Вы находитесь на странице: 1из 30

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA


HIPERTENSI DI PUSKESMAS PAMBOANG

OLEH

NURMADINA
A.1.14.0784

STIKES MARENDENG MAJENE


TAHUN AKADEMIK 2017 / 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau penyakit tekana darah tinggi merupakan suatu gangguan
pada pembuluh darah sehingga mengakibatkan suplasi oksigen dan nutrisi. Kondisi
ini menyebabkan tekanan darah di arteri meningkat dan jantung harus bekerja
lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hipertensi merupakan penyakit
yang banyak tidak menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak teriagnosis
dalam waktu yang lama. Menurut WHO batas tekanan darah normal adalah 140 / 90
mmHg. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi yaitu jenis
kelamin, keturunan, merokok, obesitas, stress, alkohol, kurang olah raga dan usia (
Tilong, 2014 )
Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, Hipertensi merupakan
penyebab nomor 1 kematian di Dunia meliputi Data tahun 2017 di Amerika serikat
menunjukkan 103 juta penduduk Amerika serikat mengalami hipertensi dan harus
menjalani diet, perubahan Gaya hidup, dan mengomsumsi obat Anti hipertensi. Setiap
Tahunnya penyakit Hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa penduduk diseluruh Dunia.
WHO Juga memprediksi bahwa pada tahun 2025 yang akan datang, ada sekitar 29 %
jiwa didunia yang terserang penyakit Hipertensi.%. Berdasarkan Data World Health
Organization (WHO) Pada tahun 2009 menunjukkan lansia berjumlah 7,49% dari total
populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 proporsi lansia sebesar 8,1%
dari total Populasi (WHO,2015)
Berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 di Indonesia Hipertensi memiliki prevalensi
yang tinggi yaitu sebesar 25, 8% . Disamping itu pengontrolan hipertensi ini belum
adekuat meskipun sudah banyak obat-obat yang efektif (Depkes RI,2013). Pada Analisis
Hipertensi didapatkan Faktor Usia, Tingkat Pendidikan, tingkat pengetahuan, status
pekerjaan dan wilayah tempat tinggal Ikut mempengaruhi semakin berkembangnya
Hipertensi Di Masyarakat.

Kelompok umur yang menjadi sasaran pada pengukuran tekanandarah adalah


umur 18 tahun ke atas yakni sebesar 91.330 orang.Berdasarkan laporan tahun 2016
jumlah penduduk yang diperiksatekanan darahnya sebanyak 4.884 (5.3%) dan diketahui
62.5%diantaranya termasuk dalam kategori hipertensi dengan rincian laki - laki1253
orang (53.6%) dan perempuan 1.800 orang (70.7%). Sepertitahun sebelumnya hipertensi
ini lebih banyak ditemukan padaperempuan. (Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun
2016 )
Jenis latihan fisik (olahraga) yang bisa di lakukan antara lain adalah senam lansia.
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terearah serta terencana
yang diikuti oleh orang lanjut usia dalam bentuk latihan fisik yang berpengaruh terhadap
kemampuan fisik lansia.
Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena
melatih tulang tetap kuat dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran
dalam tubuh (Widiantri dan Atikah ,2010).
Senam dengan frekuensi tiga kali seminggu terbukti melenturkan pembuluh darah
(Depkes RI, 2007).
Tujuan dari senam lansia antara lain untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan,
koordinasi tubuh, memelihara kesehatan. Selain itu senam lansia juga dapat menunda
perubahan fisiologis yang biasanya terjadi pada proses penuaan muskuloskletal,
penurunan kekuatan dan fleksibilitas, peningkatan kerentanan terhadap cidera, penurunan
kelenturan struktur sendi, serta melindungi lansia dari jatuh (Stanley & Beare, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian Sundari.J.M yang berjudul Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Wreda Semarang
dengan jumlah responden sebanyak 14 responden yang diambil secara total
sampling. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh
nilai P 0,000 lebih kecil daripada 0,008n( 0,000 < 0,008 ).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senam lansia memiliki pengaruh untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudu “ Pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Puskesmas Pamboang ”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraiakan, rumusan masalah
penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pamboang? ”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umun
Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pamboang

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi sebelum
melakukan senam lansia
b. Diketahuinya tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi setelah
melakukan senam lansia
c. Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi mahasiswa tentang pengobatan secara alami dengan melakukan senam
lansia untuk menurunkan hipertensi

2. Bagi Pelayanan Kesehatan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada bidang
pelayanan kesehatan mengenai pengaruh senam lansia terhadap penurunan
tekanan darah sehingga bagi pelayanan kesehatan dapat menjadi perantara
untuk mengadakan senam pada para lansia yang menderita hipertensi

3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada keluarga
terutama yang memiliki lansia yang menderita hipertensi agar terhindar dari
kemungkinan komplikasi penyakit – penyakit akibat hipertensi

4. Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan, informasi serta menambah pengalaman baru dalam
melakukan penelitian di bidang keperawatan mengenai pengaruh senam lansia
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lansia


1. Pengertian Lansia
Lansia atau usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur ulang kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU
No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun ( Maryam, 2008 ).
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
hidup. Jumlah lansia meningkat diseluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa
pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup
64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun
dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2020
akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu ( Riskesdas, 2013 )

2. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran seperti kemunduran
seperti kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat dan gerakan tubuh yang tidak proporsional. ( Nugroho,2008)
Menurut Constantides (2008) dalam Nugroho (2008) mengatakan bahwa proses
menua adalah proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang di derita. Proses menua merupakan proses yang terus – menerus
secara ilmiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya.
Menua bukan status penyakit tetapi merupakan berkurangnya daya tahan dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.

