Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH
NURMADINA
A.1.14.0784
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau penyakit tekana darah tinggi merupakan suatu gangguan
pada pembuluh darah sehingga mengakibatkan suplasi oksigen dan nutrisi. Kondisi
ini menyebabkan tekanan darah di arteri meningkat dan jantung harus bekerja
lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hipertensi merupakan penyakit
yang banyak tidak menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak teriagnosis
dalam waktu yang lama. Menurut WHO batas tekanan darah normal adalah 140 / 90
mmHg. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi yaitu jenis
kelamin, keturunan, merokok, obesitas, stress, alkohol, kurang olah raga dan usia (
Tilong, 2014 )
Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, Hipertensi merupakan
penyebab nomor 1 kematian di Dunia meliputi Data tahun 2017 di Amerika serikat
menunjukkan 103 juta penduduk Amerika serikat mengalami hipertensi dan harus
menjalani diet, perubahan Gaya hidup, dan mengomsumsi obat Anti hipertensi. Setiap
Tahunnya penyakit Hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa penduduk diseluruh Dunia.
WHO Juga memprediksi bahwa pada tahun 2025 yang akan datang, ada sekitar 29 %
jiwa didunia yang terserang penyakit Hipertensi.%. Berdasarkan Data World Health
Organization (WHO) Pada tahun 2009 menunjukkan lansia berjumlah 7,49% dari total
populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 proporsi lansia sebesar 8,1%
dari total Populasi (WHO,2015)
Berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 di Indonesia Hipertensi memiliki prevalensi
yang tinggi yaitu sebesar 25, 8% . Disamping itu pengontrolan hipertensi ini belum
adekuat meskipun sudah banyak obat-obat yang efektif (Depkes RI,2013). Pada Analisis
Hipertensi didapatkan Faktor Usia, Tingkat Pendidikan, tingkat pengetahuan, status
pekerjaan dan wilayah tempat tinggal Ikut mempengaruhi semakin berkembangnya
Hipertensi Di Masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraiakan, rumusan masalah
penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pamboang? ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umun
Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pamboang
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum
melakukan senam lansia
b. Diketahuinya tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi setelah
melakukan senam lansia
c. Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi mahasiswa tentang pengobatan secara alami dengan melakukan senam
lansia untuk menurunkan hipertensi
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada keluarga
terutama yang memiliki lansia yang menderita hipertensi agar terhindar dari
kemungkinan komplikasi penyakit – penyakit akibat hipertensi
4. Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan, informasi serta menambah pengalaman baru dalam
melakukan penelitian di bidang keperawatan mengenai pengaruh senam lansia
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran seperti kemunduran
seperti kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat dan gerakan tubuh yang tidak proporsional. ( Nugroho,2008)
Menurut Constantides (2008) dalam Nugroho (2008) mengatakan bahwa proses
menua adalah proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang di derita. Proses menua merupakan proses yang terus – menerus
secara ilmiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya.
Menua bukan status penyakit tetapi merupakan berkurangnya daya tahan dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
d. Gangguan psikiatri
Yang sering terdapat pada usia lanjut adalah, sindrom otak organik dan
psikosis involusi. Skizofrenia, psikosis bipolar dan ketergantungan obat bila ada,
mungkin terjadi sejak masa muda. Hampir semua gangguan jiwa pada masa muda
dapat bertahan sampai atau timbul lagi pada masa usia lanjut. Neurosis sering berupa
neurosis cemas dan depresi. Gangguan psikosomatis dapat juga berlangsung sampai
masa tua, tetapi beberapa menjadi lebih baik atau hilang dengan sendirinya. Diabetes,
hipertensi dan glaukoma dapat menjadi lebih parah karena depresi. Insomnia,
anorexia dan konstipasi sering timbul dan tidak jarang gejala-gejala ini berhubungan
dengan depresi. Depresi pada masa usia lanjut sering disebabkan karena
aterosklerosis otak, tetapi juga tidak jarang psikogenik atau kedua-duanya (Maramis,
2009).
B. Tinjauan Umum Tekanan Darah
1. Pengertian
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh
manusia. Darah yang dengan lancar beredar keseluruh bagian tubuh berfungsi
sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat – zat lain yang
diperlukan bagi kehidupan sel – sel tubuh. Selain itu darah juga berfungsi
sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi bagi
jaringan tubuh (Gunawan L, 2001)
Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi dari
peredaran darah sistemik didalam tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan
antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah
sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung mengucup (sistole).
Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
mengendor (diastole) (Gunawan, 2001)
Berdasarkan penelitian, tekanan sistolik tinggi mempunyai angka
kematian 2,5x lebih tinggi daripada diastolik. Hal ini karena tekanan sistolik
adalah tekanan dalam arteri yang terjadi saat dipompanya darah dari jantung
ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah sisa tekanan dalam
arteri saat jantung beristirahat. Jadi apabila tekanan sistolik tinggi, aliran darah
keseluruh tubuh termasuk organ – organ vital juga terganggu. Hal ini
menjelaskan mengapa angka kematian akibat tekanan darah sistolik tinggi lebih
besar dari tekanan diastolik tinggi (Marliani,2007)
2. Etiologi
Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi walaupun
sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui atau disebut juga
dengan hipertensi essensial atau primer. Penyebab tekanan darah meningkat
adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan)
dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah. Faktor gizi juga
sangat berpengaruh dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme.
(Agromedia, 2009)
Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang. Namun faktor usia ikut berpengaruh karena
pada usia lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya
berkurang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas faktor – faktor yang tidak
dapat dikontrol seperti keturunan, jenis kelamin dan umur serta faktor – faktor
yang dapat dikontrol seperti gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, kurang
berolahraga, merokok, konsumsi garam, stress dan minum – minuman beralkohol.
(Agromedia,2009)
3. Manifestasi Klinik
Pemeriksaan fisik mungkin tidak ditemukan kelainan selain tekanan
darah yang tinggi, akan tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina
seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat
terdapat edema pupil. ( Smeltzer & Bare 2010 ). Tanda gejala lain yang
meskipun secara tidak sengaja terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi yaitu sakit kepala, perdarahan di hidung, pusing
yang terkadang juga terjadi pada seseorang dengan tekanan darah normal.
Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa diantaranya
sudah mempunyai faktor risiko tambahan, tetapi kebanyakan asimptomatik.
Menurut Elizabeth J. Corwin (2005), manifestasi klinis yang timbul setelah
mengetahui hipertensi bertahun-tahun antara lain:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
4. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi menurut Who sebagai berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO
Kategori Sistolik Diastolik
Normal 120 - 129 80 – 84
Normal tinggi 130 - 139 85 – 89
Hipertensi stadium 1 140 - 159 90 – 99
Hipertensi stadium 2 160 - 179 100 – 109
Hipertensi stadium 3 > 180 > 110
Sumber : Sustrani, 2005
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committee VII
Sistol Dan / Diatolik
Kategori
(mmHg) Atau (mmHg)
Rendah ( Hipotensi ) ≤ 85 Atau ≤ 55
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi tahap 1 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
5. Jenis – jenis Hipertensi
Berdasarkan penyebanya hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Agromedia,2009)
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Berbagai faktor yang diduga menyebabkan hipertensi seperti
bertambahnya umur, stress psikologis dan faktor keterunan. Sekitar 90%
hipertensi termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabya dapat
diketahui. Kondisi ini biasanya timbul secara tiba – tiba dan menyebabkan
tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer. Kondisi yang memicu
diantaranya gangguan fungsi ginjal, pemakaian kontrasepsi oral dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah.
6. Komplikasi
Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain sebagai bentuk
lanjutan hipertensi yang terjadi. Dalam jangka panjang hipertensi terbukti
menimbulkan komplikasi penyakit lain. Komlikasi hipertensi pada organ lain
dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, perdarahan selaput bening (retina
mata), pecahnya pembuluh darah di otak dan kelumpuhan. Berikut komplikasi
yang dapat timbul menyertai hipertensi berdasarkan Redaksi Agromedia
tahun 2009.
a. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian
jaringan otak akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Biasanya terjadi mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam
beberapa menit. (complete stroke).
b. Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung
bekerja lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran
otot jantung kiri sehingga mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada
otot jantung kiri disebabkan oleh kerja keras jantung memompa darah.
c. Gagal Ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam
ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi yaitu nefrosklerosis
benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada
hipertensi yang sudah berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan
pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal ini menyebabkan
permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah berkurang. Semntara
itu, nefrosklerosis maligna merupakan ginjal yang ditandai dengan
naiknya tekanan darah diastole diatas 130 mmHg yang disebabkan
terganggunya fungsi ginjal.
