Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB II

PERKEMBANGAN KOGNITIF

PESERTA DIDIK

A. Pengertian Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yag berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif adalah
proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir
(Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan
situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan,
menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini
juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.

Didalam buku psikologi perkembangan karya Prof.Dr.Kusdwiratri Setiono, Psi. menyatakan bahwa secara
umum kognisi diartikan sebagai apa yang diketahui serta dipikirkan oleh seseorang. Serupa dengan
aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan
tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan
kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan
melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan
memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu
melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.

Menurut Meyers (1996), “cognition refers to all the mental activities associeted with thinking, knowing,
and remembering”. Pengertian yang hampir sama juga diberikan oleh Margareth W. Matlin (1994), yaitu
: “cognition, or mental activity, involves the acquisition, storage, retrieval and use of knowledge”.
Dalam Dictionary of Psychology karya Drever dijelaskan bahwa “kognitif adalah istilah umum yang
mencakup segenap mode pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan
penalaran” (Kuper & Kuper, 2000). Kemudian dalam Dictionary of Psychology karya Chaplin (2000),
dijelaskan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk
didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga, dan menilai”.

Sejumlah ahli psikologi menggunakan istilah thinking atau pikiran untuk menunjuk pengertian yang
sama dengan cognition (kognisi), yang mencakup aktifitas mental. Meyers (1996) menjelaskan bahwa,
“thinking or cognition, is the mental activity associated with processing, understanding, and
communicating information... these mental activities, including the logical and sometimes illogical ways
in which we create concepts, solve problems, make decision, and form judgments”. Alkinson, dkk (1991)
mengartikan berpikir sebagai “ kemampuan, membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa
dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini. Pemecahan masalah yang berdasarkan
pikiran dibedakan dengan pemecahan masalah melalui manipulasi yang nyata”. Menurut Syah (2009)
ranah kognitif ini meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan
lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik
dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa
interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu
memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998),
dalam posting (Anwar Holil, 2008).

Dari pengertian-pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang
digunakan oleh ahli pskologi untuk menjelaskan semua aktifitas mental yang berhubungan dengan
persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai, dan memikirkan langkahnya.

B. Teori Perkembangan Kognitif

1. Menurut Piaget

· Ide-ide dasar Teori Piaget

Piaget mengemukakan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak,
diantaranya:

a. Anak adalah pembelajar yang aktif. Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa saja yang
mereka lihat dan mendengarkan dengan pasif. Sebaliknya mereka secara natural memiliki rasa ingin
tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman
dan kesadarannya tentang realitas dunia yang mereka hadapi.

Dalam memahami dunia mereka, anak menggunakan apa yang disebut oleh Piaget dengan skema, yaitu
konsep atau kerangka yang ada dalam pikiran mereka yang digunakan untuk mengorganisasikan dan
menginterprestasikan informasi.

b. Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya. Anak-anak tidak hanya
mengumpulkan apa saja yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan.
Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia
bergerak.
c. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dalam
menggunakan dan mengadaptasi skema mereka, ada dua proses yang bertanggungjawab, yaitu:
assimilation dan accomodation. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasuki pengetahuan baru
kedalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi
baru.

d. Proses ekuilibrasi menunjukan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih
komplek. Menurut Piaget, melalui kedua proses penyesuaian asimilasi dan akomodasi sistem kognisi
seseorang berkembang bertahap sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrum, yakni keadaan
seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan. Kondisi ini menimbulkan konflik
kognitif atau disequilibrum, yakni ketidaknyamanan mental yang mendorongnya untuk membuat
pemahaman tentang yang mereka lihat.

Tujuan utama dari metode ini adalah untuk mengikuti jalan pikiran si anak itu sendiri, sehingga dapat
dimengerti mengapa timbul respon demikian pada anak tersebut.

Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Sensorimotor

Usia 0-2 tahun

Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi
membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengordinasian pengalaman-pengalaman sensor
dengan tindakan fisik.

Tahap Pra-operasional

Usia 2-7 tahun

Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-
gambar ini menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi
indrawi dan tindakan fisik.

