Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada Kami
sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Antropologi Kesehatan.”
Makalah ini Kami susun maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, Kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tatab bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka Kami menerima
saran dan kritik dari pembaca agar Kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, Kami berharap semoga makalah tentang “Antropologi Kesehatan” memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
2.3.2. Fisiologi Nyeri ................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 24
iii
BAB I PENDAHULUAN
Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia dan
juga budayanya. Menurut Koentjaraningrat (1981: 11) antropologi berarti “ilmu tentang
manusia.” Ilmu antropologi telah berkembang dengan luas, ruang lingkup dan batas lapangan
perhatiannya yang luas. Terdapat macam-macam antropologi seperti antropologi fisik,
antropologi budaya, antropologi biologi, antropologi sosial, antropologi kesehatan. Ilmu
antropologi memberi sumbangan bagi ilmu kesehatan. Anderson (2006) menyatakan bahwa
kegunaan antropologi bagi ilmu kesehatan terletak dalam 3 kategori utama:
a. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas dalam memandang masyarakat secara
keseluruhan maupun para anggota individual mereka. Ilmu antropologi menggunakan
pendekatan yang menyeluruh atau bersifat sistem, dimana peneliti secara tetap
menanyakan, bagaimana seluruh bagian dari sistem itu saling menyesuaikan dan
bagaimana itu bekerja.
b. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara operasional berguan untuk
menguraikan proses-proses perubahan sosial da budaya dan juga untuk membantu
memahami keadaan dimana para warga dari “kelompok sasaran” melakukan respon
terhadap kondisi yang berubah dan adanya kesempatan baru.
c. Ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan suau metodologi penelitian yang
longgar dan efektif untuk menggali serangkaian masalah teoritis dan praktis yang sangat
luas, yang dihadapi dalam berbagai program kesehatan.
Antropologi kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu sumbangan pengemban
pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar
sumbangan kelilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan membantu
dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan, berdasarkan perspektif yang
berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal pada petugas kesehatan saat ini.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang profesi sangat
diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang profsional. Di dalam bidang kesehatan sendiri,
khususnya perawat berbagai bidang ilmu yang mencakup bidangnya sangat penting untuk
dikuasai dan dipahami. Salah satunya yaitu antroplogi kesehatan.
1
Di dalam antropologi kesehatan itu sendiri tercakup materi mengenai perkembangan
antropologi kesehatan dimana di dalam perkembangannya menyangkut hal-hal yang penting
untuk dipelajari, yaitu: Persepsi sehat-sakit, Perilaku Sehat-Sakit, dan Respon Sakit dan Nyeri
Pasien. Maka dari itu Kami membuat makalah yang menyangkut tentang antropologi kesehatan.
Berdasarkan latar belakang diatas, Kami memberikan identifikasi masalah yang akan
dijadikan bahan pembuatan makalah sebagai berikut:
Pelaksanaan ilmu antropologi kesehatan dalam keperawatan.
Adapun manfaat dari makalah ini, agar mahasiswa keperawatan dan perawat di Indonesia
memahami antropologi kesehatan.
Metode penulisan makalah ini dengan cara berdiskusi kelompok. Pengkajian materi
didapatkan melalui buku referensi dan media internet yang sesuai dengan materi terkait dari
sumber yang Kami dapatkan kemudian Kami analisa di dalam kelompok.
2
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari IV BAB utama. BAB I yaitu pendahuluhan
yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, identifikasi masalah, rumusan
masalah, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah ini. BAB II
yaitu tinjauan teoritis, antara lain: Persepsi sehat-sakit, peran dan perilaku pasien, dan respon
sakit atau nyeri pasien. BAB III berisi tentang pembahasan secara analisis atau pemikiran
sendiri dari materi yang terdapat pada BAB II. Dan yang terakhir, BAB IV yaitu penutup
merupakan bagian yang berisi simpulan dan saran.
3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
4
Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut
sehat di alam kebudayaan lain. Disini tidak diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor
penilaian atau faktor yang erat hubungan segan sistem nilai (Soejoeti, 2005).
