention group
penyakit DM menempati urutan ke empat
and 20 control group respondents. The intervention
group was given SDB action for 6 days with a dunia setelah India, China dan Amerika
frequency of 2X for 15 minutes and on the seventh Serikat. Pada tahun 2001 tercatat 7.5 %
day measurement of blood sugar levels. The result penduduk Jawa dan Bali baik pria maupun
showed a significant difference in the mean wanita menderita DM. Jumlah penderita
difference in blood sugar levels in people with Type
2 Diabetes Mellitus in the intervention group and the
DM di Indonesia diprediksi akan terus

112
113 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei, Hal.69-140

meningkat, hal ini terkait dengan usia insulin atau dengan cara menghambat
harapan hidup semakin meningkat, diet absorpsi glukosa dalam usus. Olah raga
kurang sehat, kegemukann serta gaya dan aktivitas bekerja dengan cara
hidup moderen seperti kurangya merangsang sensitivitas reseptor-reseptor
beraktivitas/berolah raga karena insulin. Sedangkan terapi komplementer
kesibukan dan tuntutan peryelesaian sampai sekarang masih sedikit dan masih
pekerjaan. belum banyak dikembangkan. Terapi
komplementer ditujukan dengan cara
Pada keadaan normal glukosa
menurunkan kebutuhan metabolisme
bersikulasi dalam darah dengan jumlah
sehingga kebutuhan insulin juga dapat
tertentu dan sangat dibutuhkan untuk
dikurangi.
kebutuhan energi sel dan jaringan.
Glukosa dibentuk dihati dari makanan Salah satu terapi komplementer yang
yang dikonsumsi. Makanan yang masuk munkin menjadi alternatif dalam
sebagian digunakan untuk kebutuhan menstabilkan gula darah adalah terapi
energi dan sebagian lagi disimpan dalam latihan slow deep breathing. Slow deep
bentuk glikogen dihati dan jaringan breathing merupakan tindakan yang
lainnya dengan bantuan insulin. Insulin disadari untuk mengatur pernapasan
merupakan hormon yang diproduksi oleh secara dalam dan lambat. Pengendalian
sel beta pulau langerhans pankreas yang pengaturan pernapasan secara sadar
kemudian produksinya masuk dalam dilakukan oleh korteks serebri, sedangkan
darah dengan jumlah sedikit kemudian pernapasan yang spontan atau automatik
meningkat jika terdapat makanan yang dilakukan oleh medulla oblongata1 .
masuk. Pada orang dewasa rata-rata Napas dalam lambat dapat menstimulasi
diproduksi 40-50 unit, untuk respons saraf otonom, yaitu dengan
mempertahankan gula darah tetap stabil menurunkan respons saraf simpatis dan
antara 70-120 mg/dl. Produksi insulin meningkatkan respons parasimpatis.
sangat dipengaruhi oleh intake makanan Stimulasi saraf simpatis meningkatkan
dan kebutuhan energi tubuh. Produksi aktivitas tubuh, sedangkan respons
insulin akan ditingkatkan apabila ada parasimpatis lebih banyak menurunkan
makanan yang masuk dan pada keadaan ativitas tubuh sehingga dapat menurunkan
dimana kebutuhan metabolisme aktivitas metabolik2.
meningkat seperti pada keadaan stres Mekanisme penurunan metabolisme
dan penyakit infeksi. tubuh pada pernapasan lambat dan
dalam masih belum jelas, namun menurut
Sudah banyak studi yang dilakukan
hipotesanya napas dalam dan lambat
untuk menjaga keseimbangan glukosa
yang disadari akan mempengaruhi sistem
darah diantaranya melalui terapi
saraf otonom melalui penghambatan
pengobatan seperti insulin, pemberian
sinyal reseptor peregangan dan arus
obat antidiabetik, peningkatan aktivitas
hiperpolarisasi baik melalui jaringan saraf
atau olah raga maupun terapi
dan non-saraf dengan mensinkronisasikan
komplementer. Masing-masing terapi
elemen saraf di jantung, paru-paru, sistem
mempunyai cara kerja yang berbeda
limbik dan korteks serebri. Selama
dalam menurunkan gula darah misalnya
inspirasi, peregangan jaringan paru
terapi insulin bekerja secara langsung
menghasilkan sinyal inhibitor atau
mengganti insulin tubuh yang kurang atau
penghambat yang mengakibatkan
tidak ada, obat antidiabetik bekerja untuk
adaptasi reseptor peregangan lambat atau
menstimulasi pankreas menghasilkan
Tarwoto, Latihan Slow Deep Breathing... 114