Tahap Pra-Operasional

Usia 7-11 tahun

Pada saat ini akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.

Tahap Pra-Operasional

Usia 11-Dewasa
Remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.

Menurut Piaget, perkembangan dari masing-masing tahap-tahap tersebut merupakan hasil perbaikan
dan perkembangan dari perkembangan tahap sebelumnya. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi
karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian
struktur berpikir. Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti
bahwa kognisi merupakan sistem yang selalu diorganisasi dan diadaptasi, sehingga memungkinkan
individu beradaptasi dengan lingkungannya.

Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisasi dan merespon berbagai pengalaman.
Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran dan strategi
pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai
tantangan dan jenis situasi.

Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukan
pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Dari
sudut biologi, asimilasi adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur
yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif mencakup perubahan objek ekternal menjadi
struktur pengetahuan internal. (Lerner & Hultsch, 1983).

Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui, atau menggabungkan istilah lama
untuk menghadapi tantangan baru. Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin
mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya. Harus mencapai keseimbangan, yaitu antara aktivitas
individu terhadap lingkungan dan aktivitas lingkungan terhadap individu.

C. Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Terhadap Pendidikan

Teori-teori kognitif yang diajukan Piaget sebenarnya hanya bermaksud menerangkan dan memberi satu
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kognisi anak-anak berkembang. Teresa M. Mc Devvit
Jeane Ellis Ormrod (2002) menyebutkan beberapa implikasi teori Piaget bagi guru-guru disekolah, yaitu:

Ø Memberi kesempatan kepada peserta didik melakuka eksperimen terhdap objek-objek fisik dan
fenomena-fenomena alam.

Pada tingkat pra-sekolah eksplorasi ini dapat berupa permainan dengan air, pasir, balok-balok kayu, dan
lain-lain. Selama tahun-tahun sekolah dasar, eksplorasi mungkin dilakukan melalui beberapa aktivitas,
seperti melempar dan menangkap bola, menjelajahi alam, bekerja dengan menggunakan stik es krim,
dan lain-lain.

Demikian juga halnya dengan siswa-siswa sekolah menengah meskipun telah memiliki kemampuan
untuk berfikir abstrak, masih perlu diberi kesempatan untuk memanipulasi dan melakukan eksperimen
dengan benda-benda konkret, seperti bereksperimen dengan menggunakan alat-alat di laboratorium,
kamera, dan film, peralatan memasak dan makan, atau dengan peralatan tukang kayu.

Ø Mengeksplorasi kemampuan penalaran siswa dengan mengajukan pertanyaan atau pemberian tugas-
tugas pemecahan masalah.
Dengan memberikan tugas-tugas Piagetian, baik yang berkaitan dengan keterampilan berpikir
operasional konkret maupun operasional formal (seperti konservasi, multifikasi, separasi atau
mengontrol variabel-variabel, penalaran proporsional dan sebagainya), serta dengan mengobservasi
respons siswa terhadap tugas-tugas tersebut, guru akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam
tentang bagaimana pemikiran penalaran para siswa.

Ø Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget menjadi acuan dalam menginterprestasikan tingkah laku
siswa dan mengembangkan rencana pelajaran.

Tahap-tahap perkembangan Kognitif Piaget memang tidak selalu akurat dalam mendeskripsikan
kemampuan berpikir logis para siswa, tetapi bagaimanapun tahapan pemikiran yang diajukannya dapat
memberikan petunjuk tentang pemikiran dan proses penalaran siswa pada berbagai tingkat usia (Metz,
1997). Guru sekolah dasar misalnya akan memahami bahwa siswanya kemungkinan menghadapi
kesulitan dengan proporsi (seperti : pecahan atau desimal) dan dengan konsep-konsep abstrak (seperti :
konsep keadilan, kebaikan, dan lain-lain). Sedangkan bagi guru sekolah menengah tentu akan lebih
mengharapkan siswanya mendiskusikan ide-ide tentang kemajuan hidup masyarakat meskipun berupa
pemikiran yang tidak realistis.

