Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract: The Relationship of Parents with Authoritative Parenting and The Conformity of Peers
with Moral Intelligence. This research aims at finding the relationship of authoritative parenting
styles and peer conformity with adolescent’s moral intelligence. Subjects of research are 132
teenagers selected with purposive sampling technique who have characteristics of age between 12-
15 years old and still live with his/her biological parents. Subjects are grade 7 and grade 8 students
from state intermediate schools of X, Y, and Z at Yogyakarta province, Sleman district, Depok sub-
district. This research used some measurements tools such as adolescent’s moral intelligence scale,
authoritative parenting style scale, and peer conformity scale. Regression analysis was used to
analyze the research data. Based on analysis, the findings are: (1) authoritative parenting style and
peer conformity are both significantly related to adolescent’s moral intelligence (F=69,311;
p=0.00 (p<0.01); R=0.720 and R2=0.518), authoritative parenting style and peer conformity as
predictors (R2) contribute 51,8 %, (2) there is significantly positive relationship between
authoritative parenting style and adolescent’s moral intelligence (B=0,440, p=0.00 (p<0,01), and
effective contribution =36,82%), (3) there is significantly negative relationship between peer
conformity and adolescent’s moral intelligence (B= 0,318, p=0.00 (p<0,01), and effective
contribution =14,95 %).
Abstrak: Hubungan Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Konformitas Teman Sebaya
Terhadap Kecerdasan Moral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh
otoritatif orang tua dan konformitas teman sebaya dengan kecerdasan moral. Subjek penelitian ini
berjumlah 132 yang dipilih dengan teknik purposive sampling, dengan karakteristik berusia 12-15
tahun dan tinggal bersama kedua orang tua kandung. Subjek adalah siswa-siswi kelas 7 dan kelas 8
SMPN X, SMPN Y dan SMPN Z Depok Sleman Yogyakarta. Alat ukur yang digunakan adalah
skala kecerdasan moral remaja, skala pola asuh otoritatif, dan skala konformitas teman sebaya. Data
penelitian dianalisis menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pola asuh
otoritatif dan konformitas teman sebaya secara bersama-sama memiliki hubungan dengan
kecerdasan moral remaja (F=69,311; p=0.00 (p<0.01); R=0.720 dan R2=0.518), sumbangan
prediktor (R2) pola asuh otoritatif dan konformitas teman sebaya adalah 51,8 %, (2) ada hubungan
positif antara pola asuh otoritatif dengan kecerdasan moral remaja (B= 0,440, p=0.00 (p<0,01), dan
sumbangan efektif = 36,82%), (3) ada hubungan negatif antara konformitas teman sebaya dengan
kecerdasan moral remaja (B= 0,318, p=0.00 (p<0,01), dan sumbangan efektif = 14,95 %).
Kata kunci: kecerdasan moral, konformitas teman sebaya, pola asuh otoritatif orang tua.
P a g e | 134
menjelaskan sesuatu. Model permisif moral anak. Orang tua yang memiliki
menghindari aturan seluruhnya sedangkan pendapat yang keras, bermusuhan, kritis,
model otoriter mematuhi aturan seluruhnya menentang serta kurang memiliki perasaan
tanpa terkecuali. Model permisif dan otoriter akan menghalangi anak memiliki pemahaman
menghasilkan remaja yang memiliki kontrol moral yang lebih matang, sebaliknya orang
diri dan tanggung jawab sosial yang rendah. tua yang efektif adalah lebih berpusat pada
Baumrind (dalam Santrock, 2003) anak dan menjadi pegangan dalam
menyatakan pola asuh secara psikologis perkembangan anak dengan mendengarkan
merupakan strategi orang tua dalam pendapat anak, menggambarkan penalaran
membesarkan anak. Pola asuh otoritatif anak dengan pertanyaan yang tepat,
memiliki ciri-ciri yaitu orang tua memberikan memberikan dukungan emosi dan perhatian
perhatian dan kasih sayang pada anak, anak akan meningkatkan penalaran moral anak.
