Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Farmasi adalah suatu jurusan yang berhubungan tentang

pembuatan obat-obatan, jurusan yang mengelolah atau meracik obat-

obatan, dimana sangat berhubungan erat dngan pengujian terlebih dahulu,

khususnya pada penentuan kestabilan suatu obat.

Untuk suatu sediaan obat yang dibuat utamanya dalam skala besar, yang

melalui waktu penyimpanan yang panjang, diharapkan suatu ruang waku

daya tahan selama kurang lebih 5 tahun. Sediaan obat sebaiknya berjumlah

3 tahun dalam kasus yang kurang baik. Obat yang dibuat secara reseptur,

sebaiknya menunjukkan suatu stabilitas untuk sekurang-kurangnya

beberapa bulan. Akan tetapi, untuk preparat yang terakhir disusun dengan

suatu pembatasan dari waktu penyimpanan.

Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif, keadaan

galeniknya, termasuk sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat

mikrobiologis dan toksikologinya dan aktivitasnya secara terapeutik. Skala

perubahan yang diiinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam

farmakope. Untuk barang jadi obat dan obat yang tidak terdaftar berlaku

keterangan yang telah dibuat dalam peraturan yang baik.

Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu

obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar
dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien yang

membutuhkan.

Penyebab kestabilan sediaan obat ada dua. Pertama, adalah labilitas dari

bahan obat dan bahan pembantu sendiri. Kemudian dihasilkan dari bahan

kimia dan kiia fisika, untuk lainnya adalah faktor luar seperti suhu,

kelembapan, udara, dan cahaya, menginduksi atau mempercepat reaksi

yang berkurang nilainya. Faktor-faktor yang telah disebutkan menjadi

efektif dalam skala tinggi adalah bergantung dari jenis galenik dari sediaan

dalam obat padat, seperti serbuk, bubuk, dan tablet.

Penjelasan diatas menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya kita

mengetahui pada keadaan yang bagaimana suatu obat tersebut aman dan

dapat bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka

waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

 Maksud :

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami kestabilan suatu obat.

 Tujuan :

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan energi

aktivitas dari suatu zat dan menentukan usia simpan suatu zat.

C. MANFAAT

Manfaat dari percobaan ini, adalah :

 Dapat mengetahui dan memahami kestabilan suatu obat.


 Dapat menentukan energi aktivitas dari suatu zat dan dapat

menentukan usia simpan suatu zat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DASAR TEORI

Tidak tergantung dari karakter jalannya proses jalannya penguraian

(perubahan kimia, fisika, dan mikrobiologis) adalah terpenting untuk

untuk mengetahui waktu yang mana bahan obat atau sistem bahan obat

dibawah persyaratan lingkungan tertentu, yang memenuhi tunttan yang

telah dilaporkan. Untuk mendeteksi perbandingan stabilitas maka dipakai

dua metode yakni (1) tes daya tahan waktu panjng yang mengantarkan

bahwa obat selama ruang waktu yang diminati disimpan dibawa

persyaratan penyimpanan (suhu cahaya, udara, dan kelembaban) yang

dituntut atau diharapkan dalam lemari pendingin atau ruang pendingin dan

dalam jarak waktu yang cocok dan pada akhir percobaan dikontrol

kandungan bahan obat atau nilai efektifnya, sifat mikrobiologis, maupun

sifat sensoris dan keadaan galeniknya yang dapat dideteksi dengan metode

fisika. (2) tes daya tahan dipercepat dilakukan dibawa pembebanan panas,

dengan ini digunakan membuat peraturan kinetika reaksi,

lagipulapenguraian dipelajari pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu

ruang dan kemudian diekstrapolasikan pada suhu penyimpanan. (R.