Ø Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget juga memberikan petunjuk bagi para guru dalam memilih
strategi pembelajaran yang lebih efektif pada tingkat kelas yang berbeda.

Guru harus tidak meremehkan atau tidak mengunggulkan kemampuan berpikir siswa saat sekarang.
Sebaliknya, siswa pada setiap tingkat didorong untuk secara aktif menggabungkan informasi yang ada
agar sampai kedalam skema mereka. Untuk itu, mereka harus melakukan tindakan atas informasi
dengan berbagai cara, dan proses pendidikan di sekolah harus memberi siswa kesempatan untuk
memiliki pengalaman atas dunia.

Ø Merancang aktivitas kelompok dimana siswa berbagai pandangan dan kepercayaan dengan siswa
lain.

Menurut Piaget interaksi dengan teman sebaya sangat membantu anak memahami bahwa orang lain
memiliki pandangan dunia yang berbeda dengan pandangannya sendiri dan ide-ide mereka tidak selalu
akurat dan logis.

Dalam hal ini, menarik apa yang ditulis Piaget (dalam William Crain, 1980): Children Begin to think
logically to coordinate two dimensions simultaneoously partly by learning to consider two or more
perspective in their dealings with other. Thus, interactions should be encouraged, and the most
benificial ones are thoses in which children feel dominated by an authority who knows the “right”
anwer, they will have difficulty appreciating differences in perspectives. In group discussions with other
children, in contrast, they have a better opportunity do deal with different viewpoint as stimulating
challenges to their own thinking.

Kritik Terhadap Teori Piaget

Piaget adalah tokoh besar di bidang psikologi perkembangan. Teori-teorinya tentang perkembangan
kognitif memberikan pengaruh luar biasa dan bertahan hingga kini.
Berkat jasa Piaget, dunia menerima pandangan bahwa anak dan remaja adalah pemikir aktif dan
konstruktif yang melalui interaksi dengan lingkungannya, membentuk perkembangan mereka sendiri.
Beberapa ide Piaget tentang pemikiran operasional formal mulai dipandang memiliki kelemahan.
Misalnya, dalam mendeskripsikan urutan perkembangan kognitif, Piaget kurang mempertimbangkan
variasi individual. Padalah sejumlah penelitian menunjukan terdapat lebih banyak variasi individual pada
pemikiran operasional formal daripada yang dibayangkan Piaget.

Dalam hal ini Adams & Gullotta (1983), menyatakan bahwa pengalaman personal dalam berbagai aspek
kehidupan, secara umum mungkin menentukan aplikasi dari pemikiran formal operasional tersebut.
Demikian juga dengan David Elkind (1998) memperlihatkan betapapun pemikiran remaja telah jauh
berkembang dibandingkan pemikiran anak usia sekolah, tetapi dalam beberapa hal pemikiran remaja
terlihat kurang matang yang dimanifestasikan setidaknya dalam enam karakteristik, yaitu:

v Idealisme dan kekritisan. Ketika para remaja memimpikan dunia yang ideal, mereka menyadari betapa
jauhnya mereka dengan dunia nyata, dimana mereka memegang tanggungjawab orang dewasa.

v Argumentativitas. Para remaja senantiasa mencari kesempatan untuk mencoba atau menunjukkan
kemampuan penalaran formal baru mereka. Mereka menjadi argumentatif ketika mereka menyusun
fakta dan logika untuk mencari alasan, misalnya: begadang.

v Ragu-ragu. Para remaja dapat menyimpan berbagai alternatif dalam pikiran mereka pada waktu yang
sama, tetapi karena kurangnya pengalaman, mereka kekurangan strategi efektif untuk memilih.

v Menunjukkan hypocrisy. Remaja sering tidak menyadari perbedaan antara mengekspresikan sesuatu
yang ideal dan membuat pengorbanan yang dibutuhkan untuk mewujudkannya.