slowly adapting stretch reseptors (SARs) digunakan untuk mengetahui efek dari
dan hiperpolarisasi pada fibroblas. Kedua varibel independen. Post tes dilakukan
penghambat hantaran impuls dan pada kelompok kontrol yang tidak
hiperpolarisasi ini untuk menyinkronkan dilakukan perlakuan dan kelompok
unsur saraf yang menuju ke modulasi intervensi setelah dilakukan perlakuan.
sistem saraf dan penurunan aktivitas Hasil dari pengukuran kedua kelompok
metabolik yang merupakan status saraf tersebut dibandingkan.
parasimpatis. Penurunan aktivitas Jumlah sampel masing-masing
metabolik diharapkan dapat menurunkan kelompok sebanyak 20 responden yang
kebutuhan insulin sehingga kadar gula memenuhi kriteria inklusi yang telah
darah dapat menurun3. ditentukan. Penentuan kelompok
Penelitian ini bertujuan untuk responden berdasarkan wilayah atau
mengidentifikasi pengaruh latihan: slow tempat penelitian yaitu penderita DM tipe
deep breathing terhadap kadar gula darah 2 yang berada di wilayah Kecamatan
pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Pasar Minggu sebagai kelompok
intervensi dan penderita DM tipe 2 yang
berada di wilayah Cilandak sebagai
Metodologi Penelitian kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan
di kediaman subjek penelitian sesuai
Pada penelitian ini menggunakan dengan data yang di peroleh dari
desain Quasi-Experimental Pretest- Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Posttest Control Group Desaign. Pada dan Puskesmas Kecamatan Cilandak
dasien ini peneliti melakukan penilaian Jakarta. Waktu dilakukan pada bulan
pada kelompok kontrol dan kelompok September 2012 sampai dengan
intervensi sebelum latihan Slow Deep November 2012 selama atau 10 minggu.
Breathing. Kelompok intervensi mendapat
perlakukan dengan latihan Slow Deep
Breathing kemudian diukur (post test) Hasil Penelitian
sedangkan kelompok kontrol tidak 1. Analisis Univariat
dilakukan perlakuan tetapi diukur (post a. Gambaran karakteristik responden
test)4. Pretest dilakukan pada kelompok berdasarkan umur, IMT, Jenis
perlakuan dan kelompok kontrol untuk Kelamin dan Penyakit Penyerta.
mengetahui data dasar yang akan

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, IMT pada Kelompok Intervensi dan Intervensi
September - November 2012 (n1=n2= 20)

Variabel Kelompok N Mean SD Min – Max


Umur Intervensi 20 53,20 11,01 31 – 78
Kontrol 20 56,90 9,86 40 -76
IMT Intervensi 20 24,33 2,97 20 – 30
Kontrol 20 25,21 2,90 19 -21
Total 40

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Penyakit Penyerta pada
Kelompok Intervensi dan Intervensi
September-November 2012 (n1=n2= 20)
115 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei, Hal.69-140

Intervensi Kontrol
Variabel Total (%)
N % N %
Jenis Kelamin
- Perempuan 15 75 14 70 29 (72,5)
- Laki-laki 5 25 6 30 11 (27,5)
Penyakit penyerta
- Ada 7 35 7 35 14 (35)
- Tidak ada 13 65 13 65 26 (65)

b. Gambaran rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan SDB pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Tabel 3 Hasil analisis rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan SDB
September - November 2012 (n1=n2=20)

Kadar gula darah


Kelompok N Mean SD Min-Maks 95% CI
Intervensi
Sebelum 20 246,10 82,88 115 - 441 207,31-284,89
Setelah 20 226,40 81,19 98 - 348 188,40-264,40
Kontrol
Sebelum 20 225,85 87,61 94 - 444 184,85-266,85
Setelah 20 243,65 61,77 143 - 372 214,74-272,56