Voight, 1995)

Degradasi kimia konstituen dalam sebuah produk obat sering

menyebabkan kerugian dalam potensi, misalnya, hidrolisis cincin b-laktam

hasil benilpenisilin dalam aktivitas antimikroba yang lebih rendah. Dalam


contoh beberapa produk degradasi dari obat mungkin degradasi beracun

suatu eksipien dapat menimbulkan masalah stabilitas fisik atau

mikrobiologis. Pada umumnya, reaksi kimia berlangsung lebih mudah

dalam keadaan cair daripada dalam keadaan padat, sehingga masalah

stabilitas serius lebih umum ditemui dalam obat cair. (Walter, 1994)

Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien

menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan

degradasi efek terapi aktif. Farmasi diproduksi bertanggung jawab untuk

memastikan ia merupakan produk yang stabil, yang dipasarkan dalam

batas-batas tanggal kadaluarsa. Apoteker komunitas memerlukan

pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas bahwa ia

benar dapat menyimpan bat-obatan, pemilihan wadah yang tepat untuk

mengeluarkan obat tersebut, mengantisipasi interaksi ketika pencampuran

beberapa bahan obat, persiapan, dan menginformasikan kepada pasien

setiap perubahan yang mungkin terjadi setelah obat telah diberikan.

(Parrot, 1978)

Dalam mempertimbangkan stabilitas kimia farmasi yaitu untuk

mengetahui urutan reaksi, yang diperoleh secara eksperimental dengan

mengukur laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi obat merendahkan.

Urutan keseluruhan reaksi adalah jumlah dari eksponen istilah konsentrasi

tingkat ekspresi. Urutan sehubungan dengan tiap reaktan itu eksponen dari

istilah konsentrasi individu dalam tingkat ekspresi. (Parrot, 1978)


Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat),

disimpan dalam kondisi penyimpanan dan pengangkutannya tidak

menunjukkan perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang

diperoleh. (R. Voight, 1995)

Pada umumnya, penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan

dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama

sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting

diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu at dengan cara kinetika

kimia, adalah :

1. Kecepatan reaksi

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, seperti suhu,

kekuatan ion dan pengaruh Ph

3. Tingkat reaksi dan cara penentuannya

Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui

kestabilannya, disebabkan oleh obat yang diproduksi dalam jumlah yang

sangat banyak dan memerlukan waktu yang lama. Obat ini akan

mengalami penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat toksik

sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.

Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk

mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang

dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi.

Beberapa jenis perubahan stabilita obat atau produk farmasi yang

dilakukan untuk dipertimbangkan, adalah :


1. Stabilitas fisika, yang meliputi penampilan, konsistensi, warna, aroma,

rasa kekerasan kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan berat,

adanya uap, bentuk, dan ukuran partikel.

2. Stabilitas kimia, yang meliputi degradasi formula obat, kehilangan

potensi (bahan aktif), kehilangan bahan-bahan tambahan (pengawet,

antioksidan, dll)

3. Stabilitas mikrobiologi, yang meliputi perkembangbiakan

mikroorganisme pada sediaan non steril, sterilisasi dan perubahan

efektivitas pengawet.

Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar

obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih tersisa 90% tidak dapat

lagi atau disebut sebagai sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90%

disebut umur obat. Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode,

diantaranya :

1. Metode substitusi

Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi

disubstitusikan dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde

reaksi. Jika persamaan itu menghasilkan harga K yang tetap konstan

dalam batas-bata variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan

sesuai dengan orde tersebut.

2. Metode grafik

Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde

reaksi tersebut. Jika konsentrasi di plot terhadap t dan didapat garis


lurus, reaksi adalah orde nol. Reaki dikatakan orde pertama bila log (a-

x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde kedua akan

memberikan garis lurus bila 1/ (a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi

mula-mula sama). Jika plot 1/ (a-x) terhadap t menghasilkan garis

lurus dengan selurh reaktan sama konsentrasi mula-mulanya, reaksi

adalah orde ketiga.

3. Metode waktu paru

Dalam raksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal.

Waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a, waktu

paruh untuk reaksi orde kedua, dimana a = b sebanding dengan 1/a dari

dalam reaksi orde ketiga, dimana a = b = c, sebanding dengan 1/a.

Umumnya berhubungan antar hasil diatas memperlihatkan waktu

paruh suatu reaksi dengan konsetrasi seluruh reaktan sama.

Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat

farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan

hidrolisis. Barangkali paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air

dari sistem farmasi. Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang

mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari kelembaban

atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalut

pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan

menjaga obat dalam wadah tertutup kuat. (Marin, 1983)

Ketidakstabilan yang terpenting adalah secara fisika :

1. Perubahan struktur kristal


Banyak bahan obat menunjukkan sifat polimorf artinya mereka

berkemampuan untuk muncul dalam modifkasi ang berlainan.

Selama penyimpanan dapat berlangsung perubahan polimorf, yang

disebabkan perubahan lingkungan dalam sediaan obat yang tidak

dapat dilihat secara orgaleptik, tetapi umumnya menyebabkan

perubahan dalam sikap pelepasan dan sikap rebsorbsinya. (Ansel,

1985)

2. Perubahan keadaan distribusi

Melalui efektivitas gravitasi pada cairan sistem berfase banyak

memungkinkan terjadi munculnya pemisahan, yang mula-mula

terasakan hanya sebagai pergeseran tingkat dispersitas yang dapat

dilihat secara mikroskopis, tetapi dalam stadium yang lebih maju

dapat juga dilihat secara makroskopis sebagai sedimentasi atau

pengapungan. (Ansel, 1985)

3. Perubahan konsistensi dan agregat

Sediaan obat semi padat seperti salep dan pasta selama

penyimpanannya seringkali mengeras kemudian yang dalam kasus

ekstrim mengarah pada suatu kerugian daya penerapannya. (Ansel,

1985)

4. Perubahan perbandingan kelarutan

Pada sistem dispersi monokuler misalnya larutan bahan obat dapat

menyebabkan terlampauinya produk kelarutan, dengan demikian

terjadi pemisahan (pengendapan) dari bahan terlarut melampaui


perubahan konsentrasi yang disebabkan oleh penguapan bahan

pelarut atau melalui perubahan suhu. (Ansel, 1985)

5. Perubahan perbandingan hidratasi

Melalui pengambilat atau pelepasan dari cairan perbandingan

hidratasi senyawa dipengaruhi dan dengan demikian menentukan

sifat. Contoh yngjelas nyata adalah pencairan atau menjadi

kotornya ekstrak disebabkan oleh higrokopisitas yang besar dari

sediaan ini. (Ansel, 1985)

Untuk obat tertentu, satu bentuk kristal atau polimorf

mungkin lebih stabil daripada lainnya, hal ini penting supaya obat

dipastikan murni sebelum diprakarsai oleh percobaan uji

stabilitasnya dan suatu ketidakmurnian mungkin merupakan

katalisator pada kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya

tidak akan stabil mengubah kestabilan fisik bahan obat dan suatu

kestabilan obat yang sempurna. (Martin, 1983)

Interkonveksi bentuk hidrat dan anhidrat dari Ampicilin dapat

memiliki efek yang berkaitan pada laju pelarutan dari formulasi

berarti berkaitan juga dengan ketersediaan hayati. Bentuk dari

anhidrat lebih larut dibandingkan dengan berat murni kelarutannya

pada suhu 37c telah ditentukan bagian fungsi dari pil untuk ke

suatu bentuk kristal. (Martin, 1983)

Dahulu untuk mengevaluasi kestabilan suatu sediaan

farmasi dilakukan pengamatan pada kondisi dimana obat tersebut


disimpan. Misalnya pada temperatur kamar. Ternyata metode ini

memerlukan waktu yang lama dan tidak ekonomis. Sekarang

waktu mempercepat analisis dapat dilakukan test stabilitas

dipercepat yaitu dengan mengamati perubahan konsentrasi pada

suhu tinggi. Dengan membandingkan dua harga K pada temperatur

yang berbeda dapat dihitung nergi aktivitasnya sehingga K pada

suhu kamar pun dapat dihitung. Harga K pada suhu kamar dapat

juga dihitung dari grafik antara log 1 dengan 1/T. Dengan

demikian, batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi dapat diketahui

dengan tepat. (Martin, 1983)