v Kesadaran diri. Para remaja sekarang dapat berpikir tentang pemikirn-pemikiran mereka sendiri dan
pemikiran orang lain. Kesadaran diri remaja yang demikian disebut oleh Elkind sebagai “imaginary
audience” , yakni perilaku menarik perhatian, keinginan untuk diperhatikan, tampil menonjol dan
menjadi pusat perhatian, seperti seorang yang tampil dipanggung.

v Kekhususan dan ketangguhan. Karakteristik lain yang menunjukkan ketidakmatangan pemikiran


remaja adalah keyakinan remaja tentang dirinya yang spesial, unik, dan tidak tunduk pada peraturan
yang mengatur dunia, atau disebut oleh Elkind sebagai “personal fable” (dongeng pribadi). Bentuk
egosentrisme khusus ini mendasari perilaku self-destructive dan berisiko. Dalam sebuah studi tentang
personal fable, remaja lebih cenderung melihat dirinya rapuh terhadap resiko-resiko tertentu, seperti
alkohol dan obat-obatan lainnya (Qurdrel, Fischoff, & Davis, 1993).

D. Perkembangan Proses Kognitif

Berbeda dengan piaget, para pakar psikologi pemrosesan informasi tidak menggambarkan
perkembangan kognitif dalam tahap-tahap atau serangkaian subtahap tertentu. Sebaliknya, teori
pemrosesan informasi lebih menekankan pentingnya proses-proses kognitif atau menganalisis
perkembangan keterampilan kognitif, seperti perhatian memori, metakognisi dan strategi kognitif. Teori
pemrosesan informasi ini setidaknya didasarkan atas tiga asumsi umum , pertama, pikiran dipandang
sebagai suat sistem penyimpanan dan pengembalian informasi. Kedua, individu-individu memproses
informasi dari lingkungan, dan ketiga, terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses
informasi dari seorang individu (Zigler & Stevenson,1993 ).

Berdasarkan pada asumsi-asumsi diatas, dapat di pahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih
menekankan pada bagaimana informasi memproses informasi tentang dunia mereka, bagaimana
informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi
masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi
diambil kembali untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks, seperti memecahkan masalah
dan berpikir. Jadi inti dari pendekatan pemrosesan informasi ini adalah proses memori dan proses
berpikir.

Robert siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakterisitik utama dar pendekatan pemrosesan informasi,
yaitu : (1) proses berpikir, (2) mekanisme pengubah, (3) modifikasi diri.

Para ahli teori pemrosesan informasi tidak selalu setuju tentang mekanisme tertentu yang terlibat
dalam belajar dan mengingat informasi. Meskipun demikian, beberapa orang dari mereka setuju atas
beberapa ide dan konsep dasar teori ini, yaitu :

a. Input dari lingkungan hanya memberikan pengarus yang kecil bagi proses kognitif.

b. Memori manusia melibatkan dua mekanisme penyimpanan, yaitu : memori aktif (working
memory) dan memori jangka panjang (longterm memory)

c. Perhatian adalah penting dalam roses jangka panjang.

d. Berbagai proses kognitif terlibat dalam perpindahan informasi dari memori aktif ke memori jangka
panjang.

e. Manusia mengontrol bagaimana ia memproses informasi.

f. Perkembangan kognitif meliputi perubahan ggradual dalam berbagai komponen dar sistem
pemrosesan informasi.

E. Aspek perkembangan kognitif peserta didik

Aspek perkembangan kognitif peserta didik terdiri dari persepsi, mekanisme persepsi, ingatan atau
memori, perkembangan memori, dan atensi atau perhatian.

1. Persepsi

Perepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yag sangat penting. Tanpa persepsi yang benar,
manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang
senantiasa mengitarinya.

· Pengertian persepsi
Istilah persepsi berasal dari bahasa inggris perseption, yang diambil dari bahasa latin “perceptio” yang
berarti menerima atau mengambil. Dalam kamus Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan
“penglihatan atau tanggapan” (echol dan shadili,1997). Menurut leavet 1978 perception dalam
pengertian sempit adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam
arti luas, perceptio adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu.