5
adanya pengertian dalam masyarakat bahwa ide kesehatan adalah sebagai kemampuan
fungsional dalam menjalankan peranan-peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari
(Wilson, 1970: 20) dalam Kalangie (1994: 38).
Namun demikian bila kita kaitkan dengan konteks sehat berdasarkan pendekatan
secara emik bagi suatu komunitas yang menyandang konsep kebudayaan mereka, ada
pandangan yang berbeda dalam menanggapi konsep sehat tadi. Hal ini karena adanya
pengetahuan yang berbeda terhadap konsep sehat, walaupun secra nyata akan terlihat
bahwa seseorang secara etik dinyatakan tidak sehat tetapi masih dapat melakukan
aktivitas sosial lainnya. Ini berarti orang tersebut dapat menyatakan dirinya sehat. Jadi hal
ini berarti bahwa seseorang berdasarkan kebudayaan dapat menentukan sehat secara
berbeda seperti pada kenyataan pendapat di bawah ini sebagai berikut:
Adalah kenyataan bahwa seseorang dapat menentuka kondisi kesehatannya baik (sehat)
bilamana ia tidak merasakan terjadinya suatu kelainan fisk maupun psikis. Walaupun ia
menyadari akan adanya kelainan tetapi tidak terlalu menimbulkan perasaan sakit, atau
tidak dipersepsikan sebagai kelainan yang memerlukan perhatian medis secara khusus,
atau kelainan ini tidak dianggap sebagai suatu penyakit. Dasar utama penentuan tersebut
adalah bahwa ia tetap dapat menjalankan peranan-peranan sosialnya setiap hari seperti
biasa. Standar apa yang dapat dianggap “sehat” juga bervariasi. Seseorang usia lanjut
dapat mengatakan bahwa ia dalam keadaan sehat pada hari ketika Bronchitis Kronik
berkurang sehingga ia dapat berbelanja di pasar. Ini berarti orang menilai kesehatannya
secara subjektif, sesuai dengan norma dan harapan-harapannya. Inilah salah satu
harapan mengapa uapa untuk mengatur kesehatan adalah sangat sulit. Gagasan orang
tentang “sehat” dan merasa sehat adalaha sangat bervariasi. Gagasan-gagasan itu
dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai, norma dan harapan-harapan. (Dumatubun,
2002)
6
objektif. Sebaliknya sakit (ilness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman
menderita suatu penyakit (Sarwono, 1993: 31). Fenomena subjektif ini ditandai dengan
perasaan tidak enak. Di negara maju kebanyakan orang mengidap hypo-chondriacal, ini
disebabkan karena kesadaran kesehatan sangat tinggi dan takut terkena penyakit
sehingga jika dirasakan sedikit saja kelainan pada tubuhnya, maka akan langsung ke
dokter, padahal tidak terdapat gangguan fisik yang nyata. Keluhan psikomatis seperti ini
lebih banyak ditemukan di negara maju daripada kalangan masyarakat tradisional.
Umumnya masyarakat tradisional memandang seseorang sebagai sakit, jika orang itu
kehilangan nafsu makannya atau gairah kerjanya, tidak dapat lagi menjalankan tugas
sehari-hari secara optimal atau kehilangan kekuatannya sehingga harus tinggal di tempat
tidur.
Sedangkan secara “emik” sakit dilihat berdasarkan pemahaman konsep kebudayaan
masyarakat penyandang kebudayaanya sebagai mana dikemukakan di bawah ini:
Fester dan Anderson (1986) menemukan konsep penyakit (disease) pada masyarakat
tradisional yang mereka telusuri di kepustakaan-kepustakaan masyarakat etnomedisin,
bahwa konsep penyakit masyrakat non barat, dibagi atas dua kategori umum yaitu:
1) Personalitik, munculnya penyakit (ilness) disebabkan oleh intervensi dari suatu agen
yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa),
makhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun makhluk
manusia (tukang sihir, tukang tenung).
2) Naturalistik, penyakit (ilness) dijelaskan dengan istilah-istilah yang sistematik dan
bukan pribadi. Naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi
karena unsur-unsu yang tetap dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh berada
dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya, apabila keseimbangan
terganggu, maka hasilnya adalah penyakit (2986: 63-70).