B. URAIAN BAHAN

1. Air suling (Depkes RI, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling / aqudest

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,

dan tidak berbau

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai pereaksi

2. Natrium Hidroksida (Depkes RI, 1995)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida


RM / BM : NaOH / 40,00

Pemerian : Bentuk batang butiran, massa hablur

atau keping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan susunan hablur putih,

mudah meleleh basah. Sangat alkalis

dan korosif. Segera menyerap

karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol

(95%) p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai pereaksi

3. Paracetamol (Depkes RI, 1979)

Nama Resmi : ACETAMINOPHEN

Nama Lain : Paracetamol

RM / BM : C8H9NO2

Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur

putih, rasa pahit, berbau, serbuk

kristal dengan sedikit rasa pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7

bagian etanol (95%) p, dalam 13

bagian aseton p, dalam 40 bagian

gliserol p, dan dalam 9 bagian


propilenglikol p; larut dalam larutan

alkalihidroksida

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,

terlindung dari cahaya

Khasiat : Analgetik dan antipiretik

Kegunaan : Sebagai sampel


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu labu ukur

1000 ml dan 100 ml, gelas ukur 10 ml, gelas kimia 1000 ml, timbangan

analitik, vial, pipet tetes, oven, spektrofotometri, kuvet dan kertas saring.

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu

aquadest, NaOH 0,1 M dan paracetamol

B. CARA KERJA

Adapun cara kerjanya, yaitu :

1. Penentuan panjang gelombang maksimal

Sejumlah baku pembanding paracetamol ditimbang seksama dan

diencerkan dengan air suling hingga memperoleh 1000 ppm. Sejumlah

larutan ini dipipet kedalam labu ukur dan diencerkan dengan aquadest

sampai tanda hingga konsentrasi 50 ppm. Kemudian diukur serapan

pada rentang panjang gelombang 200-300. Selanjutnya dibuat kurva

antara serapan terhadap panjang gelombang.

2. Penentuan kurva baku

Larutan paracetamol dibuat dengan konsentrasi 5, 6, 7, 8, 9, dan 10

ppm. Kemudian masing-masing konsentrasi diukur serapan pada

panjang gelombang maksimum, selanjutnya dibuat kurva antara

serapan terhadap konsentrasi.

3. Penentuan usia simpan paracetamol


Sirup paracetamol dimasukkan kedalam 20 vial, masing-masing 5 ml.

Kemudian vial-vial tersebut dimasukkan kedalam oven dengan suhu

400C, 500C, dan 600C pada jam ke 0, 10, 20, 30, dan 40 menit.

Kemudian diambil 1 vial dan diukur kadar paracetamol.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

a. Hasil absorben

Konsentrasi (ppm) (x) Absorben (g) Nilai

100 0, 487 a = 0, 4182


80 0, 426 b = 0, 0004
60 0, 448 r = 0,6276
40 0, 444
20 0, 430

b. Absorben paracetamol
waktu Absorban Pada Suhu
400C 500C 600C
0 0, 484 0, 494 0,481
10 0, 446 0, 438 0, 435
20 0, 445 0, 461 0, 456
30 0, 463 0, 463 0, 437
40 0, 429 0, 453 0, 456

c. Konsentrasi sampel paracetamol


Waktu Konsentrasi pada suhu
400C 500C 600C
0 74, 5 189,5 157
10 69,5 49,5 445
20 67 107 94, 5
30 112 112 47
40 27 87 94, 5

d. Koefisien korelasi
Suhu Waktu Konsentrasi Log C 1/c
(c)
400C 0 74, 5 1, 8722 0, 0134
10 69, 5 1, 8411 0, 0143
20 67 1, 8260 0, 0149
30 112 2, 0493 0, 0089
40 27 1, 4313 0, 0370
Suhu Waktu Konsentrasi Log C 1/c
(c)
500C 0 189, 5 2, 2777 0,0052
10 49, 5 1, 6947 0, 0202
20 107 2, 0294 0, 0093
30 112 2, 0493 0, 0089
40 87 1, 9396 0, 0115