sebelum dan setelah intervensi SDB


2. Analisis Bivariat
sebesar 19,7 (SD= 1,69). Hasil uji
statistik didapatkan nilai p= 0,059
Untuk mengetahui perbedaan
(p>0,05), maka dapat disimpulkan tidak
rata-rata kadar gula darah sebelum dan
bermakna antara kadar gula darah
setelah intervensi SDB pada kelompok
sebelum dan setelah intervensi SDB.
intervensi dan pada kelompok kontrol
Pada kelompok kontrol dapat
dilakukan analisis bivariat dengan uji
disimpulkan bahwa rata-rata kadar gula
statistik Dependent sample t-test.
darah sebelum intervensi sebesar
Sedangkan untuk analisis perbedaan
225,85 (SD=87,81), Setelah intervensi
selisih mean kadar gula darah setelah
didapatkan rata-rata kadar gula darah
intervensi SDB antara kelompok
sebesar 243,65 (SD=81,77). Dari hasil
intervensi dan kelompok kontrol
uji t berpasangan diperoleh nilai mean
dilakukan dengan menggunakan uji
selisih antara rata-rata intensitas nyeri
statistik Independent sample t-test.
kepala sebelum dan setelah intervensi
Rata-rata kadar gula darah
sebesar -17,8 (SD=5,78). Hasil uji
sebelum intervensi SDB pada
statistik didapatkan nilai p= 0,209
kelompok intervensi adalah 246,10
(p>0,05), maka dapat disimpulkan
(SD=82,88) dan setelah intervensi SDB
bahwa tidak ada perbedaan yang
didapatkan rata-rata kadar gula darah
signifikan antara rata-rata kadar gula
sebesar 226,40 (SD=81,19). Dari hasil
darah sebelum dan setelah intervensi
uji t berpasangan (Dependent sample t-
pada kelompok kontrol (seperti terlihat
test) diperoleh nilai mean perbedaan
pada tabel 4).
antara rata-rata kadar gula dara
Tarwoto, Latihan Slow Deep Breathing... 116

Tabel 4 Hasil Analisis Rata-Rata Kadar Gula Darah pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Sebelum Dan Setelah Intervensi SDB
Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol
September - November 2012

Kadar Gula Darah


Kelompok Mean SD SE p Value n 95% CI
Intervensi
Sebelum 246,10 82,88 18,53 20 -0,825 s/d 40,225
Setelah 226,40 81,19 18,15 0,059 20
Selisih -19,7 43,86 9,81
Kontrol
Sebelum 225,85 87,61 19,59 20 -46,434 s/d 10,834
Setelah 243,65 61,77 13,81 0,209 20
Selisih 17,8 61,18 13,68

Nilai rata-rata kadar gula darah setelah sample t- test) diperoleh nilai p=0,454
SDB pada kelompok intervensi sebesar (p>0,05), maka dapat disimpulkan
226,40 (SD=81,195), sedangkan nilai bahwa tidak ada perbedaan yang
rata-rata kadar gula darah setelah signifikan nilai rata-rata kadar gula darah
intervensi pada kelompok kontrol setelah intervensi SDB antara kelompok
sebesar 243,65 (SD=61,77). Dari hasil intervensi dengan kelompok kontrol.
uji t tidak berpasangan (Independent

Tabel 5 Perbedaan Rata-Rata Kadar Gula Darah Setelah SDB Antara Kelompok Intervensi
Dan Kelompok Kontrol
September - November 2012

Kadar Gula Darah


Kelompok Mean SD SE pValue
Intervensi 226,40 81,195 18,16 0,454
Kontrol 243,65 61,77 13,81

Kelompok Selisih Mean SD pValue 95% CI


Intervensi -19,7 1,69 0,032 -71,575-(-3,425)
Kontrol 17,8 25,84

Rata-rata selisih mean kadar gula intervensi antara kelompok intervensi


darah setelah intervensi SDB pada dengan kelompok kontrol.
kelompok intervensi sebesar -19,7
(SD= 1,69), artinya terjadi penurunan 3. Analisis Multivariat
kadar gula darah rata-rata setelah Analisis multivariat digunakan
dilakukan perlakukan sebesar 19,7. untuk mengetahui hubungan lebih dari
Sedangkan rata-rata selisih mean dua variabel secara bersama terhadap
kadar gula darah setelah intervensi variabel dependent. Pada penelitian ini
pada kelompok kontrol sebesar 17,8 terdapat empat variabel perancu yaitu
(SD=25,84). Dari hasil uji t tidak usia, jenis kelamin, IMT dan Penyakit
berpasangan (Independent sample t- Penyerta. Untuk melihat hubungannya
test) diperoleh nilai p= 0,032 (p<0,05), variabel tersebut secara bersama-
ada perbedaan yang signifikan rata- sama dengan kadar gula darah maka
rata selisih kadar gula darah setelah
117 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei, Hal.69-140