3. Batasan Lanjut Usia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia dalam Mubarak dan Iqbal (2007)
batasan lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan ( middle age ) adalah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia ( elderly ) adalah usia antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia ( old ) adalah usia antara 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua ( very old ) adalah usia di atas 90 tahun.
Sedangkan menurut Koesoenoto Setyonegoro dalam Nugroho (2008)
a. Usia dewasa muda atau elderly adulthood yaitu sekitar 18 tahun atau 20
tahun sampai 25 tahun
b. Usia dewasa penuh atau middle years atau maturitas yaitu 25 tahun sampai
60 tahun atau 65 tahun
c. Lanjut usia geriatric age yaitu usia lebih dari 65 atau 70 tahun dalam hal
ini dibagi untuk usia :
1) Usia 70 sampai 75 tahun atau young old
2) Usia 75 sampai 80 tahun atau old
3) Usia lebih dari 80 tahun atau very old

4. Klasifikasi Lansia ( Maryam,2008 )


a. Pralansia ( Prasenilis )
Seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun lebih
c. Lansia beresiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun keatas atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain.

5. Teori - Teori Proses Menua ( Nugroho, 2008)


a. Teori genetic
1) Teori genetic clock
Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam
tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses
penuaaan. Teori ini menyatakan bahwa semua itu telah terprogram secara
genetic untuk spesies mempunyai batas usia yang berbeda – beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar
maka dia akan mati.
2) Teori mutasi somatic
Menurut teori ini penuaan terjadi karena adanya mutasi somatic
akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadinya kesalahan dalam proses
transkripsi DNA atau RNA dalam proses translasi RNA protein/enzim.
Kesalahan ini terjadi terus - menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.
b. Teori non – genetic
1) Teori penurunan system imun tubuh (Auto-Immune Theory)
Mutasi yang berulang – ulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Jika mutasi membran sel rusak, hal ini menyebabkan system
imun tidak mengenali dan merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit autoimun pada lanjut usia. Dalam proses
metabolisme, diproduksi suatu zat khusus dimana terdapat jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan sehingga jaringan tubuh akan menjadi lemah
dan sakit.
2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (Free Radical Theory)
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan didalam
mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang
tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga
sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan
berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen. Bahan organic
misalnya karbohidrat dan protein.
Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenesai. Radikal
bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi
sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan
bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi dan sinar ultraviolet
yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada
proses menua.
3) Teori menua akibat metabolisme
Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan bahwa
pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur sedangkan asupan kalori yang menyebabkan
kegemukan dapat memperpendek umur.
4) Teori rantai silang (Cross Link Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat
kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan
kekakuan pada jaringan, kurang elastis dan hilangnya fungsi pada proses
menua.
5) Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori
oksidasi stress, disini terjadi kelebihan usaha dan menyebabkan sel tubuh
lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal).
6. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Haryono (2013) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai
berikut :
a. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap.
b. Rambut kepala mulai memutih atau beruban.
c. Gigi mulai lepas.
d. Penglihatan dan pendengaran berkurang.
e. Mudah lelah dan mudah jatuh.
f. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :


a. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik.
b. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru
saja terjadi.
c. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
d. Sulit menerima ide-ide baru

7. Masalah Hipertensi pada usia lanjut


a. Gangguan fisik
Banyak perubahan fisik yang terjadi pada lansia karena penyakit, akan
tetapi sebagian juga disebabkan karena proses penuaan. Beberapa perubahan fisik
yang terjadi adalah berkurangnya ketajaman pancaindra, berkurangnya
kemampuan melaksanakan sesuatu karena turunnya kekuatan motorik, perubahan
penampilan fisik yang mempengaruhi peranan dan status ekonomi dan sosial,
serta kemunduran efisiensi integratif susunan saraf pusat, misalnya penciutan
minat, kelemahan ingatan dan penurunan inteligensi. Tidak jarang terjadi depresi
pada orang berumur 60-an. Depresi sering mengisyaratkan adanya suatu penyakit
organik. Penyakit yang laten mungkin menunjukkan eksaserbasi, seperti diabetes,
hipertensi, dan glaukoma. Gangguan pembuluh darah yang progresif pada jantung
dan otak yang mengancam serta membatasi hidup, dapat menimbulkan reaksi
takut, amarah dan depresi. Sebaliknya, reaksi emosional yang berlebihan dapat
memperhebat gangguan kardiovaskuler, endokrin dan penyakit lain yang
sebelumnya masih ringan (Maramis, 2009).
Orang lanjut usia sering menyatakan kekhawatirannya terhadap ketidak
mampuan fisiknya, tetapi jarang tentang rasa takutnya terhadap kematian. Ada
yang dengan tenang menyiapkan diri dan mengatur hal-hal duniawi (warisan,
makam dan sebagainya) dalam menghadapi hal yang tidak dapat dielakkan
tersebut. Kadang-kadang memang timbul 16 depresi atau penyangkalan dan mati
(Maramis, 2009).
b. Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi
Kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan sosial, uang, pekerjaan
(pensiun), atau mungkin rumah tinggal, semua ini dapat menimbulkan reaksi yang
merugikan. Perasaan aman dalam hal sosial dan ekonomi serta pengaruhnya
terhadap semangat hidup, rupanya lebih kuat dari pada keadaan badani dalam
melawan depresi (Maramis, 2009).