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional
yang beragam, dulu dari sudut pandang kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu sehat harus dilihat
dari berbagai aspek (Enra, 2005).
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin budaya
yang memberi perhatian pada aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan
7
manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditemukan oleh
budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak
dapat menjalankan peran normalnya secara wajar (Endra, 2005).
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan
munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobatan tradisional menganut dua konsep
penyebab sakit, yaitu: naturalistik dan personalistik.
Konsep sehat sakit yang dianut pengobatan tradisional sama dengan yang dianut
masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan
atau kondisi tubuh kelainan-kelaianan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi sesorang
berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman dan dapat melakukan aktivitas sehari-
hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang
menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang
tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat (Endra,
2005).
Peran didasarkan pada perspektif (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan
apa yang individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan mereka sendiri atau orang lain.
Stress peran terjadi jika struktur sosial, seperti keluarga menciptakan tuntutan yang
sangat sulit, tidak mungkin atau tuntutan yang menimbulka konflik bai mereka yang
menempati posisi dalam struktur sosial masyarakat (Friedman, 1998).
1) Peran Formal (Peran yang nampak jelas), yaitu sejumlah perilaku yang bersifat
homogen. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga. Peran dasar yang
membentuk posis sebagai suami-ayah dan istri-ibu adalah peran sebagai provider
(penyedia), pengatur rumah tangga, memberikan perawatan, sosialisasi anak,
rekreasi, persaudaraan (memelihara hubunga paternal dan maternal), terapeutik, dan
seksual.
2) Peran Informal (Peran tertutup) yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional)
biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi
8
kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga,
peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu dan didasarkan pada
atribut kepribadian anggota keluarga individual. Pelaksanaan peran informal yang
efektif dapat mempermudah pelaksanaan peran informal.
9
Baik Sakit Baik
Medically
Sakit Sakit Baik
Martyr
Baik Sakit Sakit
Optimistic
Sakit Sakit Sakit
Seriosly ill
1) Faktor Internal
a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu
rutinitas kegiatan sehari-hari. Misalnya: Tukang kayu yang menderita sakit
punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam
kehidupannya, maka ia akan segera mencara bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya.
Bisa saja orang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara
menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
b. Asal atau jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejlaa relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, maka klien biasanya akan
segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6 bulan)
sehingga dapat dengan jelas mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada.
10
2) Faktor Eksternal
a. Gejala yang dapat dilihat
Gejala yang dapat dilihat dari suatu penyakit mempengaruhi citra tubuh dan
perilaku sakit.
b. Kelompok sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau
justru menyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
c. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan seseorang bagaimana menjadi
sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu
memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
d. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera
mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
e. Kemudahan akses terhadap sistem pelayanan
Dekat jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan
kesehatannya.
f. Dukungan sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang
bersifat peningkatan kesehatan. Di dalam institusi tersebut dapat dilakukan
berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan pendidikan, dan pelatihan
kesehatan.
Nyeri (pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya subjektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala atau tingkatannya
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengevakuasi rasa nyeri yang
dialaminya (Hidayat, 2008).
Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri sebagai suatu
sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan
11
dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005).
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen
fisiologi yaitu resepsi, persepsi dan reaksi.
1) Resepsi
Semua kerusakan selular yang disebabkan oleh stiulus termal, mekanik,
kimiawi, atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menyebabkan
nyeri. Pemaparan terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi, dan zat-zat kimia
menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamine, bradikinin, dan kalium yang
bergabung denganlokasi reseptor dinosiseptor untuk memulai transmisi neural, yang
dikaitkan dengan nyeri. Tidak semua jaringan terdiri dari reseptor yang
mentransmisikan tanda nyeri. Otak dan alveoli paru contohnya. Apabila kombinasi
dengan reseptor nyeri mencapai ambang nyeri (tingkat intensitas stimulus minimum
yang dibutuhkan untuk meningkatkan suatu impuls saraf), kemudian terjadilah neuron
nyeri.