Chaplin (2002) mengartikan persepsi sebagai “proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian
objektif dengan bantuan indra”. Sedangkan Morgan (1979) mengartikan persepsi sebagai “the process
of discriminating among stimuli and of interpreting their meaning”. Menurut Matlin (1994), “perception
is a proces that uses our previous knowledge to gather and interpret the stimuli that our sense register.
Hampir senada dengan matlin, matsumoto (2000) mendefinisikan “ perception is the process of
gathering information about the world through our sense “.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa persepsi adalah suatu proses penggunaan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsaan) yang
diterima oleh sistem alat indra manusia. Segala informasi tentang dunia akan sampai ke individu melalui
indra seperti indra penglihatan menangkap cahaya dan benda-benda, indra pendengaran menangkap
gelombang suara, indra pengecap menangkap rasa, indra temperatur menangkap suhu udara. Namun
dalam prakteknya, pengindraan itu tidak bekerja sendiri, melainkan merupakan kombinasi dari berbagai
alat indra lain.

Penilaian ( appraisal) seseorang terhadap suatu stimulus biasanya dilakukan meelalui proses kongnitif,
yaitu proses mental yang memungkinkan seseorang mengevaluasi, memaknai dan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui kongnitif yang ada pada diri manusia akan memugkinkan erjadiya
proses penyaringan, perubahan atau modifikasi dari stimulus yang ada.

Jadi, manusi tidak memberikan respon terhadap setiap stimulus secara otomatis seperti sebuah mesin.
Namun, antara stimulus dan respon terdapat penyela, yaitu proses kongnitif atau yang disebut oleh
lazarus (1991) sebagai : penilaian kongnitif ( cognitive appraisal ) . proses kognitif inilah yang
mengarahkan pola pikir dan reaksi-reaksi kognitif yang kompleks lain nya. Sehubungan dengan hal ini,
piaget (dalam cremers, 1988) menulis :

Manusia bukan reaktor pasif terhadap stimulus ekstern atau dorongan naluriah intern yang
mendeterminiasai dirinya (lingkunga dan kumpulan objek statis tersendiri, yang terpisah dari subjek
yang mengobservasinya); tetapi manusia adalah makhluk yang membangun (konstruktis) kognitifnya
secara aktif, yang senantiasa menyusun reaksi-reaksi kogntifnya tentang realitasnya sehingga lingkungan
dapat dilhat sebagai hasil penilaiain dirinya.

§ Mekanisme persepsi

Persepsi adalah proseo kognitif yang kompleks untuk mnghasilkan suatu gambaran yang unik tentang
relistas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya. Persepsi meliputi suatu
interaksi rumit yang melibatkan setidaknya tiga komponen utama, yaitu : seleksi, penyusunan, dan
penafsiran.
a. Seleksi adalah proses penyarigan oleh indra terhadap stimulus. Seleksi percetual ini tidak hanya
bergantung pada determina determinan utama dari perhatian seperti : intensitas (intensity), kualitas
(quality), kesegaran (suddennes), kebaruan (novelty), gerakan (movement) dan kesesuaian (kongruity)
dengan muatan kesadaran yang telah ada melainkan juga tergantung pada minat, kebutuhan-
kebutuhan, dan nilai-nilai yang dianut.

b. Penyusunan adalah proses mereduksi, mengorganisasikan, menata, atau menyederhanakan


informasi yang kompleks dalam suatu yang bermakna. Sesuai dengan teori Gestalt, manusi secara
alamiah memiliki kecenderungan tetentu dan melakukan penyederhanaan struktur di dalam
mengorganisasikan objek-obek perceptual. Berdasarkan pemikiran ini, mka Gestalt mengajukan
beberapa prinsip tentang kecenderungan-kecenderungan dalam menyusun informasi ini diantaranya
prinsip kemiripan (similarity), prinsip kedekatan (proximility), prinsip ketertutupan atau kelengkapan
(closure), prinsip searah (direction), dan lain-lain (Solso, 1988 ; Brennan, 1991)

c. Penafsiran adalah proses menerjemahkan atau menginterprstasikan informasi atau stimulus


kedalam bentuk tingkah laku sebagai respons.