c. Seks pada usia lanjut


Orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks yang aktif sampai
umur 80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada usia lanjut, tetapi sering
hal ini mengakibatkan rasa malu dan bingung pada mereka sendiri dan anak-anak
mereka yang menganggap seks pada usia lanjut sebagai tabu atau tidak wajar.
Orang yang pada masa muda mempunyai kehidupan seksual yang sehat dan aktif,
pada usia lanjut masih juga demikian, biarpun sudah berkurang, jika saat muda
sudah lemah, pada usia lanjut akan habis sama sekali (Maramis, 2009).
Memang terdapat beberapa perubahan khusus mengenai seks. Pada
wanita; karena proses penuaan, maka pola vasokongesti pada buah dada, klitoris
dan vagina lebih terbatas. Aktivitas sekretoris dan elastisitas vagina juga berkurang.
Pada pria; untuk mencapai ereksi diperlukan waktu lebih lama. Ereksi mungkin tidak
akan dicapai penuh, tetapi cukup untuk melakukan koitus. Kekuatan saat ejakulasi
juga berkurang. Pada kedua seks, semua fase eksitasi menjadi lebih panjang, akan
tetapi meskipun demikian, pengalaman subjektif mengenai orgasme dan kenikmatan
tetap ada dan dapat membantu relasi dengan pasangan (Maramis, 2009).

d. Gangguan psikiatri
Yang sering terdapat pada usia lanjut adalah, sindrom otak organik dan
psikosis involusi. Skizofrenia, psikosis bipolar dan ketergantungan obat bila ada,
mungkin terjadi sejak masa muda. Hampir semua gangguan jiwa pada masa muda
dapat bertahan sampai atau timbul lagi pada masa usia lanjut. Neurosis sering berupa
neurosis cemas dan depresi. Gangguan psikosomatis dapat juga berlangsung sampai
masa tua, tetapi beberapa menjadi lebih baik atau hilang dengan sendirinya. Diabetes,
hipertensi dan glaukoma dapat menjadi lebih parah karena depresi. Insomnia,
anorexia dan konstipasi sering timbul dan tidak jarang gejala-gejala ini berhubungan
dengan depresi. Depresi pada masa usia lanjut sering disebabkan karena
aterosklerosis otak, tetapi juga tidak jarang psikogenik atau kedua-duanya (Maramis,
2009).
B. Tinjauan Umum Tekanan Darah
1. Pengertian
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh
manusia. Darah yang dengan lancar beredar keseluruh bagian tubuh berfungsi
sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat – zat lain yang
diperlukan bagi kehidupan sel – sel tubuh. Selain itu darah juga berfungsi
sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi bagi
jaringan tubuh (Gunawan L, 2001)
Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi dari
peredaran darah sistemik didalam tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan
antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah
sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung mengucup (sistole).
Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
mengendor (diastole) (Gunawan, 2001)
Berdasarkan penelitian, tekanan sistolik tinggi mempunyai angka
kematian 2,5x lebih tinggi daripada diastolik. Hal ini karena tekanan sistolik
adalah tekanan dalam arteri yang terjadi saat dipompanya darah dari jantung
ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah sisa tekanan dalam
arteri saat jantung beristirahat. Jadi apabila tekanan sistolik tinggi, aliran darah
keseluruh tubuh termasuk organ – organ vital juga terganggu. Hal ini
menjelaskan mengapa angka kematian akibat tekanan darah sistolik tinggi lebih
besar dari tekanan diastolik tinggi (Marliani,2007)

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi tekanan darah


Pada dasarnya, tekanan darah selalu berubah sesuai irama harian
tubuh. Jika sedang melakukan kegiatan atau olahraga, tekanan darah akan naik.
Pada saat istirahat atau tidur, tekanan darah akan menurun. Ketika bangun tidur,
tekanan darah naik lagi dan begitu seterusnya. Ukuran tekanan darah setiap
individu pun berbeda sesuai usia dan kegiatan masing – masing (Agromedia,
2009)
Tambayaong (2000) pada umumnya insidensi hipertensi pada pria
lebih tinggi daripada wanita namun usia pertengahan dan lebih tua, insidensi
pada wanita mulai meningkat. Sedangkan menurut Hardywinoto (2005) jumlah
penduduk lansia wanita umumnya lebih banyak dibandingkan dengan pria, hal
ini dapat dilihat dari presentasi pria dan wanita serta ratio jenis kelamin dari
penduduk lansia pria dan wanita. Wanita yang telah mengalami menopause
memiliki resiko yang lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan dengan
laki – laki. Hal ini disebabkan karena setelah mengalami menopause produksi
estrogen akan menurun dan terjadinya aterosklerosis sebagai salah satu faktor
penyebab hipertensi (Darmajo,2006)
Menurut Shadine (2010) dimana tekanan darah bergantung pada
aktivitas tubuh seperti olahraga, kegiatan rumah tangga, stress, rasa cemas
ataupun rasa takut. Istirahat akan mempengaruhi tekanan darah sehingga
kembali normal. Bagi yang kurang mampu mentoleransi pekerjaan dan
perubahan yang terjadi pada dirinya akan menimbulkan stress yang akan
berdampak pada peningkatan tekanan darah.
Menurut Pedersen (1996) tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya jenis kelamin dimana tekanan darah pada laki – laki lebih
tinggi sampai umur 55 tahun, usia yang semakin meningkat, riwayat keluarga
menderita hipertensi, ras berkulit hitam, makanan beragam serta berat badan
berlebih atau obesitas. Selain itu, faktor stress, emosi, merokok serta aktivitas
fisik yang berlebih juga mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