Suhu Waktu Konsentrasi Log C 1/c


(c)
600C 0 157 2, 1959 0,0063
10 445 2, 6484 0, 0022
20 95, 5 1, 9755 0, 0106
30 47 1, 6721 0, 0213
40 94, 5 1, 9755 0, 0106

e. Penentuan orde reaksi


Suhu Nilai Orde O Orde 1 Orde 2
400C A 80, 5 1, 9391 0,0093
B -0, 525 -0, 0067 0, 0004
R -0, 2750 -0, 4705 0, 5985
500C A 137, 5 0, 8625 0, 0108
B -1, 425 0, 0368 0, 0001
R -0, 4395 0, 7740 0, 0367
600C A 272, 2 2, 3769 0, 0047
B -5, 23 -0, 0142 0,0003
R -0, 5171 -0, 6192 0, 6152

Orde Nilai r
400C 500C 600C
0 -0, 2750 -0, 4394 -0, 5171
1 -0, 4704 -0, 2416 -0, 6192
2 0, 5985 0, 0312 0, 6152

f. Nilai K
Suhu B K (ORDE 1)
400C -0, 0667 0, 0754
500C -0, 0032 0, 0074
600C -0, 0142 0, 0327

g. Nilai K pada suhu 250C


Suh (0C) Suhu (0C) 1/T K Log K
400C 3130K 0, 025 0, 0154 -1, 8125
500C 3120K 0, 02 0, 0074 -2, 1308
600C 3330K 0, 0167 0,0327 -1, 4854
250C 2980K 0, 04 0,0520

B. PEMBAHASAN

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan

suatu sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada

saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurniannya) dalam batas

yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan

sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek

toksik.

Pada praktikum stabilitas obat, sampel yang digunakan adalah

Paracetamol. Pada percobaan ini, terlebih dahulu sampel paracetamol

diencerkan dengan air suling hingga memperoleh 1000 ppm. Setelah itu,

sejumlah larutan sampel Paracetamol akan dipipet kedalam labu ukur dan

diencerkan dengan aquadest hingga mencapai konsentrasi 50 ppm, dan

dimasukkan kedalam 20 vial masing-masing 5 ml. Kemudian vial tersebut

dimasukkan kedalam oven dengan suhu 400C, 500C, dan 600C, pada waktu

0, 10, 20, 30, dan 40 menit, dan diambil 1 vial kemudian diukur kadar

Paracetamolnya. Setelah itu, diukur serapan pada rentang panjang

gelombang 200-300. Selanjutnya, dibuat kurva antara serapan terhadap

panjang gelombang.

Pertama, larutan paracetamol dibuat dengan konsentrasi (ppm) (x)

100, 80, 60, 40, dan 20 ppm. Kemudian masing-masing konsentrasi

diukur pada serapan panjang gelombang maksimum, selanjutnya dibuat


kurva antara serapan terhadap konsentrasi. Diperoleh data absorban

berturut-turut dari konsentrasi

100, 80, 60, 40, dan 20 yaitu 0,487, 0,426, 0,448, 0,444, 0,430.

Kemudian hasil konsentrasi dan absorban diregresikan untuk mendapatkan

nilai a, b, dan r. Dan didapatkan hasil yaitu nilai a = 0,4182, nilai b =

0,0004, dan nilai r = 0, 6276.

Kedua, larutan paracetamol dimasukkan kedalam wadah vial dengan

suhu 400C, 500C, dan 600C pada jam ke 0, 10, 20, 30, dan 40 menit.

Absorban pada suhu 400C dengan waktu berturut-turut 0, 10, 20, 30, dan

40 menit didapatkan hasil yaitu 0,484, 0,446, 0,445, 0,463, 0,429.

Absorban pada suhu 500C dengan waktu berturut-turut 0, 10, 20, 30, dan

40 menit didapatkan hasil yaitu 0,494, 0,438, 0,461, 0,463, 0,453.