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar disepanjang
serabut saraf perifer aferen. Dua tipe serabut perifer mengkonduksi stimulus nyeri:
Serabut A-delta yang bereliminasi dengan cepat dan serabut C yang tidak bereliminasi
dan berukuran sangat kecil serta lambat. Serabut A mengirim sensasi yang tajam,
terlokalisasi, dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensias nyeri.
Serabut tersebut menghantarkan komponen suatu cedera akut segera. Serabut C
menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan terus-menerus. Misalnya,
setelah menginjak sebuah paku, seorang individu mula-mula akan merasakan suatu
nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yang merupakan hasil transmisi serabut A. Dalam
beberapa detik, nyeri lebih menjadi lebih difus dan menyebar sampai seluruh kaki
terasa sakit karena persarafan serabut C. Serabut C tetap terpapar pada bahan-bahan
kimia, yang dilepaskan ketika sel mengalami kerusakan.
2) Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medulla spinalis ke thalamus dan otak tengah. Dari thalamus,
serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori
12
dan korteks asosiasi, lobus frontalis dan sistem limbic. Ada sel-sel di dalam sistem
limbic yang diyakini mengontrol emosi, khususnya untuk ansietas. Dengan demikian
sistem limbic berperan aktif dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah
transmisi saraf berakhir di dalam pusat otak yang lebih tinggi, maka individu akan
mempersiapkan sensasi saraf.
3) Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisiologis dan perilaku yang setelah
mempersepsikan nyeri.
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut Mahon (1994),
menemukan 4 atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak
menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak
berkesudahan (Andarmoyo, 2013: 17).
Menurut Caffery (1980), nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang
nyeri tersebut dan terjadi kapa saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.
Apabila seseorang merasa nyeri, maka perilakunya akan berubah (Potter, 2006).
13
2.3.5. Klasifikasi Nyeri
14
gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris
dan terbakar pada ulkus lambung.
c. Nyeri Alih (Referred Pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banayak
organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh
yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik
(Potter dan Perrym dalam Suistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada infark
miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang
mengalihkan nyeri ke selangkangan.
d. Radiasi
Merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke tempat
bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry dalam Suistyo, 2013). Karakteristik nyeri
terasa mneyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang ke bagian tubuh.
Contohnya nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi intravertebral yang ruptur
disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
15
BAB III PEMBAHASAN
Kesehatan adalah sutu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk
dijelaskan artinya. Faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan,
kesakitan dan penyakit. Meskipun demikian, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa definisi
kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan
sosiokultural.
Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidaklah selalu objektif.
Bahkan lebih banyak unsur subjektivitasnya dalam menentukan kondisi tubuh seseorang.
Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman
masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat
mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan simptom yang nampak guna
mendiagnosa kondisi fisik seorang individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan
petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program
kesehatan. Namun pengertian sehat yang sering digunakan adalah definisi sehat menurut WHO
yakni sehat adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan spiritual tidak hanya bebas sakit, cacat
dan kelemahan tetapi juga harus berproduksi.
Gagasan orang tentang “sehat” dan “sakit” sangatlah bervariasi. Gagasan ini dibentuk
oleh pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan-harapan, di samping juga pandangan
mereka tentang apa yang akan mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kebugaran
yang mereka perlukan untuk menjalankan peran mereka.
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitakan
dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab
sakit, yaitu personalistik dan naturalistik. Personalistik adalah suatu sistem diana penyakit
disebabkan supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti
hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun manusia (tukang sihir atau tukang tenung).
Berlawann dengan personalistik, naturalistik menjelaskan tentang penyakit dalam
istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi, disini agen yang aktif tidak menjalankan peranannya.
Dalam sistem ini keadaan sehat sesuai dengan model keseimbangan: apabila unsur-unsur
dasar dalam tubuh “humor”, yin dan yang, serta dosha dalam Ayurveda beradaa dalam keadaan
16
seimbang menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah kondisi sehat. Apabila
keseimbangan ini terganggu dari luar maupun dalam oleh kekuatan-kekuatan alam seperti
panas, dingin, atau kadang emosi yang kuat, maka terjadilah penyakit.
Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian
gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah
laku rewel, sering menangis dan tidak ada nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu,
tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak punya uang).
Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu:
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia.
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan, dan lain-lain).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat
digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga
kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai, dan lain-
lain. Dengan demikian upaya penanggualangannya tergantung kepada kepercayaan mereka
terhadap penyabab sakit.
Secara ilmiah penyakit (desease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu
organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat
objektif. Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita
suatu penyakit.
Tingkah laku sakit, yakni istilah yang paling umum, didefinisikan sebagai “cara-cara
dimana gejala –gejala ditanggapi, dievaluasi, dan diperankan oleh seorang individu yang
mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik.”
Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa adanya peranan sakit. Misalnya seorang dewasa
yang bangun dari tidurnya dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, ia harus memutuskan,
apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan, atau memanggil dokter.
Namun hal ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila itu telah didefinisikan secara cukup
serius sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh
peranan normalnya, yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan tambahan atas tingkah
lahu peranan orang-orang di sekelilingnya, maka barulah dikatakan bahwa seseorang itu
melakukan peranan sakit. Sebagaimana dikatakan Jaco, ketika tingkah laku yang berhubungan
dengan penyakit disusun dalam suatu peranan sosial, maka peranan sakit menjadi suatu cara
17
yang berarti untuk bereaksi dan untuk mengatasi eksistensi dan bahaya-bahaya potensial
penyakit oleh suatu masyarakat.
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Dalam hal ini bila seseorang sakit maka ia
akan mengalami beberapa tahapan yang dimulai dari timbulnya gejala-gejala yang menunjukan
suatu kondisi sakit hingga si sakit mencari pengobatan. Sedangkan perilaku sehat adalah
segala tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya
termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui
olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat in dipertunjukkan oleh individu-individu yang
merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu meraka betul-betul sehat.
Faktor yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit:
a. Dikenalinya atau dirasakannya gejala-gejal aatau tanda-tanda yang menyimpang dari
keadaan biasa.
b. Banyaknya gejala yang dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya.
c. Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja, dan dalam
kegiatan sosial lainnya.
d. Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.
e. Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu atau kemungkinan individu untuk diserang
penyakit itu.
f. Informasi, pengetahuan, dan asumsi budaya tentang penyakit itu.
g. Perbedaan interpretasi terhadap gejala yang dikenalnya.
h. Adanya kebutuhan untuk bertindak/berperilaku untuk mengatasi gejala sakit tersebut.
i. Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana tersebut, tersedianya biaya
dan kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa malu, takut, dan
sebagainya).
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenangkan yang
terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif
dimana jaringan rasanya seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi
persaan takut dan mual.
18
3.3.2. Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen
fisiologi yaitu resepsi, persepsi dan reaksi.
1) Resepsi
Semua kerusakan selular yang disebabkan oleh stiulus termal, mekanik,
kimiawi, atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menyebabkan
nyeri. Pemaparan terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi, dan zat-zat kimia
menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamine, bradikinin, dan kalium yang
bergabung denganlokasi reseptor dinosiseptor untuk memulai transmisi neural, yang
dikaitkan dengan nyeri. Tidak semua jaringan terdiri dari reseptor yang
mentransmisikan tanda nyeri. Otak dan alveoli paru contohnya. Apabila kombinasi
dengan reseptor nyeri mencapai ambang nyeri (tingkat intensitas stimulus minimum
yang dibutuhkan untuk meningkatkan suatu impuls saraf), kemudian terjadilah neuron
nyeri.
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar disepanjang
serabut saraf perifer aferen. Dua tipe serabut perifer mengkonduksi stimulus nyeri:
Serabut A-delta yang bereliminasi dengan cepat dan serabut C yang tidak bereliminasi
dan berukuran sangat kecil serta lambat. Serabut A mengirim sensasi yang tajam,
terlokalisasi, dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensias nyeri.