3. Pengukuran Tekanan Darah


Pengkajian tekanan darah dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis,karena itu perawat perlu lebih spesifik mengetahui
pengukuran tekanan darah. Tekhnik pengukuran tekanan darah meliputi
(Muttaqin,2009)
a. Cara Palpasi
1) Hanya untuk mengukur tekanan sistolik
2) Manset spigmomanometer yang digunakan harus sesuai dengan usia
(manset anak – anak lebih kecil dibandingkan dengan manset dewasa)
3) Kenakan manset pada lengan pompa dengan udara secara perlahan
sampai denyutn nadi pergelangan tangan tak teraba lagi. Kemudian
tekanan didalam manset diturunkan dengan membuka lubang pemompa
secara perlahan.
4) Amati tekanan pada skala spigmomanometer. Tekanan ini adalah tekanan
sistolik.
b. Cara Auskultasi
1) Untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik
2) Manset spigmomanometer diikatkan pada lengan atas, stetoskop
ditempatkan pada arteri brakhialis pada permukaan ventral siku agak
bawah manset spigmomanometer.
3) Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam spigmomanometer
dinaikkan dengan memompa udara ke dalam manset sampai nadi tidak
terdengar lagi, kemudian tekanan di dalam spigmomanometer diturnkan
secara perlahan.
4) Pada saaat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang
tercantum pada skala spigmomanometer. Tekanan ini adalah tekanan
sistolik.
5) Suara denyutan nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar
sekeras itu sampai suatu saat denyutan melemah atau menghilang sama
sekali. Pada saat itu suara denyutan yang keras itu berubah menjadi
lemah, baca algi tekanan pada skala spigmomanometer. Tekanan itu
adalah tekanan diastolik.
6) Tekanan darah diukur saat klien berbaring, ukur kembali tekanan darah
pada klien hipertensi saat klien berdiri.
7) Terkadang ditemukan masa bisu (auscatatory gap), yaitu suatu masa
denyut nadi tidak terdengar saat tekanan spigmanometer diturunkan.
Misalnya denyut pertama terdengar pada tekanan 220 mmHg, suara
denyut nadi berikutnya baru terdengar pada 150 mmHg, jadi ada masa
bisu pada tekanan antara 220 dan 150 mmHg. Gejala ini sering
ditemukan pada klien hipertensi,penyebabya belum diketahui.

4. Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah


Umar (2008) menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum mengukur tekanan darah, yaitu :
a. Sebaiknya sebelum dialkukan pemeriksaan tekanan darah, pastikan kandung
kemih kosong.
b. Tidak mengonsumsi kopi, alkohol dan rokok sebelumnya karena semua hal
tersebut akan meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya.
c. Sebaiknya istirahat dan duduk dengan tenang selama 5 menit sebelum
pemeriksaan
d. Pikiran harus tenang karena pikiran yang tegang dan stress akan
meningkatkan tekanan darah
e. Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk dengan
siku lengan menekuk diatas meja dengan posisi telapak tangan menghadap
keatas, posisi lengan sebaiknya setinggi jantung

C. Tinjuan Umum Tentang Hipertensi


1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Tekanan Darah Sistoilik (TDS) yaitu tekanan di arteri saat jantung berdenyut
atau berkontraksi memompa darah ke sirkulasi. Tekanan Darah Diastolik (TDD)
yaitu tekanan darah di arteri saat jantung berelaksasi di antara dua denyutan
(kontraksi). Tekanan darah pada orang dewasa sangat bervariasi. Tekanan darah
sistolik berkisar antara 95 – 140 mmHg. Dilain pihak tekanan diastolik berkisar
60 – 90 mmHg. Walaupun demikian tekanan darah pada umumnya berkisar pada
rata - rata nilai noral sekitar 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg
untuk tekanan diastolik.
Kedua tekanan tersebut diatas merupakan tekanan yang dihasilkan oleh
aktivitas kerja jantung sebagai pompa dan menyebabkan darah mengalir di
dalam sistem arteri secara terputus – putus dan terus – menerus tiada henti –
hentinya. (Palmer, 2007; WHO,2011)
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada
arteri. Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, di mana tekanan tersebut
dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah sehingga hipertensi ini
berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Tekanan darah orang dewasa normal yaitu 120 mmHg ketika jantung
berdetak (sistolik) dan 80 mmHg pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Ketika
tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik sama dengan/atau di atas 90 mm Hg, maka tekanan darah dianggap tinggi.
Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi risiko kerusakan pada jantung dan
pembuluh darah pada organ utama seperti otak dan ginjal (WHO, 2013).

2. Etiologi
Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi walaupun
sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui atau disebut juga
dengan hipertensi essensial atau primer. Penyebab tekanan darah meningkat
adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan)
dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah. Faktor gizi juga
sangat berpengaruh dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme.
(Agromedia, 2009)
Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang. Namun faktor usia ikut berpengaruh karena
pada usia lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya
berkurang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas faktor – faktor yang tidak
dapat dikontrol seperti keturunan, jenis kelamin dan umur serta faktor – faktor
yang dapat dikontrol seperti gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, kurang
berolahraga, merokok, konsumsi garam, stress dan minum – minuman beralkohol.
(Agromedia,2009)

3. Manifestasi Klinik
Pemeriksaan fisik mungkin tidak ditemukan kelainan selain tekanan
darah yang tinggi, akan tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina
seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat
terdapat edema pupil. ( Smeltzer & Bare 2010 ). Tanda gejala lain yang
meskipun secara tidak sengaja terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi yaitu sakit kepala, perdarahan di hidung, pusing
yang terkadang juga terjadi pada seseorang dengan tekanan darah normal.
Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa diantaranya
sudah mempunyai faktor risiko tambahan, tetapi kebanyakan asimptomatik.
Menurut Elizabeth J. Corwin (2005), manifestasi klinis yang timbul setelah
mengetahui hipertensi bertahun-tahun antara lain:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

4. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi menurut Who sebagai berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO
Kategori Sistolik Diastolik
Normal 120 - 129 80 – 84
Normal tinggi 130 - 139 85 – 89
Hipertensi stadium 1 140 - 159 90 – 99
Hipertensi stadium 2 160 - 179 100 – 109
Hipertensi stadium 3 > 180 > 110
Sumber : Sustrani, 2005

Klasifikasi tekanan darah tinggi sebagai berikut :


a. Tekanan darah normal, yakni jika sistolik ≤ 140 mmHg dan diastolik
≤ 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan, yakni sistolik 141 – 149 mmHg dan diastolik
91 – 94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committee VII
Sistol Dan / Diatolik
Kategori
(mmHg) Atau (mmHg)
Rendah ( Hipotensi ) ≤ 85 Atau ≤ 55
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi tahap 1 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
5. Jenis – jenis Hipertensi
Berdasarkan penyebanya hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Agromedia,2009)
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Berbagai faktor yang diduga menyebabkan hipertensi seperti
bertambahnya umur, stress psikologis dan faktor keterunan. Sekitar 90%
hipertensi termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabya dapat
diketahui. Kondisi ini biasanya timbul secara tiba – tiba dan menyebabkan
tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer. Kondisi yang memicu
diantaranya gangguan fungsi ginjal, pemakaian kontrasepsi oral dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah.