digunakan analisis multivariate dengan dalam penurunan kadar gula darah


uji Analysis of Covariance (Ancova). pada penderita DM Tipe 2.
Faktor yang berkontribusi
Tabel 6 Analisis covarian faktor yang
terhadap pengaruh latihan SDB
berkontribusi
terhadap kadar gula darah berdasarkan terhadap Variabel Dependen
karakteristik responden. Analisis faktor (Kadar gula darah) penderita DM Tipe 2
yang berkontribusi dilakukan September -November 2012
menggunakan uji Ancova dengan (n1 =n2 = 20)
tujuan untuk mengetahui apakah
variabel perancu (umur, jenis kelamin, No Variabel P-value
IMT dan penyakit penyerta) Partial Eta
mempengaruhi terhadap kadar gula Squared
1. Umur 0,954 0,000
darah pada penderita DM tipe 2.
2. Jenis Kelamin 0,325 0,029
Uji homogenitas variane dengan
3. IMT 0,550 0,011
Levene’s test menunjukkan p value
4. Penyakit Penyerta 0,121 0,071
sebesar 0,454 (lebih besar dari nilai α)
5. Jenis perlakukan 0,024 0,145
yang menunjukkan varian kadar gula
darah pada kedua kelompok adalah
homogen. Berdasarkan hal ini maka Pembahasan
dapat dilanjutkan untuk uji ancova.
Tabel 6 menunjukkan nilai p dan Rata-rata umur responden 55,05
nilai partial eta squared pada variabel tahun (SD= 10,44). Hasil penelitian ini
independen dan empat variabel sesuai dengan penilitian terdahulu
confounding yaitu umur, jenis kelamin, penderita DM tipe 2 sebagian besar
IMT dan penyakit penyerta. diatas 61 tahun (42,8 %)5. Penelitian
Berdasarkan signifikasi uji ancova lain menunjukkan usia penderita DM
terlihat bahwa hanya variabel jenis tipe 2 biasanya diatas 45 tahun6.
perlakuan SDB (variabel independen) Bertambahnya usia terutama pada usia
yang signifikan mempengaruhi gula lanjut terjadi penurunan fungsi
darah (variabel dependen) dengan nilai pankreas dan sekresi insulin yang
p sebesar 0,024 (p<0,05). Keempat berkurang. Perubahan-perubahan
variabel confounding tidak signifikan karena usia lanjut tersebut secara
mempengaruhi kadar gula darah fisiologis seperti berkurangnya masa
(p>0,05). otot dan perubahan vaskuler berkaitan
Nilai partial eta square dengan terjadinya retensi insulin perifer
menunjukkan kontribusi setiap variabel pada diabetes mellitus tipe 2.
independen terhadap variabel Menurunnya toleransi glukosa pada
dependen (kadar gula darah). usia lanjut berkaitan dengan
Berdasarkan nilai partial eta square berkurangnya sensitivitas sel perifer
variabel yang berkontribusi terbesar terhadap insulin sehingga
adalah variabel independen SDB (jenis menyebabkan peningkatan kadar gula
perlakuan). Nilai partial eta square darah5.
pada variabel jenis perlakuan sebesar
0,145 menunjukkan bahwa variabel
jenis perlakuan berkontribusi sebesar
14,5% terhadap selisih kadar gula
darah. Hal ini berarti latihan slow deep
breathing berkontribusi sebesar 14,5 %
Tarwoto, Latihan Slow Deep Breathing... 118