§ Memori (ingatan)

Memori adalah sistem kognitif manusi yang mempunyai fungsi menyimpan in formasi atau
pengetahuan. Suharman (2005) menyatakan bahwa : ingatan atau memory menunjuk pada proses
penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime)”,
sementara itu, menurut Caplin (2002), memori adalah keseluruhan pengalaman masa lampau yang
dapat di ingat kembali. Myers (1996), mendefinisikan memori sebagai : “the process by which we
encode, store, and retrieve information”. Santrock (2004) mendefinisikan memori sebagai retensi (
ingatan ) informasi dari waktu ke waktu, dengan melibatkan encoding (pengkodean), storage
(penyimpanan), dan retrieval (pengambilan kembali).

§ Perkembangan Memori

Setelah anak usia 7 tahun tidak terlihat adanya peningkatan yang berarti. Namun, mereka memproses
informasi menunjukan keterbatasan-keterbatasan dibandingkan dengan orang dewasa. Berbeda halnya
dengan memori jangka panjang, terlihat adanya peningkatan seiring dengan penambahan usia selama
masa usia sekolah. Ini dikarenakan memori jangka panjang sangat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan
belajar individu ketika mempelajari dan mengingat informasi.

Dalam suatu studi tentang perkembangan memori, dilaporkan rentang memori meningkat
bersamaan dengan bertambahnya usia. Pada usia 2 tahun, anak dapat mengingat 2 digit, pada anak usia
7 tahun meningkat menjadi 5 digit dan 7 digit pada usia 12 tahun.

Imagery (perbandingan) adalah tipe dari karakteristik pembayaran dari seseorang (chaplin,2002).
Reese misalnya menunjukan bahwa meskipun perbandingan bermanfaat bagi anak-anak usia 6 tahun
telah menggunakan perbandingan mental secara spontan dalam berbagai tugas mereka. Selanjutnya,
Yulle dan Catchpole menyatakan bahawa memori anak-anak kelas satu sekolah dasar meningkat setelah
mereka dilatih membentuk perbandingan interaktif. Demikian pentingnya penggunaan strategi
perbandingan dalam meningkt memori anak, maka Fly dan Lupart merekomendasikan agar para
pendidikhendaknya memberikan lebih banyak pelajaran tentang bagaimana belajar. Singkatnya, anak-
anak yang lebih muda dapat memperoleh manfaat dari latihan yang dirancang untuk meningkatkan
memori mereka (Matlin, 1994).

Retrieval (pemunculan kembali) adalah proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari
tempat penyimpanan (Chaplin,2002). Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak belajar bagaimana
menggunakan keempat strategi yaitu : reahearsal,organization, imagery, retrieval.

Atensi ( Perhatian)

Sejumlah psikolog memandang atensi mempunyai peranan dalam proses persepsi.

a. Pengertian Atensi

Atensi (attention) atau perhatian merupakan sebuah konsep multi-dimensional yang digunakan yang
digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sistem kognitif
(Parkon, 2000). Menurut chaplin (2002), atensi adalah konsentrasi terhadap aktivitas mental. Sedangkan
Margaret W. Matlin (1994). Menggunakan istilah atensi untuk merujuk pada konsentrasi terhadap
suatau tugas mental, dimana individu mencoba untuk meniadakan stimulus lain yang menggangu.

b. Perkembangan Atensi

Aspek-aspek atensi yang berkembang selama masa bayi memiliki arti yang sangat penting selama tahun-
tahun prasekolah. Penelitian telah menunjukkan bahwa hilangnya atensi (habitutation) dan pulihnya
atensi ( dishabituation) jika diukur pada 6 bulan pertama masa bayi, berkaitan dengan tingginya
kecerdasan pada tahun-tahun prsekolah.