6. Komplikasi
Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain sebagai bentuk
lanjutan hipertensi yang terjadi. Dalam jangka panjang hipertensi terbukti
menimbulkan komplikasi penyakit lain. Komlikasi hipertensi pada organ lain
dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, perdarahan selaput bening (retina
mata), pecahnya pembuluh darah di otak dan kelumpuhan. Berikut komplikasi
yang dapat timbul menyertai hipertensi berdasarkan Redaksi Agromedia
tahun 2009.
a. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian
jaringan otak akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Biasanya terjadi mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam
beberapa menit. (complete stroke).

b. Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung
bekerja lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran
otot jantung kiri sehingga mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada
otot jantung kiri disebabkan oleh kerja keras jantung memompa darah.
c. Gagal Ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam
ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi yaitu nefrosklerosis
benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada
hipertensi yang sudah berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan
pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal ini menyebabkan
permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah berkurang. Semntara
itu, nefrosklerosis maligna merupakan ginjal yang ditandai dengan
naiknya tekanan darah diastole diatas 130 mmHg yang disebabkan
terganggunya fungsi ginjal.

d. Kerusakan pada mata


Tekanan darah yeng terlalu tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah dan saraf pada mata.

7. Penatalaksanaan Farmakologi
Pemberian obat antihipertensi menjadi faktor penting yang umumnya
diresepkan oleh dokter sebagai upaya untuk mengontrol hipertensi. Berikut
adalah jenis antihipertensi yang dimaksud. (Gunawan,2001)
a. Diuretik
Obat – obatan yang bersifat diuretik membantu ginjal mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh. Berkurangnya cairan dalam
darah akan menurunkan tekanan darah.
b. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor
Mencegah tubuh memproduksi hormon angiotensin II yang
menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan darah
berkurang.
c. Beta Bloker
Fungsi beta bloker untuk memperlambat detak jantung dan
menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang
terpompa lebih sedikit dan tekanan darah berkurang.
d. Calsium Chanel Bloker (CCB)
Fungsinya memperlambat laju kalsium yang melalui otot jantung dan
masuk ke dinding pembuluh darah. Hal ini menjadikan pembuluh darah
rileks dan melancarkan darah.
e. Vasodilator
Bekerja langsung pada otot pembuluh darah dengan menimbulkan
relaksasi otot sehingga pembuluh darah tidak menyempit dan tekanan darah
berkurang.
8. Penatalaksanaan Alami (Nonfarmakologi)
Penatalaksanaan nonfarmakologi yaitu modifikasi gaya hidup dan terapi. JNC
memberikan alur penanganan pada pasien hipertensi yang paling utama adalah
memodifikasi gaya hidup, jika respon tidak adekuat maka dapat diberikan pilihan
obat dengan efektifitas tertinggi dengan efek samping terkecil dan penerimaan serta
kepatuhan pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Modifikasi gaya hidup dalam hal ini
termasuk penurunan berat badan jika kelebihan berat badan (obesitas), melakukan
diet makanan, mengurangi asupan natrium, mengurangi konsumsi alkohol,
menghentikan kebiasaan merokok, dan melakukan aktivitas fisik seperti senam atau
olahraga (Sukandar, Andrajati, Sigit, Adnyana, Setiadi, & Kusnandar, 2009).

a. Mengurangi berat badan dan diit natrium


Pengurangan berat badan telah terbukti menormalkan tekanan darah
sampai dengan 75% pada pasien kelebihan berat badan dengan hipertensi ringan
hingga sedang (Katzung, 2001). Penelitian Reisin (1978) menunjukkan bahwa
dari 81 pasien hipertensi dengan kegemukan yang menjalani diet rendah kalori
selama 4 bulan mengalami penurunan tekanan darah rata-rata 20 - 26 mmHg.
Pembatasan asupan natrium merupakan pengobatan efektif bagi banyak pasien
hipertensi ringan. Pembatasan natrium dapat dilakukan dengan tidak memberi
garam pada makanan selama atau sesudah masak dan dengan menghindari
makanan yang diawetkan dengan natrium yang besar. Bukti bahwa diet yang kaya
buah dan sayuran dan dengan produk sedikit lemak juga efektif dalam
menurunkan tekanan darah, hal ini diduga berkaitan dengan tinggi kalium dan
kalisum pada diet tersebut (Appel et. al.1997 dalam Katzung, 2001). Selain diet
tersebut, menghindari natrium dalam makanan olahan dan siap saji dapat
menurunkan tekanan darah. 7 pria hipertensi dengan kegemukan yang menjalani
program diet tersebut serta dilatih gerak badan mengalami
penurunan tekanan darah rata-rata 13,3/9,7 mmHg.

b. Aktivitas Fisik ( Senam )


Aktivitas fisik juga sangat berperan dalam menurunkan tekanan darah.
Aktivitas fisik (olahraga) dapat memperbaiki profil lemak darah, yaitu
menurunkan kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida. Bahkan yang lebih
penting, olahraga dapat memperbaiki HDL. Takaran olahraga yang tepat dapat
menurunkan hipertensi, obesitas, serta diabetes mellitus. Hasil penelitian dengan
olahraga saja sama efektifnya dengan kombinasi antara olahraga dan obat
(Soeharto, 2004).

c. Pembatasan konsumsi alkohol dan merokok


Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kematian
kardiovaskular.
Tujuh penelitian kematian pecandu alkohol menunjukkan bahwa konsumsi
alkohol dalam jumlah besar diikuti dengan peningkatan kematian penyakit jantung
koroner. Penelitian pada lebih dari 700 pria yang diotopsi dengan usia 30-69
tahun, terdapat aterosklerosis koroner yang luas diantara sampel yang
mengkonsumsi alkohol dalam 16 hari atau lebih setiap bulannya daripada
peminum sedang atau bukan peminum.