memiliki kebebasan untuk mengekspresikan Selain faktor pola asuh orang tua,
diri. Namun, orang tua tetap memberikan konformitas teman sebaya juga diduga
batasan dan pengawasan pada anak, adanya memiliki pengaruh terhadap perkembangan
komunikasi serta diskusi yang dilakukan kecerdasan moral remaja. Salah satu fungsi
membuat anak memiliki kebebasan untuk teman sebaya adalah untuk menyediakan
mengutarakan keinginan dan pemikiran berbagai informasi mengenai dunia di luar
mereka, orang tua memberikan penjelasan keluarga. Santrock (2003) menyatakan bahwa
terhadap aturan-aturan yang diterapkan. Pola teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau
asuh otoritatif mengajak anak untuk berpikir remaja dengan tingkat usia atau tingkat
sehingga keadaan ini diperkirakan dapat kedewasaan yang sama. Beberapa remaja
menstimulasi kecerdasan moral anak. akan melakukan apa pun, agar mereka dapat
Hasil penelitian Pratiwi (2010) dimasukkan sebagai anggota kelompok teman
menunjukkan kecerdasan moral anak yang sebaya. Bagi mereka, dikucilkan berarti
mendapat gaya pengasuhan authoritative stress, frustasi dan kesedihan. Keadaan ini
lebih tinggi dibandingkan dengan gaya mendorong remaja untuk melakukan hal-hal
pengasuhan authoritarian, permissive, dan yang sama dengan teman-temannya.
uninvolved atau neglectful. Hal itu karena Baron dan Byrne (2005) menyatakan
orang tua dapat terlibat langsung dengan anak konformitas adalah suatu jenis pengaruh
dengan memberikan perhatian, kasih sayang, sosial sehingga remaja mengubah sikap dan
mengajak anak untuk bicara, namun tetap tingkah laku mereka agar sesuai dengan
memberikan aturan dan alasan yang jelas. norma sosial yang ada. Myers (2005)
Selain itu, latar belakang pendidikan ibu juga menyatakan konformitas adalah perubahan
memiliki pengaruh yang cukup besar perilaku atau keyakinan agar sesuai dengan
terhadap penalaran moral yang dimiliki anak, orang lain. Konformitas muncul ketika
semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin seseorang meniru sikap atau tingkah laku
baik penalaran moral anak, hal ini disebabkan orang lain karena tekanan yang nyata maupun
adanya komunikasi dan keterbukaan yang yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan
dilakukan ibu terhadap anak (Gupta & Puja, untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat
2010). kuat pada masa remaja. Konformitas terhadap
Walker dan Hennig (1999) teman sebaya pada remaja dapat menjadi
menemukan tiga hal yang penting yaitu positif atau negatif. Namun, adanya
interaksi orang tua, fungsi ego, dan penalaran konformitas yang kuat terhadap teman sebaya
moral mampu memprediksi perkembangan dapat menyebabkan remaja cenderung
P a g e | 136
asuh otoritatif yang diterapkan orang tua bahwa sebaran data kecerdasan moral normal
terhadap mereka. Penyusunan skala ini (p=0,600; p>0,05), sebaran data pola asuh
dikembangkan berdasarkan konsep otoritatif orang tua normal (p=0,240; p>0,05)
Baumrind (dalam Papalia, Old & dan sebaran data konformitas teman sebaya
Feldman, 2008; Hetherington & juga normal (p=0,093; p>0,05). Hasil uji
Parke,1999), meliputi tiga aspek yaitu linearitas menunjukkan hubungan kecerdasan
aspek perhatian, aspek komunikasi dan moral dengan pola asuh otoritatif orang tua
aspek kontrol. adalah linier terlihat dari linearity F=108,837
Berdasarkan hasil uji coba skala dengan p=0,000 (p<0,05). Begitu juga dengan
Kecerdasan Moral, pada 139 subjek uji hubungan kecerdasan moral dengan
coba menghasilkan 37 aitem yang sahih konformitas teman sebaya adalah linier
(koefisien korelasi aitem-total bergerak terlihat dari linearity F=50,136 dengan
dari 0,310 sampai 0,667). Koefisien p=0,000 (p<0,05).
reliabilitas Alpha skala ini sebesar 0,920. Hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa variabel pola asuh otoritatif orang tua
3. Skala Konformitas Teman Sebaya dan konformitas teman sebaya secara
Konformitas teman sebaya adalah bersama-sama memiliki hubungan dengan
kecenderungan remaja untuk mengubah kecerdasan moral remaja. Hal ini dapat dilihat
sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dari nilai R= 0,720; F= 69,311; p<0,01. Nilai
dengan norma sosial yang ada dalam koefisien determinasi (R2) yang didapat dari
kelompok teman sebaya. Akan diungkap hasil analisis data adalah sebesar 0,518.
melalui Skala Konformitas Teman Sebaya Angka tersebut mengandung makna bahwa
yang dibuat untuk mengukur konformitas pola asuh otoritatif orang tua dan konformitas
remaja terhadap teman sebayanya. teman sebaya memiliki pengaruh terhadap
Penyusunan skala ini berdasarkan konsep kecerdasan moral remaja sebesar 51,8%.