Para ahli psikologi perkembangan meyakini bahwa perubahan ini mencerminkan suatu pergeseran
pengendalian kognitif perhatian sehingga anak-anak bertindak kurang impulsif (Santrock, 1995)

John Flavel ( dalam Woolfolk & Nicolich,2004 ) mendeskripsikan empat aspek atensi yang berkembang
seiring dengan bertambah besarnya anak, yaitu :

a. Ketika anak-anak tumbuh semakin besar, ia lebih mampu mengendalikan atensinya. Mereka tidak
hanya memiliki atensi dangkal, tetapi mereka juga semakin berkembang ketika fokus pada apa yang
penting dan mengabaikan detail-detail yang tidak relevan.

b. Seiring dengan perkembangannya, anak-anak menjadi lebih baik dalam menyesuaikan


kemampuan atensinya dengan tugas.

c. Anak-anak mengembangkan kemampuannya untuk merencanakan bagaimana ia akan


mengarahkan atensinya. Mereka akan mencari kata kunci untuk menentukan sesuatu yang penting dan
siap untuk memperhatikan.

d. Anak-anak mengembangkan kemampuan mereka untuk memonitor atensinya, menetapkan


apakah mereka menggunakan strategi yang tepat, dan mengubah pendekatan saat diperlukan untuk
mengikuti rangkaian peristiwa yang kompleks.
F. Implikasi Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Pada perkembangan kognitif peserta didik anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk
memperoleh informasi, dan mereka dapat pengetahuan dan kehlian yang kompleks.

Beberapa strategi yang dapat digunakan pendidik dalam mengembangkan proses-proses kognitif siswa.

1. Ajak peserta didik untuk memfokuskan perhatian dan meminimalkan gangguan

2. Gunakan isyarat, gerakan dan perubahan nada suara yang menunjukan bahwa ada sesuatu yang
penting

3. Bantu peserta didik untuk membuat isyarat atau petunjuk sendiri atau memahami satu kalimat
yang perlu diperhatikan.

4. Gunakan komentar instruksional

5. Buat pembelajaran menjadi menarik

6. Gunakan media dan teknologi secara efektif

7. Fokuskan pada pembelajaran aktif untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih
menenangkan

8. Ubah lingkungan fisik dengan mengubah tata ruang, dan model tempat duduk.

9. Member pelajaran pada siswa dengan mengharuskan peserta didik menyentuh, membaui, atau
merasakan.

10. Hindari prilaku yang membingungkan

11. Dorong peserta didik untuk mengingat materi pembelajaran secara lebih mendalam

12. Bantu peserta didik menata informasi yang akan dimasukkan kedalam memori.

13. Bantu peserta didik mengingat kembali informasi yang disajikan sebelumnya.

14. Bantu peserta didik memahami dan mengkombinasikan informasi

15. Latih peserta didik menggunakan strategi mnemonik. Yakni strategi memori dengan cara menghafal.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan kognitif peserta didik sangat penting untuk dipahami khususnya bagi pendidik. Karena
pendidik merupakan tonggak dalam proses pendidikan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
sebagai berikut:

Perkembangan kognitif kanak-kanak awal menurut Piagetian adalah sejak umur 2-7 tahun. Pada masa
itu Piaget menyebutnya dengan tahap pra-operasional, dimana sang anak berpendapat hanya menurut
sudut pandangnya saja, tidak mampu memberikan penjelasan meskipun ia mengetahui sebab akibat
dari suatu kejadian, dan mengatributkan kehidupan pada benda mati.

Faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif kanak-kanak awal adalah emosional sang ibu dan
nutrisi atau pola makan yang dikonsumsi sang ibu sebelum dan sesudah lahir.
Kemampuan kognitif yang mencakup didalamnya potensi dan kreativitas anak pada masa kanak-kanak
awal dapat terwujud jika orangtua nya sangat peduli terhadap perkembangan anaknya, serta diberi
kebebasan untuk anak agar mampu mengembangkan potensi yang ia miliki. Serta memberikan contoh
yang baik demi perkembangan anak selanjutnya.

2. SARAN

Sebagai orang tua harus mampu memberikan teladan yang baik untuk anaknya dan mengetahui sejauh
mana kemampuan dan perkembangan anak. Selain perang orangtua, peran pendidik juga sangat penting
dalam memahami perkembangan peserta didik, demi terlaksananya proses pendidikan yang berkualitas.

Вам также может понравиться