D. Tinjauan Umum tentang Senam Lansia


1. Pengertian Senam Lansia
Senam Lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga senam lansia
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap
kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal
bebas yang berlebihan didalam tubuh ( Suroto, 2004 )
Senam lansia pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan
meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak langsung senam dapat
meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah serta mengurangi
resiko penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga akan menjaga
elastisitasnya. Disisi lain akan melatih otot jantung dalam berkontraksi sehingga
kemampuan pemompaannya akan selalu terjaga (Nugroho, 2008).

2. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat
dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65
thn ke atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran
jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian,
kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan
jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi
proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa
gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi.
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia,
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh
manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu
istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus
menurun.
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha
yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan
metabolik yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim
fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya
aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin
dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan
(Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi
beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot,
dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu
pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa,
meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang
kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur
nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
Menurut Maryam (2008), manfaat melakukan senam secara teratur dan
benar dalamjangka waktu yang cukup adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik.
b. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia.
c. Daya tahan tubuh meningkat.
d. Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan, ketahanan,
keluwesan, dan kecepatan).
e. Membentuk berbagai sikap kejiwaan ( membentuk keberanian, kepercayaan diri,
kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama).
f. Meningkatkan kesehtan mental, mengurangi ketegangan dan sters.
g. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendri dan masyarakat.
h. Memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah.
Manfaat senam lansia menurut Sutaryo (2011) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan stamina
b. Membantu mencegah penyakit jantung
c. Memperbaiki kebugaran kardiovaskuler
d. Menurunkan tekanan darah
e. Melepaskan kecemasan
f. Membakar kalori
g. Memperbaiki peredaran darah

3. Prinsip-Prinsip Senam Lansia


Menurut Pujiastuti (2003), prinsip- prinsip senam adalah sebagai berikut
a. Gerakan Pemanasan
Pemanasan bertujuan untuk memberi dorongan hasrat agar bersemangat,
memanaskan jaringan tubuh agar tidak kaku akibat lama tidak bergerak dan
mencegah cedera yang mungkin timbul akibat gerakan lanjut. Pemansan akan
meningkatkan denyut jantung, tekan darah, konsumsi oksigen, dilatasi pembuluh
darah. Gerakan dimulai dari bagian proksimal ked distal, tidak membebani sendi,
dan disertai peregangan.

b.Gerakan Inti
Gerakan inti sangat bergantung pada sasaran latihan yang diinginkan.
lamanya gerakan inti kurang lebih berlangsung 20-39 menit atau di sesuaikan
dengan tujuan. Gerakan inti bertujuan untuk meningkatkan kebugaran,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan
kelenturan sendi, dan meningkatkan ketangkasan/keterampilan.

c. Gerakan Pendinginan
Gerakan pendinginan dapat menurunkan kerja jantung secara perlahan dan
keseluruhan proses metabolisme yang meningkat selama latihan. Keuntungan
pendinginan, yaitu mencegah penggumpalan darah dalam vena, mencegah
kekakuan dan nyeri otot.

4. Dosis latihan
Menurut Pujiastuti (2003), Secara umum dosis latihan dijabarkan sebagai berikut.
a. Frekuensi
Dilakukan tiga atau lima kali per minggu. Untuk meningkatkan kebugaran
jantung paru minimal harus berlatih tiga kali dalam seminggu.
b. Intensitas
Bagi pemula intensitas yang dianjurkan adalah 50-60% dari VO2 maks.
Untuk meningkatkan kebugaran jantung paru. American College Of Sports
(ACSM) menganjurkan latihan dengan intensitas 60-90% dari denyut jantung
maksimal.
c. Durasi
Untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi kebugaran jantung paru,
berlatih pada zona latihan selama 15-30 menit dan diakhiri dengan pendinginan
selama 5-10 menit.
d. Macam
Untuk mendapat kebugaran jasmani yang adekuat, jenis latihan harus
disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan. Misalnya senam Tai Chi Chuan
(TC) adalah salah satu bentuk latihan fisik yang menggabungkan latihan
pernafasan, relaksasi, dan struktur gerakan yang pelan dan lamban yang
mempunyai manfaat tinggi bagi lansia.

5. Prinsip Program Latihan Fisik (Senam)

Menurut Maryam (2008), program latihan fisik (senam) mempunyai prisip


sebagai berikut.
a. Membantu tubuh agar tetap bergerak.
b. Menaikan kemampuan daya tahan tubuh.
c. Memberikan kontak psikologis dengan sesame sehingga tidak merasa terasing.
d. Mencegah terjadinya cedera.
e. Menghambat proses penuaan.

6. Pakaian Senam

Menurut Pujiastuti (2003), pakaian yang digunakan sebaikanya


mempertimbangkan hal-hal berikut.
a. Tidak menghalangi gerakan (ketat/kendur).
b. Cukup ventilasi.
c. Mudah menyerap keringat
d. Tampak rapi dalam penampilan.
e. Bahan katun murni.
f. Sepatu datar supaya tidak menghalangi peregangan betis.