Absorban pada suhu 600C dengan waktu berturut-turut 0, 10, 20, 30, dan

40 menit didapatkan hasil yaitu, 0,481, 0,435, 0,456, 0,437, 0,456.

Setelah percobaan tersebut, didapatkan hasil yaitu sampel Paracetamol

memiliki konsentrasi mula-mula 250 ppm, dengan waktu paruh 0, 0769

menit. Dan usia simpan dari Paracetamol adalah 543, 4783 menit; 9, 0580

jam; 0, 3774 hari; 0, 01258 bulan; dan 1, 0483.10-3 tahun.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan

bahan sampel paracetamol mempunyai umur simpan yaitu 543, 4783

menit, 9, 0580 jam, 0, 3774 hari, 0, 01258 bulan dan 1, 0483.103 tahun.

B. SARAN

Sebaiknya, sebelum melakukan praktikum alat dan bahan

disiapkan terlebih dahulu. Pada saat praktikum berlangsung, diharapkan

ketelitian dan kerja sama yang baik untuk mendapatkan suatu hasil yang

baik pula.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1985. PENGANTAR BENTUK SEDIAAN FARMASI edisi


IV. UI Press.

Jakarta

Ditjen POM. 1979. FARMAKOPE INDONESIA edisi III. Depkes RI. Jakarta

Ditjen POM. 1995. FARMAKOPE INDONESIA edisi IV. Depkes RI. Jakarta

Lacy, Charles. 2009. DRUG INFORMATION HANDBOOK 18th edition.


American

Pharmacists Association

Lund, Walter, 1994. THE PHARMACEUTICAL CODE TWELFTH EDITION

Martin, Alfred, dkk. 1993. FARMASI FISIKA. UI-Press. Jakarta\

Martin, Eric W. 1971. DISPENSING of MEDICATION. Mack Publishing


Company

Parrot L. Eugene. 1978. PHARMACEUTICAL TECHNOLOGY. Burgess


Publishing

Company. USA

Voight R. 1995. BUKU PELAJARAN TEKNOLOGI FARMASI edisi V. UGM


Press.

Yogyakarta
LAMPIRAN

A. Perhitungan

Untuk nilai K pada suhu 250C

a = -2, 2619

b = 24, 4512

r = 0, 9798

 y = a + bx

y = (-2, 2619) + (24, 4512) (0, 04)