Berdasarkan jenis kelamin, sebagian kadar gula darah setelah SDB pada
besar penderita DM tipe 2 adalah berjenis kelompok intervensi diyakini antara
kelamin perempuan (72,5 %). Hasil 188,40 sampai dengan 264,40. Dengan
penelitian ini juga tidak jauh berbeda demikian jika dilihat selisih antara
dengan penelitian terdahulu bahwa jenis sebelum dan sesudah perlakukan SDB
kelamin pada penderita DM tipe 2 adalah terjadi penurunan kadar gula darah
perempuan (69,1 %)5. Penelitian lain juga sebesar 19,7.
yang menyebutkan penderita DM tipe 2 Pada kelompok kontrol sebelum SDB
lebih banyak pada perempuan 5,7. kadar gula darah sebesar 225,85
Rata-rata responden mempunyai IMT (SD=87,61). Dengan tingkat kepercayaan
sebesar 24,77. Klasifikasi berat badan 95%, rata-rata kadar gula darah sebelum
berdasarkan IMT adalah : Berat badan SDB pada kelompok kontrol diyakini
kurang IMT < 18,5, Berat badan normal antara 184,85 sampai dengan 266,85.
IMT 18,5 – 24,9 dan Berat badan lebih Sedangkan rata-rata kadar gula darah
IMT > 25.0. Dengan demikian rata-rata setelah intervensi pada kelompok kontrol
responden mempunyai berat badan yang adalah 243,65 (SD=61,77). Dengan
normal. Berdasarkan data di Amerika tingkat kepercayaan 95%, rata-rata kadar
Serikat sekitar 75 % pasien dengan gula darah setelah intervensi pada
diabetes mellitus tipe 2 menderita kelompok kontrol diyakini antara 214,74
obesitas. Orang-orang yang memiliki berat sampai dengan 272,56. Dari data tersebut
badan lebih sensitifitas insulin menurun diperoleh gambaran bahwa pada
dan penurunan berat badan dibawah 10 kelompok kontrol justru terjadi kenaikan
% menunjukkan peningkatan sensitifitas rata-rata kadar gula darah sebesar 17,8.
insulin dan toleransi glukosa8. Dengan demikian dilihat dari nilai rata-rata
Berdasarkan penyakit penyerta dari selisih sebelum dan sesudah tindakan
diperoleh gambaran sebagian besar SDB memberikan gambaran adanya
responden tidak terdapat penyakit pengaruh terhadap kadar gula darah.
penyerta (65 %), sebagain besar pasien Penderita DM tipe 2 yang diberikan
tidak atau belum mengalami komplikasi latihan Slow Deep Breathing selama tujuh
yang serius. Besarnya penyakit penyerta hari secara berturut-turut, dilakukan 2 kali
yang dialami responden berkaitan pula sehari dalam durasi 15 menit menit
dengan lokasi pasien yang berobat atau memperlihatkan adanya perbedaan yang
kontrol di Puskesmas yang merupakan bermakna rata-rata kadar gula darah
pasien rawat jalan. Namun secara teroritis sebelum dan sesudah latihan SDB
pasien yang menderita DM beresiko (p=0,032; α=0,05). Pada pasien yang
mengalami kronis dan akut. Komplikasi dilakukan latihan SDB mengalami
yang bersifat kronik seperti penyakit penurunan kadar gula darah tetapi
jantung koroner, retinopati, gagal ginjal sebaliknya penderita yang tidak dilakukan
kronik, neuopatik diabetik maupun stroke. intervensi latihan SDB justru terjadi
Rata-rata kadar gula darah sebelum peningkatan kadar gula darah.
dilakukan SDB pada kelompok intervensi Namun demikian hasil analisis
adalah 246,10 (SD= 82,88). Dengan dengan paired-t test menunjukkan nilai
tingkat kepercayaan 95%, rata-rata kadar p=0,059, p>0,05, tidak signifikan latihan
gula darah sebelum SDB pada kelompok SDB dalam menurunkan kadar gula darah
intervensi 207,31 sampai dengan 284,89. pada penderita DM tipe 2. Hasil analisis
Sedangkan rata-rata kadar gula darah Ancova justru mendapatkan hasil yang
setelah dilakukan SDB pada kelompok berbeda, perlakuan SDB setelah dikontrol
intervensi 226,40 (SD=81,19). Rata-rata oleh faktor perancu diperoleh nilai
119 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei, Hal.69-140