7. Pengaruh Senam Terhadap Perubahan Tekanan Darah


Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan latihan olahraga secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh terutama
fungsi jantung. Jantung yang merupakan salah satu organ vital tubuh sudah
seharusnya dijaga kesehatannya. Kerusakan pada jantung akan mempengaruhi semua
sistem tubuh. Sebagai contoh penyakit hipertensi, berawal dari hipertensi jika tidak
tertangani secara baik akan berakibat fatal salah satunya dapat menyebabkan penyakit
stroke yang dapat berakhir dengan kematian. Salah satu cara untuk menjaga
kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang mudah
dilakukan adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga
dengan melakukan senam secara teratur dapat meminimalkan terjadinya penyakit
jantung terutama hipertensi.
BAB III
KERANGKA KONSEP & HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Bagan Kerangka Konsep

TERAPI FARMAKOLOGI
(Obat – obatan kimia dan herbal)

PENURUNAN
TERAPI NONFARMAKOLOGI TEKANAN
(SENAM LANSIA)
DARAH

TERAPI NONFARMAKOLOGI
(menurunkan berat badan, mengurangi
asupan natrium, mengurangi konsumsi
alkohol, dan menghentikan kebiasaan
merokok.)

Keterangan :

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel independen yang tidak diteliti

: Variabel dependen

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

B. HIPOTESIS

Ha : Ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Puskesmas Pamboang.
Ho : Tidak ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pamboang.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis atau Rancangan Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian ini
menggunakan pendekatan bersifat kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan
design Quasy Eksperimental pre-post test dengan melibatkan kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tekanan
darah sebelum dan sesudah diberikan senam lansia. Rancangan ini dapat
diilustrasikan sebagai berikut :

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest


Intervensi O.a X O1.a
Kontrol O.b - O1.b

Keterangan :

Oa : Pretest ( Pengukuran tekanan darah sebelum perlakuan pada kelompok

intervensi )

O1.a : Posttest (Pengukuran tekanan darah sesudah perlakuan pada kelompok

intervensi )

X : Perlakuan ( Pemberian Senam Lansia )

Ob : Pretest ( Pengukuran tekanan darah pada kelompok kontrol pada awal

pertemuan )

O1.b : Posttest (Pengukuran tekanan darah pada kelompok kontrol pada akhir

Pertemuan )

B. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pamboang Kabupaten
Majene. Waktu penelitian dilakukan Mei - Juni 2018

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia umur 55 – 70 tahun yang
mengalami hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pamboang Kabupaten Majene.
2. Sampel
a. Besar Sampel
Besar sampel yang diobservasi ditentukan berdasarkan kriteria
inklusi. Sampel yang diteliti sebanyak 20 lansia yang mengalami hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Pamboang Kabupaten Majene.

b. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
Purposive Sampling dimana populasi dijadikan sampel dan diambil
berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri
didasarkan pada ciri atau sifat - sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya di wilayah kerja Puskesmas Pamboang Kabupaten Majene

c. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Pada lansia baik pria maupun wanita
b) Dapat berkomunikasi
c) Lansia yang memiliki tekanan darah sistolik antara 140 mmHg - 170
mmHg
d) Lansia yang tidak pikun dan mampu melakukan aktivitas sehari –
hari
e) Bersedia menjadi responden
2) Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Lansia yang pada saat penelitian mengalami penyakit parah
b) Lansia yang tidak ada ditempat pada saat penelitian
c) Lansia yang merokok baik pria maupun wanita
d) Lansia berumur lebih dari 90 tahun

D. Alat dan prosedur mengukur tekanan darah


1. Alat
a. Stetoskop
b. Spigmomanometer
2. Prosedur mengukur tekanan darah
a. Untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik
b. Manset Spigmomanometer diikatkan pada lengan atas, stetoskop ditempatkan
pada arteri brachialis pada permukaan ventral siku agak bawah manset
spigmomanometer.
c. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam spigmomanometer
dinaikkan dengan memompa udara ke dalam manset sampai nadi tidak
terdengar lagi, kemudian tekanan di dalam spigmomanometer ditunkan secara
perlahan.
d. Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang
tercantum padda skala spigmomanometer. Tekanan ini adalah tekanan sistolik
e. Suara denyutan nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar
sekeras itu sampai suatu saat denyutan melemah atau menghilang sama
sekali. Pada saat itu suara denyutan yang keras itu berubah menjadi lemah,
baca lagi tekanan pada spigmomanometer. Tekanan itu adalah tekanan
diastolik.

E. Tahap Persiapan
a. Persiapan Peserta (Lansia yang sudah sesuai kriteri inklusi).
1) Menjelaskan tujuan dilakukannya penelitian.
2) Menjelaskan langkah dan prosedur yang dilakukan.
3) Penandatangan inform consent.

b. Persiapan Lingkungan
Mempersiapkan tempat untuk melakukan latihan senam

c. Persiapan Alat
1) Sphygmomanometer air raksa
2) Stetoskop
3) Laptop + Video senam lansia
4) Speaker
5) Catatan tekanan darah
6) Alat tulis, dan kamera digital untuk dokumen

d. Tahap Pelaksanaan
1. Ukur tekanan darah lansia sebelum pelatihan senam lansia pada keadaan tenang.
Catat hasil pengukuran.
2. Instruktur senam memberi pelatihan senam lansia dengan durasi 40 menit yang
terdiri dari : pemanasan selama 10 menit, latihan inti selama 20 menit dan
pendinginan selama 10 menit.
3. Setelah pelatihan senam lansia, peneliti dan pendamping peneliti mengukur
kembali tekanan darah lansia. Catat hasil pengukuran.
4. Pelatihan senam lansia dilakukan setiap pagi pukul 08.00 – 09.00 WITA pada
hari Senin, Rabu dan Jumat, dengan frekuensi tiga kali seminggu pada hari yang
bergantian selama 4 minggu.
F. Alur penelitian