konformitas menurut Baron dan Byrne Hasil koefisien regresi pola asuh
(2005) yang terdiri dari aspek normatif otoritatif orang tua diperoleh nilai 0,440;
dan aspek informatif. p<0,01, hal ini menunjukkan bahwa variabel
Berdasarkan hasil uji coba skala pola asuh otoritatif orang tua dengan
Kecerdasan Moral, pada 139 subjek uji kecerdasan moral remaja memiliki hubungan
coba menghasilkan 29 aitem yang sahih positif. Sumbangan efektif pola asuh otoritatif
(koefisien korelasi aitem-total bergerak orang tua terhadap kecerdasan moral remaja
dari 0,323 sampai 0,604). Koefisien sebesar 0,3683 atau 36,83%.
reliabilitas Alpha skala ini sebesar 0,890. Hasil koefisien regresi konformitas
teman sebaya diperoleh nilai 0,318; p<0,01.
Analisis data penelitian dilakukan Hal ini menunjukkan bahwa variabel
dengan teknik Analisis Regresi Ganda. konformitas teman sebaya dengan kecerdasan
moral remaja memiliki hubungan negatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sumbangan efektif konformitas teman sebaya
Sebelum dilakukan analisis data terhadap kecerdasan moral remaja sebesar
penelitian, dilakukan uji normalitas sebaran 0,1496 atau 14,96%.
dan linearitas hubungan antara variabel bebas Kecerdasan moral adalah kemampuan
dan variabel tergantung. Hasil uji normalitas individu memahami hal yang benar dan salah,
dengan menggunakan One Sample kemampuan ini akan menjadi pedoman
Komogorov-Smirnov test menunjukkan dalam bersikap dan bertingkah laku. Terdapat
P a g e | 138
tujuh aspek kebajikan moral yang menjadi Keadaan tersebut bila disertai oleh lingkungan
dasar kecerdasan moral yaitu empati, hati yang buruk, baik lingkungan keluarga
nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan maupun lingkungan pergaulan remaja dapat
hati, toleransi dan keadilan. Dengan memiliki menjadi penyebab munculnya perilaku negatif
tujuh aspek kebajikan moral maka diharapkan yang dapat melanggar aturan-aturan dan
remaja akan memiliki keyakinan etika yang norma-norma yang ada dalam masyarakat.
kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan Keinginan untuk diterima dan disukai
tersebut sehingga mampu bersikap dan teman sebaya membuat remaja melakukan
bertindak dengan benar (Borba, 2001). Hasil konformitas. Konformitas yang tinggi
penelitian Gulati (2011) menunjukkan ada membuat remaja meniru apa yang dilakukan
hubungan yang positif antara inteligensi dan teman sebayanya tanpa mempertimbangkan
penilaian moral, diperlukan adanya inteligensi dampak dari apa yang mereka lakukan. Hal
untuk menghasilkan penilaian moral yang ini sesuai dengan hasil penelitian Indria dan
matang. Nindyati (2007) menunjukkan walaupun
Kecerdasan moral anak dan remaja remaja perlu melakukan konformitas untuk
dapat berkembang dengan baik dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan, namun
adanya pembelajaran. Orang tua dapat tingkat konformitas yang tinggi dapat
menjadi model yang akan mengajarkan membuat remaja tidak percaya diri dengan
kebajikan, kebiasaan dan keyakinan yang kuat keunikan dirinya, kurang imajinatif dalam
tentang pendidikan moral yang akan menciptakan hal-hal baru, serta mudah
memperkuat kecerdasan moral anak dan dipengaruhi orang lain.