p=0,024, p<0,05 sehingga dapat penurunan terjadi penurunan kebutuhan


disimpulkan adanya pengaruh yang insulin tubuh3.
signifikan latihan SDB terhadap kadar Pengaturan pernapasan dalam dan
gula darah. lambat menyebabkan penurunan secara
Bagaimana latihan SDB dapat signifikan konsumsi oksigen11. Teknik
mempengaruhi kadar gula darah pada pernapasan dengan pola yang teratur juga
penderita DM tipe 2. Latihan slow deep dapat dilakukan untuk relaksasi,
breathing merupakan tindakan yang manajemen stres, kontrol psikofisiologis
disadari untuk mengatur pernapasan dan meningkatkan fungsi organ12,13,14,15.
secara dalam dan lambat. Napas dalam Latihan napas dalam dan lambat secara
lambat dapat menstimulasi respons saraf teratur akan meningkatkan respons saraf
otonom melalui pengeluaran parasimpatis dan penurunan aktivitas
neurotransmitter endorphin yang berefek saraf simpatik, meningkatkan fungsi
pada penurunan respons saraf simpatis pernafasan dan kardiovaskuler,
dan peningkatkan respons parasimpatis. mengurangi efek stres, dan meningkatkan
Stimulasi saraf simpatis meningkatkan kesehatan fisik dan mental2,16,17
aktivitas tubuh, sedangkan respons Sebaliknya pada kondisi stress akan
parasimpatis lebih banyak menurunkan meningkatkan kadar gula darah. Karena
ativitas tubuh atau relaksasi sehingga pada kondisi stress akan memicu
dapat menurukan aktivitas metabolik7. pengeluaran katekolamin yang
18
Stimulasi saraf parasimpatis dan merangsang terjadinya glikolisis .
penghambatan stimulasi saraf simpatis
Dari hasil penelitian ini diketahui
pada slow deep breathing juga
bahwa rata-rata umur responden 55,05
berdampak pada adanya relaksasi yang
tahun dengan standar deviasi 10,44. Hasil
memungkinkan kebutuhan tubuh akan
analisis Ancova menunjukan bahwa tidak
insulin menurun9,10 .
ada hubungan antara usia dengan rata-
Mekanisme penurunan metabolisme
rata kadar gula darah setelah intervensi
tubuh pada pernapasan lambat dan
SDB (nilai p=0,325, α=0,05). Namun,
dalam masih belum jelas, namun menurut
faktor usia berkontribusi sebesar 2,9 %.
hipotesanya napas dalam dan lambat
Responden perempuan banyak
yang disadari akan mempengaruhi sistem
dibandingkan laki-laki, yaitu 27 orang
saraf otonom melalui penghambatan
((72,5 %). Setelah uji statistik menunjukan
sinyal reseptor peregangan dan arus
tidak adanya hubungan antara jenis
hiperpolarisasi baik melalui jaringan saraf
kelamin dengan rata-rata kadar gula
dan non-saraf dengan mensinkronisasikan
darah setelah intervensi SDB dengan nilai
elemen saraf di jantung, paru-paru, sistem
p=0,954 (p> 0,05). Hasil penelitian ini juga
limbik, dan korteks serebri. Selama
menujukkan bahwa jenis kelamin tidak ber
inspirasi, peregangan jaringan paru
kontribusi terhadap kadar gula darah.
menghasilkan sinyal inhibitor atau
Rata-rata IMT responden 24,25. Hasil
penghambat yang mengakibatkan
uji statistik diketahui bahwa tidak ada
adaptasi reseptor peregangan lambat atau
hubungan antara IMT dengan rata-rata
slowly adapting stretch reseptors (SARs)
kadar gula darah (p=0,365; α=0,05). Dari
dan hiperpolarisasi pada fibroblas. Kedua
hasil uji statistik diperoleh faktor IMT
penghambat impuls dan hiperpolarisasi ini
hanya berkontribusi 1,1 % terhadap
dikenal untuk menyinkronkan unsur saraf
terhadap kadar gula darah pada penderita
yang menuju ke modulasi sistem saraf
DM tipe 2. Hasil penelitian ini relevan
dan penurunan aktivitas metabolik yang
dengan hasil penelitian terdahulu yang
merupakan status saraf parasimpatis.
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
Penurunan metabolisme berarti
kadar gula darah dengan IMT
Tarwoto, Latihan Slow Deep Breathing... 120