Serabut tersebut menghantarkan komponen suatu cedera akut segera. Serabut C
menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan terus-menerus. Misalnya,
setelah menginjak sebuah paku, seorang individu mula-mula akan merasakan suatu
nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yang merupakan hasil transmisi serabut A. Dalam
beberapa detik, nyeri lebih menjadi lebih difus dan menyebar sampai seluruh kaki
terasa sakit karena persarafan serabut C. Serabut C tetap terpapar pada bahan-bahan
kimia, yang dilepaskan ketika sel mengalami kerusakan.
2) Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medulla spinalis ke thalamus dan otak tengah. Dari thalamus,
serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori
dan korteks asosiasi, lobus frontalis dan sistem limbic. Ada sel-sel di dalam sistem
limbic yang diyakini mengontrol emosi, khususnya untuk ansietas. Dengan demikian
19
sistem limbic berperan aktif dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah
transmisi saraf berakhir di dalam pusat otak yang lebih tinggi, maka individu akan
mempersiapkan sensasi saraf.
3) Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisiologis dan perilaku yang setelah
mempersepsikan nyeri.
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Atribut pasti untuk pengalaman
nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan
yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan.
Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan
terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Apabila seseorang
merasa nyeri maka perilakunya akan berubah.
20
mengantarkan stimulus naxious. Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karena adanya
stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain.
c. Supervisial atau Kutaneus
Adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri ini
berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeir ini biasanya terasa sebagai sensasi
yang tajam. Coontohnya tertusuk jarum suntik dan luak potong kecil atau laserasi.
d. Viseral Dalam
Adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal. Nyeri ini bersifat
difusi dan dapat menyebarkan ke beberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak
menyenangkan dan berkaitan dengan gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi
pukul (crushing) seperti angina pectoris dan terpakar pada ulkus lambung.
e. Nyeri Alih (Refferd Pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak organ
tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa dibagian tubuh yang
terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik.
Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih
ke rahang, lengan kiri.
f. Radiasi
Merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke tempat bagian
tubuh yang lain. Karakteristik nyeri terasa menyebar ke bagian tubuh bawah atau
sepanjang bagian tubuh. Contohnya nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi
intravertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari
iritasi saraf skiatik.
21
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Kesehatan adalah sutu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan
artinya. Faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan
dan penyakit. Meskipun demikian, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa definisi
kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan
sosiokultural.
2. Sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan
rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis
dan tidak ada nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja,
kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak punya uang).
3. Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan.
4. Perilaku sehat adalah segala tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatanya termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
5. Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenangkan yang
terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif
dimana jaringan rasanya seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi
persaan takut dan mual.
6. Tiga komponen fisiologi yaitu resepsi, persepsi dan reaksi.
7. Nyeri bersifat subjektif, individual, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang
mendominasi, besifat tidak berkesudahan. Nyeri juga dapat terjadi kapan saja, dan apabila
seseorang merasa nyeri maka perilakunya akan berubah.
8. Nyeri dibedakan menjadi dua macam, yaitu nyeri berdasarkan durasi dan nyeri berdasarkan
lokasi. Nyeri berdasarkan durasi terdapat dua macam yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Sedangkan nyeri berdasarkan lokasi ada enam macam yaitu nyeri neiropatik, nyeri
nosiseptif, supervisial atau kutaneus, viseral dalam, nyeri alih, dan radiasi.
22
4.2. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Siregar. 2002. Antropologi dan Konsep Kebudayaan. Dalam Jurnal Antropologi Papua. Vol 1, No. 1.
Laboratorium Antropologi Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Cendrawasih.
Djoht. 2002. Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Papua. Dalam Jurnal Antropolgi Papua. Vol 1, No. 1. Laboratorium Antropologi Jurusan Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cendrawasih.
Dumatubun. 2002. Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Papua. Dalam Jurnal Antropolgi Papua. Vol 1, No. 1. Laboratorium Antropologi Jurusan Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cendrawasih.
Soejoeti. 2005. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya. Jakarta: Pusat
Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI.
Potter, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundemental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek (Ahli Bahasa:
Yasmin Asih et al. Editor edisi Bahasa Indonesia: Devi Yulianti, Monica Ester.) Edisi 4. Jakarta: EGC
24