7. Penatalaksanaan Farmakologi
Pemberian obat antihipertensi menjadi faktor penting yang umumnya
diresepkan oleh dokter sebagai upaya untuk mengontrol hipertensi. Berikut
adalah jenis antihipertensi yang dimaksud. (Gunawan,2001)
a. Diuretik
Obat – obatan yang bersifat diuretik membantu ginjal mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh. Berkurangnya cairan dalam
darah akan menurunkan tekanan darah.
b. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor
Mencegah tubuh memproduksi hormon angiotensin II yang
menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan darah
berkurang.
c. Beta Bloker
Fungsi beta bloker untuk memperlambat detak jantung dan
menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang
terpompa lebih sedikit dan tekanan darah berkurang.
d. Calsium Chanel Bloker (CCB)
Fungsinya memperlambat laju kalsium yang melalui otot jantung dan
masuk ke dinding pembuluh darah. Hal ini menjadikan pembuluh darah
rileks dan melancarkan darah.
e. Vasodilator
Bekerja langsung pada otot pembuluh darah dengan menimbulkan
relaksasi otot sehingga pembuluh darah tidak menyempit dan tekanan darah
berkurang.
8. Penatalaksanaan Alami (Nonfarmakologi)
Penatalaksanaan nonfarmakologi yaitu modifikasi gaya hidup dan terapi. JNC
memberikan alur penanganan pada pasien hipertensi yang paling utama adalah
memodifikasi gaya hidup, jika respon tidak adekuat maka dapat diberikan pilihan
obat dengan efektifitas tertinggi dengan efek samping terkecil dan penerimaan serta
kepatuhan pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Modifikasi gaya hidup dalam hal ini
termasuk penurunan berat badan jika kelebihan berat badan (obesitas), melakukan
diet makanan, mengurangi asupan natrium, mengurangi konsumsi alkohol,
menghentikan kebiasaan merokok, dan melakukan aktivitas fisik seperti senam atau
olahraga (Sukandar, Andrajati, Sigit, Adnyana, Setiadi, & Kusnandar, 2009).
2. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat
dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65
thn ke atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran
jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian,
kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan
jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi
proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa
gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi.
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia,
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh
manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu
istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus
menurun.
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha
yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan
metabolik yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim
fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya
aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin
dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan
(Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi
beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot,
dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu
pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa,
meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang
kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur
nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
Menurut Maryam (2008), manfaat melakukan senam secara teratur dan
benar dalamjangka waktu yang cukup adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik.
b. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia.
c. Daya tahan tubuh meningkat.
d. Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan, ketahanan,
keluwesan, dan kecepatan).
e. Membentuk berbagai sikap kejiwaan ( membentuk keberanian, kepercayaan diri,
kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama).
f. Meningkatkan kesehtan mental, mengurangi ketegangan dan sters.
g. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendri dan masyarakat.
h. Memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah.
Manfaat senam lansia menurut Sutaryo (2011) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan stamina
b. Membantu mencegah penyakit jantung
c. Memperbaiki kebugaran kardiovaskuler
d. Menurunkan tekanan darah
e. Melepaskan kecemasan
f. Membakar kalori
g. Memperbaiki peredaran darah
b.Gerakan Inti
Gerakan inti sangat bergantung pada sasaran latihan yang diinginkan.
lamanya gerakan inti kurang lebih berlangsung 20-39 menit atau di sesuaikan
dengan tujuan. Gerakan inti bertujuan untuk meningkatkan kebugaran,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan
kelenturan sendi, dan meningkatkan ketangkasan/keterampilan.
c. Gerakan Pendinginan
Gerakan pendinginan dapat menurunkan kerja jantung secara perlahan dan
keseluruhan proses metabolisme yang meningkat selama latihan. Keuntungan
pendinginan, yaitu mencegah penggumpalan darah dalam vena, mencegah
kekakuan dan nyeri otot.
4. Dosis latihan
Menurut Pujiastuti (2003), Secara umum dosis latihan dijabarkan sebagai berikut.
a. Frekuensi
Dilakukan tiga atau lima kali per minggu. Untuk meningkatkan kebugaran
jantung paru minimal harus berlatih tiga kali dalam seminggu.
b. Intensitas
Bagi pemula intensitas yang dianjurkan adalah 50-60% dari VO2 maks.
Untuk meningkatkan kebugaran jantung paru. American College Of Sports
(ACSM) menganjurkan latihan dengan intensitas 60-90% dari denyut jantung
maksimal.
c. Durasi
Untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi kebugaran jantung paru,
berlatih pada zona latihan selama 15-30 menit dan diakhiri dengan pendinginan
selama 5-10 menit.
d. Macam
Untuk mendapat kebugaran jasmani yang adekuat, jenis latihan harus
disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan. Misalnya senam Tai Chi Chuan
(TC) adalah salah satu bentuk latihan fisik yang menggabungkan latihan
pernafasan, relaksasi, dan struktur gerakan yang pelan dan lamban yang
mempunyai manfaat tinggi bagi lansia.