(Pv=0,101)19. Hasil penelitian ini berbeda membantu menurukan kadar gula darah
dengan penelitian lain yang pada pasien DM tipe 2. Dengan demikian,
menyimpulkan adanya perbedaan yang hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
signifikan antara nilai IMT dengan kadar bagi perawat untuk menjadikan latihan
gula darah penderita DM tipe 2 SDB sebagai salah satu intervensi
(Pv=0,000)20. keperawatan mandiri dan memasukkan
SDB dalam protap penatalaksanaan
Responnden yang mempunyai
pasien DM Tipe 2. Penelitian ini juga
penyakit selain DM tipe 2 sebanyak 35 %
dapat memberikan kontribusi terhadap
dan 65 % tidak mempunyai penyakit lain.
perubahan perilaku dan pola pikir perawat
Berdasarkan uji Ancova diperoleh nilai
yang cenderung hanya memberikan
p=0,121 yang berarti tidak ada pengaruh
tindakan kolaboratif dalam memberikan
kadar gula darah dengan penyakit
asuhan keperawatan dalam menangani
penyerta. Namun, penyakit penyerta
pasien DM Tipe 2
berkontribusi sekitar 1,7 %.
Terapi relaksasi SDB dapat
Hasil analisis Ancova perlakuan SDB
membantu menurunkan kadar gula darah
pada penderita DM tipe 2 menunjukkan
pada pasien DM tpe 2. Hasil penelitian ini
pengaruh yang signifikan dalam
memberikan peluang bagi perkembangan
penurunan gula darah dengan Pv=0,024
ilmu keperawatan untuk mengembangkan
dan berkontribusi sebesar 14,5 %.
intervensi keperawatan sesuai evidence
based practice. Selain itu, hasil penelitian
Keterbatasan penelitian ini juga dapat memperkuat keilmuan
Keterbatasan penelitian ini adalah keperawatan. Institusi pendidikan
kadar gula darah bersifat fluktuatif dan keperawatan perlu melakukan sosialisasi
banyak dipengaruhi oleh faktor lain, dan aplikasi intervensi keperawatan
peneliti tidak dapat mengendalikan secara mandiri dalam memberikan asuhan
ketat pola makan, aktivitas dan waktu keperawatan oleh peserta didiknya.
yang tepat dalam pengukuran gula Penelitian ini bersifat aplikatif
darah.Peneliti tidak dapat mengontrol sehingga perlu direplikasi dan
dengan ketat aktivitas responden yang dikembangkan untuk meningkatkan
melakukan latihan SDB secara mandiri. pelayanan keperawatan khususnya di
Pengukuran gula darah tidak dilakukan area keperawatan medikal bedah.
pada periode yang lain seperti gula darah Penelitian ini juga telah memberikan
puasa dan gula darah 2 jam setelah informasi baru, sehingga hasil penelitian
makan. ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya yang sejenis. Terapi relaksasi
Implikasi dan tindak lanjut SDB mungkin dapat diterapkan terhadap
Intervensi keperawatan mandiri kondisi atau penyakit lainnya.
melalui latihan relaksasi slow deep
breathing pada penderita DM tipe 2 dapat Kesimpulan
menurunkan kadar gula darah. Slow deep
breathing merupakan salah satu terapi Distribusi responden berdasarkan
komplementer yang telah dibuktikan karakteristiknya meliputi; rata-rata
manfaatnya melalui penelitian-penelitian responden berumur 55,05 (SD=10,44)
terutama dalam upaya menurunkan atau tahun, sebagian besar berjenis kelamin
mengurangi stres, kecemasan pasien, perempuan (72,5%), IMT rata-rata 24,77
penurunan tekanan darah, meningkatkan dan sebagian besar tidak ada penyakit
fungsi paru dan saturasi oksigen dan penyerta (65%). Tida ada perbedaan yang
penelitian ini membuktikan dapat bermakna kadar sebelum dan setelah
intervensi SDB pada kelompok intervensi,
121 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei, Hal.69-140

dan juga tidak ada perbedaan yang kasus lain selain pada kadar gula darah
bermakna rata-rata kadar gula darah pasien DM tipe 2.
sebelum dan setelah intervensi pada
kelompok kontrol. Namun, hasil analisis
Daftar Pustaka
setelah dikontrol dengan variabel perancu
ternyata ada perbedaan yang bermakna 1. Martini, F. (2006). Fundamentals of Anatomy &
mean kadar gula darah sebelum dan Physiology. Seventh Edition, Pearson, Benjamin
sesudah intervensi SDB. Ada perbedaan Cummings.

yang bermakna selisih mean rata-rata


2. Velkumary, G.K.P.S., & Madanmohan. (2004).
kadar gula darah setelah intervensi SDB Effect of Short-term Practice of Breathing
antara kelompok intervensi dengan Exercise on Autonomic Function in Normal
kelompok kontrol. Human Volunteers. Indian Journal Respiration,
(120), 115-121.