remaja. Hurlock (2005) menyatakan Ada hubungan positif antara pola asuh
kecerdasan moral dapat dikembangkan otoritatif dengan kecerdasan moral remaja
sepanjang kehidupan manusia. Cara orang tua (B=0,440, p<0.01, dan sumbangan efektif=
mengasuh anak merupakan hal yang pokok 36,82%). Semakin otoritatif pola asuh orang
karena mempunyai ayah dan ibu yang tua, maka semakin besar kecerdasan moral
memiliki kasih sayang, mau menerima anak remaja. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dalam kondisi apapun merupakan syarat yang Eisenberg dan Valiante (dalam Santrock,
paling utama dalam perkembangan kata hati 2007) yang menyimpulkan bahwa secara
yang baik (Monk, Knoers & Haditono, 1994). umum anak yang bermoral cenderung
Hasil penelitian Walker dan Hennig memiliki orang tua yang hangat dan
(1991) menunjukkan bahwa interaksi verbal mendukung ketimbang menghukum;
orang tua dan teman sebaya berpengaruh menggunakan disiplin induktif; memberikan
terhadap perkembangan moral anak, namun kesempatan bagi anak dalam mempelajari dan
memiliki hubungan yang berbeda. Teman memahami perasaan orang lain; melibatkan
sebaya lebih berfungsi sebagai sumber anak dalam pengambilan keputusan keluarga
informasi sedangkan orang tua lebih banyak dan dalam proses pemikiran mengenai
memberikan lingkungan yang dapat keputusan moral; orang tua menjadi model
merangsang kemampuan berpikir. terhadap penalaran dan perilaku moral dan
Ekowarni (1993) menyatakan masa menyediakan kesempatan bagi anak untuk
remaja merupakan masa transisi yang dapat juga melakukan hal tersebut; menyediakan
menimbulkan krisis yang ditandai dengan informasi mengenai perilaku apa yang
kecenderungan munculnya perilaku yang diharapkan dan menjelaskan pada anak
menyimpang yang dalam kondisi tertentu mengapa perilaku tersebut yang diharapkan
akan menjadi perilaku yang mengganggu.
139 | P a g e
orang tua terhadap anak serta membangun menggunakan pertimbangan berpikir dalam
moralitas internal dan eksternal. melakukan konformitas. Konformitas yang
Baumrind (1991) menyatakan dilakukan akibat keinginan untuk disukai dan
keluarga yang otoritatif memiliki tuntutan dan diterima serta adanya tekanan dari orang lain
perhatian yang tinggi, keadaan ini menjadikan untuk melakukan hal tersebut, membuat
remaja mampu mengatur dirinya dengan baik, remaja meniru sikap dan tingkah laku teman
sedikit mengalami masalah dengan sebayanya. Hal tersebut dilakukan tanpa
perilakunya, memiliki kadar stres yang rendah pertimbangan berpikir sehingga kemampuan
serta mereka tidak menyukai obat-obatan dan berpikir remaja menjadi kurang berkembang
alkohol. Penelitian yang dilakukan Karamoy dengan baik, keadaan ini membuat
(2008) menunjukkan anak-anak yang kecerdasan moral remaja tidak terstimulasi
mendapat gaya pengasuhan demokratis dan dengan baik.
menekankan pelatihan emosi umumnya tidak Hal ini sesuai hasil penelitian Hartup
banyak mengalami masalah perilaku dan tidak (2005) yang melihat interaksi teman sebaya
gampang melakukan tindak kekerasan. sebagai sumber perubahan perilaku pada
Saat memasuki masa remaja, pola anak-anak dan remaja. Hasil penelitian
asuh Otoritatif di rasa cukup tepat dalam menunjukkan hubungan dengan teman sebaya
menghadapi kondisi remaja yang sedang memiliki pengaruh yang komplek terhadap
menghadapi perubahan dan mencari identitas perilaku individu. Dalam hal ini, dapat
diri. Adanya hubungan yang hangat, disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya
komunikasi, diskusi serta perhatian yang dapat memberikan pengaruh yang kurang baik
diberikan membuat orang tua mengajak anak terhadap anak dan remaja. Jika anak dan
untuk berpikir, keadaan ini akan menstimulasi remaja yang tidak dapat membedakan mana
kecerdasan moral remaja sehingga mencegah perbuatan yang baik dan mana perbuatan
remaja melakukan perbuatan yang melanggar yang buruk membuat mereka mengikuti apa
aturan. Hal ini akan meningkatkan kecerdasan yang dilakukan teman-temannya tanpa
moral remaja. Hasil penelitian Malik (2005) memikirkan dampak dari perbuatan yang
yang menunjukkan orang tua yang mereka lakukan.