6. Pakaian Senam
A. Kerangka Konsep
Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Bagan Kerangka Konsep
TERAPI FARMAKOLOGI
(Obat – obatan kimia dan herbal)
PENURUNAN
TERAPI NONFARMAKOLOGI TEKANAN
(SENAM LANSIA)
DARAH
TERAPI NONFARMAKOLOGI
(menurunkan berat badan, mengurangi
asupan natrium, mengurangi konsumsi
alkohol, dan menghentikan kebiasaan
merokok.)
Keterangan :
: Variabel dependen
B. HIPOTESIS
Ha : Ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Puskesmas Pamboang.
Ho : Tidak ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pamboang.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Keterangan :
intervensi )
intervensi )
pertemuan )
O1.b : Posttest (Pengukuran tekanan darah pada kelompok kontrol pada akhir
Pertemuan )
b. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
Purposive Sampling dimana populasi dijadikan sampel dan diambil
berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri
didasarkan pada ciri atau sifat - sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya di wilayah kerja Puskesmas Pamboang Kabupaten Majene
c. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Pada lansia baik pria maupun wanita
b) Dapat berkomunikasi
c) Lansia yang memiliki tekanan darah sistolik antara 140 mmHg - 170
mmHg
d) Lansia yang tidak pikun dan mampu melakukan aktivitas sehari –
hari
e) Bersedia menjadi responden
2) Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Lansia yang pada saat penelitian mengalami penyakit parah
b) Lansia yang tidak ada ditempat pada saat penelitian
c) Lansia yang merokok baik pria maupun wanita
d) Lansia berumur lebih dari 90 tahun
E. Tahap Persiapan
a. Persiapan Peserta (Lansia yang sudah sesuai kriteri inklusi).
1) Menjelaskan tujuan dilakukannya penelitian.
2) Menjelaskan langkah dan prosedur yang dilakukan.
3) Penandatangan inform consent.
b. Persiapan Lingkungan
Mempersiapkan tempat untuk melakukan latihan senam
c. Persiapan Alat
1) Sphygmomanometer air raksa
2) Stetoskop
3) Laptop + Video senam lansia
4) Speaker
5) Catatan tekanan darah
6) Alat tulis, dan kamera digital untuk dokumen
d. Tahap Pelaksanaan
1. Ukur tekanan darah lansia sebelum pelatihan senam lansia pada keadaan tenang.
Catat hasil pengukuran.
2. Instruktur senam memberi pelatihan senam lansia dengan durasi 40 menit yang
terdiri dari : pemanasan selama 10 menit, latihan inti selama 20 menit dan
pendinginan selama 10 menit.
3. Setelah pelatihan senam lansia, peneliti dan pendamping peneliti mengukur
kembali tekanan darah lansia. Catat hasil pengukuran.
4. Pelatihan senam lansia dilakukan setiap pagi pukul 08.00 – 09.00 WITA pada
hari Senin, Rabu dan Jumat, dengan frekuensi tiga kali seminggu pada hari yang
bergantian selama 4 minggu.
F. Alur penelitian
Purposive Sampling
Analisa data
Penyusunan Laporan
Penyajian Hasil
2. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
diambang batas normal. Tekanan darah tinggi berlaku apabila tekanan darah
sistolik antara 140 mmHg - 180 mmHg.
Kriteria Objektif
Normal : Jika tekanan darah sistolik 120 – 129 mmHg
Normal Tinggi : Jika tekanan darah sistolik 130 – 139 mmHg
Hipertensi Tingkat 1 : Jika tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg
Hipertensi Tingkat 2 : Jika tekanan darah sistolik 160 – 179 mmHg
Hipertensi Tingkat 3 : Jika tekanan darah sistolik > 180 mmHg
J. Instrumen Penelitian
Instrumen atau pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa lembar observasi yang diberikan kepada responden yang berisi identitas dan
pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan serta alat tulis
untuk mencatat data dan dokumentasi untuk merekam hasil penelitian.
2. Analisa Data
Setelah dilakukan tabulasi data kemudian diolah dengan menggunakan
metode uji statistik yaitu :
a. Analisa Univariat
Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara
mendeskripsikan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel
independen dan variabel dependen dengan melihat distribusi frekuensinya.
b. Analisa Bivariat
Dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Setelah itu untuk
melihat pengaruh dari veriabel independen dan variabel dependen peneliti
menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 yang diolah
dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 23 for windows.
L. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi
dari pihak institusi dan pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada
instansi tempat penelitian dalam hal ini Kepala Puskesmas Pamboang Kabupaten
Majene.
Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan
yang akan diberikan pada responden yang akan diteliti dan memenuhi kriteria
inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
3. Confidential
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.