Saran 3. Jerath, et al. (2006). Physiology of long


pranayamic breathing : Neural respiratory
elements may provide a mechanism that
Latihan SDB dapat dijadikan salah explains how slow deep breathing shifts the
satu intervensi keperawatan mandiri pada autonomic nervous system, Medical Hypothesis,
penderita DM Tipe 2. Namun, untuk dapat 67, 566-571
melaksanakan latihan SDB, perawat
4. Dimitrov, M.D., & Phillip, D.R. (2003). Pretest-
pelaksana harus dapat melaksanakannya
Posttest Designs and Measurement of Change.
dengan benar sehingga diperlukan Kent State University, IOS Press.
peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan melalui pelatihan atau 5. Nina R dan Abi M (2008), Hubungan antara
seminar SDB. Untuk menager pelayanan pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi
pada penderita DM dengan Tindakan
keperawatan, latihan SDB dapat dijadikan mengontrol Kadar Gula Darah di Wilayah Kerja
standar operasional prosedur dalam Puskesmas I Gatak Sukoharjo, Jurnal Berita
asuhan keperawatan penderita DM Tipe Ilmu Keperawatan, Vol I, No.2 p. 63-68.
2.
6. Sidartawan S, (2009), Penatalaksanaan
Latihan SDB dapat dipertimbangkan
Diabetes Melitus Terpadu, FKUI.
sebagai evidence based practice untuk
dijadikan materi yang diajarkan kepada 7. Tjekyan S, R.M (2007), Resiko penyakit
para mahasiswa dalam mengurangi kadar diabetes mellitus tipe 2 di kalangan peminum
gula darah. Hasil penelitian ini diharapkan kopi di Kotamadya Palembang Tahun 2006-
2007, Jurnal Makara, Kesehatan Vol. 11, No.2
dapat dijadikan sumber ilmu atau referensi Desember 2007: 54-60.
baru bagi para pendidik dan mahasiswa
sehingga dapat menambah wawasan 8. Idapola, S. SJ, (2009), Hubungan Indeks Massa
yang lebih luas dalam hal intervensi Tubuh dengan Kadar Gula Darah, FKM UI,
Tesis
keperawatan mandiri. Diharapkan hasil
penelitian ini menjadi bahan kajian, dan 9. Denise, M.L. (2007). Sympathetic Storning After
rujukan dalam melakukan penelitian Severe Traumatic Brain Injury. Critical Care
sejenis. Penelitian ini juga dapat Nurse Journal, 27 (1), 30-37.
dilanjutkan dengan sampel yang lebih
10. Downey, L.V. (2009). The Effects of Deep
besar dan kriteria inklusi yang lebih ketat. Breathing Training on Pain Management in The
Karena penelitian ini bersifat aplikatif Emergency Department. Southern Medical
sehingga layak untuk dikembangkan lagi Journal, (102), 688-692.
untuk memperkaya khasanah keilmuan
11. Telles, S., & Desiraju, T. (1991). Oxygen
keperawatan. Hasil penelitian ini juga
Consumtion during Pranayamic Type of Slow-
diharapkan menjadi inspirasi para peneliti rate Breathing. Indian Journal of Medical
selanjutnya untuk meneliti pada kasus- Research, (94), 357-363.
Tarwoto, Latihan Slow Deep Breathing... 122

12. Ritz, T., & Roth, W.T. (2003). Behavioral 17. Larsson, B., & Jane, C. (2004). Relaxation
intervention in asthma, Behavior Modification, Treatment of Adolescent Headache Sufferers :
27 (5), 710-730. Results From a School-Based Replication
Series,
13. Kwekkeboom, L. K., & Gretarsdottir. (2005). http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=5&
Systematic Review of Relaxation Interventions hid=111&sid=76de80e5-5527-4f6d, diakses
for Pain. Journal of Nursing Scholarship. Third tanggal 28 April 2010.
Quarter, 269-277.
18. Darmono (2005), Pengaturan pola hidup
penderita Diabetes untuk mencegah
14. Lane, C.J., & Arciniesgas. (2007). How to
komplikasi kerusakan organ-organ tubuh,
Utilize Relaxation (or Biofeedback) Techique.
Naskah Pengukuhan Guru Besar Undip.
Journal Current Treatment Options in
Neurology, (4), 89-104.
19. Lipoeto, NI, dkk (2007), Hubungan nilai
Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah,
15. Geng, A., & Ikiz, A. (2009). Effect of Deep
Jurnal, Medika, Januari 2007, hal 23-28.
Breathing Exercises on oxygenatipn after
head and neck surgery. Elsevier Mosby.
20. Adnan M (2011), Hubungan indeks massa
tubuh (IMT) dengan kadar gula darah
16. Kiran, U., & Behari, M. (2005). The Effect of
Penderita DM tipe 2 Rawat Jalan di RS
Autogenic Relaxation on Chronic Tension
Tugurejo Semarang, Karya tulis ilmiah.
Headeche and in Modulating Cortisol
Response. Indian J Anaesth, (49), 474-478.

Вам также может понравиться