menggunakan pola asuh otoritatif mempunyai Pengaruh teman sebaya mencapai
kemungkinan kecil memiliki anak yang puncaknya pada awal masa remaja, biasanya
merokok dan mengkonsumsi alkohol. pada usia 12 sampai 13 tahun dan menurun
Ada hubungan negatif antara pada masa remaja pertengahan serta akhir,
konformitas teman sebaya dengan kecerdasan ketika hubungan dengan orang tua telah
moral remaja (B= 0,318; p<0.01), dengan membaik. Keterikatan dengan teman sebaya
sumbangan efektif = 14,95%. Hal ini berarti pada masa remaja awal tidak menghasilkan
semakin rendah konformitas remaja terhadap masalah kecuali apabila keterikatan tersebut
teman sebayanya maka semakin tinggi terlalu kuat sampai si remaja bersedia
kecerdasan moralnya atau sebaliknya semakin melanggar aturan rumah, tidak mengerjakan
tinggi konformitas remaja terhadap teman tugas sekolah dan tidak mengembangkan
sebayanya maka semakin rendah kecerdasan bakatnya sebagai usaha mendapat pengakuan
moralnya. teman sebaya dan popularitas (Fuligni,
Konformitas adalah mengikuti Eccles, Barber, & Clements, 2001).
perilaku atau sikap orang lain tanpa Remaja harus memiliki kemampuan
melakukan pertimbangan. Remaja yang untuk dapat menyeleksi pergaulan yang
melakukan konform adalah remaja yang tidak terjadi dilingkungannya, kemampuan ini
P a g e | 140
dapat membuat konformitas yang terbentuk konformitas yang tinggi dapat membuat
pada remaja adalah konformitas yang positif remaja meniru sikap dan perilaku teman
karena konformitas yang positif akan sebaya tanpa mempertimbangkan akibat dari
memiliki dampak yang baik untuk dirinya perilaku yang telah mereka lakukan.
sebaliknya jika konformitas ini tidak bisa Keadaaan ini membuat kecerdasan moral
diartikan secara baik, maka konformitas ini remaja tidak terstimulasi dengan baik.
akan menjadi salah satu pemicu terjadinya
hal-hal yang negatif pada remaja. Remaja
dapat dengan mudah melakukan perbuatan- DAFTAR RUJUKAN
perbuatan yang tidak baik hanya karena ingin
melakukan perbuatan yang sama dengan yang Baron, R.A., & Byrne, D. 2005. Psikologi
dilakukan oleh teman-temannya tanpa sosial, Jilid 2, Edisi ke-10.
mengetahui apakah yang dilakukan itu adalah Diterjemahkan oleh Djuwita, R. dkk.
perbuatan baik atau buruk. Jakarta: Erlangga.
Baumrind, D. 1991. The influence of
SIMPULAN parenting style on adolescent
Hasil analisis dan pembahasan competence and substance use.
menunjukkan terdapat hubungan antara pola Journal of Early Adolescence, 11 (1),
asuh otoritatif orang tua dan konformitas 56-95.
teman sebaya dengan kecerdasan moral Borba, M. 2001. Building moral intelligence :
remaja. Pola asuh otoritatif orang tua dan The seven essensial virtues that teach
konformitas teman sebaya secara bersama- kids to do the right thing. San
sama memberikan pengaruh terhadap Fransisco: Josey-Bass.
kecerdasan moral remaja dengan sumbangan Damon, W. 1999. The moral development of
efektif sebesar 51,8%. children. Scientific American, 72-78.
Pola asuh otoritatif orang tua memiliki Ekowarni, E. 1993. Kenakalan remaja: Suatu
hubungan positif dengan kecerdasan moral tinjauan psikologis. Buletin Psikologi,
remaja. Semakin tinggi penilaian remaja 2, 24-27.
bahwa orang tuanya menerapkan pola asuh Fuligni, A.J., Eccles, J.S., Barber, B.L., &
otoritatif dalam berinteraksi dengan remaja Clements, P. 2001. Early adolescent
maka semakin tinggi kecerdasan moral peer orientation and adjustment during
remaja. Hal ini disebabkan adanya high school. Developmental
komunikasi, perhatian, dan kontrol dari orang Psychology, 37 (1), 28-36.
tua terhadap remaja, yang dapat Gulati, P. 2011. IQ as a determinant of moral
mengembangkan kemampuan berpikir judgement. International Journal of
remaja. Kemampuan berpikir yang Education & Allied Sciences, 3 (2), 5-
berkembang dengan baik dapat membuat 10.
kecerdasan moral remaja terstimulasi dengan Gupta, P., & Puja. 2010. A study on moral
baik pula. judgement ability of pre-adolescent
Konformitas terhadap teman sebaya children (9-11 Year) of public
memiliki hubungan negatif dengan schools. International Journal of
kecerdasan moral. Semakin tinggi Education and Allied Sciences, 2 (2),
konformitas remaja terhadap teman 73-86.
sebayanya ternyata membuat semakin rendah
kecerdasan moral mereka. Hal ini disebabkan
141 | P a g e