Mengajukan izin penelitian ke Kesbang Kabupaten


Majene

Menyampaikan izin penelitian di wilayah kerja PKM


Pamboang Kab. Majene 2018

Menentukan Populasi (Kriteria Inklusi & Eksklusi ) dan


Sampel Penelitian

Purposive Sampling

Pengumpulan data lansia

Melakukan pengukuran tekanan darah sebelum


diberikan perlakuan (pretest)

Kelompok 1 tidak diberikan pelatihan Kelompok 2 diberikan pelatihan


senam lansia selama 3x seminggu senam lansia selama 3x seminggu

Melakukan pengukuran tekanan darah setelah


diberikan perlakuan (posttest)

Analisa data

Penyusunan Laporan

Penyajian Hasil

Laporan hasil penelitian


G. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independen (bebas) pada penelitian ini adalah
senam lansia sedangkan penurunan tekanan darah sebagai variabel dependennya
(terikat).

H. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif


1. Senam Lansia
Senam lansia adalah aktivitas senam yang dilakukan oleh lansia sesuai tahap-
tahapan dalam protap dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu,
intensitas 80 % denyut nadi maksimal, dan dengan durasi 40 menit. Dilakukan
setiap pagi pukul 08.00 – 09.00 WITA pada hari Senin, Rabu dan Jumat.

2. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
diambang batas normal. Tekanan darah tinggi berlaku apabila tekanan darah
sistolik antara 140 mmHg - 180 mmHg.

Kriteria Objektif
Normal : Jika tekanan darah sistolik 120 – 129 mmHg
Normal Tinggi : Jika tekanan darah sistolik 130 – 139 mmHg
Hipertensi Tingkat 1 : Jika tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg
Hipertensi Tingkat 2 : Jika tekanan darah sistolik 160 – 179 mmHg
Hipertensi Tingkat 3 : Jika tekanan darah sistolik > 180 mmHg

I. Metode Pengumpulan Data


1. Alat pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi yang
berisi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, pendidikan serta
pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan
cara senam lansia.
2. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas
Pamboang Kabupaten Majene sebagai berikut : peneliti menjelaskan tujuan
penelitian yang akan dilakukan, peneliti memberikan lembar persetujuan
penelitian (Informed Consent) kepada responden yang telah bersedia
berpartisipasi dalam penelitian untuk ditanda tangani.kemudian peneliti
melakukan wawancara kepada responden serta membagikan lembar observasi
kepada responden. Lembar observasi yang diberikan berisi nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, suku bangsa, dan pendidikan untuk selanjutnya atas instruksi
peneliti harus diisi oleh responden. Selanjutnya peneliti menentukan kelompok
penelitian yang terbagi atsa 2 kelompok yaitu kelompok 1 sebagai kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan (senam lansia) dan kelompok 2 sebagai
kelompok intervensi yang diberikan perlakuan (senam lansia).
Selanjutnya peneliti melakukan pemeriksaan tekanan darah 30 menit
sebelum diberi perlakuan ( senam lansia ). Pelatihan senam lansia dilakukan setiap
pagi pukul 08.00 – 09.00 WITA pada hari Senin, Rabu dan Jumat, dengan frekuensi
tiga kali seminggu pada hari yang bergantian selama 4 minggu pada kelompok
intervensi sedangkan pada kelomok kontrol tidak diberi perlakuan. Setelah
diberikan perlakuan, peneliti kembali melakukan pengukuran tekanan darah pada
responden yang dilakukan 30 menit setelah pasien melakukan senam lansia dan
Peneliti memeriksa kelengkapan data yang sudah didapatkan dari respoden dan
mengolahnya menggunakan program komputer.

J. Instrumen Penelitian
Instrumen atau pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa lembar observasi yang diberikan kepada responden yang berisi identitas dan
pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan serta alat tulis
untuk mencatat data dan dokumentasi untuk merekam hasil penelitian.

K. Pengolahan dan Analisa Data


1. Prosedur pengolahan data
a. Editing
Setelah lembar observasi diisi kemudian dikumpulkan dalam data
kemudian dilakukan pengecekan dengan memeriksa kelengkapan data,
kesinambungan data dan keseragaman data.
b. Koding
Untuk memudahkan pengolahan data semua jawaban atau data
disederhanakan dengan memberikan kode tertentu untuk setiap jawaban.\
c. Tabulasi
Data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan keterangan
d. Cleaning
Langkah ini digunakan untuk menghilangkan data yang tidak perlu.
e. Entry
Memasukkan seluruh data kedalam program untuk dilakukan analisa
data

2. Analisa Data
Setelah dilakukan tabulasi data kemudian diolah dengan menggunakan
metode uji statistik yaitu :
a. Analisa Univariat
Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara
mendeskripsikan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel
independen dan variabel dependen dengan melihat distribusi frekuensinya.

b. Analisa Bivariat
Dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Setelah itu untuk
melihat pengaruh dari veriabel independen dan variabel dependen peneliti
menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 yang diolah
dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 23 for windows.

L. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi
dari pihak institusi dan pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada
instansi tempat penelitian dalam hal ini Kepala Puskesmas Pamboang Kabupaten
Majene.
Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan
yang akan diberikan pada responden yang akan diteliti dan memenuhi kriteria
inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

2. Anonymity (tanpa nama)


Masalah etika merupakan masalah yang diberikan jaminan dalam
penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak diberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan. Untuk itu peneliti tidak mencantumkan
nama responden tapi lembar tersebut diberikan kode atau nama inisial.

3. Confidential
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Вам также может понравиться