Вы находитесь на странице: 1из 20

I Putu Sumardiana Putra

PERKENALAN
I Putu Sumardiana Putra ( lahir di Denpasar, Bali pada 13 nopember 1996; umur 16
tahun). Saat ini sumar bersekolah di SMA Negeri 5 Denpasar dan sekarang ia siswa kelas XI di
kelas XI IPA 9.

MASA KECIL
Masa kecil Sumar sama saja seperti anak lainnya. Tapi ketika Sumar berusia 1 tahun,
Sumar sudah harus kehilangan neneknya. Di umur 2 tahun, Sumar berubah menjadi anak yang
cengeng dan manja, sehingga ia sering dijahili oleh teman-temannya. Di Umur 3 tahun sampai
umur 4 tahun, Sumar sudah mulai memulai memegang buku tulis, meskipun saat itu Sumar
hanya membuat coretan pada buku tulis yang ia punya. Kemudian di saat umur 5 tahun tepatnya
tahun 2001, Sumar mulai sekolah di TK Sudha Kumara. Saat itu ia sangat tidak ahli dalam
bidang berhitung. Sumar yang mengetahui kekurangannya dalam berhitung, justru lebih
mengembangkan kemampuan membaca. Tapi yang aneh adalah Sumar tidaklah suka membaca
buku, namun lebih suka membaca iklan di televisi, tapi seiring waktu Sumar menjadi bisa
membaca bahkan bisa mengalahkan anak-anak SD sekalipun. Guru TK Sumar yang mengetahui
kemampuan Sumar pun, menyarankan kepada orang tua Sumar, agar Sumar langsung
melanjutkan ke SD dan perlu TK untuk 1 tahun lagi.

MASA SEKOLAH DASAR


Kemudian Sumar bersekolah di SD Negeri 4 Sesetan pada tahun 2002. Di hari pertama,
sumar merasa terasingi di sekolah tersebut, karena orang yang melihat dirinya merasa sumar
adalah anak yang lemah dan tidak bisa apa-apa, tapi sumar tidak memperdulikannya sama sekali.
Di saat menginjak kelas 1 SD, sumar selalu dijahili teman-temannya karena mereka tahu bahwa
sumar adalah anak yang cengeng dan tak bisa apa-apa.

Di kelas 2 dan kelas 3, sumar terus mendapat pujian dari para guru karena sumar tidak
pernah mengabaikan tugas sekolah dan selalu taat peraturan. Tapi di sisi lain ada teman sumar
yang sangat membencinya, selain itu ada satu guru yang suka meremehkan dirinya, yaitu guru
olahraga.

Sampai kelas 3 SD, sumar adalah anak yang cengeng dan akademisnya kurang, sehingga
kadang- kadang dalam pelajaran di sekolah, terutama dalam olahraga, ia selalu diremehkan
karena fisik dan mentalnya yang lemah, namun seiring berjalannya waktu sumar bisa beradaptasi
dengan kondisi seperti itu. Di kelas 4 SD, sumar tertarik pada olahraga permainan catur. Prestasi
sumar di bidang catur adalah sumar sempat mewakili SDnya di perlombaan kecamatan. Banyak

Biografi Sumardiana 1
orang yang tidak menyukai olahraga ini karena sulit dan membosankan, namun jika dicermati
lagi, ternyata catur memiliki segudang manfaat seperti, kecerdasan, ketelitian dalam menganalisa
strategi lawan, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, dan masih banyak lagi. Hobinya ini
ia lanjutkan sampai sekarang.

Di saat kelas 5 dan 6, tahun itu merupakan tahun yang kurang baik bagi sumar, di saat
kelas 5 SD, sumar kehilangan pamannya yang ia sayangi akibat kecelakaan. Saat itu sumar
sangat sedih dan menyesal karena beberapa jam yang lalu pamannya tersebut mengunjungi
sumar, namun sumar tidak banyak bicara dengan pamannya karena ia saat itu baru saja pulang
dari sekolah. Beberapa bulan kemudian, sumar kehilangan gurunya yang paling ia sayangi
selama ini, di saat ia mendengar berita itu, sumar merasa terpukul, namun di dalam hatinya ia
berkata bahwa ia akan menjadi anak yang lebih baik dan menjadi anak yang berprestasi, serta
bisa melampaui gurunya tersebut. Tapi di saat sumar sudah kelas kelas 6 dan sudah
menyelesaiakan UN, tiba saatnya untuk pemberitahuan hasil UN, ternyata ia mendapat Nilai UN
23,85 dari 3 mata pelajaran yang diujikan. Saat itu sumar hanya terdiam, meskipun ia lulus, tapi
dengan nilai seperti itu, ia tidak bisa sekolah di SMPN 6 Denpasar, kemudian ia merasa ini tidak
adil dan yang ada di kepalanya saat itu adalah “aku adalah orang yang tidak berguna dan aku
adalah laki-laki yang payah, karena aku tidak bisa menepati janjiku sendiri”. Kemudian hal itu
membuat sumar putus asa dan malu terutama pada orang tuanya. Namun di saat itu selain
mendapat motivasi dari orang tuanya, ia mendapat motivasi lebih dari teman cewek terbaiknya,
yaitu audina.

MASA SMP
Kemudian pada tahun 2008, sumar melanjutkan sekolahnya di SMPK 1 Harapan
Denpasar. Pertama kali disana Sumar sudah mendapat seorang teman baru bernama Anwar. Di
saat pembagian kelas, sumar mendapat kelas VII C, ternyata anwar mendapat kelas yang sama
dengannya. Saat berada di kelas itu sumar merasa orang-orang di sekitarnya adalah orang yang
lebih pandai darinya, selain itu orang di sekitarnya juga meremehkan dirinya , tapi sumar tidak
menyerah dan terus berusaha untuk menepati janjinya, terutama ia ingi membayar kesalahannya
di masa lalu dan saat itu ia memiliki pemikiran “ Aku adalah seorang prajurit di medan perang
dan aku tidak akan lari dari janjiku, serta aku harus bisa mendapatkan segala yang aku mau dan
tak akan pernah menyerah meski mati di medan tempur sekalipun”. Mungkin itu adalah kata-kata
yang konyol dan bodoh bagi semua orang, namun ia memelihara pemikiran seperti itu sampai
sekarang. Seiring waktu, sumar mendapat banyak teman di sana, salah satu teman terbaiknya
adalah anwar, dany, dan wardani. Selama 1 semester sumar bekerja keras untuk mewujudkan
ambisinya dan akhirnya ia berhasil mewujudkannya ambisinya itu, ia mendapat peringkat 1 di
kelas dan semua teman-temannya menyoryakinya, selain itu sumar juga dipindahkan ke kelas
VII B, yaitu kelas paling unggulan di SMP tersebut.

Tapi di sisi lain, sumar memiliki perasaan sedih karena ia harus meninggalkan teman-
temannya di sana karena ia ingin pindah ke SMPN 6 Denpasar, itu adalah tujuannya sejak awal.

Biografi Sumardiana 2
Sumar hanya 6 bulan bersekolah di SMPK 1 Harapan, tapi di saat ia akan pindah ia merasa berat
hati meninggalkan teman-temanya dan selain itu sumar membawa satu penyesalan, yaitu di saat
ia sekolah di sana, ia tidak dapat melihat upacara ngaben kakeknya, karena saat itu ia menjalani
persiapan ulangan umum. Kemudian sumar pindah ke SMP Negeri 6 Denpasar, di sana ia banyak
memiliki teman baru dan ia kembali bertemu dengan teman-temannya semasa SD dulu. Selama
satu setengah tahun ia berada di kelas VII.6 dan VIII.6, kemudian saat ia kelas IX sumar dengan
kerja kerasnya berhasil pindah ke kelas IX.3, di saat itu sumar merasa bahwa banyak orang-
orang yang lebih berprestasi darinya, karena saat itu kelas IX.3 adalah salah satu kelas unggulan
di sekolah tersebut.

Di kelas 9 SMP, sumar memilih satu ekstrakulikuler lagi selain klub fisika yaitu
bulutangkis dan ia juga tetap bermain catur. Sumar biasanya bermain bulutangkis di PGSD
Pegok. Sumar mengakui bulutangkis adalah olahraga yang sederhana dan menyenangkan, serta
merupakan budaya bangsa kita. Selain itu sumar juga mengakui banyak kesulitan dalam
bulutangkis, seperti harus memiliki otot lengan dan otot kaki yang kuat dan respon yang cepat.
Meski begitu, ia tetap menyukai dan menggemari olahraga ini dan atlet idolanya saat itu adalah
Simon Santoso. Selain olahraga sumar juga menyadari bahwa fisik saja tidak cukup untuk
meraih sukses, untuk itu sebelumnya juga sumar terus meningkatkan bagian spiritualnya dan
tidak lupa ia juga terus berpegang teguh pada janji yang ia pegang selama ini. Saat pertama
berada di kelas IX.3 sumar duduk di bangku pojok belakang, itu terjadi karena saat pemilihan
tempat duduk sumar malah berkunjung ke kelas lain. Suatu ketika saat pelajaran bahasa
Indonesia, gurunya mengatakan sumar dan teman duduk sumar, yaitu rahmat adalah anak yang
bodoh dan suka menyontek karena guru tersebut memiliki pemikiran bahwa anak yang duduk di
pojok belakang pasti anak yang bodoh dan suka menyontek. Saat itu sumar berkata di dalam
hatinya “awas! Liat saja nanti aku akan membuktikan bahwa pernyataanmu salah!”. Selama 1
semester sumar tetap bekerja keras, menjaga kesehatatannya, dan tidak lupa dengan doa. Selama
1 semester untuk pertama kalinya sumar merasakan atmosfer kompetisi yang sesungguhnya.
Tapi setelah menjalani 1 semester yang cukup keras, sumar berhasil. Ia berhasil mendapat
peringkat 2 bersama dengan rahmat yang meraih peringkat 5. Sumar pun sekali lagi mendapat
hasil yang manis dari kerja kerasnya. Selain berterima kasih pada orang tuanya dan mengucap
syukur pada Yang Maha Kuasa, sumar juga ingat terhadap perkataan guru bahasa Indonesia yang
meremehkan dirinya dulu dan ia anggap itu sebagai motivasi serta ia menganggap mungkin jika
tidak dikatai seperti itu, mungkin ia tidak bisa meraih peringkat 2 tersebut. Selain itu sumar
menyadari dirinya adalah orang yang tak pernah puas.