y = (-2, 2619) + 0, 9780

y = 1, 2839

 y = log K

K = anti log y

K = anti log – 1, 2839

K = 0, 0520

 Nilai log K = -1, 2840

Konsentrasi mula-mula zat (Co) = 250mg / 1000ml = 250 ppm

1 1
 Waktu paruh (𝑡 2) = 250 𝑝𝑝𝑚.0.0520

1
= = 0,0769 menit
13

1 co
 Kadarluarsa t 90 = 9 x 𝑘

1 250
= 9 x 0,0520

250
= 0,460
= 543, 4783 menit

= 9, 0580 jam

= 0, 3774 hari

= 0, 01258 bulan

= 1, 0483. 10-3

B. Skema kerja

1. Penentuan panjang gelombang

Timbang asam mefenamat 250 mg

Encerkan dengan etanol air suling hingga memperoleh 1000 ppm

Lalu dipipet kedalam labu ukur dan ecerkan dengan aquadest samapai

tanda hingga konsentrasi 50 ppm

Kemudian diukur serapan pada rentang pangjang gelombang 200-300

Lalu dibuat kurva antara serapan terhadaap panjaang gelombang

2. Penentuan kurva batu

Larutan paracetamol dibuat dengan konsentrasi 5, 6, 7, 8, 9 dan 10


ppm

Kemudian masing-masing konsentrasi diukur serapan pada panjang

gelombang maksimum

Lalu dibuat kurva antara serapan terhadap konsentrasi

3. Penentuan umur simpan asam mefenamat

Larutan asam mefenamat dimasukkan kedalam 20 vial masing-masing

5 ml

Kemudian vial-vial tersebut dimasukkan kedalam oven dengan suhu

400C, 500C dan 600C

Pada menit 0, 10, 20, 30 dan 40 diambil 1 vial

Вам также может понравиться

  • Obat Anti Konvulsi
    Obat Anti Konvulsi
    Документ10 страниц
    Obat Anti Konvulsi
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Prinsip Dasar Kesmas
    Prinsip Dasar Kesmas
    Документ31 страница
    Prinsip Dasar Kesmas
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Makalah Asam Amino
    Makalah Asam Amino
    Документ14 страниц
    Makalah Asam Amino
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Pengantar IKM
    Pengantar IKM
    Документ275 страниц
    Pengantar IKM
    nanaradhiyana
    Оценок пока нет
  • Laporan Apotek Antang Farmaaa
    Laporan Apotek Antang Farmaaa
    Документ39 страниц
    Laporan Apotek Antang Farmaaa
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Kesmas
    Kesmas
    Документ6 страниц
    Kesmas
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Muliiiii
    Muliiiii
    Документ20 страниц
    Muliiiii
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Makalah k3
    Makalah k3
    Документ13 страниц
    Makalah k3
    bimagutem
    Оценок пока нет
  • 01 GDL Normadwiku 938 1 Ktinorm F
    01 GDL Normadwiku 938 1 Ktinorm F
    Документ103 страницы
    01 GDL Normadwiku 938 1 Ktinorm F
    Etty Mbere
    Оценок пока нет
  • 1 Pengenalan Alat
    1 Pengenalan Alat
    Документ24 страницы
    1 Pengenalan Alat
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • 1 Pengenalan Alat
    1 Pengenalan Alat
    Документ24 страницы
    1 Pengenalan Alat
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • 1 Pengenalan Alat
    1 Pengenalan Alat
    Документ24 страницы
    1 Pengenalan Alat
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Divisi Tumbuhan
    Divisi Tumbuhan
    Документ15 страниц
    Divisi Tumbuhan
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Muliiiii
    Muliiiii
    Документ20 страниц
    Muliiiii
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Makalah KLP Untuk Guru
    Makalah KLP Untuk Guru
    Документ14 страниц
    Makalah KLP Untuk Guru
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • ANTIINFLAMASI
    ANTIINFLAMASI
    Документ28 страниц
    ANTIINFLAMASI
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Keselamatan Dan Produktifitas Kerja Di Industri Kesehatan
    Keselamatan Dan Produktifitas Kerja Di Industri Kesehatan
    Документ9 страниц
    Keselamatan Dan Produktifitas Kerja Di Industri Kesehatan
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Nairacetamol Sirup Nairacetamol Syrup: Brosur
    Nairacetamol Sirup Nairacetamol Syrup: Brosur
    Документ3 страницы
    Nairacetamol Sirup Nairacetamol Syrup: Brosur
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Kemasan Paracetamol
    Kemasan Paracetamol
    Документ10 страниц
    Kemasan Paracetamol
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Lampiran CPNS 16
    Lampiran CPNS 16
    Документ13 страниц
    Lampiran CPNS 16
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • KESETIMBANGAN
    KESETIMBANGAN
    Документ22 страницы
    KESETIMBANGAN
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • AKAR
    AKAR
    Документ28 страниц
    AKAR
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Laporan Lengap
    Laporan Lengap
    Документ32 страницы
    Laporan Lengap
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Lampiran CPNS 05
    Lampiran CPNS 05
    Документ9 страниц
    Lampiran CPNS 05
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • 5 Kinetika Reaksi
    5 Kinetika Reaksi
    Документ18 страниц
    5 Kinetika Reaksi
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • ALIPP
    ALIPP
    Документ10 страниц
    ALIPP
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Emon
    Emon
    Документ6 страниц
    Emon
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет
  • Makalah Spektrofotometri NMR
    Makalah Spektrofotometri NMR
    Документ8 страниц
    Makalah Spektrofotometri NMR
    Rizka Icha
    83% (6)
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Документ21 страница
    Pembahasan
    Kurnia Baso
    Оценок пока нет