Setelah libur selama 2 minggu, semester akhir pun tiba. Ini adalah semester yang terasa
bagaikan neraka bagi semua siswa, karena UN akan diberlangsungkan apalagi UN untuk tahun
2010/2011 paket soal menjadi 5 paket. Sumar tahu bahwa dirinya tak bisa santai selama semester
akhir ini, meskipun ia selama ini bekerja keras, tapi ia harus lebih bekerja keras dan berusaha
maksimal, serta tak melakukan kesalahan seperti di saat UN di saat ia kelas 6 SD dulu. Selain
belajar sendiri, sumar juga tetap mengikuti les di luar dan les di sekolah. Sumar tahu ia harus

Biografi Sumardiana 3
fokus dan disiplin, serta tak boleh menganggap remeh pada satu pelajaran. Meskipun sulit dan
melelahkan tapi sumar tetap mengambil hikmahnya saja, sumar mengganggap mungkin dengan
ini ia bisa menjadi orang yang disiplin waktu dan bisa mengatur kesehatan dengan baik,
meskipun pada kenyataannya UN adalah hidup dan mati bagi para siswa. Selama 1 semester
yang panjang dan melelahkan telah dilewati oleh sumar dan akhirnya UN tiba. Di saat UN di hari
pertama adalah yang paling mengerikan, tapi lambat laun sumar bisa mengatasinya sampai hari
keempat, meskipun sumar selalu pulang paling akhir. Setelah UN beban terasa sedikit berkurang
pada diri sumar, tapi ia tetap takut akan kegagalan seperti di masa lalunya, tapi sumar
menyingkirkan pemikirannya tersebut untuk sementara waktu karena ia akan mengikuti TPA di
SMAN 5 Denpasar. Setelah hari terus berjalan TPA pun dilaksanakan, sumar tahu bahwa ia
harus menghilangkan rasa deg-degannya. Selama 4 hari sumar mengikuti TPA, tapi setelah TPA
ia berfikir apakah ia pantas untuk sekolah di SMAN 5 Denpasar.

Setelah beberapa minggu akhirnya pengumuman untuk hasil UN pun dipampang di


mading sekolah. Ternyata sumar lulus dengan meraih nilai UN 37,05 dr 4 mata pelajaran, saat itu
sumar sangat senang, tapi ia tetap menyembunyikan perasaannya, karena ia tahu bahwa ia tidak
boleh terlalu berbangga karena hal itu merupakan hadiah dari Tuhan akibat hasil kerja kerasnya
selama ini. Meskipun meraih peringkat 3, sumar di dalam hatinya menyimpan rasa kurang puas,
tapi apapun yang terjadi itu adalah nilai yang cukup tinggi, sehingga di sisi lain hatinya
mengatakan bahwa itu merupakan karunia tuhan dan itu patut disyukuri, serta kita sebagai
manusia tidak boleh serakah akan sesuatu. Saat itu sumar pulang dengan gembira dan ketika
orang tuanya mendengar itu, orang tuanya sangat senang dan bangga terhadap sumar karena
sumar tidak melakukan kesalahan untuk kedua kalinya saat di Sekolah Dasar dulu. Saat itu
sumar beralih fokus pada hasil TPA di SMAN 5 Denpasar, meskipun dengan nilai UN yang di
dapatkannya bisa membuatnya mendapat sekolah negeri, tapi ia lebih ingin sekolah di SMAN 5
Denpasar. Setelah pengumuman UN, Sumar kemudian mengutarakan perasaannya kepada
Audina, namun Audina menolak Sumar saat itu. Sumar yang tak mau sedih berkepanjangan,
sumar banyak mengisi waktu luangnya dengan bermain bulutangkis kembali dengan teman-
temannya di lapangan bulutangkis di PGSD, Pegok selain itu pergi rekreasi ke pantai dengan
teman-temannya. Waktu terus berjalan, setelah pengesahan ijazah kelulusan, hari yang di tunggu
sumar pun datang. Saat itu SMAN 5 Denpasar jadi seperti lautan manusia, semua peserta ingin
segera mengetahui hasil akhir dari tes tersebut. Sumar dan teman-temannya saat itu menunggu
berjam-jam untuk melihat hasil tes tersebut. Akhirnya sumar dan teman- temannya melakukan
browsing untuk melihat hasil tes tersebut. Ternyata sumar dan teman-temannya diterima di
SMANELA. Untuk pertama kalinya sumar merasa puas akan hasil kerjanya yang ia lakukan.

MASA SMA
Sumar saat itu tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia merasa memenangkan sesuatu yang
tidak mungkin bisa diraihnya. Tapi di sisi lain sumar merasa simpati pada teman-temannya yang
lain yang tidak lolos pada TPA tersebut, untuk itulah ia hanya menyimpan rasa senangnya di

Biografi Sumardiana 4
hatinya. Kemudian di malam harinya semua teman-teman sumar di IX.3 beserta sumar
mengadakan pesta sebagai tanda perpisahan, saat itu suasana lucu, haru, dan senang bercampur
aduk menjadi satu, sehingga itu merupakan malam yang tak akan pernah dilupakan oleh sumar,
selain merayakan kesuksesan IX.3 selama 2 semester ini dan pesta ini sebagai awal sumar dan
teman- temannya untuk menempuh jalan yang baru. Hari-hari baru pun siap di mulai, hari itu di
mulai ketika sumar mengambil perlengkapan untuk MOS dan PDSB, selain itu juga
mendengarkan tentang persiapan PDSB untuk para calon siswa baru dari para senior OSIS.
Kemudian saatnya pembagian kelompok. Selama MOS dan PDSB berlangsung ada Sembilan
kelompok yang akan mengikuti MOS. Saat pengumuman berlangsung sumar mendapat
kelompok 5. Selain itu semua peserta laki-laki terkejut saat diberi tahukan bahwa bagi calon
siswa baru terutama yang laki-laki, mereka harus dicukur rambutnya dengan model 1-2-1 dan
bagi yang perempuan, mereka harus mengepang rambutnya sebanyak 5 kepangan, selain itu
kami semua harus menggunakan sepatu yang bertali sepatu warna kelompok masing-masing dan
di beri kerincingan anjing, nametag yang berbentuk perpaduan antara bentuk lingkaran dan
bintang yang di mana bagi yang laki-laki diisikan foto mereka dengan pose imut dan bagi yang
perempuan dengan pose idiot dengan latar warna kelompok masing-masing, topi capil, ikat
pinggang dari sumbu kompor yang dikepang, kaos kaki bola warna kuning untuk kaki kiri dan
warna biru untuk kaki di sebelah kanan, serta menggunakan seragam baju kerja SMANELA dan
celana panjang hitam. Saat setelah pengumuman, Sumar bertemu dengan temannya yang saat itu
sekolah di SMPK 1 Harapan yang ternyata juga sekolah di SMANELA dan juga mengikuti MOS
dan PDSB di sana. Itu membuat Sumar bertambah semangat untuk menjalani kegiatan MOS dan
PDSB.

Akhirnya hari-hari terlewati satu persatu dan hari pertama PDSB pun dimulai, saat itu
sekolah sangat gelap dan para kakak pionir tersebar di mana-mana, Sumar dan para peserta
lainnya berlari di dalam gelap, sehingga banyak para peserta PDSB yang menabrak tiang di
parkiran, pohon dan tiang bendera, serta jatuh ke dalam got. Saat semua peserta berbaris di
lapangan, semua peserta berdoa ke padmasana dengan di dampingi para pionir masing-masing
dan setelah berdoa, kami berbaris kembali di lapangan. Setelah itu para senior OSIS memberikan
pemanasan- pemanasan sederhana, kemudian Sumar dan peserta lainnya berlari mengitari
sekolah sambil menjawab kata “erek-erek !!!” dengan kata “ Bluuuddusss !!!”, tapi saat berlari
ada peserta yang sakit, saat itu sumar berfikir apakah mereka itu benar-benar sakit atau hanya
pura-pura saja, namun Sumar dan peserta lainnya tetap berlari. Setelah lari mengitari sekolah,
Sumar dan peserta lainnya mendapat peregangan, tapi justru peregangan yang paling
menyakitkan dan paling melelahkan adalah senam tangan. Kemudian di setiap kelompok, para
pionir memperkenalkan diri mereka pada para peserta. Saat itu yang menjadi kakak pionir
pendamping kelompok 5 adalah Kak Adit, Kak Yudi, Kak Swisna, Kak Dara, Kak Yeni. Hari
pertama Sumar dan peserta kelompok 5 lainnya mendapat materi seperti nama senior
pendamping kelompok 5, nama lengkap para kakak pionir kelompok 5, tugas MPK, tugas OSIS
dan arti satyam eva jayate , selain itu selama PDSB dan MOS nanti Sumar dan para peserta

Biografi Sumardiana 5
lainnya diwajibkan menghafal seluruh materi yang diberikan, baik itu materi seputar OSIS
SMANELA dan baris berbaris.

Hari kedua di mulai, hampir tidak ada perubahan pada hari pertama, namun bedanya para
kakak pionir menanyakan materi yang di berikan kemarin seperti nama kakak pionir pedamping
dan senior pendamping di kelompok masing-masing. Saat itu Sumar yang belum terlalu hafal
dengan materi di berikan, akhirnya kena omelan panjang lebar dari kakak pionir yang
menghentikannya di lorong, namun di sana selain Sumar banyak peserta lainnya yang bernasib
sama dengannya. Setelah selesai berdoa dan berolahraga, Sumar dan dengan peserta lainnya
saling berkenalan satu sama lain saat istirahat siang, kemudian di siang harinya para kaka pionir
memberikan materi berupa materi sikap berbaris statis. Saat Sumar dan peserta lainnya akan
pulang, para senior OSIS memberitahukan bahwa para peserta yang mengikuti MOS dan PDSB
tanpa terkecuali harus mencari tanda tangan para kakak pionir pendamping dan seluruh senior
OSIS dan sebelum itu dilakukan Sumar dan yang lainnya di tuntut untuk memiliki minimal 2
stiker SMANELA yang bisa di beli di stan minuman.

Hari ketiga pun di mulai, seperti biasa di pagi harinya Sumar dan peserta lainnya dicegat
di lorong untuk di tanyakan dan mempraktekkan materi di hari sebelumnya, seperti yang di duga
hampir semua peserta kena omelan dari pionir yang bertugas, tapi Sumar menganggap itu hanya
angin lalu saja. Kemudian acara di lanjutkan dengan berdoa, pemanasan, dan lari pagi. Setelah
itu Sumar dan seluruh peserta istirahat, Sumar dan beberapa temannya mencari stiker di stan
makanan, dan untungnya saat itu Sumar mendapatkan dua stiker terakhir. Kemudian setelah
istirahat, para kakak pionir memberikan materi berupa materi sikap berbaris dinamis.

Hari keempat pun tiba, hari terakhir dari PDSB. Semua peserta termasuk Sumar telah
menantikan hari ini, wajar saja karena PDSB saat itu bagaikan medan tempur bagi para calon
siswa baru. Hari ini sama seperti hari sebelumnya, tapi hampir tak ada materi yang diberikan dan
hari ini lebih banyak praktek baris berbaris dari materi awal hingga akhir. Suatu ketika seorang
kakak pionir bernama “Kak Dara” bertanya kepada Sumar, dia menanyakan apakah sumar mau
menjadi pionir yang berikutnya. Ketika itu Sumar terdiam sejenak, tapi entah apa yang masuk ke
pikirannya, Sumar menjawab “Siaaap, mau kak !!!”, kemudian Kak Dara tersenyum dan dia
berharap Sumar menepati janjinya tersebut. Kemudian hari terakhir berlalu dan acara MOS di
mulai pada senin depan dengan menggunakan baju MOS yang baru di berikan dan tetap dengan
atribut yang sama.

Setelah di beritahukan bahwa para peserta mendapat libur selama tiga hari, Sumar tidak
mensia-siakan liburannya tersebut. Selain istirahat total selama 3 hari, Sumar juga pergi
berkunjung ke rumah sanak saudaranya, bermain bersama teman-temannya dan juga berbagi
cerita tentang PDSB kepada teman-temannya yang bersekolah di luar SMANELA. Meskipun
begitu, Sumar juga tahu betul bahwa dirinya harus menomor satukan kesehatannya karena
setelah tiga hari ini tentunya MOS akan berjalan.

Biografi Sumardiana 6
Setelah tiga hari berjalan, Sumar mulai menjalani MOS beserta dengan para calon siswa
baru lainnya dengan penuh antusias, selain karena sudah mulai terbiasa dengan suasana militer di
saat PDSB, kegiatan MOS yang akan dilangsungkan juga tidak sekeras PDSB, sehingga para
calon siswa baru bisa sedikit santai. Pada MOS hari pertama sampai hari ketiga, Sumar dan
peserta MOS lainnya diberikan materi berupa tentang seluk beluk SMANELA, informasi tentang
lalu lintas, dan kesehatan reproduksi. Tak lupa Sumar juga mencari tanda tangan para kakak
pionir pendamping dan para senior OSIS, meskipun sulit Sumar tetap melakukannya.

Akhirnya hari keempat MOS pun datang, hari terakhir ini membuat Sumar kaget karena
khusus hari terakhir ini para kakak pionir bersikap tidak seperti biasanya. Biasanya para kakak
pionir bersikap galak, tegas, dan kurang ramah, namun untuk hari ini mereka bersikap ramah,
baik, dan ceria. Setelah berdoa para peserta MOS akhirnya berangkat ke Bedugul dengan
menaiki truk. Itu merupakan pengalaman baru untuk hampir seluruh peserta termasuk Sumar.
Selama dalam perjalanan Sumar dan peserta lainnya, baik dari satu truk yang sama dan di truk
lainnya saling bernyanyi ria untuk menghilangkan kepenatan dalam perjalanan. Beberapa jam
kemudian Sumar dan peserta lainnya sampai di suatu desa di daerah Candi Kuning, kemudian
mereka makan siang sebelum melakukan aktivitas berikutnya. Setelah selesai makan siang, acara
dilanjutkan dengan hiking di persawahan, Sumar saat itu berjalan dengan peserta lainnya, selama
hiking ada peserta yang bernyanyi, memetik jeruk di sekitar persawahan, dan masih banyak
tingkah lucu dari semua peserta MOS. Meskipun perjalanan yang melelahkan menuju kebun raya
karena jalan yang terjal dan cuaca yang panas tapi setelah 1 jam kemudian Sumar dan beberapa
peserta lainnya berhasil sampai di tempat upacara. Setelah beristirahat cukup lama, akhirnya
upacara penutupan MOS dilangsungkan, kemudian acara dilanjutkan dengan atraksi dan yel-yel
tiap kelompok. Saat itu juga para senior OSIS dan para kakak pionir juga menampilkan atraksi
dan yel-yel, kemudian acara dilanjutkan dengan pembubaran secara resmi MOS dan PDSB yang
berarti Sumar dan peserta lainnya telah resmi menjadi siswa SMANELA, kemudian dilanjutkan
dengan jabat tangan dan pemberian hadiah kepada para kakak pionir dan senior OSIS. Saat
pulang Sumar dan anggota kelompok 5 membuat foto bersama dan akhirnya kembali pulang ke
Denpasar.

Hari pertama sekolah pun dimulai, hari ini adalah hari tes untuk pemilihan kelas. Saat itu
tes berjalan cukup ketat dan soal yang diberikan cukup sulit, selama dua hari tes untuk pencarian
kelas ini dilangsungkan.

Setelah tes yang berat dilangsungkan, tiba saatnya untuk pengumuman kelas. Saat itu satu
persatu nama di panggil untuk mengisi empat barisan yang berisi para siswa yang akan mendapat
empat kelas unggulan, yang terdiri dari kelas X.1 sampai kelas X.4. Ternyata saat itu Sumar
tidak mendapat satu dari empat kelas unggulan tersebut. Saat itu Sumar berfikir mungkin belum
rezekinya ia mendapat salah satu dari empat kelas tersebut. Setelah menunggu cukup lama,
Sumar ternyata mendapat kelas X.9. Meskipun kelas tersebut berada di urutan agak terakhir,
namun Sumar percaya saat itu bahwa di kelas tersebut pasti banyak orang yang jauh lebih
berprestasi darinya.

Biografi Sumardiana 7
Semester pertama pun resmi di mulai, selain mendapat banyak teman baru, Sumar juga
bertemu dengan teman semasa SMP dulu di kelas tersebut, seperti Mahendra, Deby, dan
Suandewi. Selama di kelas X.9, Sumar duduk sebangku dengan Mahendra. Di sisi lain, Sumar
tahu bahwa masa santai di dalam dirinya sudah habis dan ia harus segera kembali bekerja keras.

Dalam satu semester, Sumar terus bekerja keras meskipun dalam satu semester terdapat
banyak sekali batu sandungan. Sumar tahu bahwa dirinya harus menjadi orang yang harus lebih
bertanggung jawab dan lebih disiplin waktu, karena sekarang ia sudah masuk ke dalam
lingkungan SMA. Selain sibuk dalam belajar, Sumar juga tak lupa memperhatikan kesehatannya,
dalam waktu luang Sumar memanfaatkan waktunya seperti bermain futsal. Dalam bermain
futsal, Sumar biasanya berposisi sebagai bek. Dalam permainan futsal, Sumar memiliki
pemikiran bahwa jika tidak ada bek, maka suatu tim akan mudah kebobolan dan bahkan kalah
dalam suatu pertandingan, selain itu juga Sumar menganggap bahwa suatu tim tak akan bisa
terus menyerang lawan, pasti suatu saat tim akan bertahan. Dan dari dulu hingga sekarang
pemain favorit Sumar dalam sepak bola adalah Frank “Super Frankie” Lampard. Selain bermain
futsal, Sumar juga di awal kelas X mengikuti ekstrakurikuler pramuka dan bulutangkis. Di dalam
pramuka, Sumar memiliki prestasi berupa mengikuti kemah Raimuna Daerah di bumi
perkemahan taman pahlawan puputan margarana, Tabanan. Kemah tersebut diadakan sekitar
bulan oktober 2011 selama 5 hari 4 malam. Selama kemah banyak kegiatan yang dilakukan
Sumar, seperti saling berkenalan dengan kontingen daerah lain, mengikuti ceramah tentang
Subak, pramuka, lalu lintas, mengunjungi subak, dan masih banyak lagi kegiatan yang
menyenangkan dilakukan Sumar selama kemah dan itu menjadi kenangan berharga yang tak
akan pernah dilupakan oleh Sumar. Kemudian setelah semester pertama akan berakhir, akhirnya
pembagian raport pun tiba. Sumar kaget begitu mengetahui ia mendapat peringkat 15 dari 42
siswa. Saat itu Sumar sedih melihat hasil yang ia dapatkan, tapi Sumar sadar bahwa dirinya tidak
boleh sedih, ia harus berjiwa besar, dan lebih banyak lagi berusaha dan berdoa. Saat akan pulang,
Sumar bertemu dengan guru tarinya yaitu “Bu Putri”. Saat itu Bu Putri menyuruh Sumar dan
beberapa siswa dari kelas lain untuk berpartisipasi dalam tahun baru sebagai penari di Puputan.
Di waktu yang sama Sumar tidak berminat dalam acara tersebut, tapi justru hatinya berkata lain,
sehingga secara spontan Sumar mau menerima permohonan dari Bu Putri.

Akhirnya liburan untuk semester pertama dimulai, Sumar pun harus ke Puputan untuk
mengikuti latihan tari di sana, meskipun dengan berat hati karena liburan semesternya terbuang
untuk acara ini, tapi Sumar tahu bahwa ia harus memiliki tanggung jawab meski pada keadaan
yang sulit. Selama satu minggu, Sumar mengikuti latihan sebagai penari umbul-umbul, dalam
latihannya Sumar juga mendapat teman baru, salah satunya Krisna dari kelas X.7. Satu minggu
berlalu dan akhirnya pentas dimulai, sebelum pentas, Sumar berdoa dan meminta maaf kepada
dirinya karena ia tidak bisa menepati janji kepada keluarganya untuk merayakan tahun baru
bersama keluarganya dan sanak saudaranya. Lalu saat pentas suasana begitu meriah dan Sumar
tahu bahwa dirinya harus konsetrasi dan melupakan masalah pribadinya demi mensukseskan
pementasan ini. Akhirnya pentas selesai, Sumar pun merasa lega tapi kemudian Bu Putri

Biografi Sumardiana 8
menghampiri Sumar dan Krisna. Ternyata Sumar dan Krisna dimintai tolong kembali untuk
mengikuti janger untuk pementasan saat HUT SMANELA yang ke-38. Saat itu Sumar dan
Krisna menyetujui permohonan tersebut.

Setelah dua hari setelah pementasan di Puputan, Sumar pun berlatih tari janger. Selama
satu minggu Sumar berlatih dengan giat dari pagi sampai siang hari meskipun ada banyak
kendala tapi itu bisa teratasi dengan baik. Setelah satu minggu berlalu, semester 2 pun di mulai
bertepatan dengan HUT SMANELA yang ke-38, ulang tahun di laksanakan di lapangan sekolah
dan satu minggu kemudian di laksanakan di Art Center. Hari itu Sumar sudah bersiap di sekolah
jam 5 pagi untuk di rias di ruang tari, selama proses di rias, banyak kejadian yang cukup
menghibur dari siswa lain yang ikut pentas nantinya. Persiapan rias dan kostum pun sudah
selesai, semua siswa yang ikut dalam pementasan ini pun berdoa dan sarapan, selain itu waktu
sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, satu jam sebelum pentas. Saat itu banyak siswa yang
sudah sampai di sekolah untuk menonton dan memeriahkan acara tersebut. Akhirnya tiba
saatnya tari janger untuk beraksi di atas panggung. Semua peserta tari janger merasa deg-degan
saat pentas karena saat itu tidak hanya para siswa lain dan para guru yang menyaksikan
pementasan tersebut, tapi juga walikota denpasar ikut menonton pementasan janger ala Sumar
dan kawan-kawan. Akhirnya pementasan janger pun selesai dengan gemilang dan kemudian para
siswa yang tergabung dalam janger ini termasuk Sumar diajak foto bersama oleh bapak Kepala
Sekolah dan bapak Walikota dan hasil foto tersebut di pajang di ruang tari sampai sekarang.
Setelah berfoto bersama dan mengganti pakaian, Sumar pun menemui teman-temannya yang ada
di kelas, saat itu teman-teman Sumar menyoryaki dirinya, entah itu sebuah pujian atau sebuah
ejekan, tapi saat itu ia tak memperdulikan hal tersebut.

Setelah janger usai, Sumar pun kembali menjalani aktivitasnya, meskipun saat itu
suasana liburan masih terasa di sekolah. Selain belajar, Sumar juga menikmati santai dengan
bermain futsal bersama dengan teman-temannya. Selain bermain bersama dengan teman sekelas,
tim X.9 juga bermain latih tanding futsal dengan tim dari kelas lain. Hal ini dilakukan mengingat
bahwa materi di kelas belum berlangsung. Setelah satu minggu berlalu, akhirnya HUT
SMANELA diadakan di Art Center saat malam hari, saat itu Art Center berubah menjadi lautan
siswa SMANELA, Sumar dan teman-temannya pun dengan semangat dan antusias memeriahkan
HUT SMANELA yang saat itu banyak dimeriahkan band-band terkenal. Dari awal acara sampai
akhir acara, Sumar benar-benar merasa puas atas kemeriahan acara tersebut.

Setelah HUT SMANELA terlaksana dengan sukses, akhirnya sekolah mulai belajar
seperti biasa, Sumar saat itu masih terngiang akan hasil raport yang ia dapat saat semester
pertama. Di dalam hatinya Sumar tak mau gagal lagi karena Sumar menganggap kegagalannya
adalah sebuah dosa yang harus di tebus bagaimanapun caranya. Selain mulai belajar lebih giat,
Sumar juga tak lupa untuk menjaga kesehatannya dan juga tak lupa dengan doa. Pada
pertengahan bulan februari,Sumar dan para pengurus kegiatan pramuka SMAN 5 Denpasar
“pandu lima” menyiapkan kegiatan pramuka, yaitu bakti sosial di anti asuhan, kegiatan ini
dilaksanakan berhubungan dengan hari kasih saying yang jatuh pada tanggal 14 februari 2012.

Biografi Sumardiana 9
Selama dua hari Sumar dan anggota pandu lima, mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dari
teman-teman sekelas, pengurus OSIS dan teman-teman dari kwarcab denpasar.

Hari untuk kegiatan bakti sosial pun tiba, para anggota pramuka beserta beberapa
pengurus OSIS pun menyerahkan hasil sumbangan kepada pengurus panti asuhan. Selain
memberikan sumbangan, para anggota pandu lima dan pengurus OSIS memberikan hiburan
kepada anak-anak di sana. Di akhir kunjungan para anggota pandu lima beserta OSIS berjabat
tangan kepada anak-anak di sana sebagai tanda terima kasih mereka.

Setelah kegiatan bakti sosial, Sumar diminta bantuan untuk membantu kwarcab denpasar
melaksanakan acara Scout’s Fun Walks. Dalam acara tersebut, Sumar menjadi sekretaris di seksi
upacara dan kerohanian, selama satu minggu Sumar dan seksi lainnya menyiapkan semua yang
dibutuhkan dalam acara tersebut. Sehari sebelum acara, Sumar ditunjuk sebagai pemimpin
persembahyangan untuk para panitia kegiatan, itu merupakan pertama kalinya Sumar ditunjuk
sebagai pemimpin persembahyangan. Tapi justru setelah persembahyangan tugas berat diterima
Sumar, karena setelah persembahyangan tersebut, hujan terjadi, maklum saja, karena saat itu
adalah musim hujan. Saat itu Sumar bersama dua anggota lainnya pun menghaturkan pejati
untuk menghentikan hujan dan memasang sebelas dupa di tiga tempat berbeda dan akhirnya
hujan pun reda. Saat itu Sumar harus terus menjaga agar dupa-dupa tetap hidup, tapi di dalam
hatinya ia bertanya kenapa hujan berhenti, apakah itu cuma kebetulan saja ?, hanya itulah isi
hatinya saat itu.

Akhirnya hari kegiatan pun tiba, saat itu banyak peserta yang ikut dalam acara tersebut.
Selain itu Sumar dan beberapa orang panitia lainnya, ditugaskan untuk menjaga setiap pos di
area jalan santai dengan dibantu oleh bapak-bapak dari dinas perhubungan. Selama satu setengah
jam, jalan santai berlangsung, para peserta begitu menikmati acara ini dengan antusias, selain itu
setelah selesai menjaga pos, Sumar pun kembali ke kwarcab dan acara pun dilanjutkan dengan
hiburan di dekat panggung. Saat di sana rintik-rintik hujan pun jatuh dari langit, saat itu Sumar
berpikir untuk tidak menyalakan dupa, karena ia ingin membuktikan tentang keampuhan dari
upacara nerang tersebut. Setelah beberapa menit justru rintik hujan pun bertambah dan Sumar
pun akhirnya menyalakan dupa dan menancapkannya di pejati, ternyata perlahan-lahan rinti-
rintik hujan pun semakin reda dan akhirnya Sumar pun percaya kalau kejadian ini bukanlah
kebetulan semata. Waktu menunjukkan pukul 11.00 dan acara jalan santai pun berakhir dengan
sukses, setelah itu para panitia pun bersih-bersih di sekitar panggung yang kemudian dilanjutkan
dengan makan siang bersama sambil menerima pengarahan dari ketua panitia dan piagam
penghargaan sebagai panitia dapat diambil minggu depan. Saat pulang, Sumar pun tak lupa
menghaturkan syukur kepada Tuhan atas keberhasilan acara tersebut.

Setelah kegiatan ini, Sumar kembali fokus kepada pembelajaran di sekolah, baik itu fokus
pada materi pelajaran maupun ulangan harian. Satu bulan pun berlalu, akhirnya hari itu pun
datang. Hari itu adalah pemilihan calon pionir kelas, hari itu OSIS senior sibuk mencari calon
pionir di setiap kelas. Saat datang ke kelas, Sumar “dikorbankan” oleh teman- temannya untuk

Biografi Sumardiana 10
menjadi calon pionir, saat itu Sumar berfikir kenapa hanya dia yang mendapat tugas berat
sementara teman-temannya tetap santai tapi di sisi lain hatinya berkata bahwa ini saatnya untuk
menepati janji kepada Kak Dara “kakak pionir Sumar saat masih di kelompok 5”, selain itu
Sumar juga merasa bahwa ia tak boleh lari dari janjinya di masa lalu. Akhirnya latihan perdana
untu para calon pionir pun dimulai, saat itu Sumar melakukannya dengan berat hati, namun
dalam keadaan tersebut Sumar terus mencoba untuk berfikir positif meskipun sulit. Untuk latihan
perdana masih latihan yang ringan seperti lari keliling lapangan sekolah satu putaran dan latihan
fisik lainnya, namun latihan bertambah berat tiap pertemuannya dan latihan untuk calon pionir
diambil tiap hari sabtu sore dan minggu pagi. Pada latihan ke 10, setelah pemanasan ringan
kemudian dilanjutkan lari mengelilingi lapangan sekolah sebanyak 10 kali putaran, saat itu agak
melelahkan, namun untuk mengusir lelah, para calon pionir termasuk Sumar menyanyikan
banyak lagu, kemudian dilanjutkan dengan dengan latihan keseimbangan dan push up, sit up,
serta back up masing-masing sebanyak 20 kali, saat itu Sumar belum bisa melakukan push up
dengan baik. Kemudian Sumar dan calon pionir lainnya istirahat selama 10 menit dan setelah
istirahat, dilanjutkan dengan latihan baris berbaris, dalam latihan baris berbaris, meskipun Sumar
dan calon pionir lainnya kadangkala melakukan kesalahan, tapi itu bukan menjadi masalah besar
bagi para calon pionir, kemudian waktunya dilanjutkan dengan latihan untuk menahan tawa, saat
itu Sumar yang terbaik untuk latihan ini. Mulai saat itu kehidupan Sumar sedikit berubah seperti
kumpul OSIS tiap harinya dan masuk di sie 1, mengatur parkir pagi, mengatur canang keliling
sekolah padahal biasanya Sumar hanya menghaturkan canang di sekitar padmasana sebelum jadi
calon pionir, membuat tirta dan bija, mengatur acara graduation, mengirim surat ke sekolah lain,
dan masih banyak lagi. Hal itu menyebabkan Sumar menjadi sering dispen tapi di sisi lain Sumar
menjadi tahu lebih banyak mengenai kerja dan jasa OSIS bagi sekolah serta mulai saat itu Sumar
berfikir kenapa hanya OSIS saja yang menanggung semuanya. Tapi amarah Sumar memuncak
ketika saat piket parkir karena rata-rata para siswa tidak pernah memakirkan motornya dengan
rapi dan tidak pernah berterima kasih kepada OSIS karena motor mereka sudah di parkirkan
dengan baik selain itu seringkali OSIS diberlakukan seperti “pembantu” oleh siswa-siswa
lainnya, saat-saat itulah Sumar belajar arti dari penderitaan OSIS yang sesungguhnya. Sumar
menyadari bahwa dirinya tak boleh terlalu mempersoalkan masalah tersebut, karena
bagaimanapun juga ia harus mewujudkan janjinya yaitu menjadi pionir sejati.

Latihan di pertemuan ke-20 pun dilaksanakan, di latihan ini sudah dibentuk 9 divisi untuk
persiapan MOS dan PDSB 2 bulan mendatang, dalam pembagian tim, Sumar mengisi divisi ke-9.
Pada latihan ke-23, terjadi perubahan Sumar yang awalnya berada di divisi ke-9, dipindahkan ke
divisi 1, itu merupakan hal yang membanggakan bagi Sumar. Latihan di pertemuan ke-25 pun
dimulai, latihan pun menjadi lebih berat, karena Sumar dan calon pionir lainnya diberikan latihan
seperti lari keliling lapangan sekolah sebanyak 25 kali, push up, sit up, dan back up masing-
masing sebanyak 50 kali, dan kembali lebih mendalami baris berbaris baik itu secara hafalan dan
praktek di lapangan. Pada latihan ke-26, Sumar mendapat tantangan yang tak akan pernah ia
lupakan dalam hidupnya karena selain lari 2 kali sprint keliling lapangan, Sumar juga bersama
dengan timnya yang dibekali dengan tongkat pramuka, topi dan nametag sebagai lambang harga

Biografi Sumardiana 11
diri harus mencari lima pos yang masing-masing dijaga oleh lima senior OSIS. Di pos pertama
Sumar harus merayap seperlima lapangan sekolah bolak balik selama 3 menit dan Sumar
bersama anggota timnya gagal, karena menyelesaikan tantangan tersebut 5 detik lebih lama,
sehingga topi kelompok Sumar diambil oleh senior OSIS . Kemudian Sumar dan timnya berada
di pos kedua, di sana Sumar dan timnya merayap di depan sekre teater sambil push up berantai,
di sana kelompok Sumar gagal melaksanakan push up berantai, sehingga nametag dari masing-
masing anggota tim diambil. Di pos ketiga, Sumar dan timnya berada di pos neraka, di sana
Sumar di tanya oleh ketua OSIS,” apa modal tim kalian berada di pos ini ?”, kemudian Sumar
menjawab dengan lantang “Siaaaap, kami memiliki modal semangat pantang menyerah di pos ini
!”. Kemudian Sumar dan timnya diberikan hadiah push up sebanyak 50 kali dan kemudian
dilanjutkan dengan merayap bolak balik di parkiran motor sebelah kantin sekarang yang saat itu
sangat basah dan selama merayap, Sumar dan timnya disiram dengan air keran dan kemudian
tongkat yang menjadi harga diri kelompok Sumar dipatahkan. Setelah melawati pos neraka,
Sumar dan timnya beralih ke pos empat, di sana Sumar dan timnya merasakan gatal-gatal akibat
merayap tadi, mengetahui hal itu senior OSIS yang berada di pos empat memberikan obat gatal
kepada tim Sumar. Di pos empat, tim Sumar mendapat tugas untuk lari keliling lapangan
sebanyak 4 kali putaran selama 2 menit, kemudian tim Sumnar mendapat tantangan berupa
berdiri setengah jongkok di samping tembok lapangan basket sekolah selama 2 menit, tapi di
tantangan tersebut tim Sumar gagal karena kelelahan, namun tim Sumar diberi keringanan dan
diperbolehkan melanjutkan ke pos ke-5. Di pos ke-5, tim Sumar kembali harus merayap di
parkiran sebelah selatan aula selama 2 menit bolak balik sebanyak 10 kali, itu adalah hal yang
mustahil tetapi tim Sumar tetap harus mencobanya. Seperti yang diduga, hasilnya gagal, setelah
beberapa lama semua tim menyelesaikan semua pos, walaupun basah kuyub, ini menjadi
pengalaman berharga bagi Sumar dan calon pionir lainnya.

Cerita berlanjut pada saat persiapan sebelum lomba UKS, Sumar dan beberapa calon
pionir lainnya mendapat tugas untuk membersihkan daerah sekitar padmasana, saat itu setelah di
areal padmasana sudah bersih, Sumar kemudian melanjutkan pembersihan dengan menaiki
tembok padmasana untuk membersihkan rumput liar dengan sebelumnya menghaturkan bhakti
kepada Tuhan, tapi saat melakukan pembersihan, Sumar jatuh dari tembok padmasana dan secara
reflek tangan kanannya menjadi poros dan menahan badannya di beton padmasana, saat itu
sumar terkapar dan menyadari bahwa ada yang salah dengan tangannya, saat itu Sumar berharap
di dalam hatinya semoga tangan kanannya itu tidak patah, melihat hal itu teman-teman Sumar
segera menolong Sumar dan membawanya ke ruang OSIS untuk mendapat pertolongan pertama
dari kakak senior OSIS. Saat diberi pertolongan pertama Sumar hampir tak bisa berkata apa-apa
dan tidak memiliki ekspresi apa-apa serta saat itu ia hampir tak bisa menggerakkan kedua
tangannya sama sekali. Setelah mendapat pertolongan Sumar kemudian pulang dan dibantu
teman-teman OSISnya tapi Sumar lebih memilih pulang sendiri, selain karena rumahnya yang
dekat dengan sekolah, Sumar juga tak mau merepotkan teman-temannya. Pada malam harinya
Sumar berobat ke tukang pijat tradisional dan Sumar diberi tahu bahwa kedua pergelangan
tangannya bergeser, kemudian Sumar diberi pesan agar menghaturkan banten “ngulapin” di

Biografi Sumardiana 12
padmasana sekolah, baru diobati. Keesokan harinya Sumar beserta orang tuanya menghaturkan
banten “ngulapin” tersebut dan di malam harinya Sumar kembali berobat dan setelah pengobatan
tersebut, Sumar setidaknya harus menunggu setidaknya selama satu bulan agar tangannya pulih
kembali.

Pada latihan calon pionir, Sumar hanya bisa lari mengelilingi lapangan Sekolah dan
latihan baris-berbaris, saat latihan Sumar terus memikirkan keadaan tangannya tersebut, di dalam
hati ia bersyukur kepada Tuhan, karena jika tangannya tidak menopang badannya saat itu, pasti
saat itu kepalanya yang mendapat cedera yang parah selain itu ia juga bersyukur sebab tangannya
tidak mendapat cedera yang lebih parah. Akhirnya satu bulan yang panjang pun berakhir,
berangsur-angsur tangan Sumar pulih kembali, meski masih cedera, di saat latihan pionir yang
ke-30 Sumar memaksakan dirinya untuk melakukan push up padahal itu sudah dilarang oleh para
senior OSIS. Yang terjadi adalah Sumar akhirnya bisa push up dengan baik, rupanya cedera itu
ada dampak positif dalam dirinya.

Untuk semester 2, Sumar lebih fokus akan kegiatan OSIS dan pionir, sehingga prestasi
Sumar di kelas sedikit menurun. Kemudian itu dibuktikan pada pembagian raport semester
kedua. Ternyata Sumar tak masuk 10 besar, padahal meskipun ia fokus pada kegiatan OSIS dan
pionir, tapi Sumar jarang remidi saat ulangan. Yang membuatnya saat itu sangat marah adalah
justru temannya yang sering remidi saat ulangan, masuk 10 besar di kelas. Saat itu Sumar merasa
putus asa, tapi orang tuanya memberikan dukungan sehingga penuh pada Sumar, saat itu Sumar
merasa bodoh akan keputusasaannya dan saat itu hatinya berkata “aku bukan pecundang dan aku
akan balas dendam kepada kalian atas kejadian ini”.

Kemudian latihan calon pionir ke-35 pun tiba, awalnya Sumar mengira pemanasan lari
keliling lapangan akan sebanyak 35 putaran, tetapi hal unik terjadi. Sumar dan calon pionir
lainnya mendapat tantangan “LAST STANDING” yang diartikan secara sederhana adalah “ yang
terakhir berdiri”. Saat itu seluruh calon pionir ditantang untuk lari mengelilingi lapangan sekolah
sebanyak 50 putaran. Saat itu bukanlah rasa takut yang dihadapi Sumar, melainkan ia merasa
bersemangat untuk melakukan tantangan tersebut. Dalam menjalani tantangan tersebut, banyak
para calon pionir, terutama yang perempuan tidak sanggup untuk menjalani tantangan ini,
sehingga kadangkala mereka istirahat sebentar. Sumar yang saat itu sedang “on fire”, tidak
berhenti satu detik pun. Waktu 90 menit pun berlalu, Sumar pun berhasil menaklukkan
taantangan tersebut dengan baik. Kemudian latihan berikutnya pun menanti, yaitu senam tangan.
Selain membutuhkan kekuatan tangan dan jari yang kuat saat merentangkan tangan ke samping,
ke atas, dan ke bawah, dalam senam tangan, para calon pionir dituntut untuk menahan rasa sakit
dengan berbagai cara dan agar lebih menantang, para senior OSIS menambahkan satu aturan
tambahan, yaitu menahan tawa selama senam tangan ini berlangsung dan bagi yang gagal akan
dikenai push up sebanyak 50 kali. Saat senam tangan berlangsung, banyak calon pionir yang
gagal dalam tantangan ini, tapi saat itu Sumar memiliki satu cara jitu agar tidak merasakan sakit,
yaitu dalam melakukan senam tangan, janganlah terfokus pada tangan, jika semakin terfokus,

Biografi Sumardiana 13
maka justru rasa sakit semakin bertambah. Karena keberhasilan Sumar menjadi satu-satunya
calon pionir yang tahan terhadap tantangan ini, Sumar mendapat pujian dari para senior OSIS.

Setelah mematangkan kemampuan baris berbaris, akhirnya para calon pionir akan
mengikuti gladi pionir yang dilaksanakan selama 3 hari 2 malam di Buper Segara Mantra,
Serangan. Selama satu minggu semua kelompok mempersiapkan semua artribut untuk persiapan
gladi pionir, seperti kerincingan anjing, nametag + poto, topi capil yang dicat sesuai warna
kelompok, empeng bayi, tongkat pramuka, dan masih banyak lagi. Akhirnya hari yang ditunggu
pun tiba, sekitar jam 10 pagi semua calon pionir sudah tiba di Buper. Di sana Sumar dan calon
pionir lainnya diberikan aturan selama gladi berlangsung, seperti tidak boleh melewati batas
wilayah antara tenda laki-laki dan tenda perempuan, tak boleh menginjak stand senior, dan masih
banyak lagi. Setelah berbaris dan mendengar peraturan tersebut, para calon pionir kemudian
diberikan waktu selama 2 jam untuk membangun tenda dan menyiapkan makan siang. Setelah
selesai membangun tenda dan makan siang, Sumar dan calon pionir lainnya kemudian bersiap-
siap untuk latihan baris berbaris. Setelah latihan dan kemudian dilanjutkan dengan MCK,
kemudian Sumar dan calon pionir lainnya bersiap untuk makan malam. Ternyata saat itu untuk
para anggota divisi diberikan nasi goreng dengan bumbu bokashi, sedangkan untuk ketua divisi
diberikan nasi goreng dengan tambahan telur mentah. Saat itu banyak para anggota divisi yang
tidak tahan, namun divisi 1 tahan terhadap menu tersebut. Setelah selesai makan malam dan
sembahyang, akhirnya Sumar dan calon pionir lainnya bisa istirahat dengan tenang dan” berlayar
menuju negeri impian”, meskipun tetap harus menjaga artribut masing-masing, tapi itu cuma
sementara dan di saat tengah malam, ketua divisi 1 yaitu Krisna, diseret seseorang, kemudian
Sumar bangun dan ingin menolong Krisna, tapi ternyata itu adalah senior OSIS yang ingin
merebut tongkat Krisna yang melambangkan harga diri divisi 1. Sumar yang kemudian terlihat
oleh senior karena membantu Krisna, diberi hukuman push up sebanyak 50 kali di tengah malam
dan disuruh tidur kembali. Sekitar pukul 02.00 pagi semua divisi mendengar alarm berbaris dan
kemudian berbaris di depan stand senior, saat itu kami di perintahkan lari berkeliling di sekitar
stand sambil di siram dengan air dingin, kemudian setiap calon pionir ditanyakan panas atau
dingin, jika bilang dingin, maka akan diberi push up 100 kali dan bila bilang panas, maka akan
disiram kembali. Saat itu semua calon pionir mengatakan panas, sehingga semua calon pionir
menjadi basah kuyub selain itu dalam jerit malam ini semua tenda di setiap divisi di robohkan
secara paksa. Di pagi hari semua divisi MCK dahulu secara bergantian dan dilanjutkan dengan
sarapan bersama, serta berdoa bersama, kemudian setelah berdoa, semua divisi membangun
tenda kembali. Setelah membangun tenda, Sumar dan anggota divisi 1 lainnya menyiapkan
persiapan untuk survival. Di saat siang hari setelah makan siang, akhirnya setiap divisi siap
untuk survival. Setelah 10 menit, divisi 1 menemukan pos pertama, pos ini terletak di sebuah
lapangan yang sangat tersembunyi dari jangkauan mata. Di pos ini Sumar dan anggota divisi 1
yang lainnya diperintahkan lari 5 kali bolak-balik di lapangan tersebut. Setelah usai, semua
anggota divisi 1 ditantang untuk merayap di kolam kotoran sapi untuk mendapatkan petunjuk
jalan menuju ke pos 2, setelah menyelesaikan tantangan tersebut seluruh pakaian terselubungi
oleh kotoran sapi, sehingga terasa ingin muntah. Di dalam perjalanan yang penuh dengan pasir

Biografi Sumardiana 14
dari batu kapur dengan suhu yang sangat terik, divisi 1 mengalami kesulitan dalam menemukan
pos kedua meskipun sudah mendapatkan petunjuk. Setelah mencari selama 20 menit, akhirnya
divisi 1 menemukan pos kedua yang letaknya di balik bukit karang. Di sana divisi 1 memainkan
permainan melewati jarring, jika berhasil maka mendapat petunjuk ke pos ketiga dan bila gagal,
maka artribut yang menjadi harga diri akan diambil. Dalam permainan ini, yang maju adalah Alit
dan Krisna. Ternyata Alit dan Krisna berhasil melewati tantangan tersebut dengan sukses,
kemudian divisi 1 melanjutkan perjalanan dengan menyanyikan lagu ninja hatori dan kembali ke
daerah batu kapur. Setelah mencari cukup lama dan sempat kesasar, akhirnya divisi 1
menemukan pos ketiga yang letaknya di tepi pantai, di sana masih berlaku peraturan yang sama
yaitu pengambilan artribut bila gagal dan tantangan kali ini adalah teka-teki logika. Ternyata
dalam tantangan kali ini divisi 1 gagal sehingga tongkat diambil, namun divisi 1 tetap mendapat
pentunjuk menuju pos keempat dan sebelum melanjutkan perjalanan divisi 1 membersihkan diri
di pantai sekitar pos ketiga. Setelah melanjutkan perjalanan cukup lama, akhirnya divisi 1
menemukan pos keempat yang letaknya di hutan semak belukar. Di sana masih berlaku peraturan
yang sama, tapi di sana divisi 1 mendapat tantangan yang berat yaitu, merayap di tanah tandus
yang berisi serpihan koral dalam waktu 2 menit dan hasilnya gagal, sehingga topi capil yang
menjadi salah satu artribut diambil. Setelah itu, divisi 1 ditantang untuk melakukan push berantai
sebanyak 5 kali. Setelah menyelesaikan tantangan tersebut, divisi 1 mendapat lima minuman
dengan lima rasa berbeda yaitu pedas, asam, asin, pahit, dan manis. Setelah mendapat petunjuk
menuju ke pos kelima dan melanjutkan perjalanan melewati hutan semak belukar, akhirnya
divisi 1 menemukan pos kelima yang berada di tepi pantai. Di sana divisi 1 mendapat tantangan
menyelam dan berenang menuju kapal untuk mencari petunjuk jalan ke pos keenam. Dengan
susah payah, akhirnya divisi 1 berhasil berada di kapal tersebut, namun ternyata petunjuk yang
dicari tak ada di sana, melainkan ada di tepi pantai tadi, sehingga divisi 1 harus kembali ke tepi
pantai. Di sana divisi 1 mendapat teka-teki, namun gagal menyelesaikan teka-teki tersebut,
sehingga anggota divisi 1 harus merelakan artribut terakhir mereka, yaitu nametag mereka,
namun tetap mendapatkan petunjuk menuju ke pos keenam. Setelah menyusuri pantai, divisi 1
berhasil tiba di pos keenam. Di sana Alit mengalami cedera di kakinya karena terkena batu
karang saat di pos kelima, sehingga Alit tak dapat mengikuti perjalanan menuju pos terakhir. Di
pos keenam tidak ada tantangan tapi hanya mengutarakan pendapat masing-masing anggota
mengenai calon ketua di divisi masing-masing. Setelah menyelesaikan pos keenam, perjalanan
dilanjutkan ke pos ketujuh. Dalam perjalanan kali ini, selain rasa lelah yang sudah memuncak,
divisi 1 kesulitan dalam menemui jalan menuju ke pos ketujuh, karena medan yang dilalui cukup
membingungkan. Setelah mengambil jalan secara untung-untungan, divisi 1 berhasil menemukan
pos terakhir yaitu pos ketujuh yang letaknya tak jauh dari tempat perkemahan. Di pos ini, angin
darat terasa cukup kencang dan di pos tersebut. Sumar dan Krisna maju untuk menyelesaikan
tantangan yang diberikan, namun hasilnya gagal, sehingga saat itu divisi 1 yang sudah
kehilangan “harga dirinya”, dibentak habis-habisan oleh senior OSIS yang menjaga pos tersebut.
Setelah menyelesaikan semua pos, divisi 1 yang bertemu dengan anggota divisi 5 kembali ke
perkemahan dengan rasa lelah dan harga diri yang telah jatuh.

Biografi Sumardiana 15
Akhirnya divisi 1 dan divisi 5 tiba di perkemahan, namun di sana mereka mendapatkan
aba-aba untuk merayap menuju tenda masing-masing. Setelah berada di tenda, anggota divisi 1
kemudian membersihkan diri untuk kegiatan berikutnya yaitu yel-yel dan atraksi dari masing-
masing divisi. Setelah melakukan makan malam dengan menu yang sama seperti di hari pertama,
acara untuk yel-yel pun dimulai. Sumar dan calon pionir lainnya begitu bersemangat karena
dalam acara ini para formatur OSIS, ikut menyaksikan acara ini. Setelah semua divisi
mempertunjukkan kebolehan mereka, akhirnya Sumar dan calon pionir lainnya bisa istirahat
dengan tenang. Di sekitar pukul 03.00, diadakan kembali jerit malam. Dalam jerit malam kali ini
agak berbeda karena setiap divisi harus menjalani halang rintang yang berat sambil disiram air
yang kemudian dilanjutkan dengan merayap di trotoar. Selama 3 jam para calon pionir
mendapatkan ujian mental yang cukup berarti. Di pagi hari, para calon pionir dibuat tantangan
yaitu memilih artribut yang telah di ambil atau mengotori bendera pionir. Saat itu para calon
pionir termasuk Sumar benar- benar di buat bingung, tapi pilihan akhir dari semua calon pionir
adalah mengotori bendera pionir. Ternyata itu adalah pilihan yang salah sehingga artribut yang
telah diambil tersebut dihancurkan dan dibakar habis, saat itu semua calon pionir merasa harga
dirinya telah hancur dan musnah. Tapi setelah itu Sumar dan calon pionir lainnya tahu bahwa
mereka harus tegar dan harus bersiap untuk penobatan menjadi pionir dengan memegang kata
“satu hati, satu janji, satu jiwa” . Setelah membersihkan diri dan sarapan, akhirnya para calon
pionir berbaris di lapangan dan bersiap untuk pelantikan. Saat itu para guru Pembina di setiap sie
hadir, dalam acara tersebut para calon pionir termasuk Sumar menerima topi pionir dan air
mawar, serta saat itu juga janji pionir pun dikumandangkan dengan hikmat dan di saat itulah
Sumar berhak memanggil dirinya “PIONIR”. Di saat perkemahan selesai dan Sumar kembali
pulang ke rumah, ia merasa sangat senang. Selain karena sudah resmi menjadi pionir, dalam
beberapa hari kemudian, Sumar pun harus siap bertugas sebagai pionir. Tepat sehari sebelum
dirinya bertugas ia merasa sudah banyak hal yang telah dilaluinya, Sumar sadar bahwa latihan
pionir tak hanya latihan fisik semata, namun latihan militer yang mengasah mental, jiwa, dan
akhlaknya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Akhirnya hari yang di tunggu pun tiba, Sumar dan pionir lainnya begitu gagah menjalani
tugas PDSB. Selama tiga hari Sumar menjalani tugasnya sebagai pionir, seperti datang pagi
sambil menjaga lorong dari para calon siswa baru, bersikap tegas, kaku, seram, dan selalu siap
layaknya tentara di medan perang. Selama menjadi pionir, Sumar tahu bagaimana beratnya
pionir dan Sumar ingat akan kenangannya di masa lalu ketika ia masih menjadi calon siswa baru.
Di saat MOS, tugas pionir jauh lebih ringan karena hampir sebagian besar kegiatan calon siswa
baru dilangsungkan di aula dengan kegiatan ceramah. Di saat MOS, Sumar dan para pionir
lainnya diminta tanda tangannya oleh para calon siswa baru, sehingga ini menjadi ajang
kejahilan para pionir untuk mengerjai para calon siswa baru. Tapi selama MOS tugas terberat
para pionir adalah duduk bersila dengan tegak di hadapan para calon siswa baru selama dua jam
sambil menahan tawa. Di hari terakhir MOS di laksanakan hiking di sekitar kawasan Candi
Kuning, di tempat itu Sumar merasa seperti bernostalgia selain itu hari itu semua pionir bersikap
kebalikan dari hari biasanya. Di saat upacara peresmian siswa baru, selain para calon siswa baru

Biografi Sumardiana 16
menunjukkan yel-yel mereka, para pionir menyanyikan lagu tentang kebersamaan dan arti dari
satu hati, satu janji, satu jiwa yang sesungguhnya dan setelah acara tersebut para pionir beserta
para senior OSIS mendapat banyak hadiah dan kenang-kenangan dari siswa baru. Saat itu Sumar
merasa lega karena telah menepati janjinya. Dua hari kemudian para pionir berkumpul di
lapangan sekolah, di sana ternyata diadakan satu tantangan terakhir yaitu “penebusan dosa”. Arti
dari penebusan dosa adalah para calon pionir harus mengakui kesalahan dan kelalaian mereka
selama MOS dan PDSB, serta tiap kesalahan dibayar 10 hitungan. Saat itu untuk kesalahan
pribadi, Sumar mempunyai lima kesalahan, sehingga Sumar mendapat hukuman sebanyak 50
kali hitungan dan ditebus dengan push up 50 kali. Namun itu belum sepenuhnya berakhir karena
dalam catatan senior, para pionir melakukan banyak kesalahan bersama, sehingga mendapat
1600 hitungan. Dalam 1600 hitungan, Sumar dan para pionir lainnya mengambil penebusan
dengan cara push up 400 kali hitungan, back up 400 kali hitungan, sit up 400 kali hitungan, dan
sisanya ditebus dengan merayap dan jalan jongkok. Setelah itu para pionir disiram dengan air
mawar dan di saat itu banyak para pionir yang mengatakan tak ingin melanjutkan menjadi senior.
Hal itu mengundang kekecewaan, kemarahan, dan kesedihan dari para senior dan hal itu
membuat lapangan yang sebelumnya dipenuhi dosa para pionir berubah menjadi lautan air mata,
baik itu dari para pionir dan para senior. Namun di saat terakhir pertemuan, para senior berusaha
untuk berpesan kepada para pionir untuk mengambil keputusan lebih matang lagi.

Cerita di semester ketiga pun berlanjut, Sumar yang sekarang sudah berada di kelas XI
dengan motivasi tinggi. Saat berada di kelas XI IPA 9, Sumar terkejut karena hanya satu tempat
duduk hanya tersisa hanya untuknya, yaitu tempat duduk paling depan, tepat di hadapan guru,
dan lebih sialnya lagi Sumar tak memiliki teman sebangku. Saat itu Sumar menyadari bahwa
dirinya tak boleh berpangku tangan pada orang lain dan ia merasa bahwa jika ia lebih sukses di
kelas XI, maka itu akan lebih manis karena tanpa bantuan teman di sampingnya. Di kelas XI,
Sumar mendapat banyak teman baru, meskipun begitu Sumar tetap memprioritaskan kesuksesan
adalah yang utama, selain itu Sumar juga memiliki pemikiran bahwa “teman adalah teman jika
kita dalam keadaan senang dan teman adalah musuh di saat kita menderita”. Saat itulah Sumar
sudah sedikit berubah dari Sumar yang dulu. Selain berkonsentrasi pada bidang akademis, Sumar
juga kadangkala tetap bermain futsal dengan teman-temannya.

Di bulan agustus 2012, Sumar dan pionir lainnya diminta oleh para senior untuk menjadi
pengibar bendera saat tanggal 17 agustus 2012 di lapangan pegok, Sesetan. Tapi Sumar tak dapat
mengikuti kegiatan tersebut, karena pada tanggal 12 agustus 2012, Sumar dan anggota pandu
lima melaksanakan lomba pandu trisma cup yang diadakan di SMAN 3 Denpasar. Setelah
menjalani latihan selama satu minggu, akhirnya Sumar dan anggota pandu lima pun lomba di
trisma cup, saat itu hampir seluruh anggota pandu lima merasa gugup, baik yang mengikuti
lomba cerdas tangkas maupun pioneering. Lomba pun dimulai, Sumar yang tergabung dengan
tim pioneering berusaha keras agar bisa menyusun menara pandang yang kuat. Setelah 15 menit
perlombaan untuk pioneering pun berakhir. Setelah menunggu selama 2 jam, pengumuman juara
pun dikumandangkan dan ternyata pandu lima berhasil meraih juara kedua, namun di saat itu

Biografi Sumardiana 17
para anggota pandu lima juga sedih karena gagal dalam lomba cerdas cermat. Walaupun begitu
pandu lima juga memiliki ketakutan terbesar, yaitu penerus untuk melanjutkan pramuka
SMANELA.

Cerita pun kembali, akhirnya hari pemilihan calon senior pun dimulai. Saat itu Sumar dan
para pionir berkumpul dan diwawancarai oleh para senior. Dalam pemilihan calon senior,
bukanlah para senior yang menentukan seorang pionir menjadi calon senior, melainkan teman
sesama pionir yang menentukan seorang pionir menjadi calon senior dan dari 42 pionir hanya
akan dipilih 30 orang untuk menjadi calon pionir. Di saat pemilihan calon pionir, Sumar ternyata
gagal menjadi calon senior, meskipun sedih tapi Sumar bersyukur karena setidaknya ia telah
menepati janjinya kepada kak Dara.

Selama di kelas XI, Sumar mendapat banyak tugas yang cukup unik, seperti membuat
film documenter. Walaupun begitu Sumar tahu bahwa ia tak boleh menyepelekan tugas apapun,
karena jika ia meremehkan sesuatu, justru akan menjadi bumerang bagi diri sendiri. Selama satu
semester Sumar terus bekerja keras tanpa lelah dan tanpa konpromi, sehingga hasilnya saat
pembagian raport di semester tiga, Sumar mendapat peringkat ketiga dari 47 siswa, padahal
sebelumnya di raport tengah semester, Sumar mendapat peringkat Sembilan. Saat itu Sumar
merasa senang dan ia membagikan rasa senangnya kepada Tuhan, keluarga, dan teman-
temannya, tapi di sisi lain Sumar merasa ada yang kurang dari dirinya, yaitu ia belum pernah
merasakan bagaimana rasanya pacaran itu. Akhirnya libur pun tiba, di saat liburan Sumar
kembali dipercaya oleh kwarcab denpasar untuk menjadi panitia dalam perkemahan dianpinsat
untuk SMA/SMK dan Universitas yang dilaksanakan selama 4 hari 3 malam di Buper Segara
Mantra, Serangan. Di perkemahan tersebut, Sumar menjadi panitia perlengkapan dan peralatan,
meskipun kadang-kadang Sumar juga membantu kepanitiaan kerohanian. Selama dalam
perkemahan, banyak kegiatan seru terjadi seperi senam pramuka, kegiatan survival, yel-yel,
request lagu dari stand kepanitiaan, ceramah mengenai kepramukaan, dan masih banyak lagi
meskipun di saat perkemahan banyak terjadi kendala. Setelah kemah selesai, Sumar melanjutkan
liburannya dengan bermain futsal dan bermain game, tapi satu yang tak pernah Sumar lupakan
adalah belajar.

Akhirnya semester empat pun tiba, hampir tak ada perubahan dari semester tiga kecuali
dalam pelajaran. Selain fokus mengikuti les dan belajar, Sumar juga tak lupa akan kesehatannya.
Di bulan januari Sumar mencoba untuk menembak seorang ceweku, yaitu Wardani, namun
hasilnya gagal. Saat itu Sumar merasa apa yang kurang darinya, namun Sumar tak menemukan
jawabannya hingga saat ini. Kemudian Sumar mengucapkan janji yang mungkin tak akan ia
lupakan seumur janjinya yaitu ia akan membalas dendam pada semua wanita dan akan membuat
penyesalan yang tak akan pernah dilupakan oleh mereka. Di bulan februari, Sumar dan pandu
lima kembali mengadakan kegiatan amal untuk anak panti asuhan. Di sana Sumar dan anggota
pandu lima memberikan hiburan dan pengetahuan pramuka kepada anak-anak di panti asuhan.
Pada akhir bulan april, Sumar kembali ditunjuk untuk menari di Art Centre dalam pelaksanaan
MKB. Sumar kemudian menjalani latihan menari kuda lumping di Aula dengan terpaksa

Biografi Sumardiana 18
awalnya, namun lambat laun Sumar mulai terbiasa. Pada awal bulan mei, akhirnya raport tengah
semester pun dibagikan, ternyata Sumar mendapat peringkat pertama. Saat itu Sumar tak mau
senang berlebihan karena itu barulah tengah semester, bukanlah di akhir semester. Satu minggu
kemudian pentas MKB pun dimulai satu persatu tarian ditampilkan dengan semarak dan ketika
giliran tari kuda lumping, Sumar dan yang lainnya pun gugup, tapi di dalam hati Sumar terus
berkata “Spartaaaaa!!!”. Akhirnya tari kuda lumping pun berjalan dengan lancar dan sukses dan
itu juga terjadi pada tari-tari lainnya. Setelah acara selesai Bu putrid selaku pembimbing
berterima kasih kapada semua orang yang telah menyukseskan acara ini. Setelah ini Sumar pun
berfokus utama kepada tes blok dan berusaha untuk mempertahankan peringkatnya di kelas, tapi
satu hal masih menjadi pertanyaan Sumar yaitu “ seperti apakah kemenangan dan kesuksesan
yang sesungguhnya itu ?”.

Biografi Sumardiana 19
PENUTUP

Motivasi : Tuhan, Keluarga, dan Teman

Prinsip hidup : Tak akan pernah menyerah sebelum semua tujuan

tercapai

Teladan : Frank “Super Frankie” Lampard

Yang diteladani : Loyalitas, kesabaran, dan kecerdikan

Cita-cita : Menjadi Dosen Matematika

Hal yang dibenci : Sikap manja dan tak mau berusaha

Biografi Sumardiana 20

Вам